BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak
contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar,
empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh
minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan
dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat . Luas daerah contoh vegetasi
yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai
dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh
haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat
dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas
tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individuindividu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan
memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan
yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu
representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis
tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Soemarto, 2001).
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat
suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari
vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).
A. Rumusan Masalah
1. Jenis tumbuhan apa saja yang ada pada petak minimal area yang didapat?
2. Berapa jumlah tumbuhan yang didapat pada petak minimal area?
3. Bagaimana kondisi lapangan yang dijadikan tempat untuk membuat petak
minimal area?
4. Apa alasan digunakannya metode petak minimal area?
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu
BAB II
KAJIAN TEORI
dari
tetumbuhan
yang
menempati
suatu ekosistem.
Beraneka
tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari
kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu
kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan (Anwar, 1995).
Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada komposisi
jenis pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang homogen dapat
digunakan random sampling, sedangkan untuk penelitian ekologi lebih tepat
digunakan sistematik sampling, bahkan purposive sampling pun juga dibolehkan
(Dedy, 2009).
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling)
dan cara sistematik (systematic sampling), random samping hanya mungkin
digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput
(artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang
menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk
penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih
mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat
representative. Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive
sampling.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita
anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan
diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan
atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak
kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan
kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak
tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas
minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%. Untuk luas petak awal
tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x
20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang
merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan
(Marpaung, 2009).
Pada bagian pertama dari ekologi tanaman abad ke-20 sering digunakan
kurva spesies area untuk memperkirakan ukuran minimum dari kuadrat yang
diperlukan untuk mengkarakterisasi memadai komunitas. Hal ini dilakukan
dengan memplot kurva (biasanya pada sumbu aritmatika, tidak log-log atau
10
sumbu semilog), dan memperkirakan daerah itu setelah yang menggunakan hasil
petak yang lebih besar dalam penambahan hanya sedikit lebih spesies. Ini
disebut daerah minim. Sebuah kuadrat yang membungkus daerah minimal
disebut relev, dan menggunakan kurva spesies area dengan cara ini disebut
metode relev. Ini sebagian besar dikembangkan oleh Swiss ekologi Josias BraunBlanquet.
Estimasi daerah minimal dari kurva adalah tentu subjektif, sehingga
beberapa penulis lebih memilih untuk mendefinisikan area minim sebagai daerah
melampirkan setidaknya 95 persen (atau beberapa proporsi besar lainnya) dari
total spesies yang ditemukan. Masalah dengan hal ini adalah bahwa kurva wilayah
spesies biasanya tidak pendekatan asimtot , sehingga tidak jelas apa yang harus
diambil sebagai total. Pada kenyataannya, jumlah spesies selalu bertambah dengan
luas sampai ke titik di mana wilayah dari seluruh dunia telah terakumulasi
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi
untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm 2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk
daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang
dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi
yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi.
Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan
ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat
suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya
dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah
pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau
sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut.
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat
suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari
vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum.
Cara menentukan luas minimum sebagai berikut:
- Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 petak 1.
- Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.
- Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini petak ke 2.
11
12
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemiparasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1
meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari
1.5 m.
b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm
(Marpaung, 2009).
13
BAB II
METODELOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Minimal Area dilaksanakan pada:
Hari/ tanggal : Selasa/ 11 Oktober 2016
Waktu
: 15.00 - selesai
Tempat: Dilaboratorium Biologi FKIP UNTAN
B.
A.
B.
C.
a)
b)
c)
d)
e)
Keterangan :
2.
3.
4.
5.
1. Petak 25 x 25 cm
Petak 25 x 50 cm
Petak 50 x 50 cm
Petak 50 x 100 cm
Petak 100 x 100 cm
5.
3.
4.
1.
2.
Gambar 2. Petak 25 x 25 cm
Gambar 3. Petak 25 x 50 cm
Gamabar 3. Petak 50 x 50 c
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No
Jenis
Gambar
1
Petak Contoh
2
3
4
Keterangan
5
Habitus: padang
rumput , terna
Spesies A
1
(Paspalum
commersonii Lamk.)
13
23
4
1
Bentuk daun :
pita
Pertulangan
daun: tulang
sejajar
15
Habitus: padang
rumput, semak
2
Spesies B
Bentuk daun :
bulat telur
Pertulangan
daun: menyirip
Habitus: padang
rumput , terna
Bentuk daun :
Spesies C
pita
Pertulangan
daun: tulang
sejajar
Habitus: padang
rumput, semak
Bentuk daun :
4
Spesies D
bulat telur
Pertulangan
daun: menyirip
16
A. Pembahasan
Pada praktikum analisa vegetasi dengan metode minimal area ini didapat 5
spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya. Dari hasil identifikasi dengan
menggunakan buku identifikasi yang ada, didapat Spesies A(Paspalum
commersonii Lamk), spesies B, spesies C dan spesies D. kami tidak dapat
mengidentifikasi tumbuhan tersebut secara lengkap sampai pada nama, karena
bagian sampel yang diambil untuk diidentifikasi tidak lengkap.
Pada spesies A tanaman (Paspalum commersonii Lamk) merupakan
spesies jenis tanaman yang memiliki ciri yaitu habitus: padang rumput, terna
bentuk daun:pita, pertulangan daun: tulang sejajar. Pada spesies B tanaman
memiliki ciri yaitu Habitus: padang rumput, semak bentuk daun: bulat telur
Pertulangan daun: menyirip. Pada spesies C memiliki ciri habitus:
padang
rumput, terna entuk daun: pita pertulangan daun: tulang sejajar. Sedangkan pada
spesies D memiliki ciri yaitu habitus: padang rumput, semak bentuk daun: bulat
telur pertulangan daun: menyirip.
Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang
terbuka yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba. Tempat yang dipilih
tidak berada pada naungan pohon.
Dari hasil pengamatan diperoleh populasi yang ada pada plot dengan ukuran 25 x
25 cm dan ditemukan 2 spesies tumbuhan yaitu Spesies A(Paspalum commersonii
Lamk.) dan spesies B ada 4. Pada plot 2 dilakukan penambahan ukuran plot
menjadi 25 x 50 cm diperoleh 3 spesies yaitu Paspalum commerseni Lamk,
Spesies B, dan spesies C dengan jumlah 10. Pada plot 3 dengan ukuran 50 x 50
cm diperoleh 3 spesies yang sama seperti pada plot 2 dengan jumlah 17. Pada
penambahan Plot 4 dengan ukuran plot menjadi 50 x 100 cm masih tetap 3
spesies dengan jumlah 30. Sedangkan pada plot 4 dengan ukuran 100 x 100 cm
spesies betambah menjadi 4 spesies yaitu spesies D dengan jumlah total
keseluruhan sebanyak 60.
Dari pengamatan semua plot tersebut diketahui bahwa dominasi pada
spesies A Paspalum commersonii Lamk. Lebih besar dimana disetiap plot yang
dilakukan terdapat spesies jenis ini dengan total yang diperoleh yaitu 93. Hal ini
17
dapat dikatakan bahwa spesies ini memiliki pola penyebaran merata dan mampu
atau kuat dalam persaingan/kompetisi dibandingkan dengan spesies yang lain
(Maulana, 2010).
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas
dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya
menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda
setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing
spesies.
Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan
pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang
keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan
gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot (Desmawati, et. al,
2011).
Pengamatan ini dilakukan didepan Rektorat Untan. Digunakannya petak
minimal area karena daerah ini tergolong lapangan terbuka tumbuhannya yang
bersifat homogeny dengan jenis spesies A Paspalum commersonii Lamk yang
paling mendominasi. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup
besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi
harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur
tanpa duplikasi atau pengabaian.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :
1. Didapat 4 spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya.
2. Jumlah suatu spesies pada tiap plot berbeda-beda.
3. Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang
terbuka yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba. Tempat yang
dipilih tidak berada pada naungan pohon.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anwar.1995. Biologi lingkungan. Bandung: Genexa Exact.
Dedy. 2009. Analisa Vegetasi. (Online)
http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi. Diakses,
Rabu 24 Oktober 2016.
Desmawati,et.al.2011.
Analisis
Vegetasi
Ekosistem
Rumput.
(online)
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100007028754/6670. Diakses,
Rabu 24 Oktober 2016.
Marpaung, Andre. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimanamempelajari-analisa-vegetasi/. Diakses, Rabu 24 Oktober 2016.
Maulana, Susilo,. dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hilir DAS Cianjur Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango. Biodiversitas. Volume 8, Nomor 4,
19
LAMPIRAN
No
Jenis
1
Petak Contoh
2
3
4
Keterangan
Habitus: padang
rumput , terna
Spesies A
1
(Paspalum
13
23
4
1
commersonii Lamk.)
pita
Pertulangan
daun: tulang
2
Spesies B
Bentuk daun :
sejajar
Habitus: padang
rumput, semak
Bentuk daun :
bulat telur
20
Pertulangan
daun: menyirip
Habitus: padang
rumput , terna
Bentuk daun :
3
Spesies C
pita
Pertulangan
daun: tulang
sejajar
Habitus: padang
rumput, semak
Spesies D
Bentuk daun :
bulat telur
Pertulangan
daun: menyirip
21