Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) : adalah sediaan
cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan
pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode
waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia,
1995). Apa yang disebut bahan nabati, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah
simplisia nabati. Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah
menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu
disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi
zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut
tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada
juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut
non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air
atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif
dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari
yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%,
sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya
perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan
yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi
antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah
terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel
akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.
Keuntungan dari metode ini :
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
2. Beaya operasionalnya relatif rendah
3. Prosesnya relatif hemat penyari
4. Tanpa pemanasan
Kelemahan dari metode ini :
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar
50% saja
2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila
cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan
bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana
dan mudah diusahakan.
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu
400 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara
lain:
1. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut
mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.
4. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke
dalam bejana.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat
dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan
penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan
melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :
1. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana
penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak
sesuai dengan keperluan.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Farmakope
Indonesia III, 1979).
Ektraksi
kimia dari simplisia dengan cara dan pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat
larut terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Terdapat dua model
ekstraksi, yaitu cara dingin dan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi, dan perkolasi.
Sedangkan cara panas meliputi reflux, soxhlet, digest, infusa, dekokta.
Cara Dingin
1) Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan
seterusnya.
2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak), terus menerus sampai
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.
Cara Panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur pada titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
proses ekstraksi sempurna.
2) Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur kamar, secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 oC.
4) Infusa
Infusa adalah sedian cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu
90 oC selama 15 menit (Farmakope Indonesia, 1979),
5) Dekok
Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit)
Pelarut yang dipilih untuk melakukan ekstraksi dilihat berdasarkan kemapuan menarik
metabolit sekunder dari tanaman tersebut. Sebagai cairan untuk melakukan ekstraksi
digunakan air, eter atau campuran etanol dan air (Farmakope Indonesia III, 1979). Alkohol,
bagaimanapun juga adalah pelarut serba guna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan
(Harborne, 1987).
sumber:
1. Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
2. Harborne, J. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan.
(K.Padmawinata, & I. Soediro, Trans.) Bandung: ITB.
sumber gambar :
http://micro.magnet.fsu.edu/phytochemicals/headers/phytochemicals.jpg
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Jenis-jenis
ekstraksi tersebut sebagai berikut:
1. Ekstraksi secara dingin
Maserasi, merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin
(Sudjadi, 1988).
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara
lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang
digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terusmenerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang
lebih banyak untuk melarutkannya.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan
titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di
bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
(Sudjadi, 1988).
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan
tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :
diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah (Sudjadi, 1988).
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu
sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel
padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi
dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien
(Sutriani,L . 2008).
2. Ekstraksi secara panas
Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel
yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator (Sutriani,L . 2008).
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap
(esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari
simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal (Sutriani,L . 2008).
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkanyang
tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan
kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi
senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya (Sutriani,L . 2008).
Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.
Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan
ekstraksi.
Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dengan
bahan ekstraksi.
Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan
ekstraksi.
Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan pelarut
dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak
mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka emulsifier,
viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik (Sutriani,L . 2008).
MASERASI
Posted by : andry natanel
MASERASI
adalah
sediaan
cair
yang
dibuat
deangan
cara
yaitu
antara
larutan
didala
sel
dengan
diluar
sel.
Larutan
yang
konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan
konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai
terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel,
1989).
karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas,
tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air
pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih
sedikit
yang
biasanya
jumlah
terlarut
hanya
menggunakan
etanol
dan
terbatas.
campuran
Untuk
etanol
meningkatkan
dan
air.
(Meyna,s.dkk. Laporan praktikum galenika maserasi curcuma aerugenusa. Fmipa Universitas Sebelas Maret hal.3)
timmatimmi
Home
About
Tanggal Percobaan
Tujuan Percobaan
1.
Dasar Teori
Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi merupakan pemisahan suatu zat aktif dari campuran dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarutan yang lain. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
melakukan ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa
yang ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga
dimiliki simplisia tersebut, simplisia merupakan bahan yang dikeringkan atau serbuk bahan
yang akan diekstraksi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus
diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi
jangan terlalu halus karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit
dan lamanya poses ekstraksi. Macam-macam ekstraksi bersasarkan energi/suhu yang
digunakan ekstrasi dibagi menjadi 2, yaitu cara dingin terdapat maserasi dan perkolasi dan
cara panas terdapat refluks dan soxhletasi.
Metode ekstraksi yang dilakukan saat ini adalah Metode Maserasi. Maserasi adalah metode
ekstrasi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi, menggunakan pelarut yang
direndamkan pada simplisia dalam suhu kamar. Keuntungan maserasi adalah cara pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian maserasi adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
2.
Prinsip ekstraksi senyawa dari sample adalah dengan adanya gerak kinetik dari pelarut,
dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun
untuk mempercepat proses biasanya dilakukan pengocokan secara berkala.
3.
Rotary Evaporasi
Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk memekatkan suatu
larutan. Rotary evaporator adalah instrumen yang menggunakan prinsip destilasi
(pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan tekanan pada labu
alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar pelarut dapat menguap lebih
cepat dibawah titik didihnya. Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh
sangatlah akurat.
Pada instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang
lainnya. Dan teknik yang digunakan dalam rotary vakum evaporator ini bukan hanya terletak
pada pemanasannya tapi dengan menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu
alas bulat dengan kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan
menguap dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun
mengendap. Dan dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang
terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.
1.
Metodologi Percobaan
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini antara lain, erlenmeyer tertutup,
rotary, corong
buchner, pompa vakum, dan erlenmeyer vakum.
2.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini antara lain, daun cermai & daun
beluntas yang telah dihaluskan, dan ethanol.
1.
Prosedur Kerja
Proses maserasi
Menyiapkan sampel daun cermai dan pelarutnya dengan perbandingan 1:4 serta alat yang
digunakan, dimasukkan sampel daun cermai ke dalam erlenmeyer tertutup, lalu dituang
ethanol 96% ke dalam erlenmeyer tertutup tersebut, setelah itu dikocok, kemudian didiamkan
selama 3 hari, setelah itu disaring ke dalam erlenmeyer vakum menggunakan corong buchner
dan pompa vakum, lalu larutan hasil penyaringan tersebut dipekatkan menggunakan rotary
evaporator.
2.
Mengisi water bath dengan air hingga 2/3 kemudian nyalakan sesuai dengan suhu yang
didinginkan, lalu dinyalakan water pump untuk mengkondisikan suhu pada kondensor,
setelah itu dipasang penampung destilat pada posisi yang benar kemudian klem dengan
penjepit besi yang tersedia, dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat, kemudian dipasang
labu alas bulat dengan kondisi vacum pump menyala dan kran diujung kondensor tertutup,
lalu dinyalakan rotary dengan kecepatan yang diinginkan, setelah itu diturunkan rotary
dengan memutar kekanan handle hingga labu alas bulat tercelup ke dalam water bath,
kemudian diangkat rotary ketika telah selesai dan biarkan selama 15 menit, lalu dimatikan
dengan urutan : water bath, vaccum pump, rotary, wather pump dan cabut semua kabel yang
terhubung dengan aliran listrik.
Data Pengamatan
Nama
Sampel daun
cermai
Perlakuan
Menyiapkan sampel
daun cermai, pelarut
ethanol 65%, dan alat
yang digunakan
Memasukkan sampel
daun cermai dan
pelarutnya ke dalam
erlenmeyer tertutup
Perbandingan antara
sampel daun cermai
dan pelarut ethanol
65% 1:4
Mengkocok sampel
daun cermai dan
pelarut ethanol 65%
Membiarkannya
selama 3 hari
Menyaring ke dalam
erlenmeyer vakum
menggunakan corong
buchner dan pompa
vakum
Menuang hasil
penyaringan ke dalam
labu alas bulat untuk
diproses dalam rotary
Pembahasan
Ekstraksi merupakan pengambilan zat aktif dalam bahan alam dengan bantuan
pelarut yang sesuai. Metode yang digunakan yaitu metode maserasi, metode maserasi
merupakan proses perendaman simplisia dengan etanol 96%. Mekanisme kerjanya adalah
memasukkan serbuk daun cermai dan etanol 96% dengan perbandingan 1:4 ke dalam
erlenmeyer tertutup. Etanol 96% sebagai pelarutnya, pelarut yang tak berwana (bening) akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan larut (warna larutan penyari menjadi merah kehitaman) dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang
terpekat didesak ke luar dalam waktu 2 hari. Alasan menggunakan pelarut etanol 96% yaitu
untuk menghasilkan ekstrak yang kental (murni) sehingga mempermudah untuk proses
identifikasi.
Setelah proses maserasi selesai, sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan
corong buchner dan pompa vakum untuk mendapat maseratnya. Maseratnya dibebaskan dari
pelarut dengan menguapkan secara dengan rotary evaporator. Rotary evaporator adalah alat
yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk memekatkan suatu larutan.
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan
larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu
untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut
yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. dalam
proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya
dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang berharga dan uapnya
biasanya dikondensasikan dan dibuang.
1.
2.
Kesimpulan
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan
kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan obat alam, pelarut etanol, air dan
campuran keduanya lebih sering dipilih karena dapat diterima oleh konsumen.
a.
Pelarut yang baik pada proses ekstraksi adalah berdasarkan pada interaksi antara solutpelarut. Pemilihan pelarut ekstraksi ini dapat dipilih menggunakan :
a.1
Tabel Robin menyajikan sistem pemilihan pelarut bagi suatu solut berdasarkan komposisi
kimianya. Tabel Robin menyajikakan deviasi negatif, positif, atau netral dari interaksi solutpelarut terhadap larutan ideal. Deviasi negatif dan netral mengindikasikan interaksi yang
bagus diantara kelompok solut dan pelarut, sehingga kelarutan solut dalam pelarut menjadi
tinggi.
a.2
Penggunaan parameter kelarutan dalam pemilihan pelarut adalah berdasar aturan kimia yang
telah dikenal yakni like dissolved like. Jika gaya antar molekul antara molekul pelarut dan
solute memiliki kekuatan yang mirip, maka pelarut tersebut merupakan pelarut yang baik
bagi solut tersebut.
a.3
Selain menggunakan parameter kelarutan Hildebrand atau Tabel Robin, pemilihan pelarut
juga dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pemilihan pelarut seperti :
Selektivitas
Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas senyawa yang akan disari agar mendapat ekstrak
yang lebih murni.
Kestabilan kimia dan panas
Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses hilir.
Kecocokan dengan solut
Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang terlarut.
Viskositas
Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan meningkat sehingga laju
ekstraksi pun juga meningkat.
Recoveri pelarut
Guna meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat digunakan
kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk direkoveri dan
digunakan kembali.
Tidak mudah terbakar
Untuk kepentingan safety, perlu memilih pelarut yang tidak mudah terbakar
Tidak beracun
Pilih pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja.
Murah dan mudah diperoleh
Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh.
2. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat
terlarut ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu
titik didih pelarut yang digunakan.
3.
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang
terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat. Akan tetapi semakin banyak
pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal. digunakan maka proses hilirnya akan semakin
mahal.
4.
Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil.
Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain kecil.