Anda di halaman 1dari 31

Analisis Pembentukan Citra Image Building Pada Universitas Andalas

(Studi Deskriptif Peranan Humas dalam Membangun Citra Positif


Universitas Andalas)

Proposal
Oleh
Alisa Iskandar
1210863017

Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas
2014

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sekarang ini, sebuah perusahaan sangat membutuhkan peran humas
dalam melakukan kegiatannya. Tak hanya sebuah perusahan, sebuah lembaga
juga membutuhkan seorang humas didalamnya untuk membentuk sebuah citra
positif di kalangan masyarakat. Kehumasan merupakan aktifitas komunikasi
untuk memasarkan dan menumbuhkan citra organisasi dengan memamfaatkan
berbagai media sebagai saluran informasinya. Keberagaman aktivitas humas
dalam sebuah instansi atau lembaga merupakan bentuk dari seberapa penting
Image Building, peranan humas dalam membangun citra positif suatu instansi
atau lembaga, dalam rangka mewujudkan hal itu diperlukan komunikasi.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan berupa gagasan atau
informasi dari pengirim melalui suatu media kepada pihak penerima agar mampu
memahami maksud pesan. Dalam Public Relation yang akan berurusan dengan
public harus selalu mengorganisasikan dan menyampaikan pesan dengan baik
agar dapat diterima dengan baik oleh public dan citra yang ditimbulkan pun
menjadi baik.
Dalam konteks humas dalam (Jefkins, Frank. 2004) citra di defenisikan
sebagai kesan, gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai degan kenyataan) atas
sosok keberadaan berbagai kebijakan personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi
perusahaan. (Jefkins) Dimana citra atau image building merupakan apa yang

dipersepsikan oleh orang lain terhadap suatu hal, dalam hal ini adalah bagaimana
cara pandang orang-orang terhadap suatu perusahaan atau lembaga.
Melatarbelakangi penelitian ini ,Universitas Andalas atau yang biasa
disingkat Unand, merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang terletak di
kota Padang, Sumatera Barat. Universitas yang merupakan universitas tertua
diluar pulau jawa ini dibuka pertama kali secara resmi oleh wakil presiden Moh.
hatta pada tahun 1955 dan pada saat itu universitas andalas merupakan universitas
keempat yang diresmikan di Indonesia. Universitas Andalas terdiri dari 15
fakultas yang sebagian besar terletak di Limau Manis sekitar 12 km dari kota
Padang. Majalah tempo pada tahun 2009 memenempatkan Unand diurutan ke 14
atau posisi pertama di luar pulau jawa dalam analisisnya terhadap kapasitas
alumni yang diserap oleh dunia usaha. Webometric juga menobatkan Unand
sebagai 100 perguruan tinggi terbaik di ASEAN (peringkat 26) atau ke- 8 di luar
pulau jawa.
Dalam buku panduan Universitas Andalas 2012, Universitas Andalas
sendiri memiliki lambang dimana terdiri atas kata Universitas Andalas yang
tertulis di atas sehelai pita putih terletak pada bagian atas. Pancaran sinar
berwarna putih sebanyak 17 buah yang berasal dari 17 agustus 1945 atau hari
kemerdekaan Indonesia. Sebatang pohon beringin berwarna hijau tua yang
tumbuh di tengah padang rumput berwarna hijau yang merupakan 3simbol
seorang pemimpin yang berilmu dan berpengetahuan yang mendedikasikan diri
dan karyanya demi kemajuan masyarakatdan kejayaan bangsa. Lalu kata Untuk

Kedjajaan Bangsa merupakan motto universitas Andalas sebagai lembaga


pendidikan tinggi yang berupaya secara optimal untuk meningkatkan kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Universitas Andalas juga mulai melakukan banyak kerjasama dengan
LKBN ANTARA dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Andalas tetapi tidak tertutup kemungkinan jurusan
lain

untuk

ikut

di

dalamnya.

Menurut

yang

peneliti

ambil

dari

(www.unand.ac.id) baru-baru ini Unand menyandang juara II Cyber Army


Competition tingkat nasional.
Dari sejarah Universitas Andalas secara singkat tadi terlihat bagaimana
citra positif yang dibentuk oleh humas Universitas Andalas. Universitas Andalas
selama ini telah menggerakan humasnya untuk membangun kesan positif akan
universitas Andalas. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh humas Universitas
Andalas akan berpengaruh pada respon masyarakat baik positif ataupun negatif.
Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti peranan Humas dalam
membentuk citra positif kepada Unand sehingga Unand menjadi salah satu
Universitas Terbaik di luar Pulau Jawa, dengan judul Analisis Pembentukan Citra
Image Building Pada Universitas Andalas (Studi Deskriptif Peranan Humas
dalam Membangun Citra Positif Universitas Andalas)

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti


memfokuskan kepada beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah sebagai
berikut :
1.

Bagaimana Aktifivitas Humas Universitas dalam membangun citra

2.

positif Universitas Andalas ?


Bagaimana Image Building yang terbentuk setelah adanya
peran/kegiatan humas dalam membangun citra positif Universitas
Andalas?
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :


1.

Untuk mengetahui bagaimana aktifitas humas Universitas dalam

2.

membangun citra positif Universitas Andalas.


Untuk mengetahui bagaimana Image Building yang terbentuk
setelah adanya peran/kegiatan humas universitas dalam membangun
vitra positif Universitas Andalas.
I.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat baik

secara akademis dan praktis.


1. Manfaat Akademis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan
sumbangan pengembangan Ilmu Komunikasi, Studi
Public Relations.

b. Hasil dari penelitian diharapkan bisa menjadi rujukan


bagi penelitian lain, khususnya mengenai image
building dalam peran humas.
2. Mamfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian
diharapkan dapat menjadi
gambaran

dari

Image

Building

aktifitas

humas

Universitas dalam membagun citra positif Universitas


Andalas
b. Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan
pemahaman terhadap Image Building peranan humas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Penelitian yang Relevan

Penelitian
perbandingan

terdahulu

dalam

dapat

dijadikan

pelaksanaan

penelitian

sebagai

acuan

mengenai

dan

Analisis

Pembentukan Citra Image Building Pada Universitas Andalas (Studi


Deskriptif Peranan Humas dalam Membangun Citra Positif Universitas
Andalas). Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini,
diantaranya adalah skripsi Christian S. Tendean, peranan humas dalam
pencitraan Universitas Sam Ratulangi Manado serta skripsi dari Kirana

Ambarwati, 2009 mengenai peran dan strategi Public Relation dalam


membangun Citra ( Studi Deskriptif pada PT (PERSERO) Angkasa I
Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Adisucipto.

N
o

Nama
Peneliti

Judul
Penelitian

Christian
S.
Tendean

Peranan
Humas
Dalam
Pencitraan
Universitas
Sam
Ratulangi
Manado

Teori dan
Metode

Persamaan
dan
Perbedaan

Hasil
Penelitian

Penelitian
ini
menggunaka
n
teori
AIDDA.
Metode
yang
digunakan
adalah
metode
penelitian
kuantitatif
dengan
pengumpula
n
data
melalui
penyebaran
kuesioner.

Sama-sama
menggunaka
n
teori
AIDDA.
Perbedaann
ya terletak
pada objek
penelitian

Humas
berperan dalam
Pencitraan
Universitas
Sam Ratulangi
Manado dimana
hasil penelitian
menunjukkan
bahwa Humas
dengan
informasinya
mampu
memberi
pengetahuan
dalam arti dapat
membentuk
citra
yang
positif terhadap
publik
baik
internal publik
maupun

eksternal publik
tentang
Universitas
Sam Ratulangi.

Kirana
Ambarwat
i, 2009

Peran dan
Strategi
Public
Relation
dalam
membangu
n Citra
( Studi
Deskriptif
pada PT
(PERSERO
) Angkasa I
Kantor
Cabang
Bandar
Udara
Internasion
al
Adisucipto

Metode
yang
digunakan
adalah
metode
penelitian
kualitatif
dengan
teknik
pengumpula
n
data
wawancara
mendalam
dengan
informan.

Sama-sama
meneliti
tentang
peran humas
dalam
membangun
citra.
Perbedaann
ya terletak
pada objek
yang diteliti

Hasil
penelitian
memperlihatka
n
berbagai
peran humas
dalm
membangun
citra dari PT
Angkasa Pura
Bandara
Adisucipto.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Public Relation/Humas
Defenisi mengenai Public Relation sangatlah banyak, yang
dikemukakan oleh para ahli terkait dengan profesi dan kesulitannya,
menurut J.C.,Seidel, dalam (Wahidin & Rully, 2011 : 1) Public Relations
Director, Devision of Housing, State of New York berbunyi :
Public Relations is the continuing process by which
management endeavors to obtain goodwill and understanding of
its customers, its employees and the public at large, inwardly
trough self analysis and correction, outwardly trought all means
of expression

Dari pengertian di atas public relations memiliki dua fungsi yaitu


eksternal dan internal, dimana seorang PR harus mampu menjalankan ke
dua fungsi itu agar mendapat pengertian dari publiknya. Cutlip, Center,
dan Broom dalam Keith Butterick (2012) yang menulis salah satu buku
pertama yang meringkas teori dan praktik Humas sebagai berikut: Humas
adalah fungsi manajemen yang mengindentifikasi, membangun, dan
mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi
dengan berbagai publik yang menjadi penentu kesuksesan dan
kegagalannya.
Kunci hubungan yang dimaksud dalam defenisi tersebut adalah
meletakkan humas universitas andalas sebagai bagian dari manajemen
organisasi yang menciptakan pengaruh dan krediblitas bagi universitas
andalas, dan tidak semata-mata hanya menjadi komponen dari universitas
andalas yang mendukung kesuksesan dari universitas andalas.
Menurut Renald Khasali, Manajemen dan Public Relations
mempunyai peranan yang penting dalam upaya mengefektifkan organisasi
dengan membangun hubungan jangka panjang dengan lembaga-lembaga
strategis. Dimana seorang PR bertugas membentuk citra perusahaan dan
menanamkan informasi positif pada masyarakat (Kasali, 2003 :105).
Dalam menjalankan tugas dan operasionalnya sebagai seorang
profesionalis, peranan Public Relations dituntut untuk dapat membentuk
manajemen krisis (crisis management), memulihkan citra setelah pasca

krisis (rectification and image recovery), manajemen Public Relations,


yaitu melakukan proses transfer dari situasi negative diupayakan menjadi
situasi positif yang menguntungkan, khususnya merekayasa dan
menggalang Opini Public sesuai dengan tujuan dari Public Relations itu
sendiri, yaitu untuk memperoleh citra yang lebih baik bagi perusahaan /
lembaga yang diwakilinya. (Roeslan, 1997:7)
Menurut Dozier, D.M.1992, mengatakan bahwa :
Peranan praktisi Public Relations dalam suatu orang/perusahaan
merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi Public Relations dan
komisi orang, disamping itu juga merupakan kunci untuk pengembangkan
peranan praktisi Public Relations / Humas dan pencapaian professional
dalam Public Relations. (Ruslan, 1997:21)
Dalam kutipan pada buku Kiat dan StrategiKampanye Public
Relations, 1997 Rosady Roeslan, S.H mengatakan bahwa Public
Relations Are Power Of Opinion, yakni Peranan Public Relations
tersebut

sama

dengan

jurnalistik

yang

memiliki

kekuatan

dan

kekuasaannya untuk membentuk opini. Perbedaannya adalah media pers


dan wartawan merupakan alat kontrol sosial, sedangkan Public Relations
telah menekankan fungsi untuk menggalang pengertian antara lembaga
yang diwakilinya dengan public yang menjadi target sasarannya (Target
Audience).

Oleh karena itu, kredibilitas seseorang Public Relations Officer


(PRO) sangat diperlukan dalam melaksanakan peranannya, khususnya
dalam berkampanye dan berpropaganda untuk tujuan promosi, publikasi,
meningkatkan kesadaran dan pemahaman pengertian, hingga membujuk
dan mempengaruhi, untuk mencari dukungan tertentu dari public
sasarannya.
Tugas dan tanggung jawab Public Relations dalam peranannya
adalah menciptakan, kepercayaan, kejujuran dan dapat memberikan
inforlasi/publikasi yang baik kepada masyarakat, tentunya di dukung
dengan kiat dan strategi, serta teknik-teknik yang digunakan pada program
yang hendak dilaksanakannya.
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A dalam Hubungan
Masyarakat Suatu Komunikasi (Roeslan, 1997:10) memberi kesimpulan
mengenai peran utama Public Relations yang pada intinya adalah sebagai
berikut :
a.

Sebagai Communicator atau penghubung antara orang atau


lembaga yang diwakilinya dengan publiknya:
Prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik (Two Way
Refficreciprocal Communications). Dalam hal ini, disatu pihak
melakukan

fungsi

komunikasi

merupakan

bentuk

penyebaran

informasi, dilain pihak komunikasi berlangsung dalam bentuk


penyampaian pesan dan menciptakan opini (Public Opinion).

b.

Membina Relationship, yang berupa membina hubungan yang


positif dan saling menguntungkan dengan pihak publik sebagai target
sasarannya, baik internal maupun eksternal publik:
Khususnya dalam menciptakan saling mempercayai (Mutually
Understanding),

dengan

saling

memperoleh

manfaat

bersama

(Mutually Simbiosis), antara lembaga atau organisasi perusahaan dan


publiknya.
c.

Peranan Back-up Management, yakni sebagai pendukung dalam


fungsi manajemen orang atau perusahaan:
Dijelaskan bahwa Public Relations melekat pada fungsi manajemen,
berarti ia tidak dapat dipisahkan dari manajemen. Proses tersebut
dalam teorinya melalui tahapan yang dikenal dengan POAC, yaitu
Planning (perencanaan), Organizing (perorganisasian), Actuating
(penggiatan), dan Controling (pengawasan).
Public Relations sebagai alat manajemen mempunyai keterkaitan yang
kuat dalam tiga hal, yang mana :
1. Pada dasarnya manajemen membantu penerapan konsep-konsep
pada kehidupan manusia.
2. Pada dasarnya manajemen untuk Public Relations adalah sebagai
strategi Public Relations, strategi dalam mengahadapi perubahan
lingkungan.

3. Proses Public Relations merupakan pendekatan manajerial yang


dimulai dari proses pengumpulan fakta aksi dan komunikasi
evaluasi
(kutipan-catatan Kapita Selekta Kehumasan).
d.

Membentuk Coorporate Image, artinya peranan Public Relations


berupaya menciptakan citra diri bagi instansi atau lembaganya.
Menciptakan citra perusahaan merupakan tujuan (goals) akhir dari
suatu aktifitas program kerja public relations campaign (kampanye
public relations), baik untuk keperluan publikasi maupun promosi.
(Roeslan, 1997:10)
Dapat dikatakan bahwa perbedaan antara Corporate Public

Relation (selanjutnya disingkat CPR) dengan Marketing Public Relation


(selanjutnya disingkat MPR) terletak pada fungsinya. Dimana CPR
berfungsi untuk mendukung tujuan perusahaan dan fungsi manajemen
perusahaan, sementara MPR berfungsi untuk mendukung tujuan
pemasaran dan memiliki fungsi manajemen pemasaran.
Menurut Philip Kotler dan William Mindak dalam Harris (1991 :
41), Marketing dan Public Relations adalah fungsi utama eksternal dari
sebuah perusahaan. Kedua fungsi tersebut dianalisis dari sudut pandang
untuk memuaskan grup luar atau publik. Cakupan perbedaan strategi yang

dilakukan oleh CPR dan MPR sebagai bagian dari fungsi PR dengan
marketing dapat terlihat melalui tabel berikut :
Tabel 2.1
Marketing, MPR, and CPR Functional Responsibility
Marketing

MPR

CPR

Market Assessment

Product Publicity

Corporate Media Relations

Customer Segmentation

Sponsorship

Investor Relations

Product Development

Special Events

Government Relations

PricingDistribution

Public Service

Community Relations

Service

Publications

Employee Communications

Consumer Advertising

Media Events

Public Affairs

Sales Promotion

Media Tours

Advocacy Advertising

Sales

Trade Support
(Sumber : Harris, 1991 : 38)
2.2.2 Image Building/ Citra
Pengertian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur secara
matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau
buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang
khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada

umumnya. (Ardianto, 2009 : ). Citra di sini merupakan suatu tanggapan


baik positif maupun negatif dari masyarakat pada umumnya terhadap
perusahaan. Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan
dengan timbulnya rasa hormat (respek), kesan-kesan yang baik dan
menguntungkan terhadap suatu citra lembaga/organisasi yang diwakili
oleh pihak humas.
Menurut Frank Jefkins, 2004 dalam buku Public Relations ,
definisi citra dalam konteks humas citra diartikan sebagai "kesan,
gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok
keberadaan berbagai kebijakan personil personil atau jasa-jasa dari suatu
organisasi atau perusahaan.
Citra dapat dibagi menjadi empat jenis menurut Frank Jefkins,
dalam buku Essential of Public Relations yang dikutip oleh Soemirat.
Dalam kutipan tersebut Frank Jefkins menuturkan jenis-jenis citra sebagai
berikut:
1. Mirror Image (Citra Bayangan). Citra ini melekat pada
orang dalam atau anggota-anggota organisasi biasanya
adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar
tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan
adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai
pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali
tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari

tidak

memadainya

informasi,

pengetahuan

ataupun

pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi


itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.
Dalam situasi yang biasa, sering muncul fantasi semua
orang menyukai kita.
2. Current Image (Citra yang Berlaku). Citra yang berlaku
adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihakpihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya
ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki
oleh mereka yang mempercayainya.
3. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud
dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi
secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk
dan pelayanannya.
4. The wish image (citra yang diinginkan), manajemen
menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini
diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik
eksternal memperoleh informasi yang lengkap
5. The multiple image (citra majemuk), yaitu banyaknya
jumlah pegawai (individu), cabang atau perwakilan dari
sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan siati

citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau


perusahaan secara kesuluruhan. Variasi citra tersebut harus
ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan harus
ditegakkan

secara

keseluruhan

(Soemirat

dan

Ardianto,2007:117).
Pengertian citra (Image) adalah nilai kepercayaan yang konkretnya
diberikan secara individual, dan merupakan pandangan atau persepsi serta
terjadinya proses akumulasi dari amanah kepercayaan yang telah diberikan
oleh individu-individu tersebut akan mengalami suatu proses, yang cepat
atau lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas dari
abstrak. Jika objek itu berupa organisasi, berarti seluruh keyakinan,
gambaran dan kesan atas organisasi dari seseorang merupakan citra.
2.2.2.1 Proses Pembentukan Citra
Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan
pengetahuan dan pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan
(Soemirat dan Ardianto, 2007:115). Untuk mengetahui nilai citra perlu
menelaah persepsi dan sikap seseorang terhadap citra organisasi
tersebut. Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif, pada
informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Citra terbentuk
berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima
seseorang. Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang
dikuti Danasaputra sebagai berikut:

Tabel 2.2
Pengalaman Mengenai Stimulus
Kognisi

Persepsi

Sikap

Stimulus

Respon
Motivasi

Rangsangan

Perilaku

Gambar 2.2.5 Model pembentukan Citra Soemirat dan


Ardianto,2007:115
1. Stimulus

: rangsangan (kesan lembaga yang diterima dari luar


untuk membentuk persepsi. Sensasi adalah fungsi
alat

indra

dalam

menerima

informasi

dari

langganan.
2.

Persepsi

: hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang


langsung dikaitkan dengan suatu pemahaman,

3.
4.

Kognisi

pembentukan makna pada stimulus indrawi.


: aspek pengetahuan yang berhubungan dengan

Motivasi

kepercayaan, ide dan konsep.


: kecenderungan yang menetap untuk mencapai
tujuan

tujuan tertentu, dan sedapat mungkin menjadi


kondisi kepuasan maksimal bagi individu setiap
saat.
5.
6.

Sikap

: hasil evaluasi negatif atau positif terhadap

Tindakan

konsekuensinya penggunaan suatu objek.


: akibat atau respons individu sebagai organism
terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari
dalam dirinya maupun lingkungan.

7.

Respons

tindakan-tindakan

seseorang

sebagai

reaksi

terhadap rangsangan atau stimulus.


Pada saat stimulus (rangsangan) diberikan, maka masyarakat akan
lanjut ke tahap selanjutnya yakni melakukan persepsi dimana persepsi ini
memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya
mengenai objek. Selanjutnya akan dilakukan kognisi, dimana ia mengerti
akan rangsangan yang diberikan. Setelah itu muncul dorongan untuk
melakukan suatu kegiatan tertentu atau biasa disebut dengan motif atau
motivasi. Terakhir munculah sikap, yang merupakan kecenderungan
bertindak, berpersepsi, berpikir dan terdapat perasaan mendalam
menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai.
2.2.3 Teori AIDDA

Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis dari diri khalayak.


Berdasarkan konsep AIDDA agar khalayak melakukan action, maka
pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya (attention) sebagai
awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikasi telah
terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat
(interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat
adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi
timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi
komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan
datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan
tindakan (action) sebagaimana diharapkan komunikator (Effendy, 2003:
305).
Menurut Wilbur Schram (2007:72), AIDDA merupakan teori klasik
yang sampai saat ini masih popular karena adanya media massa. AIDDA
(attention, interest, desire, dicision, action). Jadi relevansi dari teori dari
dengan apa yang akan diteliti yaitu bagaimana teori AIDDA digunakan
dalam membangun citra positif tersebut. Dimana semua dimulai dengan
membangkitkan perhatian (attention) masyarakat melalui pesan yang
disampaikan (oleh Humas) lewat tatap muka dan media massa. Perhatian
masyarakat diarahkan untuk mengetahui informasi tentang Universitas
Andalas dan program-program yang akan dijalankan nantinya, setelah itu

tumbuhlah

kepentingan

(interest)

setelah

publik

mengamati

dan

memperhatikan Informasi, menerima dan memahami dengan baik pesan


tersebut, akan tumbuh minatnya dan berhasrat (desire) untuk melanjutkan
studi anaknya di Universitas Andalas. Pada akhirnya mereka akan
mengambil keputusan (decision) untuk mengimplementasikannya dalam
tindakan (action) yaitu mendaftarkan anak mereka sebagai mahasiswa
Universitas Andalas dengan pandangan bahwa studi di Universitas
Andalas membawa kebaikan bagi masa depan anak-anak mereka.
Dalam teori ini mengedepankan peran humas untuk memberikan
pandangan, pemikiran, pengetahuan dan kepercayaan kepada publik
melalui pesan-pesan yang disampaikan tentang Universitas Andalas
dengan berbagai permasalahannya sehingga masyarakat dapat memiliki
gambaran yang positif.

2.3 Kerangka Pemikiran


Penelitian Ini meneliti tentang bagaimana peran humas dalam
membangun citra postif universitas Andalas. Apa saja yang aktifitas humas dari
Universitas Andalas dalam membentuk citra unand hingga saat ini.

PR/Humas Universitas
Andalas

Image Building
( UNAND)

Proses Pembentukan
Citra

Teori AIDDA

Aktifitas Humas
Universitas Andalas

Citra / Image Building yang


terbentuk dari aktifitas
Humas Universitas Andalas

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Kualitatif. Pendekatan
yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian
komunikasi dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan / atau pemahaman

(understanding) mengenai bagaimana suatu gejala atau realitas komunikasi


terjadi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, sehingga
peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati bagaimana proses
komunikasi yang dilakukan oleh informan. (Pawito,2008:35)
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini
bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang faktafakta dan sifat-sifat tertentu. Dengan demikian, penelitian ini dimaksudkan untuk
menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar
variabel. (Kriyantono,2010:69)
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Sesuai
dengan pendapat Sugiono (2008:13) pengertian objek penelitian adalah sasaran
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang
sesuatu hal objektif, valid dan reliabel tentang suatu hal (variabel tertentu). Subjek
penelitian adalah informan yang bekerja di kehumasan Universitas Andalas
terutama ketua dari humas dan beberapa staff dari kehumasan Universitas Andalas
dan beberapa mahasiswa di Universitas Andalas. Informan-informan ini tentunya
akan melengkapi pertanyaan-pertanyaan dari rumusan masalah.
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling
yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya informan tersebut dianggap paling


tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang diteliti
(Sugiyono,2012 : 217-218).
Peneliti mengambil informan berdasarkan penelitian mengenai aktifitas
humas Universitas Andalas dalam membangun Image building dan citra positif
Universitas Andalas. Informan penelitian mempunyai ketentuan yakni,

staff

humas universitas andalas, aktif yakti ikut berperan serta dalam kegiatan
kehumasan universitas andalas hingga sekarang. Dan yang diutamakan adalah
kepala divisi kehumasan Unand, karena dirasa bisa menjadi informan yang bisa
menjelaskan semua yang peneliti inginkan.
Sedangkan untuk pihak luar kehumasan unand yang akan diwawancarai
dengan kriteria ikut menghadiri kegiatan yang diadakan kehumasan unand
setidaknya dua kali, umur dan gender tidak ditentukan.

3.3 Sumber Data


Dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adapun sumber data
dalam penelitian ini adalah (Bungin, 2005:122).
3.3.1

Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama penelitian atau objek penelitian. Data ini dikumpulkan, diolah,
dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber utama adalah

ketua divisi humas universitas andalas

dengan beberapa orang staff humasnya.


3.3.2

Sumber Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder, yang diharapkan dapat membantu mengungkap data yang
diharapkan. Adapun sumber data sekunder yang akan diperlukan yaitu:
buku, majalah, website resmi, foto, dokumen, video, dan yang lainnya.
Peneliti akan mencari data sekunder dengan melihat website yang
mengulas tentang universitas andalas dan juga akan melakukan
dokumentasi saat wawancara dengan informan peneliti pihak kehumasan
universitas andalas.

3.4

Teknik Pengumpulan Data


Sumber yang paling umum yang akan digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi, kadang-kadang secara individual.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian
yang terfokus pada kejadian, gejala, atau sesuatu (Emzir, 2011 : 37).
Penelitian ini akan menempatkan peneliti dalam observasi non

partisipan. Observasi non partisipan adalah metode observasi dimana


peneliti hanya bertindak mengobservasi tanpa ikut terjun melakukan
aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diteliti, apakah
kehadirannya diketahui atau tidak (Kriyantono, 2006 : 108). Observasi
yang akan dilakukan peneliti adalah melihat bentuk-bentuk instrument
yang ada pada kegiatan humas universitas andalas yakni sebagai bukti
yang menunjukkan bahwa mereka melaksanakan kegiatan kehumasan
dalam membangun citra positif universitas andalas. Kemudian peneliti
juga akan mengamati kegiatan yang mereka lakukan saat membangun
citra positif universitas andalas.
2. Wawancara
Dalam bentuknya yang sederhana wawancara terdiri atas sejumlah
pertanyaan yang dipersiapkan oleh peneliti dan diajukan kepada
seseorang mengenai topik penelitian secara tatap muka, dan peneliti
merekam jawaban-jawabannya sendiri (Emzir,2011:49).
Peneliti akan mengajak informan melakukan wawancara dalam
suasana

yang

tenang

agar informan

merasa

nyaman

ketika

diwawancara. Peneliti akan melakukan wawancara di tempat informan


sering berkumpul, ditempat kerja informan, atau disesuaikan dengan
tempat informan merasa leluasa dan nyaman untuk diwawancarai..

Dalam wawancara, peneliti akan menggunakan alat perekam, seperti


telepon genggam dan catatan lapangan.
3. Dokumentasi
Di samping observasi partisipan dan wawancara, para peneliti kualitatif
dapat juga menggunakan berbagai dokumen dalam menjawab pertanyaan terarah.
Apabila tersedia, dokumen ini dapat menambah pemahaman atau informasi untuk
penelitian.(Emzir,2011:61).

Dimana

peneliti

akan

mendokumentasikan

wawancara yang dilakukan baik rekaman wawancara, fot, jika diperlukan dan di
izinkan informan, dan juga arsip-arsip yang natinya peneliti dapatkan dilapangan
selama melakukan penelitian mengenai pembangunan citra positif Image
Building Universitas Andalas (Studi Deskriptif Peranan Humas dalam
Membangun Citra Positif Universitas Andalas).
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan yang dihasilkan pada umumnya
tidak dimaksudkan sebagai generalisasi, tetapi sebagai gambaran interpretif
tentang realtias atau gejala yang diteliti secara holistic dalam setting tertentu.
(Pawito, 2008:100-102).
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam menganalisa data
adalah dengan menggunakan teknik analisa data Miles dan Huberman. Teknik
analisis ini pada dasarnya terdiri dati tiga komponen, yaitu: reduksi data,
penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan (Pawito:2008:104). Dan

dilakukan dengan cara deskriptif (non statistik), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang
dipisahkan sesuai dengan kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Penyajian data

Pengumpulan data

Penarikan/pengujian
kesimpulan

Reduksi data

Gambar 3.1 Analisa data Miles dan Huberman


Sumber: Pawito : 2008: 105
1) Reduksi

data

merujuk

pada

proses

pemilihan,

pemfokusan,

penyederhanaan, abtraksi, dan pentranformasian data mentah yang terjadi


dalam catatan lapangan tertulis. Peneliti menyeleksi data yang didapat
saat di lapangan untuk dideskripsikan dalam tulisan yakni pada hasil dan
pembahasan. Data tersebut berupa hasil wawancara dengan fans, dan
observasi yang dilakukan peneliti.
2) Penyajian data (Model data) : sebagai suatu kumpulan informasi yang
tersusun dengan cara pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Setelah data tersebut disusun sesuai yang dibutuhkan, peneliti
kemudian menjabarkannya ke dalam tulisan dan dikaitkan dengan teori.
3) Penarikan kesimpulan (verifikasi) : dari pengumpulan data, peneliti
kualitatif

mulai

memutuskan

apakah makna

sesuatu, mencatat

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mngkin, alur kausal,


dan proposisi-proposisi. Peneliti

menguji kebenaran dari data yang

diperoleh dengan kesimpulan awal yang didapat oleh peneliti. Untuk


melihat kredibel atau tidaknya keabsahan data tersebut.
3.6 Triangulasi Data
Menurut Sugiyono (2012), triangulasi data terdiri dari triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Namun dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi waktu.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik untuk
memeriksa keabsahan data, dengan cara mengecek data kembali kepada sumber
yang sama dengan teknik berbeda. Dalam penelitian ini data utama diperoleh
melalui wawancara, kemudian peneliti melakukan observasi terhadap informan.
Peneliti melakukan triangulasi waktu dengan cara melakukan observasi
beberapa kali pada waktu yang berbeda-beda untuk memastikan kredibilitas data
yang peneliti peroleh.
3.7

Jadwal Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kota Padang yakni di tempat-tempat pihak
kehumasan universitas / andalas mengadakan kegiatan. Penelitian akan
dilaksanakan dalam waktu tiga bulan. Kegiatan penelitian akan meliputi
penyusunan proposal skripsi, pengambilan data lapangan.

(Sumber : Diolah sedemikian rupa oleh peneliti sesuai subjek


yang diteliti)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2009. Public Relations Praktis. Bandung : Widya Pajajaran


Jefkins,Frank.2004.Public Relations.Jakarta: PT Erlangga
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi: disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Kencana
_________________. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta :Kencana
Saputra, Wahidin dan Rully Nasrullah. 2011. Public Relation 2.0 (Teori dan
Praktik Public Relations di Era Cyber). Jakarta : Pramata Publishing.

www.unand.ac.id
Hanbook_informasi_universitas_andalas

Skripsi Rujukan
Skripsi Christian S. Tendean.2013. Peranan Humas Dalam Pencitraan
Universitas Sam Ratulangi Manado.Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Kirana Ambarwati.2013. Peran dan Strategi Public Relation dalam membangun
Citra ( Studi Deskriptif pada PT (PERSERO) Angkasa I Kantor Cabang Bandar
Udara Internasional Adisucipto.

Anda mungkin juga menyukai