Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PROTISTA

SIM RIVER

NAMA

: Siti Murni MasAdah

NIM

: 24020115120030

KELOMPOK

:5

ASISTEN

: Lania Alan

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Protista merupakan organisme eukariotik uniseluler yang hidup soliter
atau berkoloni. Protista dapat digolongkan menjadi protista mirip hewan
(protozoa), protista mirip tumbuhan (alga) dan protista mirip jamur (jamur
lendir/slame mold). Bentuk tubuh organisme golongan protista amatlah
beragam. Bacillariophyceae (Yunani, bacillus = batang kecil, phykos = alga)
adalah ganggang uniseluler, berwarna kuning kecokelatan, dan memiliki
dinding sel yang unik seperti gelas dan campuran bahan organik dan silika.
Bacillariophyceae dikenal sebagai ganggang kersik atau diatom. Diatom dapat
dijadikan sebagai bioindikator alami, sehingga kualitas lingkungan dapat
diketahui dari jenis diatom yang terdapat pada lingkungan tersebut. Diatom
yang bersifat toleran dapat hidup pada lingkungan yang tercemar, sementara
diatom yang intoleran, hanya beberapa jenis saja yang masih dapat bertahan
pada lingkungan yang tercemar.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana cara penggunaan dan fungsi aplikasi SimRiver?
1.2.2. Bagaimana perbedaan jenis diatom pada lingkungan dengan indikator
tertentu?

1.3.Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1.3.1. Mengetahui cara penggunaan dan tujuan digunakannya aplikasi
Simriver.
1.3.2. Mengetahui perbedaan jenis diatom pada lingkungan dengan indikator
lingkungan tertentu.

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1.

Simriver
Polusi lingkungan dan dampaknya memberikan tantangan kepada
para sintis konservasi dan administrator terhadap perkembangan negara.
Pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai lingkungan semakin
memperburuk keadaan karena penanganan yang kurang tepat. Hal inilah yang
mendorong pembuatan aplikasi SimRiver. SimRiver adalah sebuah software
simulasi yang disusun oleh Dr. Shigeki Mayama dari Universitas Tokyo
Gakugei. Pengguna SimRiver dapat mempelajari dan mngetahui hubungan
antara aktivitas manusia dengan lingkungan sungai, khususnya mengenai
diatom. simRiver pada awalnya dikembangkan di Jepang untuk media
pembelajaran tingkat sekolah menengah dan sekolah menengah atas.
Perkembangan selanjutnya, pengembang SimRiver bekerja sama dengan
peneliti diatom dan membeli prigram ini untuk dikembangkan dalam aplikasi
SimRiver sebagai Proyek Diatom. Aplikasi online ini gratis untuk siapa saja dan
dapat diunduh menggunakan komputer apa saja. Selain itu, aplikasi ini juga
dapat dijalankan dalam kondisi offline. simRiver mempermudah seseorang
untuk belajar dengan mengatur kondisisungai sesuai dengan keinginan dari
menu-menu yang telah disediakan (Gubbi Labs, 2012)

2.2. Diatom
Bacillariophyceae (Yunani, bacillus = batang kecil, phykos = alga) adalah
ganggang uniseluler, berwarna kuning kecokelatan, dan memiliki dinding sel
yang unik seperti gelas dan campuran bahan organik dan silika. Bacillariophyceae
dikenal sebagai ganggang kersik. Dinding sel diatom terdiri atas dua bagian yang
saling tumpang tindih seperti kotak (hipoteka) dengan tutupnya (epiteka). Pada
hipoteka dan epiteka terdapat pori-pori sebagai tempat pertukaran zat dan gas

antara sel dengan lingkungannya. Bentuk dinding sel (cangkang) dan poriporinya merupakan ciri yang digunakan sebagai dasar klasifikasi diatom. Diatom
menyimpan cadangan makanan dalam bentuk polimer glukosa laminarin dan
minyakcontoh Bacillariophyceae diatoms
Diatom dapat hidup soliter maupun berkoloni. Beberapa jenis diatom dapat
bergerak meluncur karena terdapat interaksi protein kontraktil aktin dengan
filamen polisakarida di dalam sitoplasma. Habitat diatom di air laut, dan ada pula
yang hidup di air tawar, misalnya di sawah dan parit. Beberapa spesies diatom
dapat membentuk sista ketika kondisi lingkungan memburuk. Diatom memiliki
daya apung yang baik, yang disebabkan oleh regulasi (pengaturan) seluler ion-ion
untuk menahan bobot dinding sel yang relatif berat.
Pada siang hari diatom berada di permukaan air. Bila diatom sudah mati,
maka sisa dinding selnya akan mengendap di dasar perairan dan membentuk fosil
yang menjadi penyusun sedimen tanah diatomeseus. Tanah diatomeseus
dimanfaatkan sebagai bahan pasta gigi, bahan penggosok, medium filter
(penyaring), campuran semen, isolasi, dan penyerap nitrogliserin pada bahan
peledak. Contoh diatom, yaitu Navicula monilifera, Pinnularia sp., Melosira, dan
Cyclotella meneghiniana.
Diatom dapat bereproduksi secara generatif maupun vegetatif. Reproduksi
generatif diawali dengan pembentukan ovum (sel telur) dan spermatozoid yang
bersifat ameboid (berfiagela satu). Fertilisasi ovum oleh spermatozoid
menghasilkan zigot yang akan tumbuh menjadi diatom baru. Reproduksi generatif
dapat pula melalui konjugasi dengan membentuk penonjolan protoplasma
sehingga terbentuk auksospora. Auksospora akan tumbuh menjadi individu baru.

Namun demikian, reproduksi secara vegetatif lebih dikenal, yaitu dengan


pembelahan mitosis. Pembelahan mitosis menghasilkan dua sel anak yang
memiliki ukuran berbeda karena setiap sel anak mempertahankan sebagian
dinding sel induknya. Kemudian, masing-masing sel anak membentuk paruhan
komplementer yang baru. Jadi, setiap pembelahan sel diatom akan menghasilkan
satu sel anak yang berukuran sama dengan sel induknya, sedangkan satu sel anak
lainnya berukuran lebih kecil.
Menurut Dahuri (1995), Penggolongan diatom menurut pola hidupnya juga
di bedakan atas 8 kelompok. Yaitu :
1. Epiphytic dikenal dengan kelompok diatom yang melekat pada tumbuhan lain
yang lebih besar.
2. Epipsamic dikenal dengan kelompok diatom yang hidup dan tumbuh pada pasir.
3. Epipelic di kenal dengan kelompok diatom yang hidup dan tumbuh pada
permukaan tanah liat (mud) atau sediment.
4. Endopelic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh dalam rongga tanah
5.

liat (mud) atau sediment.


Epilithic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh dan melakat pada

permukaan batuan.
6. Endolithic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh didalam rongga batuan
pada dasar perairan.
7. Epizoic di kenal dengan kelompok diatom yang melakat pada hewan umunya
invertebrate dasar perairan.
8. Fouling di kenal dengan kelompok diatom yang melekat pada benda-benda yang
keras yang biasannya di tanam atau di letakkan pada dasar perairan.

Gambar jenis-jenis Diatom (Dahuri, 1995)


2.2.

Indeks sabrobik
Saprobitas perairan adalah keadaan kualitas air yang diakibatkan adanya
penambahan bahan organik dalam suatu perairan yang biasanya indikatornya
adalah jumlah dan susunan spesies dari organisme di dalam perairan tersebut.
Lebih jelasnya saprobitas perairan diidentifikasi melalui analisa TROSAP.
Analisa

ini

menitik

beratkan

kepada

evaluasi

parameter

penyubur

(TropicIndicator) dan parameter pencemar (Saprobic Indeks). Analisa trosap yang


menggunakan

dasar

evaluasi

parameter

penyubur

(Tropic

Indikator)

menunjukkan besarnya produktifitas primer sebagai hasil bioaktivitas organisme


perairan.Sedangkan untuk parameter pencemar (Tropic Indikator)menunjukkan
aktivitas dekomposisi dari dead organic matter bersama bioakumulasi jasad
renik terhadap bahan pencemar.
Menurut Anggoro (2004) bahwa tingkat saprobik akan menunjukkan derajat
pencemaran yang terjadi di dalam perairan dan akan diwujudkan oleh banyaknya
jasad renik indikator pencemaran.
Sementara Pantle dan Buck (1955) dalam Basmi (2000), menggolongkan
tingkat saprobitas sebagai berikut :
1. Polisaprobik, yaitu saprobitas perairan yang tingkat pencemarannya berat,sedikit
atau tidak adanya oksigen terlarut (DO) di dalam perairan, populasibakteri padat,
dan H2S tinggi.Pada kondisi ini fitoplankton didominasi oleh Euglenophyceae.
2. -Mesosaprobik, yaitu saprobitas perairan yang tingkat pencemarannyasedang
sampai dengan berat, kandungan oksigen terlarut (DO) di dalamperairan
meningkat, tidak ada H2S, dan bakteri cukup tinggi.
3. -Mesosaprobik, yaitu saprobitas perairan yang tingkat pencemarannyaringan
sampai sedang, kandungan oksigen terlarut (DO) dalam perairantinggi, bakteri
sangat menurun, menghasilkan produk akhir nitrat.fitoplankton didominasi oleh

Chlorophyceae dan Diatom, serta Euglenophyceae mulai jarang/menghilang,


dengan kandungan oksigen terlarut mulai meningkat.
4. Oligrosaprobik, yaitu saprobitas perairan yang belum tercemar ataumempunyai
tingkat pencemaran ringan, penguraian bahan organik sempurna, kandungan
oksigen terlarut (DO) di dalam perairan tinggi, jumlah bakteri sedikit.
Fitoplanktondidominasi oleh Desmidiaceae dan Chlorophyceae.

BAB III
Metode Praktikum
3.1.

3.2.

Alat
3.1.1
3.1.2
Bahan

Laptop
Rol kabel

Aplikasi Sim River

3.3.

Langkah Kerja
1. Masuk ke Project diatom

2. Pilih level 3 pada pilihan level

3. Tata guna lahan dipilih pada hulu digunakan sebagai hutan, tanpa limbah pabrik
dan tanpa populasi manusia, daerah hulu digunakan sebagai hutan1, bagian
tengah antara hulu dan hilir dipilih sebagai perkebunan dengan 500 populasi

manusia dan terdapat limbah pabrik. Bagian sebelum hilir dipilih sebagai
dipermukiman, terdapat limbah pabrik, dan populasi manusia adalah 2000.
Bagian hilir dijadikan sebagai permukiman dengan 1000 populasi manusia dan
terdapat limbah pabrik.

4. Musim dan lokasi sampel diatom dipilih, kemudian dipilih Ok

5. Tampilan model slide (preparat)

6. Diatom diidentifikasi

7. Tabel diversitas diisi

8. Tabel kelompok spesies akan muncul

9. kemudian dibandingkan dengan indeks saprobik

10. hasil dimasukkan ke dalam lembar kerja

11. identifikasi dilakukan pada setiap area hingga lembar kerja penuh

BAB IV
Hasil Pengamatan
4.1.

Tabel Diatom

4.2.

Worksheet

4.2.1. Musim Panas

4.2.2. Musim Dingin

BAB V
Pembahasan
Praktikum Protista acara ke tiga dengan judul Proyek Diatom dilaksanakan
pada hari Jumat, tanggal 5 November di laboratorium Ekologi, Departement Biologi,
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro. Praktikum ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis diatom yang terdapat pada sungai dari
bagian hulu sampai hilir dengan pengaruh lingkungan tertentu serta mengetahui
jenis-jenis diatom yang toleran maupun intoleran terhadap lingkungan tercemar.
Praktikum ini menggunakan Aplikasi Sim River, yaitu aplikasi yang digunakan
untuk simulasi keadaan sungai agar pengguna dapat mengetahui Diatom jenis apa
saja yang terdapat pada bagian sungai tertentu, dalam musim dan kondisi lingkungan
yang dapat ditentukan dan diatur oleh pengguna Sim River. Percobaan ini mengambil

sampel diatom dari musim Semi dan Musim dingin agar dapat diketahui jenis diatom
yang terdapat di masing-masing musim dan perbedaan karakteristiknya.
V.1. Hubungan Indeks saprobik dengan Tingkat Pencemaran
Indeks saprobik merupakan rentang tingkat pencemaran air yang
dinyatakan dengan angka. Rentang nilai indeks saprobik adalah antara 1,00
sampai 4,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Ardi (2000), bahwa Indeks saprobik
adalah salah satu monitoring sungai atau badan air lainnya untuk menentukan
tingkat pencemaran yang terjadi. Kelebihan indeks saprobik adalah jangkuan
yang cukup luas dan akurat bagi terjadinya suatu pencemaran badan air.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa semakin mendekati angka 1,00
makakualitas air semakin bersih, sementara angka yang mendekati 4,00
menunjukkan bahwa kualitas air semakin tercemar. Misalnya diperoleh indeks
saprobik sebesar 1,50, maka dapat diketahui bahwa kualitas air tersebut adalah
dalam kategori agak tercemar dan dapat pula dikatakan level kualitas air adalah II
atau disebut juga -mesosaprobik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ardi(2002)
beberapa organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang
berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Salah satu pendekatan yang
dilakukan adalah dengan menggunakan indeks saprobik, dimana indeks ini
digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau hubungan suatu
organisme dengan senyawa yang menjadi sumber nutrisinya. Sehingga dapat
diketahui hubungan kelimpahan plankton dengan tingkat pencemaran suatu
perairan.
V.2. Musim Panas
Percobaan dengan Sim River yang pertama yaitu musim yang diatur adalah
musim panas. Sampel yang diambil adalah area hulu, setelah hulu, bagian tengah

antara hulu dan hilir, sebelum hilir, dan bagian hilir sungai.

Bagian hulu

digunakan sebagai hutan tanpa limbah pabrik, bagian setelah hulu digunakan
sebagai perkebunan, bagian tengah antara hulu dan hilir dijadikan sebagai tempat
permukiman dengan ditambah limbah pabrik dan populasi manusia sebanyak
1000, sementara bagian hilir dijadikan sebagai permukiman dengan adanya
limbah pabrik dan populasi manusia sebanyak 2000. Berdasarkan percobaan
menggunakan aplikasi SimRiver, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel

hasil

identifikasi

diatas

menunjukkan

bahwa

indeks

saprobik

mempengaruhi jenis diatom yang tumbuh di lingkungan tersebut. Daerah hulu


yang memiliki indek saprobik hanya ditemukan diatom yang sensitif yaitu
sebanyak 89.1% sementar diatom yang cukup toleran ditemukan sebanyak 10.9%
dan tidak ditemukan adanya diatom yang bersifat toleran pada lingkungan
tersebut. Contoh diatom yang sensitif yaitu Achnanthidium minutissimum, dan
Cocconeis placentula. Hal ini dikarenakan lingkungan hulu tidak terdapat zat
limbah sehingga diatom-diatom sensitif dapat hidup pada lingkungan tersebut,
sementara tidak ditemukan adanya diatom yang toleran. Diatom yang bersifat
toleran hanya hidup pada lingkungan ekstrim dan telah mengalami pencemaran.
Diatom-diatom inilah yang kemudian dijadikan sebagai indikator lingkungan
tercemar, seperti misalnya di daerah hilir. Berdasarkan hasil pengamatan, diatom

yang toleran lebih banyak ditemukan pada lingkungan ini. Contoh dari diatom
toleran antara lain Eolimuna minima dan ulnaria ulna.
V.3. Musim Dingin
Percobaan dengan Sim River yang kedua yaitu musim yang diatur adalah
musim dingin. Sampel yang diambil adalah area hulu, setelah hulu, bagian tengah
antara hulu dan hilir, sebelum hilir, dan bagian hilir sungai.

Bagian hulu

digunakan sebagai hutan tanpa limbah pabrik, bagian setelah hulu digunakan
sebagai perkebunan, bagian tengah antara hulu dan hilir dijadikan sebagai tempat
permukiman dengan ditambah limbah pabrik dan populasi manusia sebanyak
1000, sementara bagian hilir dijadikan sebagai permukiman dengan adanya
limbah pabrik dan populasi manusia sebanyak 2000. Berdasarkan percobaan
menggunakan aplikasi SimRiver, diperoleh hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti terlihat pada grafik diatas, terlihat
bahwa pada musim dingi, di daerah hulu terdapat tiga kelompok diatom yang
hidup, yaitu kelompok diatom sensitif 82.1 %, kelompok diatom cukup toleran
12.5 %, dan kelompok diatom yang toleran meskipun presentasenya sedikit, yaitu
5.4 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu dingin di musim ini juga dapat
mempengaruhi adanya diatom toleran.
Diatom yang bersifat toleran hanya hidup pada lingkungan ekstrim dan telah
mengalami pencemaran. Diatom-diatom inilah yang kemudian dijadikan sebagai

indikator lingkungan tercemar, seperti misalnya di daerah hilir. Berdasarkan hasil


pengamatan, diatom yang toleran lebih banyak ditemukan pada lingkungan ini.
Contoh dari diatom toleran antara lain Nitzchia palea dan Gomphonema
parvulum

BAB VI
PENUTUP
V.1.

SimRiver
SimRiver adalah sebuah software simulasi yang disusun oleh Dr. Shigeki
Mayama dari Universitas Tokyo Gakugei.
mempelajari dan

Pengguna SimRiver dapat

mngetahui hubungan antara aktivitas manusia dengan

lingkungan sungai, khususnya mengenai diatom. simRiver pada awalnya


dikembangkan di Jepang untuk media pembelajaran tingkat sekolah menengah
dan sekolah menengah atas. Perkembangan selanjutnya, pengembang SimRiver
bekerja sama dengan peneliti diatom dan membeli prigram ini untuk
dikembangkan dalam aplikasi SimRiver sebagai Proyek Diatom.

DAFTAR PUSTAKA
Adl SM, Simpson AG, Farmer MA et al. (2005). "The new higher level classification of
eukaryotes with emphasis on the taxonomy of protists". J. Eukaryot. Microbiol.52
(5): 399451
A.Grunow (1862). Die sterreichischen Diatomaceen nebst Anschluss einiger neuen Arten
von andern Lokalitten und einer kritischen Uebersicht der bisher bekannten
Gattungen und Arten. Verh. zool.-bot. Ges. Wien 12: 315-472, 545-588. p. 574
Anggoro, H. 2004. Pencemaran Beberapa Unsur Logam Berat Di Sungai Cisadane. Skripsi.
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir.
Bogor : Tesis PSIB.
Basmi. 2000. Planktonologi : Sebagai Indikator pencemaran Perairan. Bogor : IPB Press.
Dahuri, R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. Bogor : IPB Press.
Davis, B.R. 1976. The Dispersal of Chironomidae a River. Journal of Entomological Society
Gubbi Labs # 2-182, 2nd Cross, Extension, Gubbi - 572 216, Karnataka, INDIA.
2012 T: +91-8131-223175http://www.gubbilabs.in/
Hutabarat. H. Evans. 1986. Kunci Identifikasi Plankton. PT.Yasa Guna. Jakarta.

Potapova, M. (2010). Karayevia clevei. In Diatoms of the United States. Retrieved November
30, 2015

Smith, W .1853.Frustulia lineari Agardh


https://westerndiatoms.colorado.edu/taxa/species/nitzschia_linearis

Anda mungkin juga menyukai