Anda di halaman 1dari 25

ABSTRAK

Pada saat ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern


sangatlah pesat. Sehingga membutuhkansumber daya manusia terampil yang
dapat bersaing di dunia teknologi industri modern. ari hal ini pula, orang mulai
mencoba untuk melakukan uji metalografi pada suatu material. Sehingga dengan
cara ini dapat diperoleh bahan dengan sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan
tertentu untuk memenuhi kebutuhan teknologi modern yang meningkat.
Pada praktikum metalografi ini dimulai dengan menyiapkan alat lalu
spesimen dipotong menggunakan las acetylene dan mengunakan wirecutuntuk
memperkecil efek HAZ.Kemudian psesimen dipotong menggunakan gergaji
mesinuntuk menghilangkan efek HAZ dari proses wirecut sebelumnya. Setelah itu
spesimen digrinding lalu dipoles menggunakan kain beludru yang diberi serbuk
alumina. Spesimen dietsa untuk kemudian diamati melalui mikroskop dan
digambar serta diukur struktuk mikronya.
Dari praktikum ini diharapkan praktikan mendapat data hasil struktur
mikro dari spesimen yang akan di uji dan dapat mengetahui langkah langkah
untuk pengujia metalography.

DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................1
BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................5
1.1

Latar

Belakang........................................................................................5
1.2

Rumusan

Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan praktikum..................................................................................6
1.4 Batasan Masalah....................................................................................6
1.5 Sistematika Laporan...............................................................................6
BAB 2 Metodologi Percobaan.................................................................................8
2.1 Spesimen................................................................................................8
2.2 Peralatan.................................................................................................8
2.3

Langkah

langkah

percobaan.. ..............................................................8
2.4 Flowchart percobaan..... ........................................................................9
BAB

Analisi

Data

dan

Pembahasan.....................................................................11
3.1

Data

Hasil

Percobaan........ ...................................................................11
3.1.1 Besi Tuang Nodular (etsa).....................................................11
3.1.2

Besi

Tuang

Kelabu.................................................................11
3.1.3 Besi Poros (etsa)....................................................................12
3.1.4

Besi

Tuang

Kelabu

non-

etsa)...............................................12
3.2 Contoh Perhitungan..............................................................................13
3.1.1 Besi Tuang Nodular (etsa).....................................................13
3.1.2 Besi Tuang Kelabu................................................................15
3.1.3 Besi Poros (etsa)....................................................................16

3.1.4 Besi Tuang Kelabu ( non-etsa)..............................................18


3.3 Tabel Perhitungan................................................................................20
3.4 Pembahasan..........................................................................................20
3.4.1 Besi Tuang Nodular (etsa).....................................................20
3.4.2 Besi Tuang Kelabu................................................................21
3.4.3 Besi Poros (etsa)....................................................................21
3.4.4

Besi

Tuang

Kelabu

non-

etsa)...............................................22
BAB

Kesimpulan...................................... ....................................................23
4.1
Kesimpulan.................. ........................................................................23
Daftar Pustaka........................................................................................................24

DAFTAR GAMBAR
Gambar

3.1

Nodular

Cast

Iron....... ........................................................................11
Gambar

3.2

Besi

Tuang

Kelabu

(etsa).............. ......................................................11
Gambar 3.3 Besi Poros.............. ............................................................................12
Gambar

3.4

Besi

Tuang

Kelabu

(Non-

Etsa)...........................................................12
Gambar 3.1 Grid Nodular Cast Iron...... ................................................................13
Gambar 3.2 Grid Besi Tuang Kelabu (etsa).. ........................................................15
Gambar

3.3

Grid

Besi

Poros....... ...........................................................................16
Gambar

3.4

Grid

Besi

Tuang

Kelabu

(Non-

Etsa)...................................................18

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dewasa ini, banyak sekali jenis logam dan paduan yang digunakan sebagai
bahan dasar proses produksi barang untuk industri. Untuk mendapatkan
material yang baik harus diketahui segala hal mengenai karakteristik struktural
atau susunan dari logam atau paduan logam yang akan dipakai atau digunakan
pada industri-industri atau untuk keperluan lainnya. Dengan mengetahui
karakteristik susunan atau struktur dari suatu logam atau paduan logam maka
dengan mudah kita dapat memilih bahan untuk suatu kontruksi tertentu.
Dengan melakukan pengujian metalografi maka dapat dilakukan berbagai
jenis perubahan pada suatu meterial sesuai dengan karateristik bahan yang kita
inginkan.
Metalografi pada dasarnya adalah bagian dari metalurgi yang mempelajari
karakteristik atau susunan dari suatu logam atau paduan dalam hubungannya
5

dengan suatu analisis kimia dan metalografi dari suatu logam. Biasanya logam
yang diuji hanya bagian potongan tertentu saja disebabkan oleh pembawaan
heterogen dalam logam.
Pengujian metalografi sangat berperan bagi dunia industri. Oleh karena itu
kita harus berusaha mencari material yang memiliki sifat dan karakteristik
yang baik.
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah :
1

Bagaimana cara untuk mengetahui cara dan langkah-langkah untuk


mengamati struktur mikro dari suatu material

Bagaimana cara untuk mengetahui perbandingan struktur mikro serta


tampilan fisik material etsa dan non etsa

Bgaimana cara untuk mengetahui pengaruh komposisi struktur mikro


dan komposisi kimia terhadap sifat mekanik dan klasifikasi material

Bagaimana cara untuk mengetahui ukuran butiran

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui cara dan langkah-langkah untuk mengamati struktur mikro
dari suatu material
2. Mengetahui perbandingan struktur mikro serta tampilan fisik material
etsa dan non etsa
3. Mengetahui pengaruh komposisi struktur mikro dan komposisi kimia
terhadap sifat mekanik dan klasifikasi material
4. Mengetahui ukuran butiran
1.3 Batasan masalah
Adapun batasan masalah dari percobaan ini adalah :
1

Luas permukaan specimen antara 0,5 1 m2

Proses pemanasan hingga temperatur 100 150 C


6

Penggosokan diatas kain wol dengan bubuhan alumunium dengan


kehalusan 1 dan 0,05 micron.

Pengamatan dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x

Proses pemanasan isobaric


1.4 Sistematika penulisan
Sistematika laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian utama. Bab I
menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan laporan yang digunakan. Bab II menjelaskan mengenai
metode percobaan yang dilakukan. Bab III menjelaskan mengenai data
percobaan dan pembahasan berdasarkan tinjauan daftar pustaka yang
diperoleh. Bab IV menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan yang
dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar percobaan. Sebagai kajian
tambahan, diakhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh
perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas, gambar alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum serta blanko percobaan.

BAB 2
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Spesimen
Spesimen yang digunakan pada praktikum sebagai berikut
1

Baja poros (etching)

Besi cor kelabu (non-etching)

Besi cor kelabu (etching)

Besi cor nondular (etching)

2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum sebagai berikut
1

Alat Pemotong

Mesin grinding dan polishing

kertas gosok grid 80,120, 240, 320, 600, 800, 1000, 1500, 2000

Kain halus (Kain beludru)

Serbuk Alumina

Cairan pengetsa

Baja poros (nital)

Besi cor kelabu (nital)

Besi cor nondular (natal)

Aquades

Mikroskop optis dengan pembesaran 400x

2.3 Langkah percobaan


1

Persiapan alat untuk mengambil specimen dari benda

Spesimen dipotong menggunakan alat las acetylene

Spesimen

dipotong

menggunakan

wirecut

untuk

menghilangkan/memperkecil efek HAZ


4

Spesimen dipotong menggunakan gergaji mesin untuk menghilangkan


HAZ dari proses wirecut

Spesimen di grinding dengan menggunakan kertas gosok mulai grid 80


sampai 200

Spesimen dipoles menggunakan kain beludru yang diberi serbuk


alumina

Spesimen dietsa selama 3-5 detik lalu specimen segera dicuci dengan
air aquades dan dilap hingga kering

Spesimen diletakkan pada mikroskop optis dan diatur pembesaran

St

Alat pemotong, gerinda, polishing, kain halus, kertas gosok, cair


hingga 400x
9

Struktur mikro yang terlihat pada mikroskop digambar

10 Komposisi struktur mikro dari hasil pengamatan dihitung


2.4

Flowchart Percobaan

spes

Spesimen diletakkan pada mikroskop optis dan mengatur pembesa

Spesimen di
Struktur mikro digambar yang terlihat pada mikroskop

Spesimen dipo
Komposisi struktur mikro dari hasil pengamatan dihitung

Spesimen di grinding dengan m

Spesimen dipoles menggu


End

Spesimen dietsa selama 3-5 detik lalu


menghil

10

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Percobaan
Pada praktikum metallography kali ini, ada empat spesimen berbeda yang
akan dilihat struktur mikronya. Spesimen tersebut antara lain grey cast iron,
Nodular cast iron, dan baja hypoeutectoid. Data yang diperoleh dari hasil
percobaan adalah sebagai berikut:
3.1.1
Nodular Cast Iron

Gambar 3.1 Nodular Cast Iron


3.1.2

Grey Cast Iron ( etsa )

11

Gambar 3.2 grey cast iron ( etsa )

3.1.3

Baja Poros

Gambar 3.3 Baja Poros


3.1.4

Grey Cast Iron ( non - etsa )

Gambar 3.3 Grey Cast Iron Non-Etsa


3.2.2 Analisa data dan contoh perhitungan.
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh data dari 3 spesimen

yang

berbeda. Data yang diperoleh dari hasil percobaan adalah sebagai berikut:

12

Tabel 1. Konsentrasi Struktur Mikro


Spesimen

Penyusun Struktur Mikro


Ferrite (%)

Pearlite (%)

Graphite (%)

19

76

II

36

54

10

III

30

70

3.2.1

Perhitungan % C pada Spesimen 1

Gambar 3.5 Grid Struktur Mikro Nodular cast Iron


Setelah dilakukan perhitungan jumlah grid (kotak) pada gambar diatas,
maka didapatkan :
Jumlah kotak keseluruhan

: 349

Jumlah kotak ferrite

: 71

Jumah kotak pearlite

: 249

Jumlah kotak graphite

: 29

Maka perbandingan struktur mikro berdasarkan grid adalah :

13

1. Ferrite

71
100 =20,34
349

2. Pearlite

249
100 =71,34
349

3. Graphite

29
100 =8,30
349

*Asumsi V = 1 cm3
=

m gr
V cm3

( )
Ferrite

= 7,78 dengan Cmax = 0,008 %

Pearlite

= 7,89 dengan Cmax = 0,8 %

Graphite = 2,26 dengan Cmax = 100 %

Massa Ferrite=7,78 x

20,34
=1,58 gr
100

Massa Pearlite=7,89 x

71,34
=5,62 gr
100

MassaGraphite=2,26 x

8,30
=0,19 gr
100
+

Massa Total

= 7,39 gr

14

C=

C=

(massa penyusun x Cmax )


total massa penyusun

( 1,58 x 0,008 ) + ( 5,62 x 0,8 ) +(0,19 x 100)


7,39
C=3,18

3.2.2

( Nodular cast Iron )

Perhitungan % C pada Spesimen 2

Gambar 3.6 Grid Struktur Mikro Grey Cast Iron

15

Setelah dilakukan perhitungan jumlah grid (kotak) pada gambar diatas,


maka didapatkan :
Jumlah kotak keseluruhan

: 304

Jumlah kotak ferrite

: 92

Jumah kotak pearlite

: 191

Jumlah kotak graphite

: 21

Maka perbandingan struktur mikro berdasarkan grid adalah :


1. Ferrite

92
100 =30,2
304

2. Pearlite

191
100 =62,8
304

3. Graphite

21
100 =6,9
304

*Asumsi V = 1 cm3
=

m gr
V cm3

( )
Ferrite

= 7,78 dengan Cmax = 0,008 %

Pearlite

= 7,89 dengan Cmax = 0,8 %

Graphite = 2,26 dengan Cmax = 100 %


Massa Ferrite=7,78 x

30,2
=2,34 gr
100

Massa Pearlite=7,89 x

62,8
=4,95 gr
100

16

MassaGraphite=2,26 x

6,9
=0,15 gr
100
+

Massa Total

= 7,44 gr
C=

(massa penyusun x Cmax )


total massa penyusun

C=

( 2,34 x 0,008 )+ ( 4,95 x 0,8 ) +(0,15 x 100)


7,44

C=2,55
3.2.3

Grey Cast Iron )

Perhitungan % C pada Spesimen 3

Gambar 3.7 Grid Struktur Mikro Baja poros


Setelah dilakukan perhitungan jumlah grid (kotak) pada gambar diatas,
maka didapatkan :
Jumlah kotak keseluruhan

: 500

Jumlah kotak ferrite

: 372

Jumah kotak pearlite

: 128

17

Maka perbandingan struktur mikro berdasarkan grid adalah :


Penyusun struktur mikro:
=

372
100 =74,4
500

2. Pearlite =

128
100 =25,6
500

1. Ferrite

*Asumsi V = 1 cm3
=

m gr
V cm3

( )
Ferrite = 7,78 dengan Cmax = 0,008 %
Pearlite = 7,89 dengan Cmax = 0,8 %
Massa Ferrite=7,78 x

372
=28,94 gr
100

Massa Ferrite=7,89 x

128
=10,1 gr
100
+

Massa Total

C=0.213

3.2.4

= 39,04 gr

C=

(massa penyusun x Cmax )


total massa penyusun

C=

( 28,94 x 0,008 )+(10,1 x 0,8)


39,04
(baja hypoeutectoid)

Perhitungan % C pada Spesimen 4

18

Gambar 3.8 Grid Struktur Mikro Grey Cast Iron Non-Etsa


Setelah dilakukan perhitungan jumlah grid (kotak) pada gambar diatas,
maka didapatkan :
Jumlah kotak keseluruhan

: 304

Jumlah kotak ferrite

:0

Jumah kotak pearlite

:0

Jumlah kotak graphite

:0

Maka perbandingan struktur mikro berdasarkan grid adalah :


1. Ferrite

=0%

2. Pearlite

=0%

3. Graphite = 0 %
*Asumsi V = 1 cm3
=

m gr
V cm3

( )
19

Ferrite

= 7,78 dengan Cmax = 0,008 %

Pearlite = 7,89 dengan Cmax = 0,8 %


Graphite = 2,26 dengan Cmax
MassaFerrite=7,78 x

= 100%

0
=0
100

MassaPearlite=7,89 x

0
=0
100

MassaGraphite=2,26 x

0
=0
100
+

Massa Total

=0
C=

C=

(massa penyusun x Cmax )


total massa penyusun

( 0 ) + ( 0 ) +(0)
0
C=0

(tidak dapat diketahui

3.3 Tabel Perhitungan


Tabel 2. Persentase Kadar Karbon berdasarkan perhitungan grid
Spesimen

Massa (gr)

%C Unsur Penyusun

Spesime
n

20

Besi

tuang

kelabu (etsa)
Besi
tuang
kelabu
etsa)
Besi

Total

2,34

4,95

0,15

7,44

30,2

62,8

6,9

2,55 %

1,58

5,62

0,19

7,39

20,34

71,34

8,30

3,18 %

28,94

10,1

39,04

74,4

25,6

0,213 %

(non tuang

nodular
Besi tuang baja
poros

3.4 Pembahasan
3.4.1

Pembahasan Spesimen 1 (nodular cast iron)


Pada praktikum metallography yang telah dilakukan dengan perbesaran

400x, maka pada spesimen 1 ini terlihat 3 jenis struktur mikro yaitu pearlite,
ferrite, dan graphite. Pearlite mempunyai warna kecoklatan dan berbentuk
berlamel-lamel. Sedangkan ferrite memiliki warna yang lebih terang (putih), dan
graphite berbentuk bulatan yang berwarna gelap (hitam). Dari hasil perhitungan
pada tabel didapatkan persentase carbon spesimen 1 sebanyak 3,18 %. Komposisi
dari pearlite sebesar 71,34 %, komposisi dari ferrite sebesar 20,34 %, dan
komposisi dari graphite sebesar 8,30 %. Karena komposisi terbesarnya berupa
pearlite, maka matriknya pearlitic. Spesimen besi cor nodular dengan matrik
pearlitic menyebabkan spesimen bersifat keras dan tangguh. Namun adanya
graphite berbentuk nodule dan merupakan karbon bebas yang menambah
kelunakan spesimen. Graphite ini menyebabkan tegangan yang menimpa
spesimentersebar secara merata sehingga menambah ketangguhan dan keuletan.
Adanya ferrite juga membuat spesimen lunak dan bersifat ferromagnetic.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa spesimen 1
adalah jenis baja cor nodular yang memiliki kandungan pearlite yang lebih
dominan. Oleh karena itu sifat dari spesimen ini kuat dan keras.

21

Pengaplikasiannya di dunia industri banyak digunakan untuk katup, piston, dan


lain-lain.
3.4.2

Pembahasan Spesimen 2 (Grey Cast Iron)


Pada praktikum metallography dengan perbesaran optis 400x, terlihat dua

stuktur mikro pada spesimen 2, yaitu pearlite, ferrite, dan graphite. Pearlite
mempunyai warna abu-abu dan berbentuk berlamel-lamel. Sedangkan ferrite
memiliki warna yang lebih terang (putih), Dan graphite berbentuk flake yang
berwarna gelap (hitam). Dari hasil perhitungan pada tabel didapatkan persentase
carbon pada spesimen 2 sebanyak 2,55 %. Komposisi dari pearlite sebesar 62,8
%, komposisi dari ferrite sebesar 30,2 %, dan komposisi dari graphite sebesar 6,9
%. Pada spesimen 2 memiliki struktur mikro ferrite yang sifatnya lunak dan
paramagnetic. pearlite memiliki sifat yang getas. Dan graphite memilik bentuk
serpih (flake) yang melengkung dan meruncing di ujung-ujungnya membuat sifat
logamnya menjadi getas karena ujung graphite flake yang tajam menyebabkan
adanya konsentrasi tegangan pada ujung graphite-nya, sehingga tegangannya
besar dan mudah patah. Berdasarkan dari jumlah karnon dan komposisi struktur
mikronya, maka spesimen 2 dapat diklasifikasikan sebagai cast iron yang mattriks
pearlitic.
Aplikasi atau penggunaan dari grey cast iron ini cukup banyak antara lain
untuk pembuatan cylinder block, cylinder head, piston, dutch paltes, transmission
cases, diesel engine casting, rumah pompa, roda gigi, dan lain-lain.
3.4.3

Pembahasan Spesimen 3 (baja hypoeutectoid)


Setelah melakukan percobaan metallography dengan perbesaran optis

400x, terlihat dua stuktur mikro pada spesimen 3, yaitu ferrite dan pearlite.
Pearlite mempunyai struktur mikro dengan warna gelap dan berbentuk linear,
sedangkan ferrite mempunyai sturktur mikro dengan warna lebih terang. Dari
hasil perhitungan pada tabel didapatkan persentase carbon spesimen IV sebanyak
0,213% dengan komposisi struktur mikro ferrite 74,4% dan pearlite 25,6%.

22

Spesimen ini mempunyai struktur mikro ferrite yang bersifat lunak dan
ferromagnetic. Sedangkan pearlite memiliki sifat keras dan getas.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa
spesimen 3 adalah baja hypoeutectoid. Baja hypoeutectoid memiliki kandungan
ferrite lebih dominan, maka sifatnya adalah lunak, tangguh dan kuat. Contoh
pengaplikasiannya di dunia industri adalah konstruksi mesin, poros, roda gigi dan
rantai.
3.4.4

Pembahasan Spesimen 3 (grey cast iron non-etsa)


Pada pengujian metallography di spesimen 3 tidak ditemukan struktur

mikro yang spesifik. Hal tersebut disebabkan oleh spesimen yang tidak dilakukan
proses pengetsaan. Pada spesimen 3 ini hanya terlihat garis-garis hitam buram
yang merupakan visualisasi dari flake-flake graphite yang berwarna hitam. Flakeflake graphite yang terlihat pada gambar tetap terlihat meskipun tidak dilakukan
proses pengetsaan, karena warna hitam buram tersebut bersifat menyerap cahaya.
Dari hasil yang diperoleh maka bisa disimpulkan bahwa spesimen 3 tidak
dapat diketahui struktur penyusunnnya yang spesifik dan sifat mekanisnya juga
belum diketahui karena spesimen tersebut belum dilakukan pengetsaan.

BAB IV
KESIMPULAN

23

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum metallography ini adalah :
1. Spesimen 1 merupakan grey cast iron yang memiliki kadar karbon
sebesar 2,55 %, dengan komposisi struktur mikro ferrite 30,2 %,
pearlite 62,8 % dan graphite 6,9 % Matriknya berupa ferritic dan
sifat mekanik yang dimilikinya adalah kuat dan ulet.
2. Spesimen 2 merupakan Grey cast iron non-etsa dan spesimen ini tidak
dapat diketahui struktur mikronya karena strukturnya tidak terlihat
dengan jelas. Hal tersebut dikarenakan spesimen tidak dietsa sehingga
batas butir yang ada pada spesimen tidak terlihat dengan jelas.
3. Spesimen 3 merupakan nodular cast iron yang memiliki kadar karbon
sebesar 3,18 %, dengan komposisi struktur mikro ferrite 20,34 %,
pearlite 71,34 %, dan graphite 8,30 %. Matriknya berupa pearlitic dan
sifat mekanik yang dimilikinya adalah kuat dan ulet.
4. Spesimen 4 merupakan baja hypoeutectoid dengan kadar karbon
sebesar 0,213%, dengan komposisi struktur mikro ferrite 74,4% dan
pearlite 25,6% dan matriknya berupa ferritic sifat mekanik yang
dimilikinya adalah kuat dan ulet.

DAFTAR PUSTAKA

24

Suherman, Wahid, Ir. 1999. Ilmu Logam II. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Avner, H. 1974. Introduction to Physical Metallurgy. United States of America:
McGraw-Hill.

25

Anda mungkin juga menyukai