Anda di halaman 1dari 10

0

HUBUNGAN INKONTINENSIA URIN DENGAN KUALITAS HIDUP


PADA PASIEN STROKE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ARTIKEL PUBLIKASI

Oleh :
APRILIA NINDIYA PUTRI
NIM. S12.003

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016

Hubungan Inkontinensia Urin dengan Kualitas Hidup


pada Pasien Stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali
Aprilia Nindiya Putri1), *******2), *******3)
1)

2,3)

Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada


Surakarta Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Abstrak
Stroke dapat menyebabkan gangguan fungsional seperti kelumpuhan, gangguan
emosional, serta Inkontinensia Urin. Pasien stroke dengan inkontensia urin juga dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
inkontinensia urin dengan kualitas hidup pada pasien stroke di RSUD Pandan Arang
Boyolali. Desain penelitian ini menggunakan case control dengan pendekatan
retrospektif. Sampel penelitian adalah pasien stroke yang berada RSUD Pandan Arang
Boyolali sebanyak 40 orang pasien dengan teknik sampling purpose sampling. Instrument
penelitian menggunakan Kuisioner Incontinence Severity Index(ISI) dan kuesioer
WHOQOL- BREF. Analisis data penelitian menggunakan uji korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian diketahui 18 responden (45%) dengan inkontensia urin kategori ringan,
21 responden (52,5%) ringan, dan 1 responden (2,5%) dengan ketegori parah. Sebanyak
17 responden (42,5%) dengan kualitas hidup kategori cukup, dan 23 responden (57,5%)
dengan kategori kurang. Hasil uji Rank spearman diperoleh nilai = -0,466 ;p = 0,001.
Kesimpulan: ada hubungan antara inkontinensia urin dan kualitas hidup pada pasien
stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali, semakin parah inkontensia urin semakin kurang
kualitas hidup pasien stroke.
Kata kunci : inkontinensia urin, kualitas hidup, pasien stroke
Abstract
Stroke can cause disorder functional as paralysis, an emotional disorder, and
urinary incontinence. Stroke patients with urinary incontinence can also affects to
quality of life. The purpose of this research is to know correlation urinary incontinence
with quality of life of stroke patients at Pandan Arang general hospital of
Boyolali.Design research use case control with approach retrospective. The sample were
stroke patient who are ambulatory to Pandan Arang General Hospital of Boyolali count
40 patients. Taken a sample use purpose sampling technique. Instrument research use
urinary severity index and Whoqol- Bref questioners. Data analysis research use Rank
Spearman test.The results showed that 18 respondents (45 %) with urinary incontinence
light category, 21 respondents (52.5 %) moderate , and 1 respondents (2.5 %) with severe
category. 17 respondents (42,5 %) with quality of life of fair category and 23
respondents (57,5 %) poor category. The results of the rank the spearman obtained =
-0,466; p = 0,001. Conclusion: there was a correlation urinary incontinence with quality
of life of stroke patients at Pandan Arang general hospital of Boyolali. worse urinary
incontinence becomes poor quality of life of stroke patient.
Key word: urinary incontinence, quality of life, stroke patient.

Pendahuluan

yang dibagi menjadi stroke hemoragik

Setiap tahun lebih dari 15 juta jiwa


diseluruh

dunia

terdiagnosa

sebanyak 138 pasien dan stroke non

stroke.

hemoragik sebanyak 319 pasien. Peneliti

Negara maju menyumbang 14,5% dari

melakukan wawancara kepada 5 pasien

total kematian didunia dan sekitar 85,5%

stroke yang menajalami rawat inapdan 3

kematian

pasien mengalami inkontinensia urin.

yang

disumbang

disebabkan

oleh

(Hoyert,

negara

2012).

stroke

berkembang

fisik

seperti

gangguan

Heart

mobilitasi yang mempengaruhi aktivitas

Assoccation (2011) pasien stroke di

sehari-hari. Masalah psikologis 3 pasien

Amerika sebanyak 795.000 jiwa setiap

tersebut juga mengatakan minder atau

tahunnya, dan kematian yang diakibatkan

rendah

stroke

dideritanya

adalah

American

Masalah

41,4%

dari

penderita storkePrevelensi
Indonesia

mencapai

100.000
stroke di

19,1 per

1000

penduduk.

dengan
apalagi

penyakit
ditambah

yang
pasien

sering mengompol, dan susah untuk


berkonsentrasi.

Masalah

lingkungan

ketiga pasien stroke denganinkontinensia

Stroke memiliki konsekuensi yang


besar

diri

terhadap

kehidupan

seseorang

urin megatakan mulai menutup diri pada


lingkungan

secara pribadi,sosial, vokasional dan

tetangga.

fisikal.

mengetahui

Stroke

membuat

ketergantungan

pelitian

hubungan

pada
adalah
antara

inkontinensiaurin dan kualitas hidup pada

setidaknya untuk sementara dan sangat

pasien stroke di RSUD Pandan Arang

mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Boyolali.

hidup

orang

Tujuan

terutama

lain,

Kualitas

dengan

seseorang

sekitar

bermanfaat

sebagai

kriteria keberhasilan hidup seseorang


yang

cukup,

perasaan

sehingga

puas

dan

menimbulkan

bahagia

dalam

memaknai peluang yang dipilih baik


secara pribadi maupun sosial (Hasan,

Metode Penelitian
Penelitian

menggunakan

pendekatan kuantitatif. desain penelitian


menggunakan

case

control

pendekatan

retrospektif.

dengan
Populasi

penelitian adalah pasien stroke yang

2008).
Hasil

studi

pendahuluan

yang

dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit


Pandan Arang Boyolali Provinsi Jawa
Tengah mendapatkan prevelensi stroke
pada tahun 2015 sebesar 457 pasien,

berada RSUD Pandan Arang Boyolali


berjumlah 44 responden. Pengambilan
sampel

menggunakan teknik purpose

sampling dan diperoleh sampel sebanyak


40 responden. Kriteria inklusi sampel

adalah pasien stroke yang menjalani

responden yang mengalami stroke sudah

rawat

yang

termasuk dalam kategori lansia awal,

mengalami inkontinensia urin dan Pasien

sedangkan manula pada usia diatas 60

yang kooperatif. Kriteria Ekslusi adalah

tahundengan

Pasien yang menderita tuna rungu dan

responden adalah 54.5 tahun. Penelitian

tuna

Stoddart

jalan,

Pasien

wicara

penurunan

stroke

dan

Pasien

kesadaran.

dengan

umur

(2006)

tengah

dari

ditemukan

40

bahwa

Penelitian

responden yang mengalami inkontinensia

dilakukan di RSUD Pandan Arang

urin berumur sekitar 50-65 tahun, tetapi

Boyolali Juni - Juli 2016. alat penelitian

yang paling banyak adalah pada umur

menggunakan kuesinor

-54 tauhun.
Menurut

inkontinensia

urin yang berdoman pada alat ukur


IncontinenceSeverity Index (ISI) dan
kuesioner

kualitas

hidup

dengan

Kuesioner WHOQOL- BREF. Analisa


Bivariat menggunakan uji korelasi Rank

Lase

(2011)

kualitas

hidup dipengaruhi faktor umur, semakin


tua akan mengalami kelemahan dan
ketidakmampuansehingga mempengaruhi
kualitas hidup. Menurut Morton, (2011)
umur dikategorikan sebagai faktor risiko

Sperman, dengan signifikansi 0,05.

terjadinya stroke dan masuk dalam


kelompok faktor yang tidak dapat diubah.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden
Distribusi responden berdasarkan

Semakin

tua

umur

seseorang

akan

semakin mudah terkena stroke. Insiden

umur diketaui tua adalah 70 tahun, dan

stroke

meningkat

seiring

dengan

umur muda adalah 46 tahun dengan rata-

bertambahnya usia. Penelitian Sofyan

rata umur adalah 55,8 tahun

(2012) yang meneliti mengenai hubungan

Tabel 1. Distribusi Karakteristik responden


berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan

umur, jenis kelamin, dan hipertensi


dengan kejadian stroke di rawat inap di

Karakteristik
Jenis kelamin
Laki -laki
Perempuan
Pendidikan
Tidak tamat SD
Dasar
Menengah
Tinggi

Jumlah

Ruang Teratai RSU Provinsi Sulawesi

23
17

57,5
42,5

Tenggara diketahui dari 77 responden,

11
11
16
2

27,5
27,5
40,0
5,0

57,5%

Berdasarkan hasil penelitian umur

67,5% berumur diatas 55 tahun.


Dari hasil penelitian

responden adalah laki-laki dan 42,5%


responden perempuan yang mengalami
inkontinensia

urin.

Pada

penelitian

umur

Bustan (2007) 75% perempuan megalami

adalah 55,8 tahun menunjukkan bahwa

inkontinensia urin hasilnya lebih besar

responden

diketahui,

rata-rata

dari pada laki-laki. Penelitian Santoso

kurangnya informasi kesehatan yang

(2008)

akan

mengatakan

kualitas

hidup

dia

dapatkan,

sehingga

seseorang perempuan lebih buruk dari

menyebabkan

pada laki-laki.
Dari hasil

kesehatan juga kurang. Penelitian Kuper


penelitian

responden adalah laki-laki.

57.5%
Menurut

Pinzon (2010) jenis kelamin merupakan


salah satu faktor resiko terjadinya stroke.
Jenis kelamin laki-laki mudah terkena
stroke,

hal

ini

dikarenakan

lebih

tingginya angka kejadian faktor resiko


stroke misalnya hipertensi dan merokok.

pengetahuan

tentang

(2006) ditemukan bahwa ada perbedaan


yang bermakna terutama dalam tingkat
pendidikan untuk terjadinya risiko stroke
iskemik di kota Swedia. Menurut peneliti
responden dengan tingakat pendidikan
menengah

dapat

mempengaruhi

pengetahuan tentang inkontinensia urin,


kualitas hidup pada penyakit stroke.

Penelitian Ramadany (2013) diketahui


dari 66 responden penelitian 59,9%
adalah pasien laki-laki yang mengalami
stroke iskemik dengan riwayat diabetes
mellitus di RSUD Dr. Moewardi.
Berdasarkan
hasil peneltian
diketahui bahwa banyak responden lakilaki yang menjadi pasien stroke rawat
jalan di RSUD Pandan Arang Boyolali
menunjukkan bahwa pasien laki-laki
dengan stroke masih dapat melakukan

Inkontinensia Urin pasien stroke


Tabel 2. Penilaian Inkontinensia urin pasien
stroke
Inkontinensia urin
pasien stroke

Jumlah

Tidak mengalami
inkontinensia urin
Ringan
Sedang
Parah
Sangat parah

0
13
26
1
0

0
32,5
65,0
2,5
0

Total

40

100,0

Berdasarkan

penelitian

besar

responden

aktivitas sehari-hari meskipun dengan

diketahui

keterbatasan walaupun kualitas hidupnya

mengalami inkontinensia urin kategori

menurun.
Berdasarkan hasil penelitain 40%

sedang sebesar 65%. Kategori sedang

responden

berpendidikan menengah.

Menurut Notoadmojo (2007) tingkat


pendidikan individu sangat berperan
dengan pengetahuan mereka tentang
kesehatan,

dimana

mempengaruhi

pendidikan dapat
perkerjaan

pendapatan.

Rendahnya

pendidikan

akan

dan
tingkatan

menyebabkan

sebagian

hasil

tersebut mencerminkan bahwa setidaknya


responden masih belum mampu menahan
berkemih

setidaknya

sebulan

sekali

ataupun mengalami beberapa kali dalam


sebulan. Setiap kali responden berkemih
urin yang keluar dalam kondisi menetes
ataupunberupa percikan urin.Penelitian
Puspitaningrum (2015) menjelaskan dari

38 responden, 13 orang (32%)

Tidak

terganggunya aktivitas sehari-hari yang

tidak mengalami inkontensia urin dan

dilakukannya.

lebih dari 60% belum dapat menahan

Handayani (2009) menjelaskan adanya

berkemih di Panti Sosial Tresna Werdha

perubahan aktivitas sehari-hari, pola

Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan

komunikasi,

Bantul.
Berdasarkan penelitian ini bahwa

sosial, istirahat dan rekreasi serta kondisi

masih banyak responden yang masih


mengalami
kelemahan,

inkontensia

urin

keterbatasan

karena

fungsional,

ketidakmampuan, keterhambatan yang


dialami

bersama

kemunduran akibat

Hasil

aktivitas

penelitian

kerja,hubungan

psikologis pada penderita dan keluarga


pasca

stroke.

Aspek-aspek

tersebut

merupakan indikator atau ukuran yang


menunjukkan adanya penurunan kualitas
hidup pada penderita dan keluarga pasca

proses menua dan responden mengalami

stroke.
Hasil penelitian kepada responden

kelainan neurologis seperti kerusakan

yang berkunjung di

pada

Arang Boyolali

pusat

menimbulkan

miksi

sehingga

gangguan

dari

akan
fungsi

kandung kemih.

RSUD pandan

diketahui cenderung

tidak aktif berkomunikasi baik dengan


keluarga maupun tenaga kesehatan. Hal
ini dimungkinkan karena keterbatasan

Kualitas hidup pasien stroke


Tabel 3 Kualitas hidup pasien stroke

kemampuan dalam beraktivitas termasuk


berbicara karena merasa sulit berbicara

Kualitas hidup pasien


stroke

Jumlah

Baik
Cukup
Kurang

0
23
17

0
57,5
42,5

Total

40

100,0

Berdasarkan

hasil

penelitan

diketahui 42.5% responden mempunyai


kategori

kurang

secara lancar.
Hubungan Inkontinensia Urin dengan
Kualitas Hidup pada Pasien Stroke
Table 4. Hubungan Inkontinensia Urin dengan
Kualitas Hidup pada Pasien Stroke
InkonteKualitas hidup
nsia
Baik
Cukup
Kurang
Urin
F % F %
f %
Sangat 0
0 0
0
0
0
parah
Parah
0 0 0
0
1 2.5

kualitas

hidup

sedangkan

57.5% responden dengan

Sedang

kualitas hidup kategori cukup. Kurang

Ringan

0 12

30

2,5

atau rendahnya kualitas hidup respoden


ini

dapat digambarkan bahwa proses

menurunnya

kemampuan

menahan

berkemih secara baik atau mengalami


inkontensia

urin

mengakibatkan

Tidak
0
inkonten
sia
Total
0

Total
F
0

1 2.5

11 27,5 15 37.5 26 65
0

13 32,5
0

0,000 -0,531

0 23 57,5 17 42.5 40 100

Berdasarkan hasil analisis statistik


disimpulkan

%
0

ada

hubungan

antara

inkontinensia urin dan kualitas hidup

melalui rasa malu dan memilih untuk

pada pasien stroke di RSUD Pandan

diam. Perasaan malu pada responden

Arang Boyolali dengan nilai r = -0,531

lebih

Hubungan antara variable inkontinensia

penampilan

fisik

urin dengan variable kualitas hidup

fungsional.
Craven

dan

menunjukkan hubungan yang berbanding


terbalik,

artinya

responden

yang

mengalami inkontinensia urin kategori


ringan cenderung mempunyai kualitas
hidup

yang

lebih

baik

dibanding

responden yang mengalami inkontinensia


urin kategori kategori sedang maupun
berat mempunyai kualitas hidup yang
kurang.
Inkontinensia urin salah satu dari

diakibatkan

oleh
dan

perubahan
keterbatasan

Hirnle

(2007)

menyatakan responden yang mengalami


inkontinensia urin merasa tidak nyaman
apabila bertemu dengan orang lain. Rasa
malu dan tidak percaya diri menjadikan
responden

merasa

tidak

puas

atas

kehidupan yang dijalaninya saat ini. Abu


bakar (2012) mengatakan pasien stroke
banyak mengalami kemunduran dalam
interaksi sosial, dan mengalami depresi

beberapa komplikasi yang disebabkan

sebagai akibat ketidakmapuan dalam

oleh

beraktivitas

penyakit

stroke

(Geri,

2009).

seperti

makan,

mandi,

Pranaka (2009) menyatakan ketidak-

berpakaian dan berpindah ke tempat

mampuan untuk menahan kencing baik

tidur.
Sarafino

saat beraktivitas maupun pada saat tidur


menjadikan rasa tidak nyaman pada diri
responden. Tuenissen (2006) menyatakan
bahwa

salah

inkontinensia

satu
urin

dampak

adalah

dari

timbulnya

masalah kesehatan fisik, kerusakan kulit,


dan menyebabkan masalah psikososial
seperti rasa malu, isolasi, dan menarik
diri dari pergaulan. Dengan adanya
ketidak

mampuan

menahan

dalam

berkemih (kencing) dapat mengakibatkan


respon emosi seperti malu. Timbulnya
rasa malu mengakibatkan responden
membatasi

kontak

sosial

dengan

lingkungan sekitar. Ungkapan rasa emosi

(2006)

menjelaskan

bahwa keluarga merupakan


sistem

utama

bagi

mempertahankan

pasien

support
dalam

kesehatannya

Dukungan yang berasal dari keluarga


juga merupakan unsur terpenting dalam
membantu

individu

menyelesaikan

masalah atau kegiatan sehari-hari, seperti


permasalahan lain yang mungkin muncul
dapat berasal dari aspek sosial dan aspek
psikologis
keluarga

atau

emosional.

Bantuan

dalam

mengganti

popok

(pampers) ataupun melakukan bantuan


mandi

pada

pasien dapat membantu

peningkatan kepercayaan diri selama


menderita stroke.
Kwonc
(2006)
menunjukkan

75%

2. Sebagian besar responden mengalami


Inkontinensia urin kategori

mengatakan

responden

yang

memiliki dukungan keluarga kurang baik


sehingga kualitas hidup pasien stroke di
instalasi rawat inap bedah RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang juga
menjadi kurang baik. Penelitian Vigod

sedang

sebesar 65%
3. Sebagian besar responden mempunyai
kualitas hidup kategori cukup
4. Ada hubungan antara inkontinensia
urin dan kualitas hidup pada pasien
stroke

di

RSUD

Pandan

Arang

Boyolali dengan nilai p = 0,000

yang berkepanjangan dengan dampak

Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diperlukan peningkatan pelayanan

yang dibawanya menyebabkan kualitas

yang lebih baik lagi terutama dalam

hidup

hal

(2006) mengatakan inkontinensia urin

menurun.

Berdasarkan

hasil

pemberian

informasi

dan

penelitian inkontinensia urin pada pasien

komunikasi, pendidikan kesehatan,

stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali

dengan pasien. Hal ini menjadi sangat

menunjukkan bahwa responden merasa

penting mengingat dalam penelitian

minder, dan malu bukan hanya perubahan

ini terbukti bahwa penurunan kualitas

fisik

adanya

hidup pasien lebih terjadi sebagai

yang

akibat dari gangguan inkontensia urin.

dapat

Untuk menjaga kualitas hidup pasien

mengganggu lingkungan sekitar dengan

peran pendidikan kesehatan menjadi

kehadiran responden. Bau urin yang

sangat

mungkin tercium oleh

latihan bertujuan untuk meningkatkan

yang

gangguan

terjadi

namun

inkontensia

urin

menjadikan responden merasa

orang lain

penting.

Pendidikan

dan

menjadikan rasa sungkan atau tidak

pemahaman

nyaman

penanganan dan perubahan-perubahan

saat

responden

berinteraksi

seperti dengan tetangga.

pola

yang

penyakit,

sesuai

seperti

memberikan paelatihan senam kegel

Simpulan
1. Sebagian besar pasien stroke di
RSUD

hidup

proses

Pandan

Arang

Boyolali

berumur

55.87

tahun,

berjenis

kelamin

laki-laki. sebagian besar

responden berpendidikan menengah.

untuk mengurangi inkontensia urin.


2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan dan memperkaya
ilmu keperawatan medikal
dalam

menggunakan

bedah
skor

inkontinensia urin dan kualitas hidup.


3. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu diadakannya penelitian lebih


lanjut tentang inkontinensia urin dan
kualitas

hidup

padapasien

seperti

memberikan

stroke

pendidikan

kesehatan dan pelatihan senam kegel


Ucapan terima kasih
Peneliti mengucapkan

terima

kasih

kepeada ibu dan ibu ,. Sebagai


pembimbing skripsi yang meluangkan
waktu, memberikan ilmu serta saran
demi kesempurnaan penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar S. A. (2012) Health Related
Quality of Life of Stroke Survivors:
Experience of a Stroke Unit.
International Journal of Biomedical
Science Vol. 8 no. 3 September 2012
Bustami, M., Ahmad, A., Mayza, A.,
Mulyatsih, E., Rasyid,A., et al.
(2007). Manajemen Komprehensif
Stroke. Yogyakarta : Pustaka
Cedekia Press.
Craven, F.R, & Hirnle, J.C. (2007).
Fundamentals of nursing: Human
health
and
function.(5 th ed). Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins
Geri, M. (2009).Obstetri & Ginekologi:
Panduan Praktik. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC.
Handayani DY. (2009). Analisis Kualitas
Hidup Penderita dan KeluargaPasca
Serangan Stroke (dengan Gejala
Sisa). Jurnal Psycho Idea, Tahun 7

No1, Februari 2009 ISSN 16931076


Hasan, N. 2010. Hubungan Antara
Dukungan Sosial dan Strategi
Coping pada Penderita Stroke
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Skripsi. Surakarta : Fakultas Ilmu
Kesehatan Program Studi Psikologi
USAHID
Hoyert, Donna L. and Jiaquan Xu. 2012.
Deaths: Preliminary Data for 2011
Selected Causes.National
Vital
Statistics Reports (NVSS); Vol 61,
No. 6, pp.40-42. Hyattsville, MD:
US Department of Health and
Human Services, Centers for
Disease
Control Prevention,
Division of Vital Statistics. 10
October. Web. 5 Januari 2016\
Kwonc dkk, 2006. Factors that Afect the
Quality of Life at 3 Year Pos, tStroke.
Journal
Of
Clinical
Neurology vol.2 no.1, 2006 World
Health Organization. 2004. The
World Health Organization Quality
of Life (WHOQOL) BREF.
Diaksesdari
http://www.who.int/substance_abuse
/research_tools/en/indonesian_whoq
ol.pdf (3 Januari 2016).
Lase, W. N. 2011. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
Menjalani Hemodialisa di RSUP
Haji Adam Malik Medan.
Morton, dkk (2011).Keperawatan Kritis :
Pendekatan
Asuhan Holistik
Volume I. Edisi 8. Jakarat : EGC
Santoso, B.I. 2008. Inkontinensia Urin
pada
Perempuan.
Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol:58, no: 7,
Juli 2008.

Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology:


Biopsychosocial
Interactions.
Amerika: John Willey&Sons, INC
SofyanA. M. (2012) Hubungan Umur,
Jenis Kelamin, dan Hipertensi
dengan Kejadian Stroke.Jurnal
kedokteran. Program Pendidikan

Dokter FK Universitas Halu Oelo


SUlawasi tenggara
Stoddart, H., et al, 2006. Urinary
Incontinence in Older People in the
Community: a Neglected Problem?,
British Journal of General Practice,
2001, 51, 548-554.

Anda mungkin juga menyukai