Anda di halaman 1dari 4

Obat obat Anestesi Umum

1. Hipnotik
a. Barbiturate
Obat
Thiopental,
Thiamylal

Penggunaan
Induksi

Pemberian
IV

Kosentrasi (%)
2,5

Dosis (mg/kg)
3-6

Methohexital

Induksi
Sedatif
Induksi
Premedikasi

IV
IV
Rectal
Oral
IM
Rectal Suppository

1
1
10
5

1-2
0,2-0,4
25
2-42
2-42
3

Secobarbital,
Pentobarbital

b. Benzodiazepine
Obat
Diazepam
Midazolam

Lorazepam

Penggunaan
Premedikasi
Sedatif
Premedikasi
Sedatif
Induksi
Premedikasi

Pemberian
Oral
IV
IM
IV
IV
Oral

Dosis (mg/kg)
0,2-0,52
0,04-0,2
0,07-0,15
0,01-0,1
0,1-0,4
0,05

c. Ketamine, Etomidate, Propovol


Obat
Ketamine

Penggunaan
Induksi

Etomidate
Propovol

Sedatif
Induksi

Pemberian
IV
IM
IV
IV

Dosis
1-2 mg/kg
3-5 mg/kg
2,5-15 mcg/kg/min
0,2-0,5 mg/kg

Induksi
Maintanence
Sedatif

IV
IV
IV

1-2,5 mg/kg
50-200mcg/kg/min
25-100mcg/kg/min

2. Analgesia
a. Opioid
Obat
Morphine

Penggunaan
Postoperative
analgesia

Pemberian
IM
IV

Hydromorpon
e

Postoperative
analgesia

IM
IV

Dosis
0,05-0,2 mg/kg
0,03-0,15 mg/kg
2,5-15 mcg/kg/min
0,02-0,04 mg/kg
0,01-0,02 mg/kg

Fentanyl

Intaoperative
analgesia
Postoperative
analgesia
Intaoperative
analgesia

IV

2-50 mcg/kg

IV

0,5-1 mcg/kg/min

Intaoperative
analgesia
Loading dose
Maintanence
Intaoperative
analgesia
Loading dose
Maintanence
Postoperative/
sedation

IV

8-100 mcg/kg/min

IV

0,05-3 mcg/kg/min

IV
IV
IV

1.0 mcg/kg
0.520 mcg/kg/min
0.050.3 mcg/kg/min

Sufentanil

Alfentanil

Remifentanil

Depolarisasi
Short-acting
Succinylcholine

IV

0,25-20mcg/kg/min

3. Relaksasi
Otot

Non- Depolarisasi
Short-acting
Gantacurium 1
Intermediate-acting
Atracurium
Cisatracurium
Vecuronium
Rocuronium
Long-acting
Pancuronium

MAC ( Minimum Alveolar Cocentration)


Adalah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan 1 atmosfir yang
diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar. Pada
umumnya immobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan di atas 30%
nilai MAC. Dalam keadaan seimbang, tekanan parsial zat anestetik dalam alveoli sama
dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.

Agent
Nitrous oxide
Halothane (Fluothane)
Isofl urane (Forane)
Desfl urane (Suprane)
Sevofl urane (Ultane)

MAC (%)
1052
0,75
1,2
6,0
2,0

Kenapa N2O tidak boleh diberikan 100%


Nitrous Oksida merupakan gas yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa,
lebih berat dari udara, serta tidak mudah terbakar dan meledak (kecuali jika
dikombinasikan dengan zat anestetik yang mudah terbakar seperti eter). Gas ini dapat
disimpan dalam bentuk cair dalam tekanan tertentu, serta relatif lebih murah dibanding
agen anestetik lain.
Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O 2 minimal 25%. Gas ini bersifat
anestesia lemah tapi analgesia kuat. Anestesia inhalasi jarang digunakan sendirian, tetapi
dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain seperti halotan dan sebagainya. Pada
akhir anestesia setelah N2O dihentikan, maka N2O berdifusi keluar dari darah dan masuk
ke alveoli secepat difusinya kedalam darah saat induksi. Jika pasien dibiarkan menghirup
udara atmosfir saja pada saat tersebut akan mengalami hipoksia difusi. Selama beberapa
menit pertama pasien menghirup udara atmosfir, sejumlah besar volume N 2O berdifusi
melalui darah ke dalam paru-paru dan dikeluarkan lewat paru-paru. Difusi N 2O yang
cepat dan dalam jumlah besar ke dalam alveoli akan menyebabkan pengenceran dan
mendesak O2 keluar dari alveoli, sehingga mudah terjadi hipoksia dan juga menyebabkan
terjadinya pemindahan CO2 yang lebih besar dari darah, sehingga akan menurunkan
tekanan CO2 dalam darah dan akan memperberat hipoksia. Efek hipoksia difusi dapat
dicegah dengan pemberian O2 100% selama minimal 3-5 menit akhir operasi.
N2O sukar larut dalam darah dan merupakan anestetik yang kurang kuat sehingga
kini hanya dipakai sebagai adjuvan atau pembawa anestetik inhalasi lain karena

kesukarlarutannya ini berguna dalam meningkatkan tekanan parsial sehingga induksi


dapat lebih cepat (setelah induksi dicapai, tekanan parsial diturunkan untuk
mempertahankan anestesia). Dengan perbandingan N2O:O2 = 85:15, induksi cepat
dicapai tapi tidak boleh terlalu lama karena bisa mengakibatkan hipoksia (bisa dicegah
dengan pemberian O2 100% setelah N2O dihentikan).
Efek terhadap kardiovaskular dapat dijelaskan melalui tendensinya dalam
menstimulasi sistem simpatis. Meski secara in vitro gas ini mendepresikan kontraktilitas
otot jantung, namun secara in vivo tekanan darah arteri, curah jantung, serta frekuensi
nadi tidak mengalami perubahan atau hanya terjadi sedikit peningkatan karena adanya
stimulasi katekolamin, sehingga peredaran darah tidak terganggu (kecuali pada pasien
dengan penyakit jantung koroner dan hipovolemik berat).
Efek terhadap respirasi dari gas ini adalah peningkatan laju pernapasan (takipnea)
dan penurunan volume tidal akibat stimulasi SSP. N20 dapat menyebabkan berkurangnya
respon pernapasan terhadap CO2 meski hanya diberikan dalam jumlah sedikit, sehingga
dapat berdampak serius diruang pemulihan (pasien lebih lama dalam keadaan tidak
sadar).

Anda mungkin juga menyukai