Makalah Campur2
Makalah Campur2
Disusun Oleh:
NAMA
: SULANTI
NIM
: 2011411064
JURUSAN
: AGROTEKNOLOGI 1B
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing kami menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dan petunjukNYA,
penyusun tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang Ekonomi
Dalam Islam. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi wawasan dan
pemahaman yang luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga kami masih mengharap kritik dan saran dari para pembaca.
Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
..........................................................................................2
Latar Belakang
....................................................................................................4
B.
Rumusan Masalah
....................................................................................................5
C.
Tujuan Penulisan
....................................................................................................5
D.
Manfaat Penulisan
......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomi Dalam Islam
.............................................................................6
........................................................................................7
.........................................................................................8
...............................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sistem Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak merupakan gabungan dari
keduanya. Islam memberikan perlindungan hak kepemilikan individu, sementara untuk
kepentingan masyarakat didukung dan diperkuat, dengan tetap menjaga keseimbangan
kepentingan publik dan individu serta menjaga moralitas.
Dalam ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang dihindarkan
dan secara otomatis tindakan untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota
masyarakat harus dilaksanakan. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang adil,
berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja, tetapi
tersebar ke seluruh masyarakat.
Islam memperbolehkan seseorang mencari kekayaan sebanyak mungkin. Islam
menghendaki adanya persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan. Kegiatan
ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak harta dikuasai
pribadi. Di dalam bermuamalah, Islam menganjurkan untuk mengatur muamalah di
antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan
bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba. Islam melarang terjadinya
pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk memenuhi
janji serta menunaikan amanat.
Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, menunjukkan adanya
masyarakat muslim yang dengan sadar memilih berintegrasi pada perekonomian dalam
perbankan shariah sebagai implementasi ketaatan beragama, sekaligus sebagai usaha
memenuhi kebutuhan ekonomi.
4
B.
RumusanMasalah
Manfaat Penulisan
1)
2)
3)
4)
5)
BAB II
PEMBAHASAN
EKONOMI DALAM ISLAM
A.
B. HukumdanDalilJualBeli
Di dalam Islam terdapatdasarhukumdari Al Quran danHadis. Al-Quran yang
menerangkantentangjualbeliantara lain:
a.
Al Baqarah : 198
Artinya : Tidakadadosabagimuuntukmencarikarunia (rezkihasilperniagaan)
dariTuhanmu. Makaapabilakamutelahbertolakdari Arafat, berdzikirlahkepada Allah di
Masyarilharam.Dan berdzikirlah (denganmenyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkanNyakepadamu; dansesungguhnyakamusebelumitubenar-benartermasuk orang-orang yang
sesat.
b.
Al Baqarah : 275
Artinya :Orang-orang yang makan (mengambil)
ribatidakdapatberdirimelainkansepertiberdirinya orang yang kemasukansyaitanlantaran
(tekanan) penyakitgila. Keadaanmereka yang demikianitu, adalahdisebabkanmerekaberkata
(berpendapat), sesungguhnyajualbeliitusamadenganriba, padahal Allah
telahmenghalalkanjualbelidanmengharamkanriba. Orang-orang yang
telahsampaikepadanyalarangandariTuhannya, laluterusberhenti (darimengambilriba),
makabaginyaapa yang telahdiambilnyadahulu (sebelum dating larangan); danurusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambilriba), maka orang
ituadalahpenghuni-penghunineraka; merekakekal di dalamnya.
c.
An Nisa : 29
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami salingmemakan
hartasesamamudenganjalan yang batil, kecualidenganjalanperniagaan yang
berlakudengansukasama-suka di antarakamu. Dan janganlahkamumembunuhdirimu;
sesungguhnya Allah adalahMahaPenyayangkepadamu.
Maka, bilamengacupadaayat- ayat Al-Quran danHadis.Hukum
jualbeliadalahmubh (boleh). Namunpadasituasitertentu, hokum julabeliitu bias
berubahmenjadisunnah, wajib, haram, danmakruh.
7
C.
RukundanSyaratJualBeli
a. Orang yang melaksanakanakan djualbeli (penjualdanpembeli) :
Berakal
Balig
Berhakmenggunakanhartanya
b. Sigatataucapanijabdankabul.
Kerelaanhatiantarapenjualdanpembeli yang diwujudkanmelaluiucapanijab
(daripihakpenjual) dankabul (daripihakpembeli)
c. Barang yang diperjualbelikan.
-
Barangtersebutadamanfaatnya.
Barangitumerupakanmiliksipenjualataudibawahkekuasaannya.
Barangtersebutdiketahuiolehpihakpenjualdanpembelidenganjelas.
Hargajualdisepakatipenjualdanpembeli
Nilaitukarbarangdapatdiserahkanpadawaktutransaksi.
D.
Macam- macambentukjualbeli
a. Bai al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar. semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga keuangan yang
didasarkan atas prinsip jual-beli.
b. Bai al muqayyadah, yaitu jual-beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan
barang (barter). Aplikasi jual-beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi
transaksi ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu
dilakukan pertukaran barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi
semacam ini lazim disebut counter trade.
c. Bai al sharf; yaitu jual-beli atau pertukaran antara saw mata uang asing dengan mata uang
asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya. Mata
uang asing yang diperjualbelikan itu dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun dalam
bentuk uang giral (telegrafic transfer atau mail transfer).
d. Bai al murabahah adalah akad jual-beli barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli tersebut
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga
pembelian dan keuntungan yang diambil.
e. Bai al musawamah adalah jual-beli biasa, di mana penjual tidak memberitahukan harga
pokok dan keuntungan yang didapatnya.
f. Bai al muwadhaah yaitu jual-beli di mana penjual melakukan penjualan dengan harga
yang lebih rendah daripada harga pasar atau dengan potongan (discount). Penjualan
semacam ini biasanya hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai
bukunya sudah sangat rendah.
g. Bai as salam adalah akad jual-beli di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu
akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai as salam biasanya
dilakukan untuk produk-produk pertanian jangka pendek.
h. Bai al istishna hampir sama dengan bai as salam, yaitu kontrak jual-beli di mana harga
atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan
syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan
diserahkan kemudian.
9
E.
1.
2.
3.
a)
10
F.
Berbagaisumberdayadipandangsebagaipemberianatautitipandari Allah
SWTkepadamanusia.
2.
Islam mengakuipemilikanpribadidalambatas-batastertentu.
3.
4.
5.
Ekonomi Islam
menjaminpemilikanmasyarakatdanpenggunaannyadirencanakanuntukkepenting
anbanyak orang.
6.
7.
8.
Islam melarangribadalamsegalabentuk
11
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Islam adalah satu-satunya
agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan
alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan
prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia,
melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya
demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnyas emua akan kembali
kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi
manusia yang perilakunya diatu berdasarkan aturan agama Islam dan didasari
dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
B.
SARAN
Ekonomi dalam islam mengajarkan, seorang muslim harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan syariat, hendaklah menjauhi muamalah dan usaha-usaha
yang buruk yang diharamkan. Rasulullah melarang jual beli, yang dilakukan
dengan cara yang buruk, mendatangkan madharat (bahaya) bagi orang lain,
serta mengambil harta seseorang dengan cara yang bathil.Kebenaran datang dari
Allah semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas dari kami sebagai manusia
yang memiliki banyak kekurangan. Maka teruslah berusaha untuk menjauhi
segala yang menjadi laranganNya dan melaksanakan segala perintahNya,
meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW
12
DAFTAR PUSTAKA
http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/10/07/ekonomi-dalam-islam
http://cananana.wordpress.com/2010/11/09/perekonomian-dalam-islam/
http://databaseartikel.com/ekonomi/keuangan-ekonomi/20118980-jual-belidalam-islam-jenis-atau-macamnya.html
13
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
berkesempatan dalam memberikan limpahan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul Shalat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun dalam hal tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air. Atas
tersusunnya makalah ini, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak M.Abduh,S.ag dan Bapak Sunar selaku dosen Mata Agama Islam.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalau memberikan doa dan dukungannya`.
3.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
makalah ini bisa lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam dalam hal ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISIii
BAB I.
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan.. 1
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA............................. 2
2.1 Definisi Shalat.. 2
2.2 Hukum Shalat.. 2
2.3 Rukun-rukun shalat 3-8
2.4 Shalat berjamaah. 9
2.5 Shalat dalam kondisi Khusus 9
2.6 Shalat dalam alquran. 10
2.7 Sejarah shalat pardu.. 1011
BAB III.KESIMPULAN DAN SARAN. 12
3.1. Kesimpulan... 12
3.2. Saran...........12
DAFTAR
PUSTAKA. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shalat merupakan amal yang di hisap paling pertama di alam kubur dan merupakan
amal yang paling penting, sanggat pentingnya shlat pada orang sakit pun harus melakukan
shlat walupun dalam keadaan apapun ataukah sedang sakit atau pun sedang sibuk. Pada saat
seorang sedang sakit seseorang harus shlat jika tidak bisa berdiri duduk dan jika tidak bisa
duduk berbaring jika masih tidak bisa berbaring cukup dengan menedipkan mata. Betapa
sangat pentingnya shalat dalam kehidupan di dunia dan di akhera. Shalat juga sebagai tiang
agama yang dimana untuk membuat karakter akhlak kita untuk lebih baik lagi dan tidak
mudah terjerumus dalam lubang muslihat ataupun menuju jalan yang haram.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tata cara shalat yang benar
2. Menambah wawasan dalam tata cara shalat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Shalat
Shalat (Bahasa Arab: ;;transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah
pemelukagama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala
petunjuk tata cara Nabi Muhammad, sebagai figur pengejawantah perintah Allah.[1] Umat
muslim diperintahkan untuk mendirikan salat, karena menurut Surah Al-Ankabut dapat
mencegah perbuatan keji dan mungkar:
....dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45)
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan, menurut
istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengansalam.
Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat Fardhu
Fardu Ain: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan
dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti
salat lima waktu, dan salat Jumat (fardhu ain untuk pria).
Fardu Kifayah: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung
berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang
mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib
mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti salat jenazah.
Salat sunah (salat Nafilah) adalah salat-salat yang dianjurkan atau disunnahkan akan
tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu
Nafil Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah
thawaf.
Nafil Ghairu Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang
kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu
dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
1. Berniat
Yaitu niat di hati untuk melaksanakan salat tertentu, hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah saw, Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya.
(Muttafaq alaih)
Niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksanakan takbiratul ihram dan mengangkat
kedua tangan, namun, tidak mengapa kalau niat itu sedikit lebih dahulu dari
keduanya.
1. Niat shalat.
Berangkat dari Hadits ini niat diatas, niat shalat menjadi bahan diskusi diantara Ulama-ulama
ahli fiqih.
Al-Imam Asy-Syafii menyimpulkan bahwa semua amal, termasuk shalat, tiada sah tanpa
dengan niat. Sementara yang lain, seperti Al-Imam Malik, menyimpulkan bahwa semua amal
tidak sempurna (bukan tidak sah) tanpa dengan niat.
Bagi pengikut madzhab (pendapat) Asy-Syafii, berangkat dari pendapat bahwa niat adalah
rukun, dimana shalat tidak sah tanpanya, maka ditulislah teks panduan niat dalam kitab-kitab
madzhab tersebut, dengan menyaratkan adanya Tayin (penentuan) komplit dalam niat shalat,
yaitu menentukan shalat apa dan berapa rakaatnya, fardhu atau sunnah, melaksanakan
kewajiban pada waktunya atau qadha. Misalnya untuk shalat zhuhur;
Aku berniat shalat zhuhur empat rakaat, menghadap qiblat, untuk melaksanakan
kewajiban yang sekarang (bukan qadha), karena Allah taala.
Kekomplitan ini tidak lain adalah merupakan kepedulian ulama fiqih terhadap penjelasan
tentang niat. Bahkan untuk itu mereka kemudian menyusun suatu kalimat untuk dilafalkan
ketika berniat, dengan maksud sebagai usaha untuk memandu hati pada niat tersebut.
Bagi orang yang tidak mengerti maksud dan tujuannya, talaffuzh (melafalkan niat) ini
dianggap sebagai bidah yang dibuat-buat oleh madzhab Asy-Syafii.
Namun tidak sedikit pula dari pengikut madzhab Asy-Syafii yang kemudian, ternyata,
memang salah faham dengan panduan niat ini, mereka menganggap bahwa niat itu adalah
menghadirkan ungkapan sebagaimana lafal niat tersebut dan mengejanya kalimat demi
kalimat di dalam hati. Dan karena definisi niat itu dalah..
Menyengaja sesuatu bersamaan dengan melakukannya
Maka proses penghadiran ungkapan niat itu di lakukan pada awal takbiratul-ihram.
Ironisnya, mereka yang salah faham (dengan mengeja lafal niat didalam hati) itu kemudian
salah faham lagi dengan kalimat muqtarinan bi-filihi (bersamaan dengan perbuatannya)
yang ada dalam konteks definisi niat itu. Mereka menganggap bahwa proses pengungkapan
niat harus rampung pada saat takbiratul-ihram, sehingga mereka menyelesaikan bacaan
takbir dalam waktu yang cukup lama, karena menunggu selesainya pelafalan niat didalam
hati, bahkan tidak sedikit dari mereka yang kemudian sering was-was semasa takbir, merasa
niatnya tidak sah karena belum sempurna terlafalkan didalam hatinya, dan akibatnya banyak
yang sering menggagalkan takbir dan mengulanginya kembali dengan niat ala mereka.
Sungguh ini merupakan kesalahfahaman yang ironis, karena selain hal ini dapat menyulitkan
si peshalat, maka bagi pengkeritik madzhab Asy-Syafii, hal ini akan dibuat sebagai alasan
untuk menyalahkan Ulama Asy-Syafiiyah yang telah menyusun lafal niat.
Memang benar, niat itu harus rampung pada saat takbir, artinya kesadaran dan kesengajaan
untuk shalat itu harus sudah hadir didalam hati sebelum takbir usai. Namun, sekali lagi,
bukan melafalkan niat pada saat takbir.
5
3. MembacaTakbiratulIhram
Yaitu dengan lafazh (ucapan): Allaahuakbar.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Kunci salat itu adalah bersuci, pembatas antara
perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas dari
keterikatan salat adalah salam. (HR Abu Daud, At- Tirmidzi, dan lainnya: hadits shahih)
Berdiri (bagi yang sanggup ketika melaksanakan salat wajib)
Hal ini berdasarkan firman Allah saw,
Peliharalah segala salat(mu) dan (peliharalah) salat wustha (Ashar). Berdirilah karena
Allah (dalam salatmu) dengan khusyu. (QS Al-Baqarah: 238)
Sabda Rasulullah saw kepada Imran bin Hushain, Salatlah kamu dengan berdiri; apabila
tidak mampu, maka dengan duduk; dan jika tidak mampu juga, maka salatlah dengan
berbaring ke samping. (HR Al-Bukhari)
Membaca Surat Al- Fatihah Tiap Rakaat Salat Fardu dan Salat Sunah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca
surat Al-Fatihah. (HR.Bukhari)
4. Ruku
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala,
Hai orang- orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu
dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. (QS Al-Hajj: 77)
Juga berdasarkan sabda Nabi saw kepada seseorang yang tidak benar shalatnya:
kemudian rukulah kamu sampai kamu tumaninah dalam keadaan ruku. (HR Bukhari
dan Muslim)
Salat Fardu
Salat Tarawih
Salat Jumat
Salat Istisqa
yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
10
Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunah. Ibnu Abbas, Ikrimah,
Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini,
Sesungguhnya ayat ini menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan
bagi umat Islam.
11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:
keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45)
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafirdan mereka
yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orangorang, seperti Qarun,Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Dan rukun shalat pun sangat penting dalam melakukan ibadah shalat maka dari itu kita harus
benar dalam rukunnya tersebut.
3.2 Saran
Jangan lah meninggalkan shlat dalam keadaan apapun kecuali sedang nifas untuk
perempuan. Jika meninggalkan shalat maka hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun,Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf
12
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat(di unduh pada tanggal 16 januari 2013 jam 19.00)
Tuntunan Shalat Menurut Al- Quran dan As-Sunnah, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman AlJibrin
13
KATA PENGANTAR
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang telah memberikan tauladan baik
sehingga akal dan fikiran penyusun mampu menyelesaikan Laporan Agama ini,
semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafaat dalam
menuntut ilmu.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini, karenanya
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini
sangat kami harapkan.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan juga
bermanfaat bagi penulis khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
1.1 Rumusam Masalah........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa...........................................................................................................3
2.2 Macam-macam Puasa....................................................................................................4
2.2.1 Puasa Wajib..............................................................................................4
2.2.2 Puasa Sunnah................................................................................7
2.2.3 Puasa Makruh..........................................................................................10
2.2.4 Puasa Haram................................................................................12
2.3 Syarat-syarat Puasa...........................................................................................13
2.4 Rukun Puasa.....................................................................................................13
2.5 Sunat Puasa Dan Puasa Sunat...........................................................................16
2.6 Hari-hari Yang Diharamkan Berpuasa..............................................................17
2.7 Hari-hari Yang Dimakruhkan Berpuasa............................................................17
2.8 Ketetapan Hilala.................................................................................................18
2.9 Hikmah Puasa.....................................................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................22
3.2 Saran....................................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Puasa
Sebelum kita mengkaji lebih jauh meteri tentang puasa, terlebih dahulu kita
akan mempelajari pengertian puasa baik itu menurut bahasa arab maupun
menurut istilah. Pengertian puasa (Saum) menurut bahasa Arab artinya menahan
dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara
yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Sedangkan puasa menurut istilah ajaran islam yaitu menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syrat. Firman Allah SWT :
Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al
Baqarah . 183).
2.2
Macam-macam Puasa
2.2.1
Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban perintah
allah SWT, apabila ditinggalkan mendapat dosa.
Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut:
1.
Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang
dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar himgga
terbenam matahari. Puasa ramadhan ini ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini
hukumnya wajib, yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan akan mendapat dosa.
Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang berfikir adalah
merupakan bulan peribadatan yang harus diamalkan dengan ikhlas kepada Allah
SWT. Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui segala gerak-gerik
manusia dan hati mereka .Dalam pelaksanaannya, khusus puasa Ramadhan, kita
akan menjumpai beberapa masalah yang penting dipecahkan antara lain:
2
1.
1.
Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena mengiginkan sesuatu,
maka ia wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan apabila puasa
nazar itu tidak dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia dikenakan denda /
kifarat.
Misalnya bernazar untuk lulus keperguruan tinggi, maka ia wajib melaksanakan
puasa nazar tersebut apabila ia berhasil.Ibnu Majjah meriwayatkan, bahwa
seorang wanita bertanya kepada Nabi Muhammad SAW.
Artinya:Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Ia mempunyai nazar
berpuasa sebelum dapat memenuhinya. Rasulullah SAW menjawab: Walinya
berpuasa untuk mewakilkannya.
2.
Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa untuk menembus dosa karena melakukan hubungan
suami isteri (bersetubuh) disiang hari pada bulan Ramadhan, maka denda
(kifaratnya) berpuasa dua bulan berturut-turut.
2.2.2 Puasa Sunnh
Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
dikerjakan tidak mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah sebagai berikut:
1.
2.
Puasa Arafah
Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi Muhammad SAW
memilih waktu puasa hari senin kamis.
4.
Puasa As-Syura
Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram. Hadist
Rasulullah Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa Asyura itu
(puasa tanggal sepuluh Muharram), dihitung oleh Allah dapat menghapus
setahun dosa yang telah lalu" (HR. Muslim).
5
Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh hukumnya,
kecuali apabila ia berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia berpuasa Daud lalu
jatuh pas hari Jumat, atau juga pas puasa Sunnat seperti tanggal sembilan
Dzuhijjah itu, jatuhnya pada hari Jum'at. Untuk yang disebutkan di akhir ini,
puasa boleh dilakukan, karena bukan dengan sengaja hanya berpuasa pada hari
Jum'at.
Dalil larangan hanya berpuasa pada hari Jum'at saja adalah: Artinya: Rasulullah
saw bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa hanya pada hari Jum'at, kecuali
ia berpuasa sebelum atau sesudahnya" (HR. Bukhari Muslim).
2.
Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh. Meskipun orang
tersebut kuat untuk melakukannya, namun para ulama memakruhkan puasa
seperti itu. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya:
Umar bertanya: "Ya Rasulallah, bagaimana dengan orang yang berpuasa satu
tahun penuh?" Rasulullah saw menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa juga
tidak berbuka" (HR. Muslim).
3.
Puasa Wishal
Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada bukanya,
misalnya ia puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga malam. Puasa ini
diperbolehkan untuk Rasulullah saw dan Rasulullah saw biasa melakukannya,
namun dimakruhkan untuk ummatnya. Hal ini berdasarkan hadits
berikut:Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kalian berpuasa wishal"
beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para sahabat bertanya: "Ya
Rasulullah, anda sendiri melakukan puasa wishal?" Rasulullah saw bersabda
kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya tidur, Allah memberi saya
makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan giatlah bekerja
sekemampuan kalian" (HR. Bukhari Muslim).
2.2.4 Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan puasa pada saat itu,
jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak
berpuasa maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan
hukum agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya
ialah :
1.
Artinya: "Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya Idul Fitri
dan Idul Adha" (HR.Bukhari Muslim).
2.
Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12,
dan 13 Dzulhijjah) diharamkan. Hanya saja, bagi orang yang sedang
melaksanakan ibadah haji dan tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan
untuk membayar dam), diperbolehkan untuk berpuasa pada ketiga hari tasyrik
tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Siti
Aisyah dan Ibn Umar berkata: "Tidak diperbolehkan berpuasa pada hari-hari
Tasyrik, kecuali bagi yang tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan)" (HR.
Bukhari).
3.
Apabila seseorang melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan satu atau dua
hari dengan maksud untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada hari itu, maka
puasa demikian disebut dengan puasa ragu-ragu dan para ulama sepakat bahwa
hukumnya haram.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya: Rasulullah saw
bersabda: "Seseorang tidak boleh mendahului Ramadhan dengan jalan berpuasa
satu atau dua hari kecuali bagi seseorang yang sudah biasa berpuasa, maka ia
boleh berpuasa pada hari terebut" (HR. Bukhari Muslim).
2.3
Syarat-syarat puasa
Rukun Puasa
Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan
menahan diri (imsak) dari perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu
lainnya masih diperselisihkan yaitu niat.
1.
Waktu
Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan Ramadhan,
dan Waktu menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa yaitu
waktu-waktu siang hari bulan ramadhan. Bukan waktu-waktu malamnya.
2.
Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq
hingga terbenam matahari.
8
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Murtad.
Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat muslim
untuk tidak berpuasa, yakni mencakup dua golongan :
-
g.
h.
Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari yang telah di
tinggalkan puasanya, satu hari satu mud (576 Gram) berupa makanan pokok.
3.
Niat
2.5
Sunat puasa :
1.
2.
3.
Menyegerakan berbuka.
4.
5.
6.
7.
Puasa Sunat :
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu
antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
Puasa pada bulan Dzulhijjah, Dzulqaidah, Rajab, Syaban dan 10
Muharram
6.
2.6
1. Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10
dzulhijjah.
Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang shaum pada dua hari, yakni hari raya Fithri dan hari raya Kurban.
Muttafaq Alaihi
10
Ketetapan Hilal
Yaitu cara menetapkan awal bulan qomariah dengan jalan melihat atau
menyaksikan dengan mata lahir munculnya bulan sabit (hilal) beberapa derajat
di ufuk barat.
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau sekalian melihatnya
(bulan) shaumlah, dan apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) berbukalah,
dan jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah." Muttafaq Alaihi. Menurut
riwayat Muslim: "Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah tiga puluh
hari." Menurut riwayat Bukhari: "Maka sempurnakanlah hitungannya menjadi
tigapuluh hari.
b.
Syiya (Ketenaran)
c.
Menyempurnakan Bilangan
Hilal bisa juga dipastikan dengan kesaksian dua orang lelaki yang adil (inilah
yang disebut bayyinah syariyyah), dan juga kesaksian para perempuan yang
terpisah dengan lelaki ataupun bergabung dengan mereka. Siapa saja yang yakin
akan keadilan dua orang saksi tersebut maka ia harus mengamalkannya.
2.9
Hikmah Puasa
a.
Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh
akan menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan. Bagian pertama tubuh
yang mengalami perbaikan adalah jaringan yang sedang lemah atau sakit.
b.
Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun
saat seseorang berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas
untuk istirahat. SepertiAnda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan
hormon insulin.
c.
Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem
pencernaan akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih
kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung
untuk memroses makanan yang bertumpuk dan berlebihan.Puasa mengurangi
berat badan berlebih. Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan, secara
ilmiah diketahui bahwa lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut. Tetapi
juga disebabkan oleh penurunan kadar gula dalam darah
13
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah
SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu .
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
a.
Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena
sama-sama memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b.
Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli
terhadap orang-orang yang tak mampu.
c.
Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan,
karna dalam berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan
puasa.
d.Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui
apakah seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama
berpuasa seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
f.Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
g.Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah
menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
h.Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
i.Menjaga kesehatan jasmani.
3.2 Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini
dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudahmudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
14
Disusun Oleh:
NAMA
: HERLIANA SARAGI
NIM
: 2011411024
JURUSAN
: AGROTEKNOLOGI 1B
Disusun Oleh:
NAMA
: NURWULAN
NIM
: 2011411046
JURUSAN
: AGROTEKNOLOGI 1B
Disusun Oleh:
NAMA
: MEGA SARI
NIM
: 2011411035
JURUSAN
: AGROTEKNOLOGI 1A