Disusun Oleh :
Kelompok 2
Aditya Irawan
: 1551010007
Imas Nurhasanah
: 1551010196
Qodariyah Mawaddah
: 1551010098
KATA PENGANTAR
1
pembuatan
makalah
ini.
Untuk
itu
kami
Perjanjian
(Akad)
ini
dapat
memberikan
manfaat
Bandar Lampung,
Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN................................................i
KATA PENGANTAR...............................................ii
DAFTAR ISI.........................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................1
C. Tujuan Masalah..................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perjanjian (Akad).............................2
B. Rukun Perjanjian (Akad)....................................3
C. Syarat syarat Akad.............................................................6
D. Macam macam Aqad..........................................................7
E. Berakhirnya Suatu Akad .......................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri
dan memerlukan bantuan dari orang lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam,
sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk
memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain.
Hubungan antara satu manusia dengan manusia lain dalam
memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskan
hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Proses
untuk membuat kesepakatan dalam kerangka memenuhi
kebutuhan keduanya, lazim disebut dengan proses untuk
berakad atau melakukan kontrak. Hubungan ini merupakan
sesuatu yang sudah ditakdirkan oleh Allah karena itu merupakan
kebutuhan sosial sejak manusia mulai mengenal arti hak milik.
Islam memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembahasan fiqih, akad atau kontrak yang dapat
digunakan bertransaksi sangat beragam, sesuai dengan
karakteristik dan spesifikasi kebutuhan yang ada. Oleh karena
itu, makalah ini disusun untuk membahas mengenai berbagai hal
yang terkait dengan akad dalam pelaksanaan muamalah di
dalam kehidupan kita sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Perjanjian (Akad)
2. Rukun Perjanjian (Akad)
3. Syarat syarat Perjanjian (Akad)
4. Macam macam Perjanjian (Akad)
5. Batal / berakhirnya Perjanjian (Akad)
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian perjanjian (akad)
2. Mengetahui apa saja rukun perjanjian (akad)
3. Untuk mengetahui syarat syarat perjanjian (akad)
4. Mengetahui macam macam perjanjian (akad)
5. Untuk mengetahui bagaimana batal / berakhirnya
perjanjian (akad)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perjanjian (Akad)
Menurut
bahasa,
akad
mempunyai
arti
perikatan,
ijab
(pernyataan
melakukan
ikatan
dan
qabul
menghalalkan
mengerjakan
haji.
berburu
ketika
Sesungguhnya
kamu
Allah
sedang
menetapkan
maksud
pokok
pula,
yang
diucapkan
setelah
adanya
ijab.
misalnya
seseorang
yang
berlangganan
wesel
dan
pembeli
menerima
majalah
tersebut
dari
petugas pos.4
Menurut jumhur fuqaha, rukun akad terdiri atas :
1. Al- Aqidain, yakni para pihak yang langsung terlibat oleh
akad
2. Mahallul akad, yakni objek akad, yaitu sesuatu yang
hendak diakadkan
3. Sighat akad, pernyataan kalimat akad yang lazimnya
dilaksanakan melalui pernyataan ijab dan qabul.5
Adapun hal hal yang harus diperhatikan dalam shighat al-aqd
(akad) antara lain :
a. Shighat al-aqd harus jelas pengertiannya, misalnya Aku
serahkan
benda
ini
kepadamu
sebagai
hadiah
atau
pemberianya.
b. Harus bersesuaian antara ijab dan qabul. Tidak boleh
antara yang berijab dan yang menerima berbeda lafadz,
misalnya seseorang berkata, Aku serahkan benda ini
kepadamu sebagai titipan, tetapi yang mengucapkan
qabul berkata, Aku terima benda ini sebagai pemberian.
Adanya
kesimpangsiuran
dalm
ijab
dan
qabul
akan
karena
manusia.
c. Menggambarkan
bertentangan
kesungguhan
dengan
kemauan
dari
ishlah
diantara
pihak-pihak
yang
syarat
adanya
saksi
dalam
pernikahan.
Setelah dijelaskan apa saja syarat syarat akad, maka pada bagian ini akan
dijelaskan apa saja macam macam akad.
1. Aqad Munjiz, yaitu akd yang dilaksanakan langsung pada waktu
selesainya akad. Pernyataannya akad yang diikuti dengan pelaksanaan
akad ialah pernyataan yang tidak disertai dengan syarat syarat dan tidak
pula ditentukan waktu pelaksanaan setelah adanya akad.
2. Aqad Mualaq ialah akad yang didalam pelaksanaannya terdapat syarat
syarat yang telah ditentukan dalam akad, misalnya penentuan penyerahan
barang barang yang diakadkan setelah adanya pembayaran.
3. Aqad Mudhaf ialah akad yang dalam pelaksanaannya terdapat syarat
syarat mengenai penanggulangan pelaksanaan akad, pernyataan yang
pelaksanaanya ditangguhkan hingga waktu yang ditentukan. Perkataan ini
sah dilakukan pada waktu akad, tetapi belum mempunyai akibat hukum
sebelum tibanya waktu yang telah ditentukan.
Perwujudan akad tampak nyata pada dua keadaan berikut.
1. Dalam keadaan muwadhaah (taljiah), yaitu kesepakatan dua orang secara
rahasia untuk mengumumkan apa yang tidak sebenarnya. Hal ini ada tiga
bentuk seperti dibawah ini.
a. Bersepakat secara rahasia sebelum melakukan akad, bahwa mereka
berdua akan mengadakan jual beli atau yang lainya secara lahiriah
saja untuk menimbulkan sangkaan orang lain bahwa benda tersebut
telah dijual, misalnya menjual harta untuk menghindari penguasa
yang zalim atau penjualan harta untuk menghindari pembayaran
utang. Hal ini disebut mutawadhah pada asal akad.
b. Muawadlah terhadap benda yang digunakan untuk akad, misalnya
dua orang bersepakat menyebut mahar dalam jumlah yang besar
dihadapan naib, wali pengantin laki laki dan wali pengantin
wanita sepakat untuk menyebut dalam jumlah yang besar,
sedangkan mereka sebenarnya telah sepakat pada jumlah yang
lebih kecil dari jumlah yang disebutkan dihadapan naib, hal ini
disebut juga muwadhaah fi al-badal.
Selain akad munjiz, mualaq, dan mudhaf, macam macam akad beraneka
ragam tergantung dari sudut tinjauanya. Karena ada perbedaan perbedaan
tinjauan, akad akan ditinjau dari segi segi berikut.
1. Ada dan tidaknya qismah pada akad, maka akad terbagi dua bagian :
a. Akad musammah, yaitu akad yang telah ditetapkan syara dan telah
ada hukum hukumnya, seperti jual beli, hibah, dan ijarah.
b. Akad ghair musammah ialah akad yang belum ditetapkan oleh syara
dan belum ditetapkan hukum hukumnya.
2. Disyariatkan dan tidaknya akad, ditinjau dari segi ini akad terbagi dua
bagian yakni akad musyaraah dan akad mamnuah.
3. Sah dan batalnya akad, ditinjau dari segi ini akad terbagi dua :
a. Akad shahihah, yaitu akad- akad yang mencakupi persyaratanya,
baik syarat yang khusus maupun syarat yang umum.
b. Akad fasihah, yaitu akad akad yang cacat atau cedera karena
kurang salah satu syarat syaratnya, baik syarat umum maupun
syarat khusus, seperti nikah tanpa wali.
4. Sifat bendanya, ditinjau dari sifat ini benda akad terbagi dua :
a. Akad ainiyah, yaitu akad yang disyaratkan dengan penyerahan
barang barang seperti jual beli.
b. Akad ghair ainiyah yaitu akad yang tidak disertai dengan
penyerahan barang barang , karena tanpa penyerahan brang
barang pun akada sudah berhasil, seperti akad amanah.
5. Cara melakukanya, dari segi ini akad dibagi menjadi dua bagian :
a. Akad yang harus dilaksanakan dengan upacara tertentu seperti akad
pernikahan dihadiri oleh dua saksi, wali, dan petugas pencatat nikah.
b. Akad ridhaiyah, yaitu akad akad yang dilakukan tanpa upacara
tertentu dan terjadi karena keridhaan dua belah pihak, seperti akad
pada umumnya.
6. Berlaku dan tidaknya akad, dari segi ini akad dibagi
menjadi dua :
a. Akad nafidzah yaitu akad yang bebas atau terlepas
dari penghalang penghalang akad.
b. Akad mauqufah yaitu akad akad yang berkaitan
dengan
persetujuan
persetujuan,
seperti
akad
menjadi
hak
kedua
belah
pihak
dan
dapat
pada
akhirnya
seperti
qaradh
dan
9. Harus dibayar ganti dan tidaknya, dari segi ini akad dibagi
menjadi tiga bagian :
a. Akad dhaman, yaitu akad yang menjadi tanggung
jawab pihak kedua sesudah benda benda itu diterima
seperti qaradh.
b. Akad amanah yaitu tanggung jawab kerusakan oleh
pemilik benda, bukan oleh yang memegang barang,
seperti titipan.
c. Akad yang dipengaruhi oleh beberapa unsure, salah
satu segi merupakan dhaman, menurut segi yang lain
10.
11.
usaha
bersama
dua bagian :
a. Akad fauriyah
yaitu
akad
akad
yang
dalam
akad
yang
membutuhkan
waktu
2. Dibatalkan oleh pihak pihak yang berakad, apabila akad itu mengikat
3. Akad yang bersifat mengikat akan berakhir apabila akad itu fasid, berlaku
khiyar syarat dan khiyar aib, dan akad itu tidak dilaksanakan oleh salah
satu pihak yang berakad.
4. Serta salah satu pihak yang berakad meninggal.9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa akad ialah
kesepakatan dua belah pihak yang mengharuskan masing
masing yang bersepakat untuk melaksanakan sesuatu ketetapan
yang telah di sepakatinya. Rukun- rukun akad ialah Aqid,
Maqud, Maudhu alaqd,dan Shighat alaqd. Syarat- syarat akad
yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
Suhendi,hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta:Rajawali Pers,2014
https://www.scribd.com/doc/194949138/jurnal-fiqih
W. Alhafidz,ahsin,kamus fiqh, Jakarta:Amzah,2013
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam : Fiqih
Muamalat, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003