Anda di halaman 1dari 5

PERPAJAKAN

MATERI KULIAH

PENGANTAR PERPAJAKAN

Penyusun Oleh:

AFLY YESSIE, SE, Msi

PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCU BUANA


JAKARTA
Ta. 2009/2010

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Afly Yessie, SE, Msi

PERPAJAKAN

PENGANTAR PAJAK

Pengertian pajak dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A Adriani yang diterjemahkan oleh R.
Santoso Brotodiharjo, SH dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak (1991:21)

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasikembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran

umum

berhubungan

dengan

tugas

Negara

yang

menyelenggarakan pemerintahan.

FUNGSI PAJAK
Pajak mempunyai fungsi yaitu:
1. Fungsi Penerimaan (Budgeteir)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukkannya pajak
dalam APBN sebagai pnerimaan dalam negeri.
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang
sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang lebih tinggi
terhadap minuman keras, barang mewah.

PERBEDAAN PAJAK DAN JENIS PUNGUTAN LAINNYA


Retribusi
Pungutan retribusi di Indonesia didasarkan pada Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Pasal 1 angka 26 undang-undang
dimaksud menyebutkan bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi,
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Afly Yessie, SE, Msi

PERPAJAKAN

Sumbangan
Sumbangan dimana seseorang mendapatkan presasi justru tidak dapat ditunjuk, tetapi
golongan tertentu yang dapat menikmati kontraprestasi, contoh sumbangan bencana
alam.

HUKUM PAJAK FORMAL DAN HUKUM PAJAK MATERIIL


Hukum Pajak dibedakan menjadi:
1. Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek-objek), siapa yang
dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu
tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah
dan Wajib Pajak. Sebagai contoh: Undang-undang Pajak Penghasilan.
2. Hukum pajak formal, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum pajak
materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat, antara lain:
a. Tata cara penetapan utang pajak.
b. Hak-hak fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan
peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak.
c. Kewajiban Wajib Pajak sebagai contoh penyelenggaraan pembukuan/pencatatan,
dan hak-hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding.

PEMBAGIAN PAJAK MENURUT GOLONGAN, SIFAT, DAN PEMUNGUTANNYA


Pajak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok:
1. Menurut golongan
a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.
Sebagai contoh Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke
pihak lain. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya
berdasarkan ciri-ciri prinsip:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Afly Yessie, SE, Msi

PERPAJAKAN

a. Pajak sujektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya
yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memerhatikan keadaan dari
Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya,
tanpa memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut pemungut dan pengelolanya
a. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak reklame, pajak
hiburan.

CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1. Stelsel Pajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 (tiga) stelsel, yaitu:
a. Stelsel nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni penghasilan
yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang
dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada
akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undangundang, sebagai contoh, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak
yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan pajak yang dibayar selama
tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak
yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel campuran

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Afly Yessie, SE, Msi

PERPAJAKAN

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak
menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah kekurangannya.
Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta
kembali.

2. Sistem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:
a. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assessment System:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan,
tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c. Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak memberi wewenang kepada pihak
ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.

TARIF PAJAK
Dalam penghitungan pajak yang terutang digunakan tarif pajak. Yang dimaksud dengan
tarif pajak adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang (pajak yang harus
dibayar). Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan dalam persentase. Dalam Pajak
Penghasilan persentase tarifnya dapat dibedakan:
1. Tarif Marginal
Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak. Sebagai
contoh tarif Pajak Penghasilan untuk tahun 2001 bagi Wajib Pajak Badan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Afly Yessie, SE, Msi

PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai