Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULAR


HIPERTENSI

Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di
Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter
yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat
jangka panjang yang di timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi
2 yaitu : Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
(Suyono, 2001, h 453)
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi
hanya 4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa,
50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui
faktor resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA
(multinational monitoring kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar
2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang
penderita hipertensi.
(Weblog, ririns)
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin
tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini menyelubungi
perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang penting. Bila terdapat
gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila
hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena
stroke atau gagal ginjal mekanis.
(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri
sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban
aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.
(Mansjoer, 2001 : h 441)

Hipertensi biasanya dimulai diam-diam umumnya setelah usia 30 tahun


atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada
tahap awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress
biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari
biasanya. Atau tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau
berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita membicarakan hipertensi labil. Atau jika
angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita menyebutnya hipertensi perbatasan
namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang
ketahap stabil hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat
banyak, bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah
yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140.
(Hans p. wolf. 2006 : h 63)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg di defenisikan sebagai normal pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah
140/90 mmHg atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa minggu.
(weblog, Wikipedia-indonesia/)

1.2

Ruang lingkup

Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu Asuhan
Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi di Ruang
Mengkudu di RSUD DR.RM Djoelham Kota Binjai.
1.3

Tujuan Penulisan
1.3.1

Tujuan Umum

Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Tn.M


dengan Gangguan Sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM
Djoelham kota binjai.
1.3.2

Tujuan Khusus

a.
b.
c.
d.
e.

Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada Tn.M dengan gangguan sistem


Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
Mampu melaksanakan evaluasi pada Tn.M dengan gangguan sistem Kardiovasculer
Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai.

1.4

Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah metode
kognitif yang metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan
metode deskriptif yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan cara :
a.
Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan berhubungan
dengan pembahasan yang dibahas pada kardiovascular hipertensi
b.
Study kasus
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan asuhan keperawatan
langsung pada pasien melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.
Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada kelurga
pasien dan juga perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh
keterangan yang jelas, baik subjektif maupun objektif.
Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical record.

II
BAB
TINJAUAN TEORITIS

2.1
2.1.1

Hipertensi
Definisi

Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan


kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah
arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa
penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Wolff.2006 : h 62)
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional
tentang hipertensi ringan dan sedang gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan
darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah
seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah
timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi
merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan dengan baik.
(Sudjaswandi : 2002. h 17)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu
resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama
gagal jantung kronis. (weblog, wikipedia indonesia)
2.1.2

Anatomi Fisiologi

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan
saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara
peredaran melalui saluran tubuh.

Arteri membawa darah dari jantung


Vena membawa dara ke jantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan,
menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui
dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat
dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang
temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam
keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan
emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti
siklus jantung 70 kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit :
Pada bayi yang baru lahir
Selama tahun pertama
Selama tahun kedua
Pada umur 5 tahun
Pada umur 10 tahun
Pada orang dewasa
(Pearce. 2009 : h 151)

140
120
110
96-100
80-90
60-80

Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem
vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk
aliran darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan
darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa
jantug berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam
arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan
stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekanan
didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun
sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan
diastole.

Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh
darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat
lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler.
Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka
mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik
turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium
yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial
mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang
mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada
keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama
sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang
dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar
yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri
yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak
lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah
yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
2.1.3

Etiologi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan


penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi
hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi
dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1.
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang mempengaruhi
seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na
peningkatan Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2.
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi vascular
renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer.
2001 : h 518)

Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar


adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin
(noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol,
atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang
memiliki kenaikan yang diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan
darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan
kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia)
2.1.4

Patofisiologi

Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi


(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya
akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara
masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada
jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung serta
penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn
penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah
koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1.
Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi
seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2.
Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran
hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas
mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)

2.1.5

Tanda dan Gejala

Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik


lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah,
pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi
jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang
diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium,
selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer.
2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi
distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih
normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi
ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan
sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi
mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)
2.1.6

Komplikasi

Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa


berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal
jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7

Penatalaksanaan

Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,


pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap
penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular
semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis
yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan
aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan
prifer dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)

2.1.8

Pencegahan
1.
2.

Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol


Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur
dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat
badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.
3.
Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus
segera di kurangi)
4.
Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan
bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5.
Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6.
Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi
seseorabg yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7.
Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress.
(Bambang Sadewo, 2004)
2.1.9

Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
1.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

2.

Arti hipertensi non Farmokologis


Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe
dictation evalution treatmori of high blood preasure
Tumpukan berat badan obesitas
Konsumsi garam dapur
Kurangi alkohol
Menghentikan merokok
Olaraga teratur
Diet rendah lemak penuh
Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah

Obat anti hipertensi

a.
Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b.
Penyakit beta (B.Blocker)
c.
Antoganis kalsium
d.
Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e.
Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f.
Obat penyekar ben
g.
Vasodilatov
(Arif Mansjoer, 2001, 522)
3.

Perubahan gaya hidup


Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya
penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
Mengkurangi konsumsi garam
Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga
dari pada limfa
Menghentikan kebiasaan merokok
Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah
satu upayahnya.

2.1.10 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin
protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
(Mansjoer Arif,2000 : 49)
2.2

Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam


praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving
yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien.

(Iyert el, al, 1996)


2.2.1

Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui


kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
(Aziz Alimul. 2009 : h 85)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001)
adalah
1.
Aktivitas istirahat
Gejala
: Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda
: - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
2.

Sirkulasi
Gejala
: Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner /
katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda
: - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan
untuk menaikkan diagnosis
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan
regimen otak)
Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan
sangat kuat
Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF
dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).

3.

Integritas ego
Gejala
: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau
jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral )
faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Tanda
: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang
(khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan

mengelam peningkatan pola bicara.


4.

Eliminasi
Gejala
: Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5.

Makanan/Cairan
Gejala
: Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah,
perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna
diuretik.
Tanda
: - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

6.

Neurosensori
Gejala
: - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda
: - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi
bicara, efek, proses fikir atau memori.

7.

Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala
: Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah
terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa

8.

Pernapasan
Gejala
: Tanda

Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja


Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Distres respirasi
Bunyi nafas tambahan
- Sianosis

9.

Keamanan
Gejala
: Tanda

Gangguan koordinas / cara berjalan


Hipotesia pastural
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan trauma jantung (takipnea)

10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala
:
Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM
2.2.2

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,


keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik
tentang respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus
didukung oleh data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik
definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi
dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang
mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2 Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi
pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3 Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan
4 Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
5 Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan
1

b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
2.2.3

Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan


yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.
(Aziz Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes
et al (2000) adalah :
Diagnosa keperawatan I
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :

Pantau TD
Catat keberadaan
Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi

Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang


keterlibatan/bidang masalah kaskuler
Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti
vena)
Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronik
Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan
kekomposisi/penurunan curah jantung

Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler


Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan
penyakit hipertensi
Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang sehingga tak menurunkan TD
Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat
dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.

Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada
saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :

Kaji respon pasien terhadap aktivitas


Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :

Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu


keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III


Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.
Intervensi :

Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,


garam dan gula sesuai indikasi


Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet


Rasionalisasi :

Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi


Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang
memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komlikasinya
Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf
simfatis
Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

Diagnosa IV
Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan
dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh.
Intervensi :

Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku


Saraf laporan gangguan tidur
Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi
untuk mengatasinya
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

Rasionalisasi :

Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena


disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh
Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan
kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus

berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama
sekali tidak berhasil
Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian / penyuluhan
Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori
dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari
Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan
Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.

Diagnosa V
Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional,
perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau
meminta bantuan.
Intervensi :

Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar


Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
Bahan pentingnya menghentikan merokok

Rasionalisasi :

Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi


hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari
rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.

Diagnosa keperawatan IV
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan b/d pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima informasi

Intervensi :

Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut
Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Rasionalisasi :

2.2.4

Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan


kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi
dan penyakit kardiovaskular
Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan
peningkatan frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan
dan meningkatkan beban kerja miokardium.
(Doengoes et al, 2001 : 41-49)
Implementasi

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai


strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml.
2001 : h 11)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit.
Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan
dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai

dengan kebutuhan klien tindakan.


Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :
Diagnosa keperawatan I :

Memantau TD
Mencatat keberadaan
Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas /
keributan lingkungan
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Diagnosa keperawatan II :

Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas


Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas
Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

Diagnosa keperawatan III :

Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi


masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

Diagnosa keperawatan IV

Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku


Mencatat laporan gangguan tidur
Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

Diagnosa keperawatan V

Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar


Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal
Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko
kardiovaskuler

Membahas pentingnya menghentikan merokok


Diagnosa keperawatan VI :

2.2.5

Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan


dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut
Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai


sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi
12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:
1.
Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2.
Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :
Diagnosa I

Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja


jantung
Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien

Diagnosa II

Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan


Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

Diagnosa III

Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol


Mengungkan metode yang memberikan pengurangan
Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

Diagnosa IV

Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan


Menunjukkan perubahan pola makan
Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar
individual

Diagnosa V

Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya


Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

Diagnosa VI

Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen


Mempertahankan Td dalam perimeter normal

Anda mungkin juga menyukai