Anda di halaman 1dari 4

3.

7 Identifikasi Senyawa Golongan Tanin

Gambar 2. Struktur Tanin


Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol.
Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk
menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin
dapat mengikat alkaloid dan gelatin.
Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul
cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan
strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi (condensed tannins) dan
tanin-terhidrolisiskan (hydrolysabletannins).
Tanin terkondensasi adalah polimer komplek, kebanyakan katekin dan flavonoid. Tanin
terkondensasi tidak dapat dihidrolisis melainkan terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin
terkondensasi memiliki peranan yang lebih penting bila dibandingkan dengan zat samak
terhidrolisis.
Tanin terhidrolisis merupakan sejenis kandungan tumbuhan yang bersifat fenol
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit, tetapi secara kimia tanin
tumbuhan terbagi dua golongan. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat
dihidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida encer. Tanin terhidrolisis biasanya berupa
senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut dalam air membentuk larutan
koloid bukan larutan sebenarnya. Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan

mudah diperoleh dalam bentuk kristal. Larutan tanin dalam air dapat diendapkan dalam
penambahan asam mineral atau garam.

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat tanin yang
sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga pengkhelat logam. Maka dari itu efek yang
disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis.
Maka dari itu semua penelitian tentang berbagai jenis senyawa tanin mulai dilirik para peneliti
sekarang..
Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya, dapat dilihat
dari sifat-sifat dari tanin itu sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain :
1. Sifat Fisika
Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut :

Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan memiliki
rasa asam dan sepat. Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan

terbentuk endapan.
Tanin tidak dapat mengkristal.
Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein

tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.


2. Sifat Kimia
Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :

Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang
Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal. Tanin dapat diidentifikasi

dengan menggunakan kromotografi Senyawa


Fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi

warna.
3. Sifat sebagai pengkhelat logam.
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna sebagai khelat logam.
Mekanisme atau proses pengkhelatan akan terjadi sesuai dengan pola subtitusi dan pH
senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga memiliki
kemampuan untuk menjadi pengkhelat logam.
Khelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat memiliki daya khelat yang kuat dan dapat
membuat khlelat logam menjadi lebih stabil dan aman di dalam tubuh. Namun, dalam

mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan kadarnya, karena apabila terlalu sedikit (kadarnya
rendah) tidak akan memberikan efek, namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar
tinggi) dapat mengakibatkan anemia karena zat besi yang ada dalam darah akan dikhelat
oleh senyawa tanin tersebut
Manfaat Tanin
Sebagai senyawa metabolit sekunder, tanin memiliki banyak manfaat dan kegunaan.
Manfaat dan kegunaan tanin adalah sebagai berikut :

Sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi pada tanaman.

Sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian tertentu tanaman,

misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan terasa pahit dan sepat.
Sebagai adstrigensia pada GI dan kulit.
Untuk proses metabolisme dari beberapa bagian tanaman.
Dapat mengendapkan protein sehingga digunakan sebagai antiseptik.
Sebagai antidotum (keracunan alkaloid).
Sebagai reagen pendeteksi gelatin, alkaloid, dan protein.
Sebagai penyamak kulit dan pengawet.
Cara identifikasi tannin pada praktikum kali ini adalah dengan menggunakan reaksi warna

yaitu dengan mempersiapkan 0,3 gram ekstrak ditambah dengan 10 ml aquadest panas.
Mengaduknya dan membiarkannya sampai temperature kamar, kemudian menambahkan 3-4 tetes
10% NaCl, mengaduknya lalu disaring. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian masing-masing

4 ml

dan memberinya label IVA, IVB, dan IVC. Larutan IVA digunakan sebagai blanko.
a. Uji FeCl3
Menambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 pada larutan IVC, dan mengamati
perubahan warna yang terjadi. Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan
adanya tannin. Pada percobaan ini menghasilkan warna hijau biru hingga hitam. Hal
ini menunjukkan bahwa simplisia X tidak mengandung tannin (negatif).
b. Uji Gelatin
Menambahkan sedikit demi sedikit larutan gelatin dan larutan NaCl 10 % pada
larutan IVB. Jika terbentuk endapan berwarna putih maka menunjukkan adanya

tannin. Pada percobaan ini tidak menghasilkan endapan putih. Hal ini menunjukkan
bahwa simplisia X tidak mengandung tannin (negatif).

Anda mungkin juga menyukai