Anda di halaman 1dari 42

Data Teknis - 1:

Organisasi Penyedia Jasa Konsultansi

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Data Teknis - 2:
Daftar Pengalaman Kerja Perusahaan 7 (Tujuh) Tahun Terakhir

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Data Teknis - 3:
Uraian Pengalaman Kerja Perusahaan Sejenis 7 (Tujuh) Tahun Terakhir

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Data Teknis - 4:
Tanggapan dan Saran terhadap Kerangka Acuan Kerja dan
Personil/Fasilitas Pendukung dari PPK
A. PERIHAL KERANGKA ACUAN KERJA

A.1 Umum
Konsultan berpendapat bahwa secara umum, materi Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
berfungsi sebagai pedoman bagi konsultan untuk melaksanakan seluruh proses
pelaksanaan pekerjaan ini cukup ringkas namun jelas dan sudah memberikan uraian yang
lengkap dan sistematis atas substansi. Penjelasan cakupan pekerjaan dan substansi
pekerjaan cukup memadai. Beberapa hal yang belum tercakup telah dijelaskan pada saat
Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) sehingga Konsultan dapat lebih memahami
permasalahan.
Namun demikian, konsultan merasa perlu untuk mengklarifikasi/menanggapai bagianbagian dalam kerangka acuan yang masih mengganjal untuk kemudian dapat diakomodir
di kemudian hari. Adapun terhadap bagian-bagian yang cukup jelas, konsultan tidak perlu
memberi tanggapan.

A.2 Latar Belakang


Transportasi berfungsi sebagai penggerak maupun pendorong perekonomian daerah,
mengingat begitu besar peran dan fungsinya tersebut, maka transportasi terus menerus
dituntut untuk mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Perkembangan transportasi dewasa ini ditandai dengan perubahan dan permintaan jasa
transportasi yang sangat cepat, beragam jasa layanan transportasi yang ditawarkan kepada
konsumen memberikan berbagai alternatif pilihan dalam penggunaan moda transportasi, di
pihak lain penyelenggara transportasi sebagai produsen didorong untuk terus mengikuti
arah kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan kesempatan yang tersedia dan melihat
kemungkinan-kemungkinan teknologi yang ada. Kesempatan untuk memperluas pangsa
pasar biasanya dihadapkan dengan suatu persaingan yang sangat ketat, efisien, dan efektif,
yang memiliki daya saing tinggi dan mampu meraih peluang yang akan timbul.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Kegiatan angkutan barang harus mampu menunjang terciptanya daya saing yang tinggi
terhadap komoditi ekspor melalui sistem pengangkutan yang cepat, tepat, biaya yang
terjangkau, dan terpadu terutama dalam rangka penyediaan logistik dan distribusi, dengan
demikian tidaklah mengherankan jika pada akhir-akhir ini tumbuh kesadaran baru dalam
dunia usaha berwawasan pada teknologi. Dalam banyak sektor usaha, perusahaan dapat
menggunakan teknologi yang dimilikinya sebagai faktor penentu dalam keberhasilan.
Pergeseran sistem angkutan barang dari cara konvensional ke sistem peti kemas merupakan
peningkatan teknologi untuk menciptakannya pelayanan angkutan barang yang lebih
praktis, cepat, dan efisien, namun jumlah angkutan barang kereta api di Pulau Jawa dari
Tahun 2000 hingga Tahun 2005 ini menunjukkan adanya penurunan. Data Tahun 2005
pangsa pasar angkutan kereta api barang hanya 0,63%.
Kecenderungan ini mungkin tak dapat dihindari akibat makin dekatnya jarak antara pusatpusat distribusi - konsumsi. Akan tetapi untuk jarak menengah dan jarak jauh gejala ini
patut ditelusuri penyebabnya, karena moda kereta api secara teoritis seharusnya lebih
menguntungkan untuk dikembangkan. Pergeseran sistem pengangkutan barang dari kereta
api ke moda jalan, mengakibatkan banyak dry port (TPK Gedebage Bandung, TPK Solo
Jebres dan TPK Rambipuji Jember) kurang optimal penggunaannya, hal ini tidak lain
karena pelayanan pengangkutan barang melalui kereta api kalah bersaing dengan angkutan
jalan, beberapa kelebihan mengunakan angkutan jalan adalah dapat mengangkut barang
dari gudang asal sampai dengan gudang tujuan (door to door service), waktu pengangkutan
tidak harus menunggu jadwal keberangkatan kereta, namun dengan beralihnya angkutan
barang dari kereta api ke jalan raya mengakibatkan terjadi kepadatan lalu lintas melebihi
kapasitas terpasang dan tingkat kerusakan jalan semakin cepat.
Salah satu cara untuk meningkatkan pangsa pasar angkutan barang melalui moda kereta api
adalah meningkatkan kualitas pelayanan dan memperluas keterlibatan swasta dalam
penyelenggaraan perkeretaapian.
Peluang untuk menyelenggarakan perkeretaapian oleh swasta/badan usaha akan
memberikan dampak pada tingkat efisiensi di moda kereta api dan Pemerintah juga
berkepentingan untuk mengurangi pengeluaran biaya untuk perbaikan jalan raya dan
tingkat efisiensi pengangkutan barang ditingkatkan.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian,


maka swasta (badan usaha) diberi kesempatan untuk ikut serta dalam penyelenggaraan
perkeretaapian baik untuk pembangunan prasarana, penyelenggaraan sarana, dan
pemerintah akan tetap menjamin untuk mencipkatakan iklim yang kondusif dengan
mengatur keikutsertaan swasta dalam penyelenggaraan perkeretaapian (Pasal 32)
menyebutkan bahwa Badan Usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian umum
wajib memiliki ijin usaha dan ijin operasi.
Dari hal-hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan studi "Peningkatan Peran Swasta Dalam
Perkeretaapian Khsususnya Angkutan Barang dan Komoditi".

A.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dilaksanakan studi ini adalah untuk memberi masukan dalam menetapkan
kebijakan yang berkaitan dengan keikutsertaan swasta dalam rangka meningkatkan
angkutan barang baik domestik maupun manca negara, sedangkan tujuan dari kegiatan ini
adalah terwujudnya arah kebijakan yang jelas berkaitan dengan keikutsertaan swasta dalam
angkutan barang baik domestik maupun manca negara.

A.4 Sasaran
Setelah terlaksananya kegiatan Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian
Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi diharapkan adanya panduan yang jelas untuk
meningkatkan pangsa pasar angkutan barang baik domestik maupun mancanegara, dengan
tersedianya:
a. Data dan informasi mengenai kondisi eksisting angkutan barang dengan menggunakan
moda kereta api;
b. Peta usaha angkutan barang yang dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta saat ini
dan masa mendatang;
c. Informasi mengenai peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang
dengan menggunakan moda kereta api;
d. Rekomendasi yang implementatif dan perencanaan pengembangan dalam meningkatan
peran swasta dalam perkeretaapian khusunya angkutan barang dan komoditi ekspor;
e. Rekomendasi atas landasan hukum/penyusunan pedoman regulasi mengenai berbagai
pola kerjasama swasta dan swasta-pemerintah.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

A.5 Lokasi Kegiatan


Lokasi kegiatan studi ini dilaksanakan pada:
a. Kantor Pusat PT. KA (Persero) di Bandung;
b. Keseluruhan Daerah Operasi (DAOP) dan Divisi Regional (DIVRE) yaitu Daop I
Jakarta dan Divisi Jabotabek, Daop II Bandung, Daop III Cirebon, Daop IV Semarang,
Daop V Purwokerto, Daop VI Yogyakarta, Daop VII Madiun, Daop VIII Surabaya,
Daop IX Jember, Divre I Sumatera Utara, Divre II Sumatera Barat dan Divre III
Sumatera Selatan;
c. TPK Rambipuji Jember, TPK Solo Jebres, TPK Gedebage Bandung.

A.6 Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup kegiatan Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya
Angkutan Barang dan Komoditi adalah:
a. Melakukan inventarisasi potensi komoditas dan angkutan barang;
b. Melakukan inventarisasi peraturan perundangan yang berkaitan dengan peran swasta
untuk angkutan barang dan komoditi;
c. Melakukan review data dan informasi dari studi-studi yang telah dilakukan;
d. Melakukan analisis dan evaluasi peran swasta dalam rangka meningkatkan angkutan
barang dan komoditi;
e. Membuat kesimpulan dan rekomendasi yang implementatif untuk meningkatkan peran
swasta dalam perkeretaapian khususnya untuk angkutan barang dan komoditi.
Lingkup pekerjaan tersebut akan dikembangkan menjadi tahapan-tahapan pekerjaan yang
akan dilakukan konsultan, serta dibuat sebuah bagan alir yang akan memudahkan dan
mengarahkan secara sistematis pekerjaan Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam
Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi.

A.7 Pelaporan
Pelaporan Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan
Barang dan Komoditi adalah sebagai berikut:
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Antara

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

c. Konsep Laporan Akhir


d. Laporan Akhir
Sistem Pelaporan yang dihasilkan dan jangka waktu penyerahannya akan menyesuaikan
dengan kerangka acuan kerja yang diberikan.
Apabila laporan dan program yang disampaikan, setelah diperiksa oleh Pemberi Tugas
ternyata

masih

diperlukan pekerjaan perbaikan atas

kekurangan, maka

setiap

perbaikan/pekerjaan tambahan yang dibutuhkan harus dilaksanakan oleh pihak pelaksana


(Konsultan) tanpa tuntutan tambahan biaya apapun kepada Pemberi Tugas.
B. PERIHAL PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG DARI PPK

B.1 Sumber Pendanaan


Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN DIPA Tahun Anggaran 2008.

B.2 Data Dasar


Survai Instansional:
Dilakukan di Kantor Ditjen Perkeretaapian, Jakarta, Kantor Pusat PT. KA (Persero) di
Bandung, Terminal Peti Kemas (TPK), Daerah Operasi, dan Divisi Regional PT. KA
(Persero) serta instansi-instansi terkait lainnya. Survei ini bertujuan untuk mengumpulkan
data dan informasi dari para stakeholders mengenai kondisi eksisting dan prospek ke depan
yang terkait dengan peran swasta dalam rangka peningkatan angkutan barang dan komoditi
ekspor.
Survai Kepustakaan:
Dilakukan pada hasil-hasil studi yang terkait dengan angkutan barang menggunakan kereta
api baik barang domestik maupun ekspor. Survei ini bertujuan untuk mendapatkan data
awal dan gambaran umum mengenai peran swasta dalam angkutan barang dan komoditi
ekspor.

B.3 Referensi Hukum


a. Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
b. Peraturan Pemerintah yang terkait dengan peran swasta dalam Perkeretaapian.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

c. Keputusan Menteri Perhubungan yang terkait dengan peran swasta dalam


Perkeretaapian.
d. Peraturan-peraturan lain yang terkait.

B.4 Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


Jangka waktu penyelesaian

kegiatan

adalah

6 (enam)

bulan

terhitung

sejak

ditandatanganinya SPMK.
Waktu pelaksanaan yang diberikan membuat konsultan harus bekerja secara efektif untuk
menyelesaikan pekerjaan ini. Selain melakukan koordinasi internal, juga diperlukan
koordinasi dan dukungan eksternal dari pihak-pihak lain dalam melakukan kegiatan
penunjang seperti pengumpulan data (survei), asistensi, dan pembahasan.

B.5 Personil
1) Tenaga Ahli, terdiri dari:
a) Manajer Tim/Team Leader
b) Ahli Perkeretaapian/Jalan KA
c) Ahli Marketing
d) Ahli Hukum/Kelembagaan
e) Ahli Perencanaan Transportasi
2) Tenaga Pendukung, terdiri dari:
a) Operator Komputer (2 orang)
Untuk pekerjaan ini dibutuhkan Tenaga Ahli sebanyak 26 (dua puluh enam) orang bulan
ditambah tenaga pendukung.
Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung), serta
jumlah personil dan total jumlah Orang-Bulan yang diperlukan yang ditetapkan dalam
Kerangka Acuan Kerja sudah memadai untuk menghasilkan suatu hasil yang diharapkan.

B.6 Alih Pengetahuan


Konsultan yang dibantu Satker Perencanaan Teknis dan Pengawasan Perkeretaapian
berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan, pembahasan, kunjungan lapangan, dan

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

atau pelatihan dalam rangka alih pengetahuan kepada SDM Direktorat Lalu Lintas &
Angkutan KA.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Data Teknis - 5:
Uraian Pendekatan, Metodologi, dan Program Kerja
A. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

A.1 Pendekatan Teknis


Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan
Komoditi merupakan studi yang akan menjabarkan petunjuk pelaksanaan peran swasta
dalam perkeretaapian yang tertuang dari Peraturan-perundangan di atasnya, sebagai
berikut:

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

PP No. 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api

PP No. 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api

KM Perhubungan No. 8 Tahun 2001 tentang Angkutan Kereta Api


A.1.1 Review UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

1. Definisi dan Istilah


Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau
badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk perkeretaapian.
b. Penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah pihak yang menyelenggarakan
prasarana perkeretaapian.
c. Penyelenggara sarana perkeretaapian adalah badan usaha yang mengusahakan sarana
perkeretaapian umum.
d. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
e. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
f. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perkeretaapian.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

2. Penyelenggaraan Perkeretaapian
Pasal 17
(1) Penyelenggaraan perkeretaapian umum berupa penyelenggaraan:
a. prasarana perkeretaapian; dan/atau
b. sarana perkeretaapian.
(2) Penyelenggaraan perkeretaapian khusus berupa penyelenggaraan:
a. prasarana perkeretaapian; dan
b. sarana perkeretaapian.
Pasal 18
Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan:
a. pembangunan prasarana;
b. pengoperasian prasarana;
c. perawatan prasarana; dan
d. pengusahaan prasarana.
Pasal 19
Pembangunan prasarana perkeretaapian umum wajib:
a. berpedoman pada ketentuan rencana induk perkeretaapian; dan
b. memenuhi persyaratan teknis prasarana perkeretaapian.
Pasal 20
Pengoperasian prasarana perkeretaapian umum wajib memenuhi standar kelaikan operasi
prasarana perkeretaapian.
Pasal 21
Perawatan prasarana perkeretaapian umum wajib:
a. memenuhi standar perawatan prasarana perkeretaapian; dan
b. dilakukan oleh tenaga yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi keahlian di bidang
prasarana perkeretaapian.
Pasal 22

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Pengusahaan prasarana perkeretaapian umum wajib dilakukan berdasarkan norma, standar,


dan kriteria perkeretaapian.
Pasal 23
(1) Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha sebagai
penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama.
(2) Dalam hal tidak ada Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian
umum, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan prasarana
perkeretaapian.
Pasal 24
(1) Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian umum wajib memiliki:
a. izin usaha;
b. izin pembangunan; dan
c. izin operasi.
(2) Izin usaha penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum diterbitkan oleh
pemerintah.
(3) Izin pembangunan prasarana perkeretaapian umum diterbitkan setelah dipenuhinya
persyaratan teknis prasarana perkeretaapian.
(4) Izin operasi prasarana perkeretaapian umum diterbitkan setelah dipenuhinya
persyaratan kelaikan operasi prasarana perkeretaapian.
(5) Izin pembangunan dan izin operasi diberikan oleh:
a. Pemerintah untuk penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum yang jaringan
jalurnya melintasi batas wilayah provinsi;
b. pemerintah provinsi untuk penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum yang
jaringan jalurnya melintasi batas wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi
setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah; dan
c. pemerintah kabupaten/kota untuk penyelenggaraan perkeretaapian umum yang
jaringan jalurnya dalam wilayah kabupaten/kota setelah mendapat rekomendasi
pemerintah provinsi dan persetujuan Pemerintah.
Pasal 25
Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan:
a. pengadaan sarana;
b. pengoperasian sarana;
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

c. perawatan sarana; dan


d. pengusahaan sarana.
Pasal 26
Pengadaan sarana perkeretaapian umum wajib memenuhi persyaratan teknis sarana
perkeretaapian.
Pasal 27
Pengoperasian sarana perkeretaapian umum wajib memenuhi standar kelaikan operasi
sarana perkeretaapian.
Pasal 28
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan sarana perkeretaapian tidak
memenuhi standar kelaikan operasi sarana perkeretaapian dikenai sanksi administratif
berupa teguran tertulis, pembekuan izin, dan pencabutan izin operasi.
Pasal 29
Perawatan sarana perkeretaapian umum wajib:
a. memenuhi standar perawatan sarana perkeretaapian; dan
b. dilakukan oleh tenaga yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi keahlian di bidang
sarana perkeretaapian.
Pasal 30
Pengusahaan sarana perkeretaapian umum wajib dilakukan berdasarkan norma, standar,
dan kriteria sarana perkeretaapian.
Pasal 31
(1) Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha sebagai
penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama.
(2) Dalam hal tidak ada badan usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian
umum, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan sarana
perkeretaapian.
Pasal 32
(1) Badan Usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian umum wajib memiliki:
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

a. izin usaha; dan


b. izin operasi.
(2) Izin usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum diterbitkan oleh Pemerintah.
(3) Izin operasi sarana perkeretaapian umum diterbitkan oleh:
a. Pemerintah untuk pengoperasian sarana perkeretaapian umum yang jaringan
jalurnya melintasi batas wilayah provinsi dan batas wilayah negara;
b. pemerintah provinsi untuk pengoperasian sarana perkeretaapian umum yang
jaringan jalurnya melintasi batas wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi; dan
c. pemerintah kabupaten/kota untuk pengoperasian sarana perkeretaapian umum yang
jaringan jalurnya dalam wilayah kabupaten/kota;

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Pemerintah Pusat/
Pemerintah Daerah

Pemerintah Pusat

ketentuan rencana induk


perkeretaapian

persyaratan teknis
prasarana perkeretaapian

persyaratan teknis
prasarana perkeretaapian
Izin Usaha

Prasarana
Perkeretaapian

Izin Pembangunan

persyaratan kelaikan operasi


prasarana perkeretaapian

Izin Operasi

Pembangunan
Prasarana
Badan Usaha
Pengoperasian
Prasarana
standar kelaikan operasi
prasarana perkeretaapian

Penyelenggaraan
Perkeretaapian
Pemerintah Pusat

Pemerintah Pusat/
Pemerintah Daerah

Izin Usaha

Izin Operasi

persyaratan teknis
sarana perkeretaapian

Sarana
Perkeretaapian

Pengadaan
Sarana
Badan Usaha
Pengoperasian
Sarana
standar kelaikan operasi
sarana perkeretaapian

Gambar 1. Penyelenggaraan Perkeretapian oleh Badan Usaha berdasarkan UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

A.1.2 Review PP No. 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta
Api
1. Penyediaan dan Pengusahaan Prasarana Kereta Api
Pasal 39
(1) Pemerintah menyelenggarakan penyediaan termasuk pengoperasian, dan perawatan
prasarana kereta api, yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan
penyelenggara.
(2) Pelimpahan kepada badan penyelenggara dilakukan secara bertahap oleh Menteri.
(3) Dalam hal penyelenggaraan prasarana dibiayai dari anggaran Pemerintah, pelaksanaan
pelimpahan dilakukan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan Menteri yang
bertanggung jawab dibidang keuangan Negara.
Pasal 42
(1) Pengusahaan prasarana kereta api dilakukan oleh badan penyelenggara.
(2) Pengusahaan prasarana kereta api dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. kepentingan pelayanan umum;
b. keselamatan operasi kereta api;
c. keamanan dan ketertiban dalam pelayanan jasa;
d. kelangsungan pelayanan.
2. Penyediaan dan Pengusahaan Sarana Kereta Api
Pasal 47
(1) Penyediaan sarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dilakukan oleh
badan penyelenggara.
(2) Penyediaan sarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan
memperhatikan persyaratan teknis sarana kereta api, kebutuhan operasional, kelestarian
lingkungan dan dengan mengutamakan produksi dalam negeri.
Pasal 50
(1) Pengusahaan sarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dilakukan oleh
badan penyelenggara.
(2) Pengusahaan sarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
dengan memperhatikan:
a. kepentingan pelayanan umum;
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

b. keselamatan operasi kereta api;


c. keamanan dan ketertiban dalam pelayanan jasa;
d. kelangsungan pelayanan.
3. Kerjasama
Pasal 56
(1) Badan usaha dapat diikutsertakan dalam kegiatan perkeretaapian atas dasar kerjasama
dengan badan penyelenggara.
(2) Badan usaha harus merupakan badan hukum Indonesia.
(3) Kerja sama dilakukan dalam rangka:
a. peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan angkutan kereta api; dan
b. pengikutsertaan modal badan usaha dalam penyediaan, perawatan dan pengusahaan
prasarana dan/atau sarana kereta api.
(4) Kerjasama dilakukan untuk jangka waktu tertentu.
Pasal 57
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan mengenai kerjasama sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
A.1.3 Review PP No. 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api
1. Angkutan Barang Dengan Kereta Api
Pasal 22
(1) Angkutan barang dengan kereta api dapat dilayani dengan:
a. kereta api barang berjadwal;
b. kereta api barang tidak berjadwal.
(2) Angkutan barang dengan kereta api dilakukan dengan menggunakan gerbong dan atau
kereta bagasi.
(3) Angkutan barang terdiri dari:
a. barang umum;
b. barang khusus;
c. barang berbahaya.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Pasal 23
(1) Angkutan barang umum diklasifikasikan atas:
a. barang aneka;
b. barang curah;
c. barang cair;
d. kiriman pos;
e. tumbuh-tumbuhan;
f. hewan;
g. peti kemas;
h. kendaraan;
i. jenazah.
(2) Angkutan barang umum harus memenuhi persyaratan:
a. pemuatan, pembongkaran dan penyusunan barang pada tempat-tempat yang telah
ditetapkan sesuai dengan k1asifikasinya;
b. keselamatan dan keamanan barang yang diangkut;
c. gerbong dan atau kereta bagasi yang digunakan klasifikasi barang yang diangkut.
Pasal 24
(1) Angkutan barang khusus diklasifikasikan atas:
a. barang yang memerlukan fasilitas pendingin;
b. batang dan atau alat berat.
(2) Angkutan barang umum dan barang khusus harus memenuhi persyaratan:
a. pemuatan, pembongkaran dan susunan barang pada tempat-tempat yang telah
ditetapkan sesuai dengan klasifikasinya;
b. keselamatan dan keamanan barang yang diangkut;
c. gerbong yang digunakan sesuai dengan klarifikasi barang yang diangkut.
Pasal 25
(1) Angkutan barang berbahaya diklasifikasikan atas angkutan bahan:
a. mudah meledak;
b. gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau pendinginan tertentu;
c. cairan mudah menyala;
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

d. padatan mudah menyala;


e. oksidator, peroksida organik;
f. racun dan bahan yang mudah menular;
g. radio aktif;
h. korosif;
i. berbahaya lain.
(2) Kereta api yang digunakan untuk mengangkut bahan berbahaya harus:
a. memenuhi persyaratan keselamatan sesuai sifat bahan berbahaya yang diangkut;
b. diberi tanda-tanda tertentu sesuai bahan berbahaya yang diangkut.
c. disertai petugas yang memiliki kualifikasi tertentu sesuai sifat bahan berbahaya
yang diangkut.
Pasa1 26
(1) Badan penyelenggara mempunyai hak untuk menahan barang yang diangkut dengan
kereta api, apabila pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas
waktu yang telah ditetapkan sesuai perjanjian angkutan.
(2) Setelah batas waktu terlampaui barang-barang tersebut dapat dijual secara lelang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk memenuhi kewajiban
pengirim dan atau penerima barang.
Pasal 27
Barang-barang yang tidak bertuan disimpan oleh badan penyelenggara dan setelah lewat
waktu sesuai perjanjian angkutan dapat dijual secara lelang sesuai peraturan perundang
undangan yang berlaku atau dimusnahkan apabila sifatnya berbahaya atau dapat
mengganggu dalam penyimpanannya.
A.1.4 Review KM Perhubungan No. 8 Tahun 2001 tentang Angkutan Kereta
Api
1. Definisi dan Istilah
a. Angkutan Kereta Api adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kereta api;
b. Angkutan antar kota adalah angkutan kereta api dari stasiun suatu kota ke stasiun kota
lainnya baik antar kota dalam satu propinsi maupun antar kota antar propinsi;

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

10

c. Angkutan kota adalah angkutan kereta api dari stasiun satu ke stasiun dalam satu
wilayah administrasi kota/Kabupaten yang merupakan satu kesatuan ekonomi dan
sosial serta mempunyai sifat perjalanan ulang alik (komuter);
d. Angkutan barang berjadwal adalah angkutan barang dengan kereta api antar kota atau
angkutan kota beroperasi setiap hari dalam trayek dan jadwal yang tetap dan teratur.
e. Angkutan barang tidak berjadwal adalah angkutan barang dengan kereta api antar kota
atauangkutan kota dengan trayek dan jadwal yang tidak tetap dan tidak teratur pada
jaringan pelayanan yang telah ditetapkan berdasarkan maklumat kereta api atau
telegram maklumat kereta api;
f. Pelayanan angkutan kereta api jarak dekat adalah pelayanan angkutan kereta api untuk
penumpang dan/atau barang dalam satu wilayah/daerah operasi dengan maksimum
jarak sejauh 150 km, kecuali kereta api yang karena sifatnya harus berhenti di tiap-tiap
stasiun;
g. Pelayanan kereta api jarak sedang adalah pelayanan angkutan kereta api untuk
penumpang dan/atau barang dalam satu atau antar wilayah/daerah operasi dengan jarak
antara 151 km sampai dengan 450 km;
h. Pelayanan kereta api jarak jauh adalah pelayanan angkutan kereta api untuk
penumpang dan/atau barang dalam satu atau antar wilayah/daerah operasi dengan jarak
lebih dari 450 km;
2. Pelayanan Angkutan Barang
Pasal 16
(1) Angkutan barang dengan kereta api dapat dilayani dengan:
a. kereta api angkutan barang berjadwal;
b. kereta api angkutan barang tidak berjadwal.
(2) Angkutan berjadwal diselenggarakan:
a. dengan jadwal tetap dan teratur berdasarkan Grafik Perjalanan Kereta Api
(GAPEKA)
b. dilayani dengan kereta api barang ekspres, kereta api barang cepat, kereta api
barang biasa, kereta api campuran.
(3) Angkutan tidak berjadwal diselenggarakan dengan jadwal tidak tetap yang berdasarkan
Maklumat Kereta Api (MALKA) atau Telegram Maklumat Kereta Api (TEM)
Pasal 17
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

11

(1) Angkutan barang dilakukan dengan cara umum dan cara khusus
(2) Angkutan barang dengan cara umum dilaksanakan dengan menggunakan gerbong atau
kereta bagasi dengan syarat-syarat umum angkutan barang;
(3) Angkutan barang dengan cara khusus dilaksanakan dengan menggunakan gerbong atau
kereta bagasi dengan syarat-syarat khusus.
Pasal 18
(1) Angkutan barang dengan cara umum harus memenuhi syarat-syarat angkutan dan tariff
umum.
(2) Angkutan barang dengan cara khusus dilaksanakan dengan syarat-syarat khusus
meliputi:
a. terdiri dari 1 (satu) jenis barang;
b. penanganan khusus dalam pelaksanaan pengangkutan dan bongkar muat, yang
dapat berupa:
1) bongkar muat dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu yang mempunyai
fasilitas bongkar maut sesuai dengan kekhususan barang yang diangkut.
2) dalam hal mengangkut hewan atau tumbuh-tumbuhan pengirim harus
menyediakan makanan dan/atau air.
3) untuk angkutan hewan minimal harus diikat atau disekat tiap-tiap ekor sehingga
dapat menjamin keamanan, keselamatan kelancaran dan kestabilan muatan.
4) diangkut dengan gerbong atau kereta bagasi sesuai dengan jenis barang yang
diangkut;
5) dilakukan pengawalan untuk barang-barang khusus tertentu.
Pasal 19
(1) Angkutan barang dengan kereta api dilakukan dengan menggunakan gerbong dan/atau
kereta bagasi.
(2) Angkutan barang terdiri dari:
a. barang umum;
b. barang khusus;
c. barang berbahaya.
Pasal 20
(1) Angkutan barang umum diklasifikasikan atas:
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

12

a. barang aneka;
b. barang curah;
c. barang cair;
d. kiriman pos;
e. tumbuh-tumbuhan;
f. hewan;
g. peti kemas;
h. kendaraan;
i. jenazah.
(2) Pemuatan barang umum harus disusun dengan baik sehingga beban terdistribusi secara
proporsional pada sumbu-sumbu gerbong.
(3) Distribusi muatan barang harus memenuhipersyaratan beban gandar terberat untuk
masing-masing gandar, daya angkut jalan rel dan jumlah berat yang diperbolehkan.
Pasal 21
Angkutan barang khusus diklasifikasikan atas:
a. barang yang memerlukan fasilitas khusus;
b. barang dan/atau alat berat.
Pasal 22
Angkutan barang berbahaya dikalsifikasikan atas:
a. mudah meledak;
b. gas mampat, gas cair, terlarut pada tekanan atau pendinginan;
c. cairan mudah menyala;
d. padatan mudah menyala;
e. oksidator, peroksida organik;
f. racun dan barang mudah menular;
g. radioaktif;
h. korosif;
i. berbahaya lain.
Pasal 23

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

13

(1) Badan Penyelenggara mempunyai hak untuk menahan barang yang diangkut dengan
kereta api, apabila pengirim atau penerima tidak memenuhi keweajiban dalam batas
waktu yang telah ditetapkan sesuai perjanjian angkutan.
(2) Setelah batas waktu terlampaui barang-barang tersebut dapat dijual secara lelang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk memenuhi kewajiban
pengirim dan/atau penerima barang.
Pasal 24
Barang-barang yang tidak bertuan disimpan oleh Badan Penyelenggara dan setelah lewat
waktu sesuai perjanjian angkutan dapat dijual secara lelang sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku atau dimusnahkan apabila sifatnya berbahaya atau dapat
menganggu dalam penyimpanannya.
3. Syarat-syarat Angkutan Barang
Pasal 31
(1) Angkutan barang umum yang sifat pengangkutannya harus dilakukan dengan gerbong
tertutup, gerbong terbuka, gerbong khusus sesuai dengan peruntukkannya atau kereta
bagasi, diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. angkutan barang curah aneka menggunakan gerbong tertutup;
b. angkutan barang curah menggunakan gerbong terbuka;
c. angkutan barang cair menggunakan gerbong khusus sesuai dengan jenis barangnya,
kecuali barang cair dalam kemasan dapat menggunakan gerbong tertutup atau
kereta bagasi;
d. kiriman pos dan jenazah menggunakan kereta bagasi;
e. tumbuh-tumbuhan dan hewan hidup menggunakan gerbong hewan atau untuk
jenis-jenis tertentu dapat menggunakan kereta bagasi selama tempatnya tersedia;
f. peti kemas menggunakan gerbong datar
g. kendaraan menggunakan gerbong datar atau kereta bagasi yang sudah dimodifikasi.
(2) Barang khusus hanya dapat diangkut dengan gerbong atau kereta bagasi khusus yaitu
kereta yang sudah dilengkapi fasilitas khusus seperti alat pendingin misalnya untuk
mengangkut sayur-sayuran, buah-buahan dan daging.
(3) Angkutan barang khusus berupa barang dan/atau alat berat yang karena dimensinya
melebihi profil ruang muatan harus menggunakan gerbong terbuka, gerbong datar atau
gerbong lekuk.
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

14

(4) Angkutan barang berbahaya dapat menggunakan gerbong terbuka, gerbong tertutup
atau gerbong khusus setelah dikemas sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Tata Cara Mengangkut Barang
Pasal 48
(1) Barang yang dikirim harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. dibungkus atau dikemas dengan rapi dan diikat dengan kuat;
b. ukuran barang dan pembungkusnya sesuai dengan dimensi gerbong;
c. pemuatan barang harus disusun dengan baik sehingga beban terdistribusi secara
proposional melebihi batas ruang bebas, kuat muat gerbong dan tekanan gandar
maksimum;
d. pengguna jasa menyampaikan data tentang jenis, jumlah, dan berat barang yang
diangkut dan surat permintaan untuk ditimbang atau tidak yang akan dijadikan
dasar pengisian Surat Angkutan (SA)
(2) Pemuatan barang untuk gerbong tertutup harus diperiksa, ditutup pintunya dan
dikunci.digembok.
Pasal 53
Tata cara mengangkut peti kemas harus memenuhi ketentuan:
a. menggunakan gerbong khusus untuk peti kemas dan dikunci;
b. dimuat dan dibongkar pada stasiun tertentu yang memiliki fasilitas bongkar muat peti
kemas.
Pasal 58
(1) Badan Penyelenggaran wajib mengangkut kiriman barang sesuai dengan perjanjian dan
syarat-syarat angkutan.
(2) Lama waktu pengiriman ditentukan berdasarkan penjumlahan:
a. waktu ekspedisi yang dihitung saat barang diterima/ditarik di stasiun pengirim;
b. waktu angkut yang dihitung mulai dari sampai tibanya di stasiun tujuan.
c. Waktu penyerahan yang dihitungkan mulai dari waktu kiriman barang sampai
penyampaian kereta kiriman datang.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

15

(3) Atas dilampauinya waktu pengirim barang berhak melakuan tuntutan dan mendapat
ganti rugi atas keterlambatan tersebut kepada Badan Penyelenggara.
(4) Tuntutan dilakukan sesuai dengan persyaratan umum angkutan atau yang diperjanjikan
tersendiri untuk itu.
(5) Badan Penyelenggara dapat dibebaskan dari kewajiban pembayaran ganti rugi apabila
dapat membuktikan bahwa keterlambatan yang terjadi bukan karena kesalahan Badan
Penyelenggara.
Pasal 59
(1) Pengiriman barang dari stasiun pengirim ke stasiun tujuan dilakukan dengan:
a. kereta bagasi dari kereta api express dan atau kereta api cepat;
b. kereta angkutan barang;
c. kereta api campuran
(2) Apabila lintas kereta api terganggu Badan Penyelenggara wajib:
a. menahan sementara kiriman;
b. menjaga keamanan dan keselamatan barang;
c. melaporkan penahanan barang kepada pimpinan lain yang terkait;
d. memberitahukan kepada pengirim dan pnerima barang dengan secepatnya.
(3) Apabila ada gangguan diperkirakan akan berlangsung lama, Badan Penyelenggara
wajib mengambil tindakan;
a. mengangkut barang terebut dengan moda lain
b. mengangkut melalui lintas kereta apilain
c. sementara waktu menghentikan penerimaan pengiriman barang di stasiun yang
terjadi gangguan.
(4) Apabila pengangkutan melalui lintas kereta api lain yang mengakibatkan perubahan
jarak tempuh sedangkan terjadinya perjanjian mengangkut sebelum ada gangguan,
maka pengiriman barang tidak dikenakan biaya tambahan.
A.1.5 Sistem Kelembagaan
Sistem kelembagaan penyelenggaraan angkutan barang dapat didefinisikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan siapa yang bertanggung jawab terhadap aspek apa dan bagaimana
mekanisme kerja dari masing-masing aspek di atas dilaksanakan. Jika kita bicara masalah
sistem kelembagaan angkutan barang, pada dasarnya kita berbicara masalah aspek-aspek
mendasar yang berkaitan dengan penyelenggaraan angkutan barang.
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

16

Ada 4 (empat) aspek mendasar yang harus dilakukan agar penyelenggaraan angkutan
barang dapat berjalan dengan baik dan benar. Keempat aspek kegiatan dimaksud adalah:
1. Tata laksana perencanaan,
2. Tata laksana pengoperasian,
3. Tata laksana administrasi dan
4. Tata laksana pengawasan/pemantauan.
Aspek yang berkaitan dengan tata-laksana perencanaan terdiri dari dua hal utama, yaitu
perencanaan strategis dan perencanaan operasional. Perencanaan strategis berkaitan
dengan rencana pengembangan sistem jaringan rute (termasuk pola dan hirarki rute),
interkoneksitas antara rute, sistem intermodality dan jenis/tipe kendaraan yang akan
digunakan. Sedangkan perencanaan operasional berkaitan dengan rencana operasional rinci
untuk masing-masing rute, yaitu meliputi jenis dan kapasitas kendaraan, jumlah armada
beroperasi, frekuensi pelayanan, headway, sistem dan tingkat tarif, dan penjadualan.
Aspek yang berkaitan dengan tata laksana pengoperasian terdiri dari semua hal, baik
teknis, administrasi maupun finansial, yang berkaitan dengan apa dan bagaimana
memberikan pelayanan angkutan barang yang sebaik-baiknya sesuai dengan visi pengelola.
Aspek tata-laksana pengoperasian ini pada dasarnya merupakan aspek manajemen
perusahaan pengelola angkutan barang, yaitu aspek pengelolaan sumber daya yang ada
pada perusahaan angkutan barang.
Aspek yang berkaitan dengan aspek tata-laksana administrasi terdiri dari semua hal yang
berkaitan dengan mekanisme perijinan penyelenggaraan angkutan barang, mulai dari ijin
usaha angkutan barang, sampai dengan ijin operasi. Selain itu aspek administrasi ini terkait
pula pada mekanisme pendanaan jika dana dimaksud berasal dari pemerintah.
Aspek yang berkaitan dengan tata laksana pengawasan/pemantauan terdiri dari hal-hal
yang berkaitan dengan apa, siapa dan bagaimana mekanisme pengawasan yang harus
dilakukan untuk memantau penyelenggaraan angkutan barang.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

17

A.1.6 Model Kelembagaan


Model kelembagaan penyelenggaraan sistem angkutan barang berkaitan dengan siapa yang
bertanggung jawab terhadap masing-masing aspek dan bagaimana mekanisme kerja dari
masing-masing aspek di atas dilaksanakan.
Ditinjau dari tingkat keterlibatan dari pihak pemerintah dan swasta dalam aspek-aspek
kegiatan yang ada, maka dapat diturunkan 5 (lima) model kelembagaan penyelenggaraan
angkutan barang, yaitu:
1. Model 1: Dipegang sepenuhnya oleh pemerintah
2. Model 2: Sistem Tender
3. Model 3: Sistem Waralaba
4. Model 4: Deregulasi
5. Model 5: Swasta Murni
1. Model 1: Dipegang Sepenuhnya oleh Pemerintah
Dalam model kelembagaan ini seluruh aspek kegiatan penyelenggaraan angkutan barang
dipegang sepenuhnya oleh pemerintah, mulai dari kegiatan perencanaan strategis,
perencanaan operasional sampai kegiatan pemantauan/pengawasan. Tentu saja yang
dimaksud dipegang sepenuhnya oleh pemerintah bukan berarti seluruhnya dipegang oleh
satu instansi. Tetapi dikelola oleh beberapa instansi, sesuai dengan aspek kegiatan yang
dilakukannya.

Pemerintah

SP

OP

SP
OP
A
O
R

: Strategic Planning
: Operational Planning
: Administration
: Operation
: Regulation

Swasta
Gambar 2. Penyelenggaraan Angkutan Barang Sepenuhnya Dipegang Pemerintah
2. Model 2: Sistem Tender
Melihat kenyataan bahwa model kelembagaan 1 cenderung menyebabkan timbulnya
inefisiensi dalam pemanfaatan dana, maka timbul pemikiran untuk mencari alternatif
sistem kelembagaan yang lain. Maksudnya adalah agar sumber dana yang makin terbatas
dapat dimanfaatkan secara lebih optimal dan di lain pihak, tetap berorientasi pada
pemenuhan kepentingan masyarakat luas.
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

18

Model kelembagaan yang dimaksud adalah yang mengacu pada keikutsertaan pihak swasta
pada kegiatan-kegiatan lainnya, yaitu apa yang dikenal sebagai sistem tender. Pada model
kelembagaan ini visi dan kebijakan penyelenggaraan angkutan barang sepenuhnya
ditentukan oleh pemerintah. Pihak swasta hanya terlibat dalam pengoperasian saja, itupun
dengan mengacu sepenuhnya pada garis-garis kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah,
yang dituangkan dalam perencanaan strategis maupun perencanaan operasional.

Pemerintah

SP

OP

Swasta

SP
OP
A
R

: Strategic Planning
: Operational Planning
: Administration
: Regulation

: Operation

O
Gambar 3. Penyelenggaraan Angkutan Barang Dilakukan dengan Sistem Tender
3. Model 3: Sistem Waralaba (Franchise)
Pada model kelembagaan ini keikutsertaan pihak swasta dalam penyelenggaraan angkutan
barang lebih dalam, dibandingkan model kelembagaan sebelumnya. Pada model
kelembagan ini pihak swasta dimungkinkan untuk melakukan 'perencanaan operasional'
bagi rute yang ingin dioperasikannya. Tentu saja dengan tetap mengacu kebijakan yang
telah digariskan oleh pemerintah.
Kebijakan yang digariskan oleh pemerintah dalam hal ini adalah kebijakan yang dihasilkan
berdasarkan 'perencanaan strategis', dimana hasilnya masih bersifat kebijakan umum, dan
belum rinci. Dalam kebijakan ini tidak ditetapkan secara rinci aspek-aspek operasional,
yang baru ditetapkan adalah berupa konfigurasi rute disertal indikasi kapasitas pelayanan
dari masing-masing rute.

Pemerintah

SP

SP : Strategic Planning
A : Administration
R : Regulation

OP : Operational Planning
O : Operation

Swasta

OP

Gambar 4. Penyelenggaraan Angkutan Barang dengan Sistem Waralaba

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

19

4. Model 4: Deregulasi
Model kelembagaan ini pada dasarnya hampir sama dengan model kelembagaan
sebelumnya. Yang berbeda di sini adalah bahwa sistem pemantauan/pengawasan sama
sekali tidak dilakukan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk melakukan pemantauan terhadap
pelayanan angkutan barang yang diselenggarakan. Semuanya terserah pihak operator. Hal
ini berdasarkan keyakinan bahwa operator akan melakukan pengoperasian angkutan
barang dengan mengacu pada kebijakan yang telah digariskan berdasarkan hasil
perencanaan strategis. Tentu saja dalam model kelembagaan seperti ini keterlibatan pihak
pemerintah makin terbatas, yaitu hanya sebatas melakukan perencanaan strategis dan
administrasi.
SP : Strategic Planning
A : Administration

Pemerintah

SP

A
OP : Operational Planning
O : Operation

Swasta

OP

Gambar 5. Penyelenggaraan Angkutan Barangdengan Sistem Deregulasi


5. Model 5: Swasta Murni
Model kelembagaan ini merupakan modifikasi lebih lanjut terhadap model kelembagaan
sebelumnya. Dalam hal ini hampir seluruh aspek penyelenggaraan angkutan barang
dipegang oleh pihak swasta. Pihak pemerintah hanya berperan dalam pengeluaran izin dan
aspek administrasi lainnya. Seperti halnya pada model kelembagaan sebelumnya, tidak ada
sedikitpun usaha dari pihak pemerintah untuk melakukan pengawasan dan pemantauan.
Apa yang dilakukan oleh pihak swasta sepenuhnya tergantung keinginan swasta.
A

Pemerintah

: Administration

A
Swasta

SP

OP

SP : Strategic Planning
OP : Operational Planning
O : Operation

Gambar 6. Penyelenggaraan Angkutan Barang Sepenuhnya Dipegang Swasta

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

20

A.2 Metodologi
Metodologi pelaksanaan pekerjaan dibuat berdasarkan lingkup kegiatan, dimana
metodologi tersebut akan memperlihatkan urut-urutan pekerjaan secara sistematis berikut
isi dari masing-masing pelaporan.
Metodologi untuk pekerjaan Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian
Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi adalah sebagai berikut:

Tahap Persiapan
Mobilisasi
Tenaga Ahli

Penyusunan Metodologi
Pelaksanaan Pekerjaan

Penyusunan Rencana Kerja


dan Jadwal Pelaksanaan

Inventarisasi Data
Angkutan Barang Moda KA

Laporan
Pendahuluan
Tahap Pengumpulan Data

Laporan
Antara

Pengumpulan Data
Potensi Komoditas
dan Angkutan Barang
Studi-studi yang
berhubungan dengan
Perhitungan Biaya
Pokok Angkutan KA

Pengumpulan Data
Peraturan Perundangan yang terkait dengan
Peran Swasta dalam Angkutan Barang

Pengumpulan Data
Studi Angkutan Barang
dan Peran Swasta

Tahap Analisis dan Evaluasi


Analisis dan Evaluasi
Data Angkutan Barang
Dengan Moda KA

Analisis Data
Potensi Komoditas dan Angkutan Barang
yang Dapat Dikerjasamakan dengan Pihak Swasta

Analisis
Peluang, Hambatan, Kendala, dan Ancaman
Angkutan Barang dengan Moda KA
Analisis dan Evaluasi
Peran Swasta dalam Perkeretapian
untuk Peningkatan Angkutan Barang dan Komoditi
Barang

Tahap Kesimpulan dan Rekomendasi


Rekomendasi Implementatif
Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian
untuk Angkutan Barang dan Komoditi

Perencanaan Pengembangan
Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian
untuk Angkutan Barang dan Komoditi

Rekomendasi atas Landasan Hukum/


Penyusunan Pedoman Regulasi
Berbagai Pola Kerjasama Swasta dan Swasta-Pemerintah.
Konsep Laporan
Akhir
Pembahasan dan Penyempurnaan

Data Teknis
Laporan
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya
Angkutan Barang dan Komoditi
Akhir

21

Gambar 7. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


B. PROGRAM KERJA
Program Kerja merupakan penjabaran dari Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan, yang
menguraikan tahapan-tahapan pekerjaan dan pelaporan. Uraian masing-masing tahapan
pekerjaan dan isi dari tiap-tiap pelaporan akan dijabarkan sebagai berikut.

B.1 Tahapan Pekerjaan


1) Tahap Persiapan, meliputi:
a) Mobilisasi tenaga ahli
b) Penyusunan metodologi pelaksanaan
c) Penyusunan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan
d) Inventarisasi data angkutan barang dengan moda KA
2) Tahap Pengumpulan Data, meliputi:
a) Pengumpulan data studi-studi yang telah dilakukan;
b) Pengumpulan data potensi komoditas dan angkutan barang;
c) Pengumpulan data peraturan perundangan yang berkaitan dengan peran swasta
untuk angkutan barang dan komoditi;
3) Tahap Analisis dan Evaluasi, meliputi:
a) Analisis dan evaluasi data angkutan barang dengan moda KA
b) Analisis data potensi komoditas dan angkutan barang yang dapat dikerjasamakan
dengan pihak swasta saat ini dan masa mendatang;
c) Analisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang dengan
menggunakan moda KA;
d) Analisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan
angkutan barang dan komoditi;
4) Tahap Kesimpulan dan Rekomendasi, meliputi:

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

22

a) Membuat kesimpulan dan rekomendasi yang implementatif dan perencanaan


pengembangan untuk meningkatkan peran swasta dalam perkeretaapian khususnya
untuk angkutan barang dan komoditi.
b) Membuat rekomendasi atas landasan hukum/penyusunan pedoman regulasi
mengenai berbagai pola kerjasama swasta dan swasta-pemerintah.

B.2 Pelaporan
1) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat pemahanan terhadap TOR, struktur organisasi, rencana
kerja, alat analisis yang digunakan dan kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sampai
saat laporan dibuat. Laporan harus diserahkan selambat-Iambatnya 1 (satu) bulan sejak
SPMK diterbitkan, sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan
2) Laporan Antara
Laporan Antara, memuat hasil kegiatan pengumpuan data baik data primer maupun
sekunder mengenai peran swasta dalam perkeretaapian khususnya angkutan barang dan
komoditi dan outline laporan draft final serta rencana analisis dan evaluasi. Laporan
harus diserahkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak SPMK diterbitkan, sebanyak
10 (sepuluh) buku laporan.
3) Konsep Laporan Akhir
Konsep Laporan Akhir memuat hasil analisis, evaluasi dan kesimpulan awal laporan
peningkatan peran swasta dalam perkeretaapian khususnya angkutan barang dan
komoditi. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
4) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat perbaikan/koreksi besifat redaksional dan konsepsional atas
konsep laporan akhir sesuai dengan hasil pembahasanan dengan tim teknis pemberi
tugas. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan dan 5 (lima) Executive Summary serta (tiga)
CD (compact disc) berisi laporan pekerjaan yang telah diselesaikan dan 1 (satu) unit
Laptop.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

23

C. ORGANISASI DAN PERSONIL

C.1 Organisasi
Organisasi

personil

untuk

pekerjaan

Studi

Peningkatan

Peran

Swasta

Dalam

Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi dapat dilihat pada gambar
berikut:

Satuan Kerja Perencanaan Teknis dan Pengawasan Perkeretaapian


Direktorat Jenderal Perkeretaapian

Perusahaan/Konsultan

Tim Pengarah

Tim Teknis

Manajer Tim
(Team Leader)

Ahli
Perkeretaapian/Jalan KA

Ahli
Marketing

Ahli
Hukum/Kelembagaan

Ahli
Perencanaan Transportasi

Tenaga Pendukung
Operator Komputer

Gambar 8. Organisasi Pelaksana Pekerjaan

C.2 Personil
Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian
Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi ini adalah:
1) Manajer Tim/Team Leader, berpendidikan minimal S1 dan berpengalaman 6-8 tahun di
bidang perkeretaapian. Bertugas untuk:
a) Memimpin seluruh tenaga ahli dan staf pendukung yang terlibat.
b) Merumuskan metodologi dan menyusun jadwal rencana kerja serta memonitor
kemajuan pekerjaan terhadap jadwal rencana kerja.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

24

c) Menganalisis data potensi komoditas dan angkutan barang yang dapat


dikerjasamakan dengan pihak swasta saat ini dan masa mendatang;
d) Menganalisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang
dengan menggunakan moda KA;
e) Menganalisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan
angkutan barang dan komoditi;
f) Membuat kesimpulan dan rekomendasi yang implementatif dan perencanaan
pengembangan untuk meningkatkan peran swasta dalam perkeretaapian khususnya
untuk angkutan barang dan komoditi.
g) Membuat rekomendasi atas landasan hukum/penyusunan pedoman regulasi
mengenai berbagai pola kerjasama swasta dan swasta-pemerintah.
h) Berkoordinasi dengan Tim Pengarah dan Tim Teknis serta bertanggung jawab
kepada Pemberi Tugas.
2) Ahli Perkeretaapian/Jalan KA, berpendidikan minimal S1 dan berpengalaman 4-6
tahun di bidang perkeretaapian/jalan KA. Bertugas untuk:
a) Menginventarisasi data angkutan barang dengan moda KA
b) Mengumpulkan data studi-studi yang telah dilakukan;
c) Menganalisis dan evaluasi data angkutan barang dengan moda KA
d) Menganalisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang
dengan menggunakan moda KA;
e) Menganalisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan
angkutan barang dan komoditi;
f) Berkoordinasi dengan tenaga ahli lain dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
3) Ahli Marketing, berpendidikan minimal S1 dan berpengalaman 4-6 tahun di bidang
marketing. Bertugas untuk:
a) Menganalisis dan evaluasi data angkutan barang dengan moda KA
b) Menganalisis data potensi komoditas dan angkutan barang yang dapat
dikerjasamakan dengan pihak swasta saat ini dan masa mendatang;
c) Menganalisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang
dengan menggunakan moda KA;
d) Menganalisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan
angkutan barang dan komoditi;
Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

25

e) Berkoordinasi dengan tenaga ahli lain dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
4) Ahli Hukum/Kelembagaan, berpendidikan minimal S1 dan berpengalaman 4-6 tahun di
bidang hukum/kelembagaan. Bertugas untuk:
a) Mengumpulkan data peraturan perundangan yang berkaitan dengan peran swasta
untuk angkutan barang dan komoditi;
b) Menganalisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan
angkutan barang dan komoditi;
c) Membuat rekomendasi atas landasan hukum/penyusunan pedoman regulasi
mengenai berbagai pola kerjasama swasta dan swasta-pemerintah.
d) Berkoordinasi dengan tenaga ahli lain dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
5) Ahli Perencanaan Transportasi, berpendidikan minimal S1 dan berpengalaman 4-6
tahun di bidang perencanaan transportasi. Bertugas untuk:
a) Menginventarisasi data angkutan barang dengan moda KA
b) Mengumpulkan data potensi komoditas dan angkutan barang;
c) Menganalisis dan evaluasi data angkutan barang dengan moda KA
d) Menganalisis data potensi komoditas dan angkutan barang yang dapat
dikerjasamakan dengan pihak swasta saat ini dan masa mendatang;
e) Menganalisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang
dengan menggunakan moda KA;
f) Berkoordinasi dengan tenaga ahli lain dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
6) Tenaga Pendukung:
a) Operator Komputer 1, berpendidikan minimal D3, bertugas untuk membantu
pengetikan data-data pengetikan pelaporan.
b) Operator Komputer 2, berpendidikan minimal D3, bertugas untuk membantu
pengetikan data-data dan pengetikan pelaporan.

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

26

Data Teknis - 6:
Komposisi Tim dan Penugasan
A. TENAGA AHLI (PERSONIL INTI)
Nama Personil

Perusahaan

Tenaga Ahli
Lokal/Asing
Lokal

Lingkup Keahlian

Posisi Diusulkan

Berpendidikan S1,

Manajer Tim/Team Leader

Ahli Perkeretaapian

Uraian Pekerjaan
a.

Memimpin seluruh tenaga ahli dan staf pendukung yang terlibat.

b.

Merumuskan metodologi dan menyusun jadwal rencana kerja serta memonitor kemajuan pekerjaan

Jumlah
Orang Bulan
6

terhadap jadwal rencana kerja.


c.

Menganalisis data potensi komoditas dan angkutan barang yang dapat dikerjasamakan dengan
pihak swasta saat ini dan masa mendatang;

d.

Menganalisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang dengan
menggunakan moda KA;

e.

Menganalisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan angkutan barang
dan komoditi;

f.

Membuat kesimpulan dan rekomendasi yang implementatif dan perencanaan pengembangan untuk
meningkatkan peran swasta dalam perkeretaapian khususnya untuk angkutan barang dan komoditi.

g.

Membuat rekomendasi atas landasan hukum/penyusunan pedoman regulasi mengenai berbagai


pola kerjasama swasta dan swasta-pemerintah.

Lokal

h.

Berkoordinasi dengan Tim Pengarah dan Tim Teknis serta bertanggung jawab kepada Pemberi

Berpendidikan S1 Teknik

Ahli Perkeretapian/

a.

Tugas.
Menginventarisasi data angkutan barang dengan moda KA

Sipil/Perkeretapian,

Jalan KA

b.

Mengumpulkan data studi-studi yang telah dilakukan;

c.

Menganalisis dan evaluasi data angkutan barang dengan moda KA

d.

Menganalisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang dengan

Ahli Perkeretapian

menggunakan moda KA;


e.

Menganalisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan angkutan barang
dan komoditi;

Lokal

Berpendidikan S1

Ahli Marketing

Ekonomi,

f.
a.

Berkoordinasi dengan tenaga ahli lain dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
Menganalisis dan evaluasi data angkutan barang dengan moda KA

b.

Menganalisis data potensi komoditas dan angkutan barang yang dapat dikerjasamakan dengan

Ahli Marketing

pihak swasta saat ini dan masa mendatang;


c.

Menganalisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang dengan
menggunakan moda KA;

d.

Menganalisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan angkutan barang
dan komoditi;

e.

Nama Personil

Perusahaan

Tenaga Ahli
Lokal/Asing

Lingkup Keahlian

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Posisi Diusulkan

Berkoordinasi dengan tenaga ahli lain dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.

Uraian Pekerjaan

Jumlah
Orang Bulan
1

Lokal

Berpendidikan S1 Hukum,

Ahli Hukum/Kelembagaan

a.

Ahli Hukum/Kelembagaan

Mengumpulkan data peraturan perundangan yang berkaitan dengan peran swasta untuk angkutan

barang dan komoditi;


b.

Menganalisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan angkutan barang
dan komoditi;

c.

Membuat rekomendasi atas landasan hukum/penyusunan pedoman regulasi mengenai berbagai


pola kerjasama swasta dan swasta-pemerintah.

Lokal

Berpendidikan S1

Ahli Perencanaan

d.
a.

Berkoordinasi dengan tenaga ahli lain dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
Menginventarisasi data angkutan barang dengan moda KA

Teknik Sipil,

Transportasi

b.

Mengumpulkan data potensi komoditas dan angkutan barang;

Ahli Perencanaan

c.

Menganalisis dan evaluasi data angkutan barang dengan moda KA

Transportasi

d.

Menganalisis data potensi komoditas dan angkutan barang yang dapat dikerjasamakan dengan

pihak swasta saat ini dan masa mendatang;


e.

Menganalisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang dengan
menggunakan moda KA;

f.

Berkoordinasi dengan tenaga ahli lain dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.

B. TENAGA PENDUKUNG (PERSONIL LAINNYA)


Nama Personil

Perusahaan

Tenaga Ahli
Lokal/Asing
Lokal
Lokal

Lingkup Keahlian

Posisi Diusulkan

Berpendidikan D3
Berpendidikan D3

Operator Komputer 1
Operator Komputer 2

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Uraian Pekerjaan
membantu pengetikan data-data dan pengetikan pelaporan.
membantu pengetikan data-data dan pengetikan pelaporan.

Jumlah
Orang Bulan
6
6

Data Teknis - 7:
Daftar Riwayat Hidup Personil yang Diusulkan

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Data Teknis - 8:
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

No
1

Nama Personil

Masukan Personil
2
3
4
5

Jumlah
6

Orang Bulan

Ir. Saka, MT
Manajer Tim/Team Leader

Ir. Saka, MT
Ahli Perkeretaapian/Jalan KA

Ir. Saka, MT
Ahli Marketing

Ir. Saka, MT
Ahli Hukum/Kelembagaan

Ir. Saka, MT
Ahli Perencanaan Transportasi

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Data Teknis - 9:
Surat Pernyataan Kesediaan untuk Ditugaskan

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Data Teknis - 10:


Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

No

Kegiatan

Tahap Persiapan, meliputi:


a) Mobilisasi tenaga ahli
b) Penyusunan metodologi pelaksanaan
c) Penyusunan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan
d) Inventarisasi data angkutan barang dengan moda KA

Tahap Pengumpulan Data, meliputi:


a) Pengumpulan data studi-studi yang telah dilakukan;
b) Pengumpulan data potensi komoditas dan angkutan barang;
c) Pengumpulan data peraturan perundangan yang berkaitan dengan peran swasta untuk angkutan barang;

Tahap Analisis dan Evaluasi, meliputi:


a) Analisis dan evaluasi data angkutan barang dengan moda KA
b) Analisis data potensi komoditas dan angkutan barang yang dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta;
c) Analisis peluang, hambatan, kendala, dan ancaman untuk angkutan barang dengan menggunakan moda KA;
d) Analisis dan evaluasi peran swasta dalam perkeretapian untuk meningkatkan angkutan barang dan komoditi;

4 Tahap Kesimpulan dan Rekomendasi, meliputi:


a) Membuat kesimpulan dan rekomendasi yang implementatif dan perencanaan pengembangan untuk
meningkatkan peran swasta dalam perkeretaapian khususnya untuk angkutan barang dan komoditi.
b) Membuat rekomendasi atas landasan hukum/penyusunan pedoman regulasi mengenai
berbagai pola kerjasama swasta dan swasta-pemerintah.
5

Pelaporan, meliputi:
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Konsep Laporan Akhir
- Laporan Akhir

Data Teknis
Studi Peningkatan Peran Swasta Dalam Perkeretaapian Khususnya Angkutan Barang dan Komoditi

Bulan Ke
I

II

III

IV

VI

Keterangan
1 bulan
1 minggu
1 minggu
1minggu
2 minggu
2 bulan
1 bulan
2 bulan
1 bulan
1 bulan
1 minggu
2 minggu
2 minggu
2 minggu
2 bulan
1 bulan
1 bulan

Bulan ke-1
Bulan ke-3
Bulan ke-4
Bulan ke-6

Anda mungkin juga menyukai