PENDAHULUAN
ada/ tidaknya tumor payudara yang terkait, penyebara pada kelenjar limfe, dan
tipe sel ganas yang menyerang.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Anatomi Payudara
Payudara terdiri dari kelenjar susu dan jaringan ikat serta kulit.
Batas payudara yang normal terletak antara iga 2 di superior dan iga 6 di
inferior (pada usia tua atau payudara yang besar bisa mencapai iga 7), serta
antara taut sternokostal di medial dan linea aksilaris anterior di lateral. Dua
pertiga bagian atas mammae terletak di atas otot pektoralis mayor, sedangkan
sepertiga bagian bawahnya terletak di atas otot serratus anterior, otot oblikus
eksternus abdominis dan otot rektus abdominis.
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar, masingmasing mempunyai duktus laktiferus yang akan bermuara ke papilla
mammae (nipple-aerola complex/ NAC). Di antara kelenjar mammae dan
fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar terdapat jaringan ikat yang
disebut ligamentum Cooper yang memberi kerangka pada payudara.
Payudara sisi superior dipersarafi oleh nervus supraklavikula yang
berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikal. Payudara sisi medial
dipersarafi oleh cabang kutaneus anterior dari nervus interkostalis 2-7.
Papilla mammae terutama dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari
nervus interkostalis 4, sedangkan cabang kutaneus lateral dari nervus
interkostalis lain mempersarai areola dan mammae dari sisi lateral. kulit
daerah payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan nervus
interkostalis. Kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik (de
Jong, 2013).
karsinoma
yang
3.
Patofisiologi
payudara
terkait.
Mammary
Paget
Disease
Patofisiologi dan etiologi
MPD masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Sebagian besar ahli
berpendapat bahwa keganasan ini erat hubungannya dengan karsinoma
primer pada payudara. Pada pemeriksaan histologi yang dilakukan Muir
yang
lebih
dikenal
sebagai
teori
epidermotrophique
yang
menyebutkan bahwa terjadi migrasi sel Paget dari karsinoma primer payudara
melalui duktus laktiferus menuju lapisan kulit di sekitar puting susu.
Pendapat lain menyebutkan bahwa sel Paget berasal dari
epidermal stem cells atau sel Toker epidermal (Marucci, 2002). Sel Toker
mempunyai sitoplasma yang jernih yang terdapat di epitel puting susu dan
terletak di sekitar kelenjar apokrin. Pada MPD, sel Toker mengalami
perubahan dari sel yang jinak menjadi sel ganas yang menginvasi kulit sekitar
puting susu dan areola mammae (Elston, 2011).
4.
Gambar
2.3 Gambaran
Tampak
kemerahan,
dan terdapat
nipple-
92-
klinis
MPD.
penebalan kulit,
erosi puting susu
krusta
pada
areola complex
97%
pasien
2003). Pada penelitian yang dilakukan Karakas (2011), 50% pasien dengan
manifestasi MPD disertai dengan adanya massa pada payudara. Massa
terletak di sekitar areola dan sering multifokal. Pembesaran kelenjar limfe
juga dapat ditemukan, terutama pada pasien dengan massa yang palpable.
MPD yang terjadi pada pria mempunyai manifestasi klinis yang sama dengan
wanita dan tidak terdapat perbedaan gambaran patologi.
5.
Penegakkan diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membedakan MPD dengan penyakit kulit
yang biasa menyerang payudara. Pada MPD terdapat penebalan kulit,
kemerahan, eksematus, gatal serta adanya cairan/ darah yang keluar dari
puting susu serta retraksi puting susu (Lloyd dan Flanagan, 2000). MPD
juga dapat disertai adanya massa dan keganasan lain yang menyerang
payudara.
2. Pemeriksaan Penunjang
MPD merupakan keganasan yang dapat ditegakkan diagnosanya hanya
dengan pemeriksaan klinis, tetapi pemeriksaan radiografi maupun
histopatologi tetap diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
keganasan lain yang mendasari.
a. Mammografi
Diagnosis MPD dapat ditegakkan hanya melalui pemeriksaan fisik.
Meskipun gejalanya telah jelas, mammografi tetap harus dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya keganasan lain yang menyertai MPD.
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan manajemen dan pilihan
terapi yang tepat. Jika terdapat underlying carcinoma maka pada
mammografi MPD didapatkan gambaran massa atau proses kalsifikasi
secara jelas. Sayangnya, gambaran radiologis ini hanya terdapat pada
pasien dengan DCIS (ductal carcinoma in situ) yang menyertai MPD.
Suatu penelitian menemukan bahwa 15% pasien dengan MPD tidak
menunjukkan gambaran karsinoma pada mammografi. Pada studi
yang lain, Morough et al (2008) menemukan 65% pasien dengan
gambaran mammografi negatif ternyata mempunyai karsinoma
unifokal yang menyertai MPD. Sensitivitas mammografi meningkat
6
palpable.
Gambar 2.4
b. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dapat dipertimbangkan jika hasil mammografi
negatif namun gejala klinis mendukung adanya underlying carcinoma.
Pada USG didapatkan jaringan parenkim yang tampak heterogen, area
hipoekoik, massa diskreta, penebalan kulit dan pelebaran duktus
(Karakas, 2011).
Gambar
2.5
Gambaran USG
pada pasien yang
sama
dengan
gambar
2.4.
Tampak dua massa irregular dengan kalsifikasi di dalamnya
Paget (panah) di
antara sel skuamous
epidermis.
Sel
tampak lebih besar
Diagnosis Banding
Gambaran klinis yang paling mirip dengan MPD adalah eksema
yang menyerang puting susu dan areola. Infeksi kulit seperti dermatitis
kontak, hyperkeratosis friksional, psoriasis, dan infeksi bakteri, virus
maupun jamur juga mempunyai gambaran lesi pada kulit seperti MPD.
Menurut gambaran histopatologinya, melanoma maligna dan clear cell
papulosis mempunyai kemiripan dengan sel Paget
eksematus pada kulit atau erupsi vesikuler pada puting susu tanpa ada
gejala klinis lain maka harus didiagnosa sebagai MPD sampai
pemeriksaan histopatologi menunjukkan tidak ada gambaran sel Paget
(Cheng, 2003).
1. Eksema
Eksema adalah radang pada kulit yang ditandai adanya
papulovesikuler, eritema,
Gambar
menopause
Gatal ringan
Tidak terdapat vesikel
Retraksi puting susu
Terdapat cairan/ darah yang
demam, dll)
2.7 Eksema
kompleks
pertaksi
susu
2. Melanoma maligna
Sel Paget mempunyai ciri persebarannya yang berkelompok
pada basal epidermis dan mirip dengan tautan melanosit
sedangkan sel melanoma tampak menonjol pada tautan
9
Gambar
2.7
Gambaran
mikroskopik
melanoma maligna.
Sel
melanoma
terletak pada lapisan dermis.
Penatalaksanaan
Menurut MD Anderson Center (2012), alur penatalaksanaan MPD
dapat disajikan pada gambar 2.8
10
Pasien yang datang dengan keluhan yang sesuai dengan MPD (eksema
pada puting susu dan areola, ulserasi, gatal dan keluar darah dari puting susu)
akan dilakukan pemeriksaan klinis dan mammografi bilateral serta USG pada
kedua payudara. Jika evaluasi hasil pemeriksaan klinis, mammografi dan
USG mendukung adanya abnormalitas pada payudara maka pemeriksaan
dilanjutkan dengan core biopsy dan full thickness skin biopsy pada lesi di
payudara. Jika hasil biopsi tidak menunjukkan adanya sel Paget maka tetap
dilakukan follow up dan biopsi ulang jika lesi tidak kunjung sembuh. Namun
jika terdapat sel paget pada pemeriksaan histopatologi, baik disertai DCIS
11
Prognosis
Jika tidak mendapatkan terapi yang sesuai maka lesi kulit pada
MPD akan meluas secara progresif, bahkan lebih progresif daripada tumor
payudara yang terkait. Faktor yang mempengaruhi progresifitas MPS antara
lain ada/ tidaknya tumor payudara yang terkait, penyebara pada kelenjar
limfe, dan tipe sel ganas yang menyerang (Karakas, 2011).
Pada pasien dengan MPD yang disertai tumor pada payudara
mempunyai five years survival rate sebesar 38-40% dan ten years survival
rate sebesar 22-33%. Sedangkan pasien MPD yang tidak disertai tumor pada
payudara mempunyai five years survival rate sebesar 92-94% dan ten years
survival rate sebesar 82-91% (Elston, 2011).
BAB III
12
KESIMPULAN
Paget
Disease
sampai
dibuktikan
sebaliknya
dengan
pemeriksaan histopatologi.
4. Terapi definitif MPD adalah dengan eksisi. Jika disertai dengan karsinoma
primer pada payudara maka dilakukan Modified Radical Mastectomy
(MRM) sesuai stadium karsinoma payudara.
DAFTAR PUSTAKA
13
Aissa, Kaddour, Fatnassi, Chefai, dan Alouini. 2012. Update on Paget Disease of
the Breast. Open Access Scientific Reports (1) : 1-6
Brunicardi, et al. 2003. Schwartzs Principles of Surgery Fifth Edition.
Cheng, SY. 2003. Pagets Disease of the Nipple.
Venerology Bulletin (11) : 26-29.
De Jong, Wim dan Sjamsuhidajat. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Elston, Carly A. 2011. Mammary Paget Disease. Medscape Reference.
http://emedicine.medscape.com/article/1101235-overview [ 15 Mei 1013]
Fox, Lindy Peta dan Grossman, Marc. 2005. Pagets Disease of the Breast. The
New England Journal of Medicine.
Heywood, Sophie. 2013. Pagets Disease of the Breast. Birmingham : Fastbleep.
Karakas, Cansu. 2011. Pagets disease of the Breast. Journal of Carcinogenesis
(10) : 31.
Lloyd, J dan Flanagan A.M. 2000. Mammary and Extramammary Paget Disease.
Journal Clinical Pathology (53) : 742-749.
M.D. Anderson. 2012. Paget Disease. M.D. Anderson Cancer Center.
Muttarak, Siriya, Kongmebhol, Chaiwun, dan Sukhamwang. 2011. Pagets
Disease of the Breast : clinical, imaging, and pathologic finding: a review
of 16 patients. Biomedical Imaging and Intervention Journal (7) 2:e16.
14