Nama Mahasiswa
NRP
Jurusan
Dosen Pembimbing
:
:
:
:
ABSTRAK
Perkembangan aplikasi program bantu dalam bidang teknik sipil saat ini sangat
pesat dan mempunyai peranan yang besar dalam dunia konstruksi. Sudah banyak aplikasi
program bantu yang dihasilkan oleh negara negara maju yang notabene dapat
mempercepat proses perhitungan struktur seperti PCACOL, PCABEAM, SAP 2000, ETABS,
dan sebagainya. Sedangkan di Indonesia perkembangan aplikasi program bantu yang sesuai
dengan kebutuhan ahli ahli konstruksi di Indonesia saat ini masih minim jumlahnya.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan aplikasi program bantu untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Di dalam tugas akhir ini, aplikasi program yang dikembangkan hanya
mengadopsi peraturan yang ada di Indonesia saat ini yaitu SNI 03-2847-2002. Beberapa
mahasiswa Teknik Sipil ITS sebelumnya telah mengembangkan beberapa software untuk
analisa struktur. Salah satu software yang telah dikembangkan sebelumnya adalah Program
Analisa Struktur Frame 3D yakni SFAP (Space Frame Analysis Program). Program tersebut
digunakan untuk menganalisa struktur space frame.
Program analisa struktur yang telah dibuat sebelumnya hanya menghasilkan output
berupa momen, gaya geser dan gaya aksial. Output tersebut dirasa masih belum memenuhi
kebutuhan untuk mendesain suatu struktur. Oleh karena itu dibutuhkan output lain berupa
tulangan geser pada balok. Penulis berusaha mengembangkan program tersebut dengan
menambahkan analisis geser sampai dapat menghasilkan output lain gambar potongan
memanjang tulangan serta spasi tulangan geser. Dari 3 studi kasus yang dianalisa dalam
studi tugas akhir ini didapatkan bahwa program bantu yang dikembangkan menghasilkan
output yang hampir sama (berselisih sedikit) setelah dibandingkan dengan program bantu
SAP 2000 v.14 dan dengan perhitungan manual.
Kata kunci : SNI 03-2847-2002, tulangan geser, analisis geser, balok.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Balok merupakan salah satu komponen dari
sebuah struktur yang direncanakan mampu menahan
tegangan tekan maupun tegangan tarik yang
diakibatkan oleh beban lentur yang bekerja pada balok
tersebut. Karena sifat beton yang kurang mampu
menahan tegangan tarik, maka beton diperkuat dengan
tulangan baja di daerah dimana tegangan tarik tersebut
bekerja. Selain gaya lentur, hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan balok salah satunya
ialah gaya geser.
Tulangan
geser
dibutuhkan
untuk
mengantisipasi timbulnya retak secara langsung pada
balok yang diakibatkan oleh gaya geser yang cukup
besar. Dalam sebuah komponen struktur ada dua
kondisi memakai atau tidak tulangan geser. Pertama
yakni tanpa tulangan geser, gaya geser yang terjadi
diasumsikan hanya ditahan oleh beton. Namun jika
memakai tulangan geser, maka porsi kuat geser
diasumsikan disumbangkan oleh beton dan sisanya
oleh tulangan geser (Nawy, Tavio, dan Kusuma. Beton
Bertulang: Sebuah Pendekatan Mendasar. 2010.
Surabaya : ITS Press).
Oleh karena itu, untuk mendesain tulangan
geser tersebut dibutuhkan suatu alat bantu (software)
yang dapat memudahkan dalam proses perencanaan.
Akan tetapi pada kenyataannya beberapa software
teknik sipil seperti SAP 2000, ETABS, STAAD Pro,
PCACol, PCABeam dan sebagainya yang digunakan
di Indonesia saat ini sebagian besar bukanlah software
yang memiliki lisensi penuh ( full licensed ).
Software-software tersebut menghasilkan output yang
kurang akurat, selain itu running program dari
software yang tidak memiliki full licensed tidak bisa
dikembangkan sehingga tidak bisa diketahui letak
kesalahan dari running program tersebut jika terjadi
permasalahan. Masalah lainnya adalah semakin
ketatnya peraturan tentang penggunaan aplikasi
komputer berlisensi ( Sumber : Undang-Undang No.
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta ). Pada
kenyataannya memang software dengan full licensed
memiliki harga yang cukup mahal. Jadi, jika suatu saat
peraturan tersebut semakin ketat maka dikhawatirkan
software full licensed tersebut akan sulit didapat dan
semakin mahal harganya.
Beberapa mahasiswa Teknik Sipil ITS
sebelumnya telah mengembangkan beberapa software
untuk analisa struktur. Salah satu software yang telah
dikembangkan sebelumnya adalah Program Analisa
Struktur Frame ( SFAP / Space Frame Analysis
Program ) dengan menggunakan program bantu
Visual Basic. Seperti Ahmad Faza Azmi yang
membahas tentang kolom beton bertulang tetapi hanya
mendapat beban gravitasi saja, Diar Fajar Gosana
yang membahas tentang Torsi pada balok beton
bertulang yang menghasilkan jumlah dan jarak
1.5 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam ini tugas akhir
ini adalah:
1. Penyusunan program ini akan melengkapi
program yang telah disusun sebelumnya
2. Program analisa struktur ini dapat digunakan
sebagai alternatif dapat diperoleh dengan harga
yang lebih murah dan mudah tanpa perlu rasa
khawatir karena terjamin keasliannya
3. Pada akhirnya Tugas Akhir ini dapat menjadi
referensi untuk pengembangan secara terusmenerus dari program-program bantu lain yang
lebih kompleks demi terciptanya kemajuan
Vs =
bw d
( SNI pasal 13.5.6.5 )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vs =
Dimana :
Vs : Kuat geser nominal yang
disumbangkan oleh tulangan
geser ,KN
Vn : Kuat geser nominal, KN
Vc : Kuat geser nominal yang
disumbangkan oleh beton, KN
fc : Kuat tekan beton, Mpa
bw : Lebar badan, mm
Av : Luas tulangan geser dalam
daerah sejarak s, mm2
fy : Kuat leleh yang disyaratkan
untuk tulangan non-prategang,
Mpa
d
: jarak dari serat tekan terluar ke
titik berat tulangan tarik
longitudinal, mm
s
: spasi tulangan geser atau puntir
dalam arah paralel dengan
tulangan longitudinal, mm
2.2
bw d
1.
2.3
bw d : smax =
300 mm
( SNI pasal 13.5.4.1 )
Vu >
bw d : perbesar penampang
Av minimum =
A
Perbaiki Tampilan
Finish
3.1
BAB III
METODOLOGI
Start
Studi Literatur
Pendahuluan dan
Tinjauan Pustaka
3. Alur Pemrograman
a. Menyusun
algoritma
perhitungan
sampai desain tulangan geser
4. Pembuatan Program
a. Membuat interface program
b. Menyusun listing prosedur baca data
c. Menyusun listing prosedur analisa
d. Membuat listing program output dan
plotting
Alur Pemrograman
Pembuatan Program
Error
5. Running Program
a. Menjalankan program dan memeriksa
masalah akibat kesalahan pemrograman
Running
Program
6. Output
a. Mengoperasikan
program
dan
membandingkannya hasilnya dengan
teori dan software profesional lain
OK
Tidak
Output Benar
3.2
Ya
Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan studi literatur
mengenai konsep metode elemen hingga yang
berupa metode kekakuan langsung untuk
analisa struktur dan bahasa pemrograman
Visual Basic 6.0. Sumber-sumber yang
digunakan antara lain:
1. Nawy, Tavio, dan Kusuma. 2010. Beton
Bertulang:
Sebuah
Pendekatan
Mendasar. Surabaya : ITS Press.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3.3
1. INPUT DATA
2. ANALISA STRUKTUR
3. OUTPUT
DATA
4. Analisa Balok
Finish
Mulai
= 0,75
Vc =
bw d
Ya
Sengkang Praktis
s=
atau smax 600
mm
Vu ( Vc + Vsmin )
Tidak
( Vc + VYa
smin ) Vu ( Vc +
Ya
s=
atau smax
600 mm
Tidak
( Vc + Vsmin ) Vu ( Vc +
Penampang
diperbesar
Ya
Tidak
Selesai
s=
atau
smax 300 mm
3.3.1.
b.
.Vsperlu Vu .Vc ; Vs
1
bw.S
; Vs (min) .bw.d
Av (min)
3
3. fy
d
Smaks dan Smaks 600mm
2
1
3
fc '.bw.d
Av. fy.d
S
d
dan Smaks 600mm
2
1
2
c. Vc
fc '.bw.d Vu Vc
3
3
Smaks
Vc Vs min Vu Vc
.Vperlu Vu .Vc ; Vs
Smaks
d.
Vu
2
3
Av. fy.d
S
d
; Smaks 300mm
4
Av f y d
Vs
Vu (Vc Vs ) ,
untuk
3.3.7 Merancang Program Dengan Visual Basic
6.0
Langkah awal yang dilakukan pada tahap
ini
adalah
mempelajari
dasar-dasar
pemrograman dengan Visual Basic 6.0. Setelah
mempelajari
bahasa
pemrograman
ini
kemudian dilanjutkan dengan membuat
program analisa struktur menggunakan metode
kekakuan langsung untuk mendapatkan jumlah
tulangan yang dibutuhkan.
3.3.8 Verifikasi Output
Setelah program di-running dan berjalan
sesuai rencana, dilakukan verifikasi output
dengan output dari SAP2000 serta dengan
perhitungan manual.
3.4
Studi Kasus
Untuk aplikasi analisa struktur menggunaka
program SFAP yang akan dilakukan pada Studi
Kasus sebagai berikut :
fc '.bw.d
BAB V
STUDI KASUS
q = 7500 kg
5m
6m
6m
q = 7500 kg
5m
6m
q = 12500 kg
6m
6 m
6m
7m
7m
: 2625051388,85415 kg/m2
: 1009635149,55929 kg/m2
: 30 MPa
: 0,85
: 0,3
Define
Section
Define
Section
Node 1
1
2
3
Node 2
2
3
4
Section
Kolom
Balok
Kolom
4
5
6
7
8
5
6
7
2
3
6
7
8
6
7
Kolom
Balok
Kolom
Balok
Balok
8.
= 5897,68 kg
= 22500 kg
= 19873,69 kgm
= -5897,68 kg
= 22500 kg
= -19873,69 kgm
SAP
xqxL
Frame 2
Vu1
fc
fy = fyv
Dlentur
Dgeser
= x 7500 kg/m x 6 m
= 22500 kg = 225 kN
= 209,617 kN
= 35 MPa
= 400 MPa
= D19
= D10
Dimensi balok :
bw = 300 mm
h
= 400 mm
d
= h (40 +
= 400 (40 +
= 350,5 mm
Vc
Dlentur)
19)
bw d
Vsmin = bw d
= 300 x 350,5 = 35,05 kN
Kondisi 1 :
Vu1 ( Vc + Vsmin )
209,617 kN
0,75 (95,988 kN + 35,05 kN )
209,617 kN
98,278 kN
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu1 ( Vc +
bw d )
98,278 kN 209,617 kN 0,75(95,988+
.300.350,5)
98,278 kN 209,617 kN 0,75 (95,988 kN +
191,976 kN)
98,278 kN 209,617 kN 215,973 kN
11
Maka Vsperlu
=
=
=
Maka Vsperlu
= 181.213 kN
=
=
= 175,25 mm
= 121,467 mm
= 110,325 kN
= 30 MPa
= 400 MPa
= D19
= D10
= 400 (40 +
= 350,5 mm
Dlentur)
19)
bw d
Vsmin = bw d
= 300 x 350,5 = 35,05 kN
Kondisi 1 :
Vu1 ( Vc + Vsmin )
110,325 kN
98,278 kN
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu1 ( Vc +
bw
d)
= 49,622 kN
= 175,25 mm
Karena s =
Dimensi balok :
bw = 300 mm
h
= 400 mm
d
= h (40 +
Vc
= 443,58 mm
= 175,25 mm s = 443,58 mm,
maka pakai s =
= 175,25 mm namun untuk
kemudahan pemasangan tulangan geser di lapangan
pakai s = 175 mm.
Dengan demikian pada Vu di titik 2 memakai
tulangan geser terpasang 10 175 mm.
Pada Vu di titik 3 (Vu3) tidak ada pengaruh
gaya geser (Vu) maka langsung dipasang tulangan
geser dengan jarak sebesar 600 mm atau bisa juga
tidak memakai tulangan geser.
Frame 5
Vu1
fc
fy = fyv
Dlentur
Dgeser
= 209,617 kN
= 35 MPa
= 400 MPa
= D19
= D10
Dimensi balok :
bw = 300 mm
h
= 400 mm
d
= h (40 +
= 400 (40 +
= 350,5 mm
Vc
Dlentur)
19)
bw d
Vsmin = bw d
Kondisi 1 :
Vu1 ( Vc + Vsmin )
209,617 kN
98,278 kN
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu1 ( Vc +
Vsmin = bw d
= 300 x 350,5 = 35,05 kN
Kondisi 1 :
Vu1 ( Vc + Vsmin )
110,325 kN
98,278 kN
bw
d)
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu1 ( Vc +
=
=
Maka Vsperlu
s=
=
=
= 175,25 mm
= 121,467 mm
= 400 (40 +
= 350,5 mm
Vc
s syarat = =
s=
Dlentur)
= 175,25 mm
Karena s =
= 443,58 mm
= 175,25 mm < s = 443,58 mm,
= 110,325 kN
= 30 MPa
= 400 MPa
= D19
= D10
Dimensi balok :
bw = 300 mm
h
= 400 mm
d
= h (40 +
= 49,622 kN
=
=
= 181.213 kN
bw
d)
Tabel 5.3
19)
Titik
1
2
3
bw d
13
s (SFAP)
120,013 mm
430,872 mm
Sengkang
s (Manual)
121,467 mm
443,58 mm
Sengkang
4
5
110,325 kN
209,617 kN
Tabel 5.4
praktis
430,872 mm
120,013 mm
praktis
443,58 mm
121,467 mm
Titik
1
2
3
Vu
209,617 kN
110,325 kN
0
4
5
110,325 kN
209,617 kN
s (SFAP)
120,013 mm
430,872 mm
Sengkang
praktis
430,872 mm
120,013 mm
s (Manual)
121,467 mm
443,58 mm
Sengkang
praktis
443,58 mm
121,467 mm
6m
q = 15000 kg
6m
X (m)
0
0
0
7
7
7
0
0
0
7
7
7
Y (m)
0
6
12
12
6
0
0
6
12
12
6
0
Z (m)
0
0
0
0
0
0
7
7
7
7
7
7
Label
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Node 1
1
2
3
4
2
5
7
8
9
10
Node 2
2
3
4
5
5
6
8
9
10
11
Section
Kolom
Kolom
Balok
Kolom
Balok
Kolom
Kolom
Kolom
Balok
Kolom
11
12
13
14
15
16
6.
8
11
3
4
2
5
11
12
9
10
8
11
Balok
Kolom
Balok
Balok
Balok
Balok
Frame 5
fx1
fy1
M z1
fx2
fy2
M z2
= 8853,81 kg
= 52500 kg
= 58518,67 kgm
= -8853,81 kg
= 52500 kg
= -58518,67 kgm
15
: D19
: D10
Vu =
Frame 3
Vu1
fc
fy = fyv
Dlentur
xqxL
= x 12500 kg/m x 7 m
= 43750 kg = 437,5 kN
= 410,653 kN
= 30 MPa
= 400 MPa
= D19
Dgeser
= D10
Dimensi balok :
bw = 300 mm
h
= 400 mm
d
= h (40 +
= 400 (40 +
= 350,5 mm
Vc
=
Vsmin = bw d
Dlentur)
19)
bw d
Kondisi 1 :
Vu1 ( Vc + Vsmin )
410,653 kN 0,75 (127,96 kN + 46,73 kN )
410,653 kN 131,02 kN
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu1 ( Vc +
bw d )
131,02 kN 410,653 kN 0,75(127,96+
.350.400,5)
131,02 kN 410,653 kN 0,75 (127,96 kN +
255,92 kN)
131,02 kN 410,653 kN 287,91 kN
Vsmin = bw d
= 300 x 350,5 = 35,05 kN
Kondisi 1 :
Vu1 ( Vc + Vsmin )
410,653 kN
98,278 kN
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu1 ( Vc +
Kondisi 3 :
(Vc +
bw d ) Vu1 (Vc +
bw d )
287,91 kN 410,653 kN 0,75(127,96 +
.350.400,5)
287,91 kN 410,653 kN 0,75 (127,96 kN +
511,85 kN)
287,91 kN 410,653 kN 479,86 kN
bw d
98,278kN410,653kN0,75(95,988+
.300.350,5)
98,278 kN 410,653kN0,75(95,988 kN+191,976kN)
98,278 kN 410,653 kN 215,973 kN
Kondisi 3 :
( Vc +
bw d ) Vu1 (Vc+
bwd)
215,973kN 410,653 kN 0,75(95,988+
.300.350,5)
215,973kN 410,653 kN 0,75 (95,988 kN +
383,953 kN)
215,973kN 410,653 kN 359,955 kN
Maka Vsperlu
= 450 (40 +
= 400,5 mm
Vc
=
=
=
=
= 419,57 kN
s syarat = =
s=
= 100,13 mm
= 59,95 mm
Dlentur)
19)
Frame 3
Vu2
bw d
17
= 214,52 kN
fc
fy = fyv
Dlentur
Dgeser
= 30 MPa
= 400 MPa
= D19
= D10
Dimensi balok :
bw = 350 mm
h
= 450 mm
d
= h (40 +
= 450 (40 +
= 400,5 mm
Vc
Dlentur)
19)
bw d
Vsmin = bw d
= 350 x 400,5 = 46,73 kN
Kondisi 1 :
Vu2 ( Vc + Vsmin )
214.52 kN
0,75 (127,96 kN + 46,73 kN )
214.52 kN
131,02 kN
Gambar 5.24 Tampilan Run Shear Analysis Studi
Kasus 2 Frame 5
Setelah proses running analisis geser akan
didapatkan hasil seperti Gambar 5.24 diatas. Pada
Gambar 5.23 terlihat pengambilan nilai Vu dari 5 titik
pada diagram geser secara otomatis. Pengambilan
nilai Vu dari beberapa titik ini dimaksudkan untuk
kemudahan perhitungan spasi (jarak) antar tulangan
geser. Didapatkan untuk Frame 3 pada Vu berada di
titik 1 (Vu1) dengan nilai 492,784 kN memiliki spasi
Maka Vsperlu =
hitung antar tulangan gesernya sebesar 57,468 mm,
lalu pada saat Vu berada di titik 2 (Vu2) dengan nilai
257.425 kN memiliki spasi hitung antar tulangan
=
gesernya sebesar 158.368 mm, sedangkan pada saat
Vu berada pada titik 3 tidak ada pengaruh dari gaya
geser, maka untuk spasi tulangang nya berlaku praktis.
=
Sedangkan untuk Vu pada titik 4 (Vu4) dan Vu pada
titik 5 (Vu5) berlaku gaya geser dan spasi antar
=
= 158,07 kN
tulangan gesernya sama dengan Vu pada titik 1(Vu1)
Syarat jarak tulangan geser ialah s smax = dan Vu pada titik 2 (Vu2).
600 mm. Karena memakai sengkang dua kaki untuk a v
Frame 5
=
2 = 157 mm.
Vu1
= 492,784 kN
fc
= 30 MPa
fy = fyv
= 400 MPa
s syarat = =
= 200,25 mm
Dlentur
= D19
Dgeser
= D10
s=
=
= 159,12 mm
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu2 ( Vc +
bw d )
131,02 kN 214.52 kN 0,75(127,96+
.350.400,5)
131,02 kN 214.52 kN 0,75 (127,96 kN +
255,92 kN)
131,02 kN 214.52 kN 287,91 kN
Dimensi balok :
bw = 300 mm
h
= 400 mm
d
= h (40 +
Dlentur)
= 400 (40 +
= 350,5 mm
Vc
19)
Vsmin = bw d
= 400 x 450,5 = 60,07 kN
bw d
Kondisi 1 :
Vu1 ( Vc + Vsmin )
492,784 kN
168,43 kN
Vsmin = bw d
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu1 ( Vc +
bw d )
168,43 kN 492,784 kN 0,75(164,5+
.400.450,5)
168,43 kN 492,784 kN 0,75 (164,5 kN +
328,99 kN)
168,43 kN 492,784 kN 370,12 kN
98,278 kN
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu1 ( Vc +
bw d )
98,278 kN 492,784 kN 0,75(95,988+
.300.350,5)
98,278 kN 492,784 kN 0,75 (95,988 kN +
191,976 kN)
98,278 kN 492,784 kN 215,973 kN
Kondisi 3 :
(Vc +
bw d ) Vu1 (Vc +
bw d )
370,12 kN 492,784 kN 0,75(164,5+
.400.450,5)
370,12 kN 492,784 kN 0,75 (164,5 kN +
657,99 kN)
370,12 kN 492,784 kN 616,87 kN
Kondisi 3 :
(Vc +
bw d ) Vu1 (Vc +
bw d )
215,973kN 492,784 kN 0,75(95,988+
.300.350,5)
215,973kN 492,784 kN 0,75 (95,988 kN +
383,953 kN)
215,973kN 492,784 kN 359,955 kN
Maka Vsperlu
=
=
=
s syarat = =
s=
= 112,63 mm
= 57,44 mm
19)
bw d
= 492,55 kN
Dlentur)
Frame 5
Vu2
fc
fy = fyv
Dlentur
Dgeser
19
= 257,425 kN
= 30 MPa
= 400 MPa
= D19
= D10
Dimensi balok :
bw = 400 mm
h
= 500 mm
d
= h (40 +
= 500 (40 +
= 450,5 mm
=
bw d
Vc
Vsmin = bw d
= 400 x 450,5 = 60,07 kN
Kondisi 1 :
Vu2 ( Vc + Vsmin )
257.425 kN
168,43 kN
Kondisi 2 :
( Vc + Vsmin ) Vu2 ( Vc +
bw d )
168,43 kN 257.425 kN 0,75(164,5 +
.400.450,5)
168,43 kN 257.425 kN 0,75 (164,5 kN +
328,99 kN)
168,43 kN 257.425 kN 370,12 kN
Maka Vsperlu
=
= 178,73 kN
Titik
1
2
3
Vu
410,653 kN
214,52 kN
0
4
5
214,52 kN
410,653 kN
Tabel 5.8
s (SFAP)
59,975 mm
159,201 mm
Sengkang
praktis
159,201 mm
59,975 mm
s (Manual)
59,95 mm
159,12 mm
Sengkang
praktis
159,12 mm
59,95 mm
Titik
1
2
3
Vu
492,784 kN
257,425 kN
0
4
5
257,425 kN
492,784
kN
s (SFAP)
57,468 mm
158,368 mm
Sengkang
praktis
158,368 mm
57,468 mm
s (Manual)
57,44 mm
158,29 mm
Sengkang
praktis
158,29 mm
57,44 mm
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
= 225,25 mm
= 158,29 mm
6.2 Saran
1.
2.
3.
21