85
2012
tindakan
pencegahan,
pengobatan,
penanggulangan, pemberantasan atau
pembebasan penyakit jika jenis dan kausa
penyakit diketahui.
Pada tanggal 1 Maret 2012, Dinas
Pertanian
dan
Kehutanan
Kota
Sawahlunto meminta tim BBPV Regional
II
Bukittinggi
untuk
melakukan
investigasi penyakit dari 7 ekor sisa sapi
yang masih hidup bersama beberapa ekor
sapi lainnya yang ditempatkan pada
kandang yang sama.
Tulisan
ini
bertujuan
untuk
memaparkan dan memberikan informasi
mengenai hasil pemeriksaan laboratorium
BPPV regional II dalam menjawab
investigasi wabah penyakit di kota
Sawahlunto, Sumatera Barat.
MATERI DAN METODA
Materi
Penyidikan dilakukan di desa Kolok
Nan Tuo, kecamatan Barangin, kota
Sawahlunto. Langkah penyidikan dimulai
dengan mendengarkan keterangan dari
Dinas
Pertanian
dan
Kehutanan
Sawahlunto, tanya jawab dengan petugas
kandang, dan pengambilan sampel aktif
ke kandang sapi. Sampel yang diperoleh
berupa 18 sampel serum darah, 9 sampel
plasma, 18 sampel ulas darah, 10 sampel
feses dan 8 sampel nasal swab sapi.
Metode
Pengujian di laboratorium dilakukan
dengan tujuan untuk mengidentifikasi
bakteri atau virus penyebab kematian
ternak serta mendeteksi keberadaan
antibodi virus dalam serum. Beberapa
metode yang dilakukan untuk menjawab
investigasi adalah metode EnzymeLinked Immunosorbent Assay (ELISA)
IBR dengan tujuan mendeteksi antibodi
spesifik BHV-1 di dalam serum darah
sapi; metoda PCR (Polymerase Chain
Reaaction) untuk mengidentifikasi virus
2012
masing-masing
sumuran
ditambahkan 300 l larutan wash
solution. Larutan wash solution tiap
sumuran kemudian dibuang lagi.
Lalu dilakukan pencucian serupa
sebanyak 3 kali.
Mikrotiter plate dikeringkan pada
handuk kecil yang dilapisi tisu, lalu
pada mikrotiter plate tersebut
ditambahkan dengan 100 l larutan
konjugat
pada
masing-masing
sumuran.
Mikrotiter plate kembali ditutup
dengan parafilm dan diinkubasi lagi
selama 60 menit pada suhu 370C.
Setelah inkubasi selesai, kembali
dilakukan pencucian mikrotiter plate
sebanyak 3 kali pencucian.
Mikrotiter plate kembali dikeringkan
dengan handuk kecil yang dialasi
tisu.
Selanjutnya ditambahkan 100 l
substrat ke dalam masing-masing
sumuran.
Dilakukan inkubasi lagi selama 15
menit pada suhu ruang dan pada
tempat yang gelap.
Terakhir ditambahkan stop solution
sebanyak 100 l untuk menghentikan
reaksi perwarnaan pada masingmasing sumuran.
Hasil pengujian dibaca dengan
menggunakan photometer/ ELISA
reader dengan panjang gelombang
450 nm.
Nilai (Value) interpretasi hasil
didapatkan dengan perhitungan nilai
Optik Density (OD)
Interpretasi hasil adalah :
Jika value < 35%
= Negatif
Jika value 35- < 45% = Suspect
Jika value 45- >45% = Positif
2012
Lokasi
investigasi
penyakit
bertempat di desa Kolok Nan Tuo,
kecamatan Barangin, kota Sawahlunto.
Dari keterangan petugas kandang
diperoleh informasi bahwa sapi FH milik
kelompok tani Kasih Ibu ini (sapi
pengadaan akhir Desember 2011),
ditempatkan pada kandang yang sama
dengan sapi pengadaan tahun 2008 (sapi
FH kelompok Demplot) dan sapi jenis
Peranakan Ongol (PO).
Petugas kandang tersebut mengaku
sempat
memperhatikan
sekilas
perubahan patologi anatomi organ sapi
yang telah dipotong paksa. Dari hasil
wawancara tersebut, diketahui kondisi
hepar sapi yang telah dipotong tersebut
rapuh, paru-paru mengeras, jantung dan
ginjal
membesar,
dan
ditemukan
beberapa pustula yang sulit disembuhkan
pada bagian luar tubuh. Informasi lainnya
adalah 3 dari sisa 7 ekor sapi kelompok
tani Kasih Ibu ini berhasil melahirkan
masing-masing 1 ekor pedet, namun
salah satu pedet yang dilahirkan dalam
keadaan kritis dan terdapat banyak
pustula di beberapa bagian tubuhnya.
Hasil pengamatan langsung pada
sapi FH dan sapi PO secara umum, tidak
menunjukkan
gejala
klinis
yang
signifikan. Sapi terlihat kaheksia dengan
nafsu
makan
mulai
membaik.
Pengambilan sampel serum darah untuk
tujuan investigasi dilakukan pada 7 ekor
sapi FH milik kelompok tani Kasih Ibu, 7
ekor sapi FH milik kelompok tani
Demplot, dan 4 ekor sapi PO milik
peternak lain (Relvi, Sapri, Ardi dan
Novian Candra).
Hasil dugaan sementara, penyakit
mengarah ke Shipping fever/Septisemia
epizootica atau ngorok, akan tetapi
kemungkinan lainnya mengarah ke IBR.
b.
Keterangan:
Jika value 45- >45% = Positif
= Negatif
TP
WBC
RBC
: 5,24 - 9,84
: 5,30 - 7,90
Keterangan:
ANS : Anaplasma sp
THE : Theleria sp
ANE : Anemia
OPG : Oesophagustomum sp
HMC : Haemonchus sp
EIM : Eimeria sp
FSC
PPT
BUN
TCT
COO
TPR
: Fasciola sp
: Paramphistomum sp
: Bunostomum sp
: Trichostrongylus sp
: Cooperia sp
: Tidak ditemukan parasit
Tabel 7. Hasil pemeriksaan uji biologis (parasit darah dan bakteri hasil identifikasi)
Pembahasan
Hasil pemeriksaan serologis terhadap
kandungan antibodi IBR dengan metode
ELISA menunjukkan bahwa 2 dari 7 sapi
kelompok tani Kasih Ibu suspect
mengandung antibodi IBR, 3 dari 7 sapi
milik kelompok Demplot mengandung
seropositif IBR, sedangkan 4 ekor sapi
PO lainnya seronegatif IBR. Hasil ini
disajikan pada Tabel 1.
Hasil pemeriksaan atau identifikasi
virus IBR dengan metode PCR
menggambarkan 3 dari 8 ekor sapi
kelompok tani Kasih Ibu positif terdapat
virus IBR (Tabel 2).
Hasil
pemeriksaan
Brucellosis
dengan RBT (Tabel 3), menunjukkan
semua sapi kelompok tani kasih Ibu,
Demplot dan sapi PO lainnya negatif
Brucellosis.
Hasil pemeriksaan kadar mineral
pada sapi kelompok tani Kasih Ibu
menunjukkan 1 dari 7 ekor sapi
mengalami
hipokalsemia,
hipomagnesemia, dan 4 dari 7 sapi
mengalami
hipoproteinemia.
Hasil
pemeriksaan
kadar
mineral
sapi
kelompok Demplot menunjukkan 2 dari 7
ekor sapi mengalami hipokalsemia dan
hipomagnesemia, dan 4 dari 7 sapi
mengalami hipoproteinemia; sedangkan
hasil pemeriksaan kadar mineral pada
sapi PO menunjukkan 2 dari 4 sapi
mengalami hipokalsemia, 1 dari 4 sapi
mengalami
hipoproteinemia. Hal ini
dapat diamati dari Tabel 4.
ABSTRAK
Telah dilakukan monitoring Hog Cholera pada ternak babi di propinsi Sumatera
Barat. Sampel pengujian adalah serum darah yang diambil dari ternak sapi babi yang
dipilih secara acak. Sampel diperiksa dengan menggunakan metode ELISA. Telah
dilaksanakan Monitoring Investigasi penyakit Hog Cholera sejak tahun 2005-2010, untuk
memantau kejadian kasus Hog Cholera di daerah sentra peternakan babi menunjukkan
hasil seronegatif. Tahun 2010-2012 ditindaklanjuti dengan surveillans pembebasan
(deteksi antigen) di daerah sentra peternakan babi menunjukkan antigen negatif. Tidak
pernah dilaporkan gejala klinis Hog Cholera sejak tahun 2005-2012.
Kata kunci : Hog Cholera, babi, Propinsi Sumatera Barat.
PENDAHULUAN
Penyakit Hog Cholera merupakan
salah satu penyakit hewan menular
strategis di dalam daftar Penyakit Hewan
Strategis Nasional yang tercantum dalam
Kepdirjen No:59/Kpts/PD.610/05/2007
9 Mei 2007, mendapat prioritas dalam
usaha pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan.
Prioritas
tersebut
disebabkan
karena
Hog
Cholera
menimbulkan dampak ekonomi yang
cukup besar dan berpengaruh dalam
perdagangan.
Hog Cholera atau yang lebih dikenal
Classical Swine Fever (CSF) adalah
penyakit yang sangat menular dan sering
berakibat fatal, dapat terjadi secara akut,
sub akut dan kronis disertai angka
morbiditas dan mortalitas tinggi. Bentuk
akut ditandai oleh demam tinggi, depresi
berat, perdarahan dalam dan sebatas
permukaan mukosa. Bentuk kronis
ditandai oleh depresi, anoreksia dan
demam ringan dan kesembuhan dapat
terjadi pada babi dewasa. Hog Cholera
Virus masuk kedalam famili Flaviviridae
(Terpstra
and
10
11
Tahapan sampling
Tahapan
Strategi
Sampling
di
Kabupaten Padang Pariaman dan
Pasaman dan tanpa di Kepulauan
Mentawai
Sampling
di
12
Prosedur
Cholera
pemeriksaan
Elisa
Hog
8. Isikan Isikan
100 l TMB
Substrat pada semua lubang
mikroplate
9. Tutup plate dengan penutup,
inkubasi
mikroplate
pada
temperature kamar selama 15
menit. Dan lihat perubahan warna
dengan mata
10. Tambahkan 50 l stop solution
pada semua lubang mikroplate.
Baca
OD
semua
lubang
mikroplate dengan ELISA reade
pada absorbance 450 nm
Pembacaan Hasil
Validasi
1. Hitung nilai mean OD poditif
(PCx) dan Kontrol Negatif
(NCx)
13
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sampel babi di Propinsi Sumbar tahun 209 dan 2010
14
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sampel babi di Propinsi Sumbar tahun 2011 dan 2012
Pra pembebasan
Dalam upaya mengetahui status dan
perkembangan
penyakit,
Balai
Penyidiakan dan Pengujian Veteriner
Regional II Bukittinggi telah melakukan
Surveilans dan monitoring terhadap
penyakit babi seperti Hog Cholera sejak
tahun 2005 s.d 2010. Sampel yang
diperoleh
diperiksa
dilaboratorium
virologi dengan menggunakan Teknik
CSFV antigen ELISA dirancang guna
mendeteksi protein atau antigen Virus
Hog Cholera dalam biakan sel terinveksi,
lekosit dan jaringan baik menggunakan
antibodi monoklonal berdasarkan double
sandwich EISA. Teknik ELISA ini adalah
adalah satu teknik pengujian yang relatif
cepat, mudah dan spesifik untuk
mendeteksi antigen Virus HC, termasuk
reaksi silang dengan pestivirus lainnya,
seperti Bovine Viral Diarrhea (BVD) dan
15
Program Pembebasan
Pada Tahun 2010 sampel yang
berasal dari Propinsi Sumatera Barat,
Kabupaten Padang Pariaman, Kecamatan
Batang Anai dan Desa Sungai Buluh
diperiksa sebanyak 25 sampel dan
diperoleh hasil 100% seronegatif. Pada
Tahun 2011 diperiksaan sebanyak 61
sampel dari 300 ekor populasi bari yang
terancam dan diperoleh hasil 100%
seronegatif. Pada Tahun 2012 diperiksaan
sebanyak 42 sampel dan diperoleh hasil
100% seronegatif.
Di Kabupaten Pasaman, Kecamatan
Panti, Desa Cengkeh Panti pada tahun
2011 sebanyak 54 sampel dan diperoleh
hasil 100% seronegatif. Pada Tahun 2012
diperiksaan sebanyak 40 sampel dan
diperoleh hasil 100% seronegatif.
Di Kabupaten Kepulauan Mentawai
tahu 2012 diperoleh sampel di
Kecamatan Siberut Barat Daya desa
Sugulubek
sebanyak
3
sampel,
Kecamatan Siberut Selatan Desa Muara
Siberut 19 sampel, Desa Mailepet 10
sampel, Kecamatan Sikakap desa Sikakap
Kesimpulan
Telah
dilaksanakan
Monitoring
Investigasi penyakit Hog Cholera sejak
tahun 2005-2010, untuk memantau
kejadian kasus Hog Cholera di daerah
sentra peternakan babi menunjukkan
hasil seronegatif.
1. Tahun 2010-2012 ditindaklanjuti
dengan
surveillans
pembebasan
(deteksi antigen) di daerah sentra
peternakan babi menunjukkan antigen
negatif.
2. Tidak pernah dilaporkan gejala klinis
Hog Cholera sejak tahun 2005-2012
Saran
1. Dari hasil pengujian laboratorium dan
informasi klisnis menunjukkan hasil
negatif,
maka
Sumatera
Barat
direkomendasikan
untuk
dapat
dibebaskan terhadap penyakit Hog
Cholera berdasarkan SK Menteri
Pertanian.
2. Agar selalu dijaga lalu lintas ternak
babi dan produknya, babi babik pada
check point, maupun dipintu masuk
karantina sebagai kondisi bebas tetap
terjamin
3. Perlu peraturan daerah yang mengatur
pemasukan ternak babi ke Sumatera
Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, Office International des
Epizooties, World Organisation for
Animal Health, Manual of
16
3.
4.
5.
17
19
Daerah
pengambilan
sampel
ditentukan berdasarkan atas pedoman dan
identifikasi resiko potensial terhadap
penularan Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK) yakni; kedekatan dengan daerah
tetangga, tingginya lalu lintas ternak dan
jumlah distribusi daging yang berasal dari
impor illegal. Sehingga atas dasar
tersebut dari 4 propinsi di wilayah kerja,
hanya propinsi Sumbar yang tidak
dilakukan disampling
Lokasi surveilans dan jumlah sampel
tahun 2012 terdapat pada table 1 sampai
3. Serum yang dikoleksi kemudian
dilakukan pengujian di BPPV Regional II
Bukittinggi dengan metoda ELISA untuk
mendeteksi adanya titer Antibodi
terhadap PMK dengan menggunakan
ELISA test kit produksi Jenobiotech.
20
Tabel 1. Jumlah Sampel Investigasi Penyakit Mulut dan Kuku Propinsi Kep.Riau
Tabel 2. Jumlah Sampel Investigasi Penyakit Mulut dan Kuku Propinsi Riau
Tabel 3. Jumlah Sampel Investigasi Penyakit Mulut dan Kuku Propinsi Jambi
Metode
Prosedur
1.
Inkubasi
Antigen
serum,
Konjugate
dan
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengujian Penyakit Mulut dan Kuku Prop. Riau
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengujian Penyakit Mulut dan Kuku Prop.Kep. Riau
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengujian Penyakit Mulut dan Kuku Prop. Jambi
IMUNOHISTOKIMIA bagi
ternakternak yang ada dikawasan Regional II,
sehingga
ternak-ternak
tersebut
dipastikan bebas dari penyakit Eksotik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Regional II
Masih bebas dari
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
Saran
- Perlu dilakukan surveilans ulang
setiap tahun terhadap penyakit PMK
serta penyakit eksotik yang lain.
- Perlu adanya metode yang baku
dalam
pelaksanaan
surveilans
penyakit eksotik untuk menjamin
keakuratan data.
- Pengembangan metode uji terhadap
penyakit eksotik dengan tingkat
sensitifitas yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, Manual Standar Metode
Diagnosa Laboratorium Kesehatan
Hewan (1999)
Direktorat
Bina
Kesehatan
Hewan,
Direktorat
Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian.
Suseno,
P.P.,dkk,
2007.
Analisis
Serosurveilen Penyakit Mulut dan
Kuku Di Indonesia.
Buletin
Veterinaria Farma. Surabaya.
Tabel 4. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Kepulauan Riau
Tabel 5. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Riau
Tabel 6. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Jambi
Tabel 7. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Sumatera Barat
Metode
Prosedur Kerja :
1. Pembuatan Slide dan Pewarnaan
a. Fiksasi contoh uji dengan larutan
Formalin 10% atau alkohol 70%,
18 24 jam
b. Lakukan pemotongan contoh uji
dan masukkan dalam Embedding
Cassette.
c. Cuci dengan air mengalir (kran)
selama 30 menit
d. Proses Dehidrasi
2. Proses Embedding
Setelah melalui proses dehidrasi,
maka jaringan yang berada dalam
embedding cassette dipindahkan ke
dalam base mold, kemudian diisi
dengan parafin cair, kemudian
diletakkan ke dalam embedding
cassette. Jaringan yang sudah
diletakkan pada cassette disebut blok.
Fungsi dari cassette adalah untuk
4. Proses Pewarnaan
Masukkan secara berurutan slide berisi
potongan contoh uji kedalam :
5.
Proses Mounting
Slide yang berisi jaringan obex
ditetesi dengan canada balsam pada
permukaannya sampai rata dan
ditutup dengan cover glass, ditunggu
hingga kering kemudian slide siap
untuk dibaca dengan menggunakan
mikroskop .
Tabel 11. Rekapitulasi hasil pemeriksaan investigasi BSE Prop. Kep. Riau
Tabel 12. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Riau
Tabel 13. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Jambi
Tabel 14. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Sumatera Barat
Sementara
hasil
pemeriksaan
laboratorium Patologi, untuk diagnosa
penyakit Sapi Gila atau Bovine
Spongiform
Encephalopathy
(BSE)
secara
histopatologi
dengan
menggunakan pewarnaan Hematoxylin
eosin (HE), 26 sampel atau seluruh
sampel tidak ditemukan bentukan
bebas dari
Spongiform
Saran
- Perlu dilakukan surveilans ulang
setiap tahun terhadap penyakit BSE
- Perlu adanya metode yang baku
dalam
pelaksanaan
surveilans
penyakit eksotik untuk menjamin
keakuratan data.
- Pengembangan metode uji terhadap
penyakit eksotik dengan tingkat
sensitifitas yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, Manual Standar Metode
Diagnosa Laboratorium Kesehatan
Hewan (1999) Direktorat
Bina
Kesehatan
Hewan,
Direktorat
Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian.
Geering, W.A, dkk 1995. Exotic Disease
of Animal, Australian Goverment
Publising
Service, Canberra
OIE.2004a. Manual of Standards or
Diagnostic Test and Vaccines.5thed.
Foot and
Mouth
Disease.
OIE.
Sitepoe, mangku. 2000. Sapi Gila
(Bovine
Spongiform
Encephalophaty)
keterkaitannya dengan berbagai
Aspek. Gramedia Widiasarana
Indonesia,
Jakarta
Subronto. 1997. Penyakit Ternak. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Suseno,
P.P.,dkk,
2007.
Analisis
Serosurveilen Penyakit Mulut dan
Kuku Di
Indonesia. Buletin
Veterinaria Farma. Surabaya.