Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

EKONOMI DALAM ISLAM

Disusun Oleh:

NAMA

: SULANTI

NIM

: 2011411064

JURUSAN

: AGROTEKNOLOGI 1B

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI


UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing kami menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dan petunjukNYA,
penyusun tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang Ekonomi
Dalam Islam. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi wawasan dan
pemahaman yang luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga kami masih mengharap kritik dan saran dari para pembaca.

Terimakasih.

Pangkalpinang, 2 Desember 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................1


KATA PENGANTAR

..........................................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................3


BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

....................................................................................................4

B.

Rumusan Masalah

....................................................................................................5

C.

Tujuan Penulisan

....................................................................................................5

D.

Manfaat Penulisan

......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomi Dalam Islam

.............................................................................6

B. Hukum dan Dalil Jual Beli

........................................................................................7

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

.........................................................................................8

D. Tujuan Ekonomi Islam ...................................................................................................9


E. Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam

...............................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................................11
B. Saran ........................................................................................................................................
11
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................................................................
.....12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Dalam sistem Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak merupakan gabungan dari
keduanya. Islam memberikan perlindungan hak kepemilikan individu, sementara untuk
kepentingan masyarakat didukung dan diperkuat, dengan tetap menjaga keseimbangan
kepentingan publik dan individu serta menjaga moralitas.
Dalam ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang dihindarkan
dan secara otomatis tindakan untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota
masyarakat harus dilaksanakan. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang adil,
berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja, tetapi
tersebar ke seluruh masyarakat.
Islam memperbolehkan seseorang mencari kekayaan sebanyak mungkin. Islam
menghendaki adanya persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan. Kegiatan
ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak harta dikuasai
pribadi. Di dalam bermuamalah, Islam menganjurkan untuk mengatur muamalah di
antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan
bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba. Islam melarang terjadinya
pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk memenuhi
janji serta menunaikan amanat.
Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, menunjukkan adanya
masyarakat muslim yang dengan sadar memilih berintegrasi pada perekonomian dalam
perbankan shariah sebagai implementasi ketaatan beragama, sekaligus sebagai usaha
memenuhi kebutuhan ekonomi.

4
B.

RumusanMasalah

Dari paparan pendahuluan diatas, untuk itu


dalampembuatanmakalahinipenulismengambilsebuahjudul EKONOMI DALAM
ISLAM. Maka penulis mengemukakan pokok masalah sebagai berikut :
1) Apapengertian ekonomi dalam islam?
2)Apahukum dan dalil jual beli?
3) Apa rukun dan syarat jual beli?
4) Apa tujuan ekonomi islam?
5) Apa prinsip-prinsip ekonomi dalam islam?
C. TujuanPenulisan
Adapuntujuanutamapenulisanpembuatanmakalahiniialahsebagaiberikut :
1) UntukmemenuhisalahsatutugasmatakuliahPAI.
2) Untukmemberikanpenjelasantentangekonomi dalam islam.
D.

Manfaat Penulisan

1)

Dapat menambah pengetahuan tentang ekonomi dalam islam

2)

Dapat mengetahui tentang apasaja hukum dan dalil jual beli

3)

Dapat mengetahui rukun dan syarat jual beli

4)

Dapat mengetahui tujuan ekonomi dalam islam

5)

Dapat mengetahui prinsip-prinsip ekonomi dalam islam

BAB II
PEMBAHASAN
EKONOMI DALAM ISLAM

A.

Pengertian Ekonomi Dalam Islam


Islam adalahsatu-satunya agama yang sempurna yang
mengaturseluruhsendikehidupanmanusiadanalamsemesta.
Kegiatanperekonomianmanusiajugadiaturdalam Islam denganprinsipillahiyah.Harta yang
adapadakita, sesungguhnyabukanmilikmanusia, melainkanhanyatitipandari Allah SWT
agar dimanfaatkansebaik-baiknya demi kepentinganumatmanusia yang
padaakhirnyasemuaakankembalikepada Allah SWTuntukdipertanggungjawabkan.
Ekonomi Islam merupakanilmu yang mempelajariperilakuekonomimanusia yang
perilakunyadiatuberdasarkanaturan agama Islam
dandidasaridengantauhidsebagaimanadirangkumdalamrukunimandanrukun
Islam.Bekerjamerupakansuatukewajibankarena Allah SWTmemerintahkannya,
sebagaimanafirman-Nyadalamsurat At Taubahayat 105:
Dan katakanlah, bekerjalahkamu, karena Allah danRasul-Nyaserta orang-orang yang
berimanakanmelihat pekerjaanitu.
Karenakerjamembawapadakeampunan, sebagaimanasabadaRasulullah Muhammad saw:
Barangsiapadiwaktusorenyakelelahankarenakerjatangannya, maka di waktu sore
ituiamendapatampunan.(HR.ThabranidanBaihaqi)
Jualbeliialahpersetujuansalingmengikatantarapenjual (yaknipihak yang
menawarkan/menjualbarang) danpembeli (sebagaipihak yang membayar/ membelibarang
yang dijual)

B. HukumdanDalilJualBeli
Di dalam Islam terdapatdasarhukumdari Al Quran danHadis. Al-Quran yang
menerangkantentangjualbeliantara lain:
a.

Al Baqarah : 198
Artinya : Tidakadadosabagimuuntukmencarikarunia (rezkihasilperniagaan)
dariTuhanmu. Makaapabilakamutelahbertolakdari Arafat, berdzikirlahkepada Allah di
Masyarilharam.Dan berdzikirlah (denganmenyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkanNyakepadamu; dansesungguhnyakamusebelumitubenar-benartermasuk orang-orang yang
sesat.

b.

Al Baqarah : 275
Artinya :Orang-orang yang makan (mengambil)
ribatidakdapatberdirimelainkansepertiberdirinya orang yang kemasukansyaitanlantaran
(tekanan) penyakitgila. Keadaanmereka yang demikianitu, adalahdisebabkanmerekaberkata
(berpendapat), sesungguhnyajualbeliitusamadenganriba, padahal Allah
telahmenghalalkanjualbelidanmengharamkanriba. Orang-orang yang
telahsampaikepadanyalarangandariTuhannya, laluterusberhenti (darimengambilriba),
makabaginyaapa yang telahdiambilnyadahulu (sebelum dating larangan); danurusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambilriba), maka orang
ituadalahpenghuni-penghunineraka; merekakekal di dalamnya.

c.

An Nisa : 29
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami salingmemakan
hartasesamamudenganjalan yang batil, kecualidenganjalanperniagaan yang
berlakudengansukasama-suka di antarakamu. Dan janganlahkamumembunuhdirimu;
sesungguhnya Allah adalahMahaPenyayangkepadamu.
Maka, bilamengacupadaayat- ayat Al-Quran danHadis.Hukum
jualbeliadalahmubh (boleh). Namunpadasituasitertentu, hokum julabeliitu bias
berubahmenjadisunnah, wajib, haram, danmakruh.
7

C.

RukundanSyaratJualBeli
a. Orang yang melaksanakanakan djualbeli (penjualdanpembeli) :

Berakal

Balig

Berhakmenggunakanhartanya
b. Sigatataucapanijabdankabul.
Kerelaanhatiantarapenjualdanpembeli yang diwujudkanmelaluiucapanijab
(daripihakpenjual) dankabul (daripihakpembeli)
c. Barang yang diperjualbelikan.
-

Barang yang halal.

Barangtersebutadamanfaatnya.

- Barangituadaditempat, atautidakadatetapisudahtersedia di tempat lain.


-

Barangitumerupakanmiliksipenjualataudibawahkekuasaannya.

Barangtersebutdiketahuiolehpihakpenjualdanpembelidenganjelas.

d. Nilaitukarbarang yang dijual

Hargajualdisepakatipenjualdanpembeli

Nilaitukarbarangdapatdiserahkanpadawaktutransaksi.

Apabilajualbelidengancara barter, nilaitukarbarangjangansamadenganbarang


haram misalnya, Babi.

D.

Macam- macambentukjualbeli

a. Bai al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar. semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga keuangan yang
didasarkan atas prinsip jual-beli.
b. Bai al muqayyadah, yaitu jual-beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan
barang (barter). Aplikasi jual-beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi
transaksi ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu
dilakukan pertukaran barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi
semacam ini lazim disebut counter trade.
c. Bai al sharf; yaitu jual-beli atau pertukaran antara saw mata uang asing dengan mata uang
asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya. Mata
uang asing yang diperjualbelikan itu dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun dalam
bentuk uang giral (telegrafic transfer atau mail transfer).
d. Bai al murabahah adalah akad jual-beli barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli tersebut
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga
pembelian dan keuntungan yang diambil.
e. Bai al musawamah adalah jual-beli biasa, di mana penjual tidak memberitahukan harga
pokok dan keuntungan yang didapatnya.
f. Bai al muwadhaah yaitu jual-beli di mana penjual melakukan penjualan dengan harga
yang lebih rendah daripada harga pasar atau dengan potongan (discount). Penjualan
semacam ini biasanya hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai
bukunya sudah sangat rendah.
g. Bai as salam adalah akad jual-beli di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu
akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai as salam biasanya
dilakukan untuk produk-produk pertanian jangka pendek.
h. Bai al istishna hampir sama dengan bai as salam, yaitu kontrak jual-beli di mana harga
atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan
syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan
diserahkan kemudian.
9

E.

Tujuan Ekonomi Islam


Segalaaturan yang diturunkan Allah SWTdalam system Islam
mengarahpadatercapainyakebaikan, kesejahteraan, keutamaan,
sertamenghapuskankejahatan, kesengsaraan, dankerugianpadaseluruhciptaanNya.Demikian pula dalamhalekonomi,
tujuannyaadalahmembantumanusiamencapaikemenangan di duniadan di
akhirat.
SeorangfuqahaasalMesirbernamaProf.Muhammad Abu
Zahrahmengatakanadatigasasaranhukum Islam yang menunjukanbahwa Islam
diturunkansebagairahmatbagiseluruhumatmanusia, yaitu:

1.

Penyucianjiwa agar setiapmuslim bias


menjadisumberkebaikanbagimasyarakatdanlingkungannya.

2.

Tegaknyakeadilandalammasyarakat. Keadilan yang


dimaksudmencakupaspekkehidupan di bidang hokum danmuamalah.

3.

Tercapainyamaslahah (merupakanpuncaknya). Para


ulamamenyepakatibahwamaslahah yang menjadi puncaksasaran di atas
mencakup lima jaminandasar:

a)

Keselamatankeyakinan agama ( al din)


b) Kesalamatanjiwa (al nafs)
c) Keselamatanakal (al aql)
d) Keselamatankeluargadanketurunan (al nasl)
e) Keselamatanhartabenda (al mal)

10

F.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam

Secaragarisbesarekonomi Islam memilikibeberapaprinsipdasar:


1.

Berbagaisumberdayadipandangsebagaipemberianatautitipandari Allah
SWTkepadamanusia.

2.

Islam mengakuipemilikanpribadidalambatas-batastertentu.

3.

Kekuatanpenggerakutamaekonomi Islam adalahkerjasama.

4.

Ekonomi Islam menolakterjadinyaakumulasikekayaan yang


dikuasaiolehsegelintir orang saja.

5.

Ekonomi Islam
menjaminpemilikanmasyarakatdanpenggunaannyadirencanakanuntukkepenting
anbanyak orang.

6.

Seorangmulsimharustakutkepada Allah SWTdanharipenentuan di


akhiratnanti.

7.

Zakat harusdibayarkanataskekayaan yang telahmemenuhibatas (nisab)

8.

Islam melarangribadalamsegalabentuk

11

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Islam adalah satu-satunya
agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan
alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan
prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia,
melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya
demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnyas emua akan kembali
kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi
manusia yang perilakunya diatu berdasarkan aturan agama Islam dan didasari
dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.

B.

SARAN
Ekonomi dalam islam mengajarkan, seorang muslim harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan syariat, hendaklah menjauhi muamalah dan usaha-usaha
yang buruk yang diharamkan. Rasulullah melarang jual beli, yang dilakukan
dengan cara yang buruk, mendatangkan madharat (bahaya) bagi orang lain,
serta mengambil harta seseorang dengan cara yang bathil.Kebenaran datang dari
Allah semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas dari kami sebagai manusia
yang memiliki banyak kekurangan. Maka teruslah berusaha untuk menjauhi
segala yang menjadi laranganNya dan melaksanakan segala perintahNya,
meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW
12

DAFTAR PUSTAKA
http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/10/07/ekonomi-dalam-islam
http://cananana.wordpress.com/2010/11/09/perekonomian-dalam-islam/
http://databaseartikel.com/ekonomi/keuangan-ekonomi/20118980-jual-belidalam-islam-jenis-atau-macamnya.html

13

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
berkesempatan dalam memberikan limpahan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul Shalat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun dalam hal tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air. Atas
tersusunnya makalah ini, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak M.Abduh,S.ag dan Bapak Sunar selaku dosen Mata Agama Islam.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalau memberikan doa dan dukungannya`.
3.

Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
makalah ini bisa lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam dalam hal ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pangkalpinang, 2 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISIii
BAB I.
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan.. 1
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA............................. 2
2.1 Definisi Shalat.. 2
2.2 Hukum Shalat.. 2
2.3 Rukun-rukun shalat 3-8
2.4 Shalat berjamaah. 9
2.5 Shalat dalam kondisi Khusus 9
2.6 Shalat dalam alquran. 10
2.7 Sejarah shalat pardu.. 1011
BAB III.KESIMPULAN DAN SARAN. 12
3.1. Kesimpulan... 12
3.2. Saran...........12
DAFTAR
PUSTAKA. 13

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shalat merupakan amal yang di hisap paling pertama di alam kubur dan merupakan
amal yang paling penting, sanggat pentingnya shlat pada orang sakit pun harus melakukan
shlat walupun dalam keadaan apapun ataukah sedang sakit atau pun sedang sibuk. Pada saat
seorang sedang sakit seseorang harus shlat jika tidak bisa berdiri duduk dan jika tidak bisa
duduk berbaring jika masih tidak bisa berbaring cukup dengan menedipkan mata. Betapa
sangat pentingnya shalat dalam kehidupan di dunia dan di akhera. Shalat juga sebagai tiang
agama yang dimana untuk membuat karakter akhlak kita untuk lebih baik lagi dan tidak
mudah terjerumus dalam lubang muslihat ataupun menuju jalan yang haram.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tata cara shalat yang benar
2. Menambah wawasan dalam tata cara shalat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Shalat
Shalat (Bahasa Arab: ;;transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah
pemelukagama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala
petunjuk tata cara Nabi Muhammad, sebagai figur pengejawantah perintah Allah.[1] Umat
muslim diperintahkan untuk mendirikan salat, karena menurut Surah Al-Ankabut dapat
mencegah perbuatan keji dan mungkar:
....dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45)
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan, menurut
istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengansalam.

2.2 Hukum Shalat


Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras
kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafirdan
mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun,Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :

Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat Fardhu

terbagi lagi menjadi dua, yaitu :

Fardu Ain: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan

dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti
salat lima waktu, dan salat Jumat (fardhu ain untuk pria).

Fardu Kifayah: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung

berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang
mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib
mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti salat jenazah.

Salat sunah (salat Nafilah) adalah salat-salat yang dianjurkan atau disunnahkan akan

tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu

Nafil Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat

(hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah
thawaf.

Nafil Ghairu Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang

kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu
dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

2.3 Rukun-Rukun Salat


Salat mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya ditinggalkan, maka batallah salat
tersebut. Berikut ini penjelasannya secara terperinci tentang rukun-rukun salat.

1. Berniat
Yaitu niat di hati untuk melaksanakan salat tertentu, hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah saw, Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya.
(Muttafaq alaih)
Niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksanakan takbiratul ihram dan mengangkat
kedua tangan, namun, tidak mengapa kalau niat itu sedikit lebih dahulu dari
keduanya.

1. Niat shalat.
Berangkat dari Hadits ini niat diatas, niat shalat menjadi bahan diskusi diantara Ulama-ulama
ahli fiqih.
Al-Imam Asy-Syafii menyimpulkan bahwa semua amal, termasuk shalat, tiada sah tanpa
dengan niat. Sementara yang lain, seperti Al-Imam Malik, menyimpulkan bahwa semua amal
tidak sempurna (bukan tidak sah) tanpa dengan niat.
Bagi pengikut madzhab (pendapat) Asy-Syafii, berangkat dari pendapat bahwa niat adalah
rukun, dimana shalat tidak sah tanpanya, maka ditulislah teks panduan niat dalam kitab-kitab
madzhab tersebut, dengan menyaratkan adanya Tayin (penentuan) komplit dalam niat shalat,
yaitu menentukan shalat apa dan berapa rakaatnya, fardhu atau sunnah, melaksanakan
kewajiban pada waktunya atau qadha. Misalnya untuk shalat zhuhur;
Aku berniat shalat zhuhur empat rakaat, menghadap qiblat, untuk melaksanakan
kewajiban yang sekarang (bukan qadha), karena Allah taala.

Kekomplitan ini tidak lain adalah merupakan kepedulian ulama fiqih terhadap penjelasan
tentang niat. Bahkan untuk itu mereka kemudian menyusun suatu kalimat untuk dilafalkan
ketika berniat, dengan maksud sebagai usaha untuk memandu hati pada niat tersebut.
Bagi orang yang tidak mengerti maksud dan tujuannya, talaffuzh (melafalkan niat) ini
dianggap sebagai bidah yang dibuat-buat oleh madzhab Asy-Syafii.
Namun tidak sedikit pula dari pengikut madzhab Asy-Syafii yang kemudian, ternyata,
memang salah faham dengan panduan niat ini, mereka menganggap bahwa niat itu adalah
menghadirkan ungkapan sebagaimana lafal niat tersebut dan mengejanya kalimat demi
kalimat di dalam hati. Dan karena definisi niat itu dalah..


Menyengaja sesuatu bersamaan dengan melakukannya
Maka proses penghadiran ungkapan niat itu di lakukan pada awal takbiratul-ihram.
Ironisnya, mereka yang salah faham (dengan mengeja lafal niat didalam hati) itu kemudian
salah faham lagi dengan kalimat muqtarinan bi-filihi (bersamaan dengan perbuatannya)
yang ada dalam konteks definisi niat itu. Mereka menganggap bahwa proses pengungkapan
niat harus rampung pada saat takbiratul-ihram, sehingga mereka menyelesaikan bacaan
takbir dalam waktu yang cukup lama, karena menunggu selesainya pelafalan niat didalam
hati, bahkan tidak sedikit dari mereka yang kemudian sering was-was semasa takbir, merasa
niatnya tidak sah karena belum sempurna terlafalkan didalam hatinya, dan akibatnya banyak
yang sering menggagalkan takbir dan mengulanginya kembali dengan niat ala mereka.
Sungguh ini merupakan kesalahfahaman yang ironis, karena selain hal ini dapat menyulitkan
si peshalat, maka bagi pengkeritik madzhab Asy-Syafii, hal ini akan dibuat sebagai alasan
untuk menyalahkan Ulama Asy-Syafiiyah yang telah menyusun lafal niat.
Memang benar, niat itu harus rampung pada saat takbir, artinya kesadaran dan kesengajaan
untuk shalat itu harus sudah hadir didalam hati sebelum takbir usai. Namun, sekali lagi,
bukan melafalkan niat pada saat takbir.
5

3. MembacaTakbiratulIhram
Yaitu dengan lafazh (ucapan): Allaahuakbar.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Kunci salat itu adalah bersuci, pembatas antara
perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas dari
keterikatan salat adalah salam. (HR Abu Daud, At- Tirmidzi, dan lainnya: hadits shahih)
Berdiri (bagi yang sanggup ketika melaksanakan salat wajib)
Hal ini berdasarkan firman Allah saw,
Peliharalah segala salat(mu) dan (peliharalah) salat wustha (Ashar). Berdirilah karena
Allah (dalam salatmu) dengan khusyu. (QS Al-Baqarah: 238)
Sabda Rasulullah saw kepada Imran bin Hushain, Salatlah kamu dengan berdiri; apabila
tidak mampu, maka dengan duduk; dan jika tidak mampu juga, maka salatlah dengan
berbaring ke samping. (HR Al-Bukhari)
Membaca Surat Al- Fatihah Tiap Rakaat Salat Fardu dan Salat Sunah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca
surat Al-Fatihah. (HR.Bukhari)

4. Ruku
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala,
Hai orang- orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu
dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. (QS Al-Hajj: 77)
Juga berdasarkan sabda Nabi saw kepada seseorang yang tidak benar shalatnya:
kemudian rukulah kamu sampai kamu tumaninah dalam keadaan ruku. (HR Bukhari
dan Muslim)

5. Bangkit dari Ruku


Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw terhadap seseorang yang salah dalam salatnya:
kemudian bangkitlah (dari ruku) sampai kamu tegak lurus berdiri. (HR Bukhari dan
Muslim)
6

6. Itidal (berdiri setelah bangkit dari ruku)


Hal ini berdasarkan hadits tersebut di atas tadi dan berdasarkan hadits lain yang berbunyi:
Allah tidak akan melihat kepada salat seseorang yang tidak menegakkan tulang
punggungnya di antara ruku dan sujudnya. (HR Ahmad, dengan isnad shahih)
7. Sujud
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT yang telah disebutkan di atas tadi. Juga berdasarkan
sabda Rasulullah saw, Kemudian sujudlah kamu sampai kamu tumaninah dalam sujud.
(HR Bukhari dan Muslim)
8.Bangkit dari Sujud
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
Kemudian bangkitlah sehingga kamu duduk dengan tumaninah. (HR Bukhari dan Muslim)
9.Duduk di antara Dua Sujud
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak menegakkan tulang
punggungnya di antara ruku dan sujudnya. (HR Ahmad, dengan isnad shahih)
10. Tumaninah Ketika Ruku, Sujud, Berdiri, dan Duduk
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw kepada seseorang yang salah dalam melaksanakan
shalatnya:
Sampai kamu merasakan tumaninah. (HR Bukhari dan Muslim)
Tumaninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat ruku, sujud, dan duduk,
sedangkan itidal pada saat berdiri. Hakikat tumaninah itu ialah bahwa orang yang ruku,
sujud, duduk, atau berdiri itu berdiam sejenak, sekadar waktu yang cukup untuk membaca
satu kali setelah semua anggota tubuhnya berdiam. Adapun selebihnya dari itu adalah sunah
hukumnya.

11. Membaca Tasyahud Akhir Serta Duduk


Adapun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu Masud ra yang bunyinya:
Dahulu kami membaca di dalam salat sebelum diwajibkan membaca tasyahhud adalah,
Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat Jibril dan Mikail.
Maka bersabdalah Rasulullah saw, Janganlah kamu membaca itu, karena sesungguhnya
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi
hendaklah kamu membaca:
Segala penghormatan, salawat dan kalimat yang baik bagi Allah. Semoga kesejahteraan,
rahmat dan berkah Allah dianugerahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga kesejahteraan
dianugerahkan kepada kita dan hamba-hamba yang salih. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan rasulNya. (HR An-Nasai, Ad- Daruquthni dan Al- Baihaqi, dengan sanad shahih)
Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah- hud), hendaklah dia mengucapkan:
Segala penghormatan, salawat dan kalimat- kalimat yang baik bagi Allah. (HR Abu Daud,
An- Nasai dan yang lainnya, hadits ini shahih dan diriwayatkan pula dalam dalam Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim)
Adapun duduk untuk tasyahud itu termasuk rukun juga karena tasyahhud akhir itu termasuk
rukun.
12. Membaca Salam
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Pembuka salat itu adalah bersuci, pembatas
antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas
dari keterikatan shalat adalah salam. (HR Abu Daud, At- Tirmidzi dan lainnya, hadits
shahih)
13. Melakukan Rukun- Rukun Salat Secara Berurutan
Oleh karena itu, janganlah seseorang membaca surat Al- Fatihah sebelum takbiratul ihram
dan janganlah ia sujud sebelum ruku. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Salatlah
kalian sebagaimana kalian melihatku salat. (HR Bukhari)
Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun salat sebagaimana yang sudah ditetapkan
oleh Rasulullah saw, seperti mendahulukan yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya,
maka batallah salatnya.
8

2.4 Shalat Berjamah


Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Pada salat
berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai Imam Salat, dan
yang lain akan berlaku sebagai Makmum.

Salat yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain :

Salat Fardu

Salat Tarawih

Salat yang mesti dilakukan berjamaah antara lain:

Salat Jumat

Salat Hari Raya (Ied)

Salat Istisqa

2.5 Salat dalam kondisi khusus


Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi keringanan tertentu.
Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan
salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia
diperbolehkan salat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan
gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan
(jama) atau meringkas (qashar) salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua salat
pada satu waktu yakni zuhur dengan asar atau maghrib dengan isya. Mengqasar salat berarti
meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.

2.6 Shalat dalam Al quran


Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka mendirikan salat,
menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terangterangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan
(QS.Ibrahim :31)14:31
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zinah) dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-Ankabut : 45) 29:45
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (Maryam: 59)19:59
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya (al-Maarij : 19-23)70:19
2.7 Sejarah Salat Fardu
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah Salat
Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa lama
kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga
malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran. Dia mengetahui bahwa akan
ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa
yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah
pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan

yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
10

Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunah. Ibnu Abbas, Ikrimah,
Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini,
Sesungguhnya ayat ini menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan
bagi umat Islam.

11

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:

dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)

keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45)
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafirdan mereka
yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orangorang, seperti Qarun,Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Dan rukun shalat pun sangat penting dalam melakukan ibadah shalat maka dari itu kita harus
benar dalam rukunnya tersebut.
3.2 Saran
Jangan lah meninggalkan shlat dalam keadaan apapun kecuali sedang nifas untuk
perempuan. Jika meninggalkan shalat maka hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun,Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf

12

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat(di unduh pada tanggal 16 januari 2013 jam 19.00)
Tuntunan Shalat Menurut Al- Quran dan As-Sunnah, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman AlJibrin

13

KATA PENGANTAR
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang telah memberikan tauladan baik
sehingga akal dan fikiran penyusun mampu menyelesaikan Laporan Agama ini,
semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafaat dalam
menuntut ilmu.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini, karenanya
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini
sangat kami harapkan.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan juga
bermanfaat bagi penulis khususnya.

Pangkalpinang,2 Desember 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
1.1 Rumusam Masalah........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa...........................................................................................................3
2.2 Macam-macam Puasa....................................................................................................4
2.2.1 Puasa Wajib..............................................................................................4
2.2.2 Puasa Sunnah................................................................................7
2.2.3 Puasa Makruh..........................................................................................10
2.2.4 Puasa Haram................................................................................12
2.3 Syarat-syarat Puasa...........................................................................................13
2.4 Rukun Puasa.....................................................................................................13
2.5 Sunat Puasa Dan Puasa Sunat...........................................................................16
2.6 Hari-hari Yang Diharamkan Berpuasa..............................................................17
2.7 Hari-hari Yang Dimakruhkan Berpuasa............................................................17
2.8 Ketetapan Hilala.................................................................................................18
2.9 Hikmah Puasa.....................................................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................22
3.2 Saran....................................................................................................................23

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam
pengertian sempit sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang
membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal hakekat
puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang
dilarang oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat
lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial
dapat digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan
memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi
seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna
puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya
pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan
pedoman hidup.
1.2
Rumusan Masalah
A.
B.
C.
D.
E.

Bagaimana Pengertian puasa ?


Bagaimana syarat dan rukun puasa ?
Bagaimana Puasa Sunat dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa?
Bagaimana menentukan hilal ?
Bagaimana Hikmah berpuasa?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Puasa

Sebelum kita mengkaji lebih jauh meteri tentang puasa, terlebih dahulu kita
akan mempelajari pengertian puasa baik itu menurut bahasa arab maupun
menurut istilah. Pengertian puasa (Saum) menurut bahasa Arab artinya menahan
dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara
yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Sedangkan puasa menurut istilah ajaran islam yaitu menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syrat. Firman Allah SWT :
Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al
Baqarah . 183).

2.2

Macam-macam Puasa

2.2.1
Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban perintah
allah SWT, apabila ditinggalkan mendapat dosa.
Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut:
1.

Puasa di bulan Ramadhan

Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang
dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar himgga
terbenam matahari. Puasa ramadhan ini ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini
hukumnya wajib, yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan akan mendapat dosa.
Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang berfikir adalah
merupakan bulan peribadatan yang harus diamalkan dengan ikhlas kepada Allah
SWT. Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui segala gerak-gerik
manusia dan hati mereka .Dalam pelaksanaannya, khusus puasa Ramadhan, kita
akan menjumpai beberapa masalah yang penting dipecahkan antara lain:
2

1.

Cara penempatan waktu


Cara mengetahui puasa ini ada 2 macam yaitu: hisab dan rukyat. Kemajuan teknologi
beakangan ini dirasakan semakin mudahkan proses hisab dan rukiyah tersebut. Disiplin ilmu
astronomi dan kelengkapan teknologi semacam planetrium atau teleskop atau secara khusus
ilmu falaq yang berkembang di dunia Islam, semuanya mendukung vadilitas penetapan waktu
puasa.
Rukyat : adalah suatu cara untuk menetapkan awal awal bulan Ramadhan dengan cara
melihat dengan panca indera mata timbulnya / munculnya bulan sabit dan bila uadara
mendung atau cuaca buruk. Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka hendaknya menggunakan
istikmal yaitu menyempurnakan bulan syaban menjadi 30 hari. Di Indonesia pelaksanaan
rukyat untuk penetapan puasa Ramadhan telah dikoordinasi oleh Departemen Agama
(DEPAG) RI.
Hisab : adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dengan cara
menggunakan perhitungan secara atsronomi, sehingga dapat ditentukan secara eksak letak
bulan. Seperti cara rukyat yang telah dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara hisab pun
sama. Di Indonesia penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara yang manapun
memang telah diambil kewenangan koordinatifnya oleh pemerintah.
Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah,
PERSIS, Jamiat al-Khair dan sebagainya berfungsi sebagai pemberi masukan hasil rukyat
dan hisabnya dalam rangka pengambilan ketetapan awal dan akhir Ramadhan oleh
pemerintah.
Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5:
Artinya:Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang Mengetahui.(QS. Yunus :5)
Sabda Nabi SAW
Artinya:Dari Abu Umar ra: bahwasanya Rasulullah SAW, menceritakan bulan Ramadhan
lalu memukul kedua tangannya lalu bersabda: Bulan adalah itu sekian dari sekian
bulan,kemudian beliau melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga kali (termasuk
menunjukkan bahwa bulan itu jumlahnya terdiri dari 29 hari), maka berpuasalah kamu karena
melihat bulan. Jika kamu sekalian tidak dapat memelihatnya karena tertutup awan /

mendukung, maka pastikanlah bilangan itu menjadi 30 hari.(HR. Muslim).

1.

Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa)

Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena mengiginkan sesuatu,
maka ia wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan apabila puasa
nazar itu tidak dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia dikenakan denda /
kifarat.
Misalnya bernazar untuk lulus keperguruan tinggi, maka ia wajib melaksanakan
puasa nazar tersebut apabila ia berhasil.Ibnu Majjah meriwayatkan, bahwa
seorang wanita bertanya kepada Nabi Muhammad SAW.
Artinya:Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Ia mempunyai nazar
berpuasa sebelum dapat memenuhinya. Rasulullah SAW menjawab: Walinya
berpuasa untuk mewakilkannya.
2.

Puasa Kifarat

Puasa kifarat adalah puasa untuk menembus dosa karena melakukan hubungan
suami isteri (bersetubuh) disiang hari pada bulan Ramadhan, maka denda
(kifaratnya) berpuasa dua bulan berturut-turut.
2.2.2 Puasa Sunnh
Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
dikerjakan tidak mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah sebagai berikut:
1.

Puasa enam hari pada bulan syawal

Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa Ramadhan untuk


mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal. Pelaksanaannya
tidak mesti berurutan, boleh kapan saja selama masih dalam bulan Syawal,
karena puasa enam hari pada bulan Syawal ini sama dengan puasa setahun
lamanya. Akan tetapi diharamkan pada tanggal 1 syawal karena ada chari raya
Idul Fitri. Dalam sebuah hadits dikatakan yang artinya: Rasulullah saw
bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti
dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka sama dengan telah
berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).

2.

Puasa Arafah

Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnatkan untuk melaksanakan


puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah atau yang sering disebut dengan puasa
Arafah. Disebut puasa Arafah karena pada hari itu, jemaah haji sedang
melakukan Wukuf di Padang Arafah. Sedangkan untuk yang sedang melakukan
ibadah Haji, sebaiknya tidak berpuasa. Nabi Muhammad SEW bersabda:
Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu
beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan datang.:
(Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam melarang untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah. (Riwayat Imam
Lima selain Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim.
Hadits munkar menurut Al-'Uqaily.)
3.

Puasa Senin Kamis

Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi Muhammad SAW
memilih waktu puasa hari senin kamis.
4.

Puasa pada bulan syaban

Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw berpuasa pada


bulan Sya'ban hampir semuanya. Beliau tidak berpuasa pada bulan tersebut
kecuali sedikit sekali . Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini
yang artinya: Siti Aisyah berkata: "Adalah Rasulullah saw seringkali berpuasa,
sehingga kami berkata: "Beliau tidak berbuka". Dan apabila beliau berbuka,
kami berkata: "Sehingga ia tidak berpuasa". Saya tidak pernah melihat
Rasulullah saw berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan
saya juga tidak pernah melihat beliau melakukan puasa sebanyak mungkin
kecuali pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim).
5.

Puasa As-Syura

Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram. Hadist
Rasulullah Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa Asyura itu
(puasa tanggal sepuluh Muharram), dihitung oleh Allah dapat menghapus
setahun dosa yang telah lalu" (HR. Muslim).
5

Demikian juga sunnah hukumnya melakukan puasa pada tanggal sembilan


Muharram. Hadist Rasulullah: Ibn Abbas berkata: "Ketika Rasulullah saw
berpuasa pada hari Asyura', dan beliau memerintahkan untuk berpuasa pada hari
tersebut, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura itu
hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nashrani". Rasulullah saw
menjawab: "Jika tahun depan, insya Allah saya masih ada umur, kita berpuasa
bersama pada tanggal sembilan Muharramnya". Ibn Abbas berkata: "Belum juga
sampai ke tahun berikutnya, Rasulullah saw keburu meninggal terlebih dahulu"
(HR. Muslim).
2.2.3 Puasa Makruh
1.

Berpuasa pada hari jumat

Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh hukumnya,
kecuali apabila ia berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia berpuasa Daud lalu
jatuh pas hari Jumat, atau juga pas puasa Sunnat seperti tanggal sembilan
Dzuhijjah itu, jatuhnya pada hari Jum'at. Untuk yang disebutkan di akhir ini,
puasa boleh dilakukan, karena bukan dengan sengaja hanya berpuasa pada hari
Jum'at.
Dalil larangan hanya berpuasa pada hari Jum'at saja adalah: Artinya: Rasulullah
saw bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa hanya pada hari Jum'at, kecuali
ia berpuasa sebelum atau sesudahnya" (HR. Bukhari Muslim).
2.

Puasa setahun penuh (puasa dahr)

Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh. Meskipun orang
tersebut kuat untuk melakukannya, namun para ulama memakruhkan puasa
seperti itu. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya:
Umar bertanya: "Ya Rasulallah, bagaimana dengan orang yang berpuasa satu
tahun penuh?" Rasulullah saw menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa juga
tidak berbuka" (HR. Muslim).

3.

Puasa Wishal

Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada bukanya,
misalnya ia puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga malam. Puasa ini
diperbolehkan untuk Rasulullah saw dan Rasulullah saw biasa melakukannya,
namun dimakruhkan untuk ummatnya. Hal ini berdasarkan hadits
berikut:Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kalian berpuasa wishal"
beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para sahabat bertanya: "Ya
Rasulullah, anda sendiri melakukan puasa wishal?" Rasulullah saw bersabda
kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya tidur, Allah memberi saya
makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan giatlah bekerja
sekemampuan kalian" (HR. Bukhari Muslim).
2.2.4 Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan puasa pada saat itu,
jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak
berpuasa maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan
hukum agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya
ialah :
1.

Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah

Artinya: "Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya Idul Fitri
dan Idul Adha" (HR.Bukhari Muslim).
2.

Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah

Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12,
dan 13 Dzulhijjah) diharamkan. Hanya saja, bagi orang yang sedang
melaksanakan ibadah haji dan tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan
untuk membayar dam), diperbolehkan untuk berpuasa pada ketiga hari tasyrik
tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Siti
Aisyah dan Ibn Umar berkata: "Tidak diperbolehkan berpuasa pada hari-hari
Tasyrik, kecuali bagi yang tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan)" (HR.
Bukhari).

3.

Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu)

Apabila seseorang melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan satu atau dua
hari dengan maksud untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada hari itu, maka
puasa demikian disebut dengan puasa ragu-ragu dan para ulama sepakat bahwa
hukumnya haram.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya: Rasulullah saw
bersabda: "Seseorang tidak boleh mendahului Ramadhan dengan jalan berpuasa
satu atau dua hari kecuali bagi seseorang yang sudah biasa berpuasa, maka ia
boleh berpuasa pada hari terebut" (HR. Bukhari Muslim).
2.3

Syarat-syarat puasa

Syarat Wajib Puasa :


1. Beragama islam
2. Baligh dan berakal
3. Suci dari haidh dan nifas (ini tertentu bagi wanita)
4. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya tidak sakit dan bukan yang sudah
tua
2.4

Rukun Puasa

Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan
menahan diri (imsak) dari perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu
lainnya masih diperselisihkan yaitu niat.
1.

Waktu

Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan Ramadhan,
dan Waktu menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa yaitu
waktu-waktu siang hari bulan ramadhan. Bukan waktu-waktu malamnya.
2.

Menahan diri dari perkara yang membatalkan

Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq
hingga terbenam matahari.
8

- Hal-Hal yang membatalkan puasa :


1.

Memasukkan sesuatu kedalam lubang rongga badan dengan sengaja.

2.

Muntah dengan sengaja.

3.

Haid dan Nifas.

4.

Jima pada siang hari dengan sengaja.

5.

Gila walau sebentar.

6.

Mabuk atau pinsan sepanjang hari.

7.

Murtad.

Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat muslim
untuk tidak berpuasa, yakni mencakup dua golongan :
-

Beleh meninggalkan puasa tetapi wajib mengqadha

Yang termasuk dalam golongan ini yaitu :


a. Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya
apabila mengerjakan puasa.
b.

Orang yang berpergian jauh atau musafir sediktnya sejauh 81 KM.

c. Orang yang hamil dan di khawatirkan akan mudharat baginya dan


kandungannya.
d. Orang yang sedang menyusui anak yang dapat
mengkhawatirkan/memudharatkan baginya dan anaknya.
e. Orang yang sedang haid, melahirkan atau nifas.
f.

Orang-orang yang tidak wajib qadha namun wajib membayar fidyah

g.

Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.

h.

Orang yang lemah karna sudah tua.

Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari yang telah di
tinggalkan puasanya, satu hari satu mud (576 Gram) berupa makanan pokok.
3.

Niat

Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari hingga


sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya dalam hati telah tergetar
(berniat) bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa ramadhan.
9

2.5

Sunat puasa dan puasa sunat

Sunat puasa :
1.

Makan sahur meski sedikit.

2.

Mengakhirkan makan sahur.

3.

Menyegerakan berbuka.

4.

Membaca doa ketika berbuka puasa.

5.

Menjauhi dari ucapan yang tidak senonoh.

6.

Memperbanyak amal kebajikan.

7.

Memperbanyak Itikaf di masjid.

Puasa Sunat :
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu
antara lain :
1.

Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah/ selain mereka yang berhaji)

2.

Puasa 6 hari dalam bulan syawal

3.

Puasa tanggal 13,14, dan 15 pada tiap-tiap bulan Qamariah

4.

Puasa hari senin dan kamis

5.
Puasa pada bulan Dzulhijjah, Dzulqaidah, Rajab, Syaban dan 10
Muharram
6.
2.6

puasa nabi Daud As.


Hari-hari yang di haramkan berpuasa

1. Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10
dzulhijjah.
Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang shaum pada dua hari, yakni hari raya Fithri dan hari raya Kurban.
Muttafaq Alaihi

10

2. Berpuasa pada hari-hari tasyriq yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.


Dari Nubaitsah al-Hudzaliy Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari
untuk makan dan minum serta berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla." Riwayat
Muslim.
2.7
1.

Hari-hari yang di makruhkan berpuasa


Hari jumat, kecuali telah berpuasa sejak hari sebelumnya.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi


wa Sallam bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu shaum
pada hari Jum'at, kecuali ia shaum sehari sebelumnya atau sehari
sesudahnya." Muttafaq Alaihi.
2.8

Ketetapan Hilal

Hilal ramadhan ditetapkan dengan caracara sebagai berikut:


a.

Penglihatan Mata (Rukyah)

Yaitu cara menetapkan awal bulan qomariah dengan jalan melihat atau
menyaksikan dengan mata lahir munculnya bulan sabit (hilal) beberapa derajat
di ufuk barat.
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau sekalian melihatnya
(bulan) shaumlah, dan apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) berbukalah,
dan jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah." Muttafaq Alaihi. Menurut
riwayat Muslim: "Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah tiga puluh
hari." Menurut riwayat Bukhari: "Maka sempurnakanlah hitungannya menjadi
tigapuluh hari.
b.

Syiya (Ketenaran)

Yang dimaksud dengan syiya adalah hilal dapat ditetapkan dengannya ,


bukanlah berpuasanya sekelompok orang atau penduduk suatu tempat
berdasarkan pada keputusan seseorang yang baik bahwa besok masih ramadhan,
atau tidak berpuasanya mereka itu berdasarkan ketentuan itu bahwa besok sudah
syawal. Tetapi syiya adalah hendaknya hilal dilihat oleh umum, bukan satu
orang saja.
11

c.

Menyempurnakan Bilangan

Diantara cara menetapkan hilal, ialah menyempurnakan bilangan. Bulan


Qamariyah manapun, apabila awal harinya telah diketahui maka dia akan habis
dengan berlalunya 30 hari. Hari berikutnya berarti sudah masuk bulan
berikutnya, sebab jumlah hari bulan Qamariyah tidak akan lebih dari 30 dan
tidak kurang dari 29 hari. Jika awal Syaban telah diketahui maka hari ke-31 nya
pasti sudah masuk satu ramadhan . Demikian pula jika telah kita ketahui awal
ramadhan maka hari ke-31 nya bisa kita pastikan sebagai tanggal 1 syawal.
d.

Bayyinah Syariyyah(Bukti Syari)

Hilal bisa juga dipastikan dengan kesaksian dua orang lelaki yang adil (inilah
yang disebut bayyinah syariyyah), dan juga kesaksian para perempuan yang
terpisah dengan lelaki ataupun bergabung dengan mereka. Siapa saja yang yakin
akan keadilan dua orang saksi tersebut maka ia harus mengamalkannya.
2.9

Hikmah Puasa

Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :


1.
Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala,
takwa adalah meninggalkan keharaman, istilah itu secara mutlak mengandung
makna mengerjakan perintah, meninggalkan larangan , Firman Allah SWT:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa(QS. Al-Baqarah: 183).
2.
Puasa adalah serupa dengan revolusi jiwa untuk merombak cara dan
kebiasaan yang diinginkan oleh manusia itu, sehingga mereka berbakti pada
keinginannya dan nafasnya itu berkuasa padanya.
3.
Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya
laparmaupun tidak dibolehkan mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa pada
dirinya dengan suatu kemiskinan atau hajatnya tidak terlaksana. Dengan
sendirinya lalu bisa merasakan keadaan orang lain, bahkan berusaha untuk
membantu mereka yang berkepentingan dalam hidup ini.
4.
Puasa dapat menyehatkan tubuh kita, manfaat puasa bagi kesehatan
adalah sebagai berikut:
12

a.
Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh
akan menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan. Bagian pertama tubuh
yang mengalami perbaikan adalah jaringan yang sedang lemah atau sakit.
b.
Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun
saat seseorang berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas
untuk istirahat. SepertiAnda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan
hormon insulin.
c.
Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem
pencernaan akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih
kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung
untuk memroses makanan yang bertumpuk dan berlebihan.Puasa mengurangi
berat badan berlebih. Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan, secara
ilmiah diketahui bahwa lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut. Tetapi
juga disebabkan oleh penurunan kadar gula dalam darah

13

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah
SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu .
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
a.
Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena
sama-sama memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b.
Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli
terhadap orang-orang yang tak mampu.
c.
Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan,
karna dalam berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan
puasa.
d.Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui
apakah seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama
berpuasa seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
f.Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
g.Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah
menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
h.Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
i.Menjaga kesehatan jasmani.
3.2 Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini
dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudahmudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

14

MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG


PUASA

Disusun Oleh:

NAMA

: HERLIANA SARAGI

NIM

: 2011411024

JURUSAN

: AGROTEKNOLOGI 1B

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI


UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2014/2015

MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG SHALAT

Disusun Oleh:

NAMA

: NURWULAN

NIM

: 2011411046

JURUSAN

: AGROTEKNOLOGI 1B

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI


UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2014/2015

MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG


HIJAB

Disusun Oleh:

NAMA

: MEGA SARI

NIM

: 2011411035

JURUSAN

: AGROTEKNOLOGI 1A

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI


UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai