Anda di halaman 1dari 58

Laporan Praktikum

Imbibisi, Perkecambahan, dan Uji Daya Kecambah


Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas semester V mata kuliah
Ilmu Pertanian dan Biosistem
Dosen Pengampu : Dr. Sumiyati, STP., MP.

Oleh:
I Gusti Ayu Indah Kusuma Dewi

: 1411305012

I Gusti Ngurah Agung Yogi Angga Diatmika

: 1411305016

Wahyuni Mawadatin Niklah

: 1411305019

Anggi Setiawan

: 1411305038

Maria Magdalena Kristiani Mbulu

: 1411305039

PROGRRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Pertanian dan Biosistem dengan judul
Imbibisi, Perkecambahan, dan Daya Uji Kecambah ini. Adapun tujuan dari
penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pertanian dan
Biosistem yang diampu Dr. Sumiyati, S.TP., MP.
Tujuan dari penulisan laporan imbibisi yaitu untuk mengetahui daya serap biji
terhadap air, tujuan dari perkecambahan yaitu untuk mengetahui proses perkecambahan
pada perlakuan perlakuan tertentu. Sedangkan pada praktikum daya uji kecambah yaitu
untuk mengetahui daya uji masing masing benih ditinjau dari pertumbuhan normal,
abnormal, dan tidak tumbuh.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis dalam proses penusunan laporan ini hingga selesai. Dan tidak lupa
pula, laporan ini jauh dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan laporan ini.

Jimbaran, 22 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
PRAKTIKUM IMBIBISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................................................. Lat
ar Belakang.............................................................................................................1
1.2.................................................................................................................................. Tuj
uan ..........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 2
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan.......................................................................................................6
3.2. Prosedur Kerja.......................................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................7
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...........................................................................................................12
5.2. Saran .....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PRAKTIKUM PERKECAMBAHAN
BAB I PENDAHULUAN
1.3.................................................................................................................................. Lat
ar Belakang.............................................................................................................18
1.4.................................................................................................................................. Tuj
uan ..........................................................................................................................19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................20

BAB III METODE PRAKTIKUM


3.1. Alat dan Bahan.......................................................................................................24
3.2. Prosedur Kerja.......................................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................25
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...........................................................................................................30
5.2. Saran .....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PRAKTIKUM UJI DAYAKECAMBAH
BAB I PENDAHULUAN
1.5.................................................................................................................................. Lat
ar Belakang.............................................................................................................37
1.6.................................................................................................................................. Tuj
uan ..........................................................................................................................37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................39
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan.......................................................................................................45
3.2. Prosedur Kerja.......................................................................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................47
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...........................................................................................................53
5.2. Saran .....................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Laporan Imbibisi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu sistem yang menjadi proses masuknya suatu zat-zat kedalam tubuh suatu
tumbuhan yang disebut dengan imbibisi. Imbibisi merupakan peristiwa atau proses
perpindahan molekul air ketempat zat lain yang memiliki pori-pori cukup besar
kemudian zat atau molekul air tersebut menetap didalam zat tersebut. Di dalam sel
tumbuhan atau kecambah dapat terjadi perpindahan zat baik secara difusi, osmosis
dan imbibisi. Pada proses imbibisi bergantung kepada membran, inilah yang
berfungsi sebagai filter atau penyeleksi zat yang dapat masuk atau keluar dari suatu
sel. Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Osmosis merupakan suatu fenomena yang
mampu menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan kedalam serta keluar sel.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengaruh air terhadap proses imbibisi biji

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kacang Kedelai

Kedelai merupakan tanaman yang berasal dari dataran Cina yang telah
dibudidayakan sejak 2500 SM. Akibat perdagangan antarnegara yang terjadi pada
awal abad ke-19, menyebabkan tersebarnya tanaman kedelai ke beberapa negara
antara lain, Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia dan Amerika. Di Indonesia
tanaman kedelai berkembang pada abad ke-16, awal masuknya tanaman kedelai ke
Indonesia yaitu di daerah Pulau Jawa, kemudian berkembang ke daerah Bali, Nusa
Tenggara. Menurut Adisarwanto (2005), masuknya kedelai ke Indonesia diduga
dibawa oleh para imigran Cina yang mengenalkan beberapa jenis masakan yang
berbahan baku biji kedelai. Hadiwiyanto dan Soehardi (1981), kedelai (Glycine max
(L.) Meril) merupakan salah satu jenis kacang-kacang yang terkenal di dunia. Banyak
jenis kedelai di Indonesia antara lain kedelai hitam, kedelai kuning atau putih, dan
kedelai hijau. Kedelai hitam adalah jenis varietas dari kedelai (Glycine max (L)
Merrit). Kedelai hitam secara botani dan nutrisi memiliki banyak kesamaan dengan
kedelai kuning, namun karena warnanya yang hitam menjadikan kedelai ini memiliki
pemanfaatan yang spesifik. Menurut Suprapto (1999), kedelai dalam bentuk olahan
tradisional, seperti tahu dan tempe, kandungan protein per 100 gram bahan menjadi
rendah, namun lebih mudah terencana. Tempe merupakan olahan yang paling tinggi
kandungan proteinnya dibandingkan tahu atau olahan lainnya.
2.2 Imbibisi
Imbibisi berasal dari bahasa Latin imbiber yang berarti menyelundup dan air yang
menyelundup disebut air imbibisi, sedangkan zat yang dimasuki air disebut imbibian.
Imbibisi merupakan penyusupan atau resapan air kedalam ruang antar dinding sel,
sehingga dinding selnya akan mengembang. Imbibisi merupakan penyusupan atau
penyerapan air dengan ruangan antar dinding selnya akan mengembang, masuknya
air pada biji saat berkecambah dan biji serealia yang direndam pada beberapa jam
(Pandey dan Sunha, 1995). Menurut Suardianata (1993), imbibisi adalah penyerapan
air (absorpasi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi solid)
karena benda-benda itu mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa koloid.
Masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang merah yang direndam
dalam air beberapa jam atau beberapa hari.

Perubahan yang teramati adalah

membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari
2

lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air
atau embun) sehingga yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio
membesar dan biji yang melunak. (Anonim, 2009).
Menurut Kamil (1979), faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan
air oleh biji antara lain, konsentrasi air yaitu bertambah besar perbedaan tekanan
difusi antara cairan luar dan dalam biji, bertambah cepat penyerapan air oleh biji.
Faktor penyebab lainnya adalah tekanan hidrostatik dimana masuknya air ke dalam
biji menimbulkan tekanan hidrostatik yang menyebabkan meningkatnya tekanan
difusi air. Adanya daya intermolekular yaitu adanya suatu daya listrik, apabila tenaga
ini meningkat akan menyebabkan menurunnya tekanan difusi air dan turunnya
kecepatan penyerapan air. Luas permukaan biji yang kontak langsung dengan air
dimana pada bagian khusus tertentu pada biji dapat menyerap air lebih cepat, dilihat
dari suhunya apabila suhu ditingkatkan maka kecepatan penyerapan juga naik sampai
batas tertentu, yaitu tiap kenaikan 10 0C suhu dinaikan kecepatan penyerapan kira-kira
dua kali lipat pada waktu permulaan. Proses imbibisi dipengaruhi oleh susunan
kimiawi kulit dan cadangan makanan benih, umur benih, tekanan osmosis air,
permeabilitas kulit beih dan suhu. Laju imbibisi pada awal proses imbibisi
berlangsung relative cepat hingga sampai pada titik tertentu laju ini akan menurun
(Kuswanto, 1996). Pada hakikatnya osmosis adalah suatu proses difusi. Para ahli
kimia mengatakan bahwa osmosis adalah difusi dari setiap pelarut melalui suatu
selaput yang permeable secara differensial.membran sel yang meloloskan molekul
tertentu, tetapi menghalangi molekul ion disebut permeable secara diferensial. Pelarut
universal adalah air (Kimball, 1983).
2.3 Air
Air adalah senyawa yang penting dalam proses imbibisi, air merupakan
senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang ada di bumi ini. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330
juta mil3) tersedia di bumi. (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Air). Air
merupakan suatu molekul yang sederhana, terdiri dari 1 atom oksigen dan 2 atom
3

hydrogen,

sehingga

berat

molekulnya

hanya

18g/mol.

Terlepas

dari

kesederhanaannya kompisisi atom penyusunnya dan ukuran molekulnya, air


merupakan dan mempunyai beberapa karakteristik yang unik. Karakteristik tersebut
disebabkan karena rangkaian kedua atom H pada atom O tidak membentuk garis
lurus. Rangkaian ini membentuk sudut 105o. besarnya sudut ini selalu sama jika air
dalam bentuk padat (es),tetapi agar bervariasi jika air dalam bentuk cair. Walaupun
rata-rata besarnya sudut tetap 105o (Lakitan, 1998). Menurut Eko Budi Kuncoro, air
merupakan suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri atas dua atom hidrogen (H)
dan satu atom Oksigen (O). Sifat kimia air antara lain, elektrolisis air adalah peristiwa
penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan
menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut. Reaksi keseluruhan yang setara
dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut: 2H 2O(l)

menjadi

2H2(g) + O2(g). Kelarutan (solvasi) adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis
zat kimia zat-zat yang bercampur dan larut dalam air disebut zat hidrofolik. Kelarutan
air ditentukan suatu zat ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi gaya
tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan
mengendap dalam air. Kohesi adalah menempelnya air pada sesamanya karena air
bersifat polar. Menurut Soedirokoesoemo (1993), faktor lingkungan antara lain, a.
ketersediaan air tanah tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara kapasitas
lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang penyerapan
terhambat karena akan berada dalam lingkungan anaerob. b. Konsentrasi air tanah, air
tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi berbagai ion dan molekul. Semakin
pekat larutan tanah semakin sulit penyerapan. c. temperatur tanah, temperatur
mempengaruhi kecepatan metabolism. Ada temperatur optimum untuk metabolisme
dan tentu saja ada temperatur optimum untuk penyerapan. d.Aerasi tanah, yang
dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu maksudnya oksigen dan
lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau
tidak baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2 yang selanjutnya
menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap permeabilitas membran sel.
Dinding sel hidup selalu rembes dan kadang-kadang dikelilingi oleh larutan cair yang

sinambung dari satu sel ke sel lainnya, sehingga membentuk suatu jalinan pada
seluruh tumbuhan. Dipandang dari sudut hubungannya dengan larutan ini, sebuah sel
tumbuhan biasanya dapat dibandingkan dengan sistem osmosis tipe tertutup. Kedua
selaput sitoplasma, yaitu plasmalema di sebelah luar dan tonoplas di sebelah dalam,
kedua-duanya sangat permeabel terhadap air, tetapi relatif tak permeabel terhadap
bahan terlarut, sehingga untuk mudahnya seluruh lapisan sitoplasma itu dapat
dianggap sebagai membran sinambung dan semi-permeabel (Loveless, 1991).

BAB III
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
a. Cawan
b. Mikrometer sekrup
c. Penggaris
d. Sticky Note
e. Pulpen
f. Air
g. Biji kacang tanah dan biji kacang kedelai
2.2 Prosedur Kerja
a. Menyiapkan biji kacang tanah dan kedelai masing-masing 10 biji.
b. Memasukan air kedalam wadah dan mengukur tinggi.
c. Mengukur panjang dan lebar masing-masing biji.

d. Mengamati tinggi air sebelum dan sesudah kacang masuk dalam


wadah yang berisi air.
e. Membandingkan ukuran biji yang direndam dan yang tidak direndam
dengan air.
f. Membahas proses imbibisi, faktor-faktor penyebab imbibisi, kecepatan
imbibisi.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan Hari ke-1 (sebelum berisi
air)

Pengamatan
direndam air)

Hari

ke-2

(setelah

a. Biji kacang kedelai ke-1 : 0,6


mm
b. Biji kacang kedelai ke-2 : 0,6
mm
c. Biji kacang kedelai ke-3 : 0,7
Mm
a. Biji kacang kedelai ke-1 : 1,27
mm
b. Biji kacang kedelai ke-2 : 1,22
mm
c. Biji kacang kedelai ke-3 : 1,345
mm

4.2 Pembahasan
Imbibisi merupakan penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji
yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan
kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolic pada embrio yang
menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Setelah air diserap oleh biji,
enzim yang terdapat pada biji akan aktif. Kemudian enzim mengaktifkan metabolism
sel, salah satuny untuk mengambil oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi
makanan cadangan yang terdapat dalam biji. Dengan demikian hasil oksidasi dapat
digunakan dalam pertumbuhan biji (Oman Karmana, 2008).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, diperoleh data imbibisi (penyerapan air)
sebelum biji kedelai direndam dan sesudah biji kedelai direndam. Pengamatan
imbibisi dilakukan selama 2 kali, yaitu pada tanggal 12 November 2016 (pada saat
sebelum direndam) dan pada tanggal 13 November 2016 (sesudah direndam).
Berdasarkan data perlakuan biji kedelai pertama (sebelum direndam) diperoleh
pengukuran sebesar 0,65 cm, sedangkan pada kondisi setelah biji pertama direndam
diperoleh pengukuran sebesar 1,27 cm. Sehingga untuk perlakuan biji kedelai
pertama mengalami pertambahan panjang sebesar 0,62 cm (diperoleh dari = 1,27
0,65). Pada perlakuan biji kedelai kedua (sebelum direndam) diperoleh pengukuran
sebesar 0,64 cm, sedangkan pada kondisi setelah biji kedelai kedua direndam
diperoleh pengukuran sebesar 1,22 cm. Sehingga untuk perlakuan biji kedua
mengalami pertambahan panjang sebesar 0,58 cm (diperoleh dari = 1,22 0,64). Dan
pada perlakuan biji kedelai ketiga (sebelum direndam) diperoleh pengukuran sebesar
0,67 cm, sedangkan pada kondisi setelah biji keitiga direndam diperoleh pengukuran
sebesar 1,34 cm. Sehingga untuk perlakuan biji ketiga mengalami pertambahan
panjang sebesar 0,75 cm (diperoleh dari = 1,34 0,67).
Data yang diperoleh tersebut menunjukan banyaknya air yang terserap
kedalam setiap biji kedelai berbeda karena pada setiap biji kedelai mempunyai daya
serap air yang berbeda dan pada masing-masing jenis biji mempunyai tingkat

kekeringan yang berbeda, dan biji yang kering mempunyai potensial air yang rendah
sehingga dapat menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan biji yang kurang
tingkat kekeringannya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa daya serap biji kedelai yang paling rendah yaitu pada perlakuan biji kedelai ke
2. Sedangkan daya serap air (imbibisi) yang paling besar yaitu pada perlakuan biji
kedelai ke 3. Faktor lain yang memperngaruhi imbibisi adalah kecepatan imbibisi.
Kecepatan imbibisi pada ketiga biji ini berbeda pula, hal ini dikarenakan pada setiap
biji mempunyai tekanan atau potensial air yang berbeda, selain itu daya serap air oleh
masing-masing biji juga berbeda, dan struktur dari masing-masing biji juga tidak
sama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji
diantaranya adalah konsentrasi air, tekanan hidrostatik, daya intermolecular, Luas
permukaan biji yang kontak dengan air, suhu, spesies dan varietas, umur, tingkat
kemasakan, dan komposisi kimia. Pada konsentrasi air, yaitu ertambah besar
perbedaan tekanan difusi antara cairan luar dan dalam biji, bertambah cepat
penyerapan air oleh biji. Pada Tekanan hidrostatik, masuknya air ke dalam biji
menimbulkan tekanan hidrostatik karena meningkatnya volume air pada membran
biji. Tekanan hidrostatik menyebabkan meningkatnya tekanan difusi air. Hal ini
menyebabkan naiknya kecepatan difusi ke luar dan menurunnya kecepatan
penyerapan air oleh biji. Kecepatan penyerapan air adalah berbanding terbalik dengan
jumlah air yang diserap terlebih dahulu oleh biji. Jadi kecepatan penyerapan pada
permulaan tinggi dan kemudian semakin lambat sejalan dengan naiknya tekanan
hidrostatik sampai tercapai keseimbangan. Pada daya intermolecular, daya ini
merupakan tenaga listrik, apabila tenaga ini meningkat akan menyebabkan
menurunnya tekanan difusi air dan juga berarti turunnya kecepatan penyerapan air.
Pada luas permukaan biji yang kontak dengan air, kecepatan penyerapan air oleh biji
berbanding lurus dengan luas permukaan. Pada keadaan tertentu, bagian khusus pada
biji dapat menyerap air lebih cepat. Pada Suhu, apabila air dipanaskan maka energi
dipakai. Sebagian energi ini dipakai untuk meningkatkan difusi air. Oleh sebab itu,

apabila suhu ditingkatkan maka kecepatan penyerapan juga naik sampai batas
tertentu, di mana tiap 100C suhu dinaikkan kecepatan penyerapan kira kira dua kali
lipat pada waktu permulaan. Pada spesies dan varietas, berhubungan dengan faktor
genetik yang menentukan susunan kulit biji. Pada umur, berhubungan dengan lama
penyimpanan yaitu semakin lama disimpan maka akan semakin sulit untuk menyerap
air. Pada tingkat kemasakan, biji yang semakin masak maka kandungan airnya akan
berkurang sehingga kecepatan penyerapan airnya meningkat. Dan komposisi kimia,
biji yang mengandung protein tinggi menyerap air lebih cepat sampai tingkat tertentu
daripada biji dengan kadar karbohidrat tinggi. Biji dengan kadar minyak tinggi tetapi
kadar proteinnya rendah, kecepatan serapnya sama dengan biji berkadar karbohidrat
tinggi.
Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi
dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu proses difusi dan osmosis. Dikatakan
proses difusi karena air bergerak dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya di luar
biji, masuk ke dalam zat di dalam biji yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi
sedangkan proses osmosis tidak lain terjadi karena kulit biji bersifat permeabel
terhadap molekul-molekul, sehingga air dapat masuk ke dalam biji melalui pori-pori
yang ada di dalam kulit biji. Pada Imbibisi tidak ada keterlibatan membran, seperti
pada osmosis. Imbibisi terjadi karena permukaan struktur-struktur mikroskopik dalam
sel tumbuhan seperti selulosa, butir pati, protein dan bahan lainnya menarik dan
memegang molekul-molekul air dengan gaya tarik antar molekul. Dengan kata lain
imbibisi terjadi oleh potential matrik. Pada proses imbibisi juga dipengaruhi oleh
kadar atau konsentrasi larutan sama seperti pada proses difusi dan osmosis.
Air yang masuk kedalam biji (imbibisi) akan mengaktifkan enzim-enzim yang
ada di dalam biji, yang sangat membantu dalam proses pembentukan energi yang
ditransfer ke bagian embrionik axis, untuk membantu

proses

terjadinya

perkecambahan biji. Imbibisi air menyebabkan embrio di bawah kulit benih akan
memproduksi sejumlah kecil hormon (giberelin). Penyerapan air juga membuat

jaringan dalam benih akan terhidrasi membentuk enzim (termasuk di dalamnya


adalah hormon sitokinin dan auksin).
Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya kecil, cepat dan
tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian biji tampak membesar
karena banyak menampung sumber air yang diterima. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya imbibisi adalah tekanan, kulit biji, benih dan
substratnya. Semakin kecil tekanan benih dari pada tekanan larutan, maka semakin
besar proses imbibisi. Kulit biji tipis, mengandung substrat yang mudah larut dalam
air dan benih tidak kering, maka air yang diserap akan lebih banyak dan sebaliknya.
Syarat agar terjadi imbibisi yaitu adanya perbedaan potensial air antara benih dengan
larutan, dimana potensial air kurang dari potensial larutan, ada tarik menarik yang
spesifik antara air dengan biji, benih memiliki partikel koloid yang merupakan
matriks yang bersifat hidrofil berupa protein, pati, selulosa, dan benih kering
memiliki potensial air sangat rendah. Hubungan antara (potensial air) dengan
komponen penyusun: = m + p. Volume air yang diserap + volume biji mulamula > volume biji setelah menyerap air, sebagian air telah digunakan untuk
menjalankan proses metabolism Proses metabolime: aktivasi enzim, hidrolisis
cadangan makanan, dan respirasi.

10

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan

Imbibisi merupakan penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji
yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan
kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolic pada embrio yang
menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Setelah air diserap oleh biji,
enzim yang terdapat pada biji akan aktif. Kemudian enzim mengaktifkan metabolism
sel, salah satuny untuk mengambil oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi
makanan cadangan yang terdapat dalam biji. Dengan demikian hasil oksidasi dapat
digunakan dalam pertumbuhan biji . Faktor- faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyerapan air oleh biji yaitu konsentrasi air, tekanan hidrostatik, daya
intermolekular, luas permukaan biji yang kontak dengan air, suhu, spesies dan
varietas, umur, tingkat kemasakan, serta komposisi kimia.
Biji Kacang Kedelai Sebelum Imbibisi

Sesudah Imbibisi

Pertambahan

ukuran biji

11

Biji Kacang Kedelai

Sebelum

Sesudah

Pertambahan ukuran

Imbibisi
Imbibisi
biji
0,65 cm
1,27 cm
0,62 cm
0,64 cm
1,22 cm
0,58 cm
0,67 cm
1,34 cm
0,75 cm
Rata - Rata
0,65 cm
Berdasarkan tabel hasil pengukuran panjang awal dan panjang akhir pada
1
2
3

imbibisi biji kacang kedelai di atas, rata-rata perubahan panjang setelah dilakukannya
imbibisi yaitu sbesar 0,65 cm. Daya imbibisi yang paling besar yaitu pada biji
kacang kedelai 3 (0,75 cm), sedangkan daya imbibisi terendah yaitu pada biji kacang
kedelai 2 (0,58 cm).
5.2 Saran
Setalah melakukan praktikum, terdapat beberapa kendala yang kami alami
selama proses praktikum berlangsung, dan berikut saran yang mungkin dapat kami
berikan terkait praktikum mengenai imbibisi ini yaitu pada saat pengukuran panjang
biji kacang kedelai baik itu sebelum atau sesudah imbibisi pengukuran yang
dilakukan menggunakan jangka sorong harap diukur dengan cara yang benar dan
secara detail agar lebih mendapatkan hasil pengukuran yang lebih detail terutama bila
melakukan banyak pengukuran karena hasil pengukurannya akan sangat berpengaruh
nantinya, apabila tidak mengetahui cara dalam mengukur dengan jangka sorong harap
bertanya kepada dosen/pembimbing praktikum. Selain itu dalam melakukan
pengukuran pada biji sesudah imbibisi dilakukan secara teliti dan biji diusahakan agar
tidak tertekan. Hal ini akan berdampak pada pengukuran yang tidak akurat.

12

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai#Keanekaragaman

diakses

pada

tanggal 20 september 2016


https://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai_hitam diakses pada tanggal 20
september 2016
http://panji-kusuma.blogspot.co.id/2010/09/meninjau-ulang-tentangimbibisi-di.html diakses pada tanggal 20 september 2016
http://bonariki.blogspot.co.id/2016/03/laporan-praktikum-imbibisi-bijikacang.html diakses pada tanggal 21 september 2016
https://fheeyraredzqiiy.wordpress.com/2009/12/08/laporan-praktikumimbibisi/ diakses pada tanggal 21 september 2016

13

LAMPIRAN

Pengukuran kedelai (a) hari ke-1

Pengukuran kedelai (b) hari ke-1

14

Pengukuran kedelai (c) hari ke-1

Pengukuran kedelai (a) hari ke-2

Pengukuran kedelai (b) hari ke-2

Pengukuran kedelai (c) hari ke-2

15

Imbibisi pengamatan hari ke-1

Pengamatan I
I.

0,6 + 0,05 = 0,65 cm

II.

0,6 + 0,04 = 0,64 cm

III.

0,7 + 0,06 = 0,76 cm

Pengamatan II
I.

1,2 + 0,07 = 1,27 cm

II.

1,2 + 0,02 = 1,22 cm

III.

1,3 + 0,04 = 1,34 cm

Laporan Perkecambahan
16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian dipelihara
dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah) dipanen.
Kegiatan pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman. Pembibitan adalah
suatu proses penyediaan bahan tanaman yang berasal dari benih tanaman (biji
tanaman berkualitas baik dan siap untuk ditanam.

Perkecambahan benih

merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau munculnya


plantua (tumbuhan kecil dari dalam biji).
Perkecambahan pada tumbuhan hanya terjadi apabila biji berada dalam
lingkungan yang sesuai dengan tahapan inbibisi, sekresi hormone giberelin dan
enzim emilase, hidrolisi cadangan makanan, pengiriman bahan makanan dan
hormone ke titik tumbuh dan asmilasi (fotosintesis).

Pertumbuhan dan

perkembangan awal dari tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Potensi biji untuk
tumbuh menjadi individu baru yaitu embrio dan cadangan makanan. Embrio
terdiri dari radikula (embrio akar), plumula (embrio daun), epikotil (embrio
pucuk), dan hipokotil (embrio batang).
Kacang tanah merupakan kacang-kacangan yang perkecambahannya dengan
cara epigeal termasuk tumbuhan kacang-kacangan dikotil. Dalam melakukan
perkecambahan pada benih diperlukan factor-faktor lingkungan yang mendukung
dalam proses perkecambahan pada tanaman. Untuk itu diperlukan penelitihan
pengaruh kondisi lingkungan terhadap perkecambahan pada tanaman. Penelitian
ini menggunakan objek kacangh tanah,

bertujuan untuk mengetahui proses

perkecambahan pada kacang tanah dengan perlakuan-perlakuan perbedaan


intensitas cahaya, media dan kelembaban.
B. Tujuan

17

Untuk mengetahui proses perkecambahan pada biji kacang tanah dengan


perlakuan-perlakuan tertentu

BAB II
18

TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkecambahan
Perkecambahan (germination) adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam
biji menjadi tanaman baru. Perkecambahan pada tumbuhan hanya terjadi apabila biji
berada dalam lingkungan yang sesuai. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup,
cahaya, dan kelembapan merupakan beberapa syarat terjadinya perkecambahan.
Dalam tahap ini, embrio dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman
mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan berkembang menjadi
tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal dengan kecambah. Dalam
perkecambahan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dalam
suatu perkecambahan dapat diukur apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh.
Perkecambahan terdiri dari dua proses yaitu:
1. Proses fisika pada perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh biji hingga
setiap selnya terisi cukup air. Adanya pasokan air menyebabkan komponenkomponen dalam selnya bekerja. Biji menyerap air dari lingkungannya karena potensi
air pada biji lebih rendah
2. Proses kimia melibatkan hormone dan enzim. Ketika biji memiliki pasokan air
yang cukup, biji akan mengembang dan menyebabkan kulit biji pecah. Setelah itu,
embrio akan aktif melepaskan hormone giberelin yang berperan dalam sintesis enzim.
Enzim yang dihasilkan menghidrolisis cadangan makanan yang terdapat dalam
kotiledon dan endosperma sehingga menghasilkan molekul kecil yang kemudian
diserap oleh kotiledon selama pertumbuhan embri menjadi bibit tanaman.
Factor

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan biji

dibedakan menjadi 2
1. Factor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan yang
terdiri atas faktor intrasel (di dalam sel) yang meliputi gen, dan faktor intersel
(sela-sela sel) yang meliputi hormon.

19

2. Factor eksternal atau factor yang berasal daari dalam tubuh tumbuhan yang
mencakup cahaya/sinar matahari, suhu/temperature, kelembaban udara,
nutrisi, kadar air, oksigen atau karbondioksida, pH atau derajat keasaman,
kepadatan populasi, dan media tanam tumbuhan.
Berdasarkan tahapannya, perkecambahan terdiri dari empat tahapan yaitu:
1. Inbibisi
Biji menyerap air (imbibisi) dari lingkungan sekitarnya. Proses
penyerapan terjadi karena adanya perbedaan potensial air antara biji dan
lingkungan sekitarnya.
2. Pembentukan enzim
Enzim yang dihasilkan menyebabkan peningkatan aktivitas metabolic.
Contoh enzim yang berperan pada proses perkecambahan adalah enzim
emilase yang menghidrolisis pati menjadi gula
3. Pemanjangan sel radikula
Pemanjangan sel radikula diikuti dengan munculnya radikula dari kulit
biji
4. Pertumuhan kecambah
Kecambah yang

dihasilkan

dari

perkecambahan

selanjutnya

mengalami pertumbuhan primer


Tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur kecambah yang
berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki
struktur biji yang berbeda. Berdasarkan letak kotiledon, perkecambahan dibagi
menjadi dua tipe yaitu:
1. Epigeal
Perkecambahan epigeal dimana kotiledon terdapat di permukaan tanah.
Hal itu terjadi karena adanya pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga
(hipokotil) sehingga daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah

2. Hypogeal

20

Hypogeal merupakan perkecambahan yang dimana kotiledon berada di


bawah tanah karena adanya pembentangan ruas batang di atas daun lembaga
terangkat ke atas tanah tetapi kotiledonnya tetap berada di dalam tanah.
B. Kacang tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau
legumanggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta menjadi kacang-kacangan
kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua
Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1 kaki)
dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Tanaman ini adalah satu di antara dua
jenis tanaman budidaya selain kacang bo-gor,Voandziea subterranea yang buahnya
mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda
terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu.
Taksonomi Kacang tanah :
Kerajaan : Plantae
Divisi

: TracheophytaUpa

Subdivisi : Angiospermae
Kelas

: Magnoliophyta

Ordo

: Leguminales

Famili

: FabaceaeUpa

Genus

: Arachis

Spesies

: Arachis hypogaea

C. Benih
21

Benih sehat adalah benih yang memenuhi persyaratan fisiologis, genetiis,


serta tidak mengandung inoculum pathogen yang dapat berupa virus, bakteri,
cendawan, dan nematode yang berasal dari kontaminan atau berada dalam struktur
benih, yaitu di lapisan luar, endosperm, embrio, atau bagian lain dari benih. Untuk
itu, penangkaran benih menjadi sangat penting peranannya agar tidak menjadi media
penyebarluasan hama dan penyakit.
Benih kacang tanah (arachis hypogaea L) secara fisik dipersyaratkan sebagai
berikut memiliki embrio, keeping biji atau kotiledon, dan kulit ari murni, tidak
tercampur benih varietas yang lain seragam, bernas, tidak keriput, dan kulit ari tidak
rusak embrio dan kotiledon tidak rusak kadar air kurang dari 10% dan daya tumbuh
benih lebih dari 80%
Media

tanam merupakan factor penentu dalam perkecambahan biji dan

pertumbuhan awal tanaman. Jika suhu tanah kurang dari 18 C, kecepatan


perkecambahan akan lambat, sedangkan jika suhu tanah di atas 40 C justru akan
mematikan benih yang baru ditanam. Suhu tanah yang ideal untuk perkembangan
ginofora adalah 30C 34C.
Syarat benih kacang tanah yang baik adalah
1.
2.
3.
4.
5.

Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul


Daya tumbuh yang tinggi lebih dari 90% dan sehat
Kulit benih mengkilap, tidak kriput dan cacat
Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain
Kadar air benih 9-12%

22

BAB III
METODOLOGI
A. Bahan dan Alat
a. Cawan
b. Biji kacang tanah
c. Penggaris
d. Pulpen
e. Air
f. Kapas
B. Cara Kerja
1. Menyusun enam cawan. Dimana 2 cawan berisi tanpa air, 2 cawan berisi
air, dan 2 cawan berisi kapas basah
2. Meletakkan 3 cawan pada masing-masing perlakuan di tempat yang gelap
dan 3 cawan lagu di tempat terkena cahaya
3. Memperhatikan pertumbuhan masing-masing perlakuan dengan mengukur
pertumbuhan biji dan waktu pertama tumbuh
4. Memperhatikan proses perkecambahan dan bagian-bagian biji yang
pertama kali berkecambah

BAB IV
PEMBAHASAN
Dari praktikum yang dilakukan dengan menggunakan kacang tanah dengan
tiga media (kapas basah, udara, air) dan dua perlakuan (gelap dan terang) maka
dapat diperoleh data sebagai berikut:
23

No

Kondisi

Pengamatan

Pakai kapas
(gelap)

Pakai kapas
(terang)

Pakai air
(gelap)

Pakai air
(terang)

Tanpa air
(gelap)

Tanpa air
(terang)

Perkecambahan

Biji ke

13/11/16

14/11/16

15/11/16

0,1

1,6

3,5

0,2

1,8

4,6

0,3

1,2

1,5

pada kacang tanah dari hasil penelithan yang dilakukan

memiliki perbedaan dalam perkecambahan dengan enam perlakuan berbeda


diantaranya media kapas yang basah dengan cahaya terang dan gelap, media air
dengan cahaya gelap dan teranga, dan media udara dengan cahaya gelap dan terang.

24

Dari hasil penelitihan menunjukkan perbedaan kondisi lingkungan

yang

mempengaruhi perkecambahan pada kacang tanah.


Perkecambahan kacang tanah dengan media kapas
No

Kondisi

Pakai kapas
(gelap)

Pakai kapas
(terang)

Pengamatan
Biji ke

13/11/16

14/11/16

15/11/16

0,1

1,6

3,5

0,2

1,8

4,6

0,3

1,2

1,5

Hasil penelitihan yang dilakukan dalam perkecambahan kacang tanah dengan


media kapas dilakukan perbedaan dua intensitas cahaya yaitu gelap dan terang
menunjukkan perbedaan laju perkecambahan dari perubahan panjang radikula pada
perkecambahan kacang tanah. Pada perkecambahan

kacang tanah di gelap

menunjukkan penambahan panjang pada radikula lebih besar dengan perbandingan


pertumbuhan hari kedua sebesar 2:1 dan pertumbuhan hari ke tiga sebesar 7:1. Dari
perbandingan cahaya dapat dilihat pengaruh pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
pada tumbuhan.
Dalam percobaan pertama dengan media kapas dengan kondisi lembab
terdapat tiga biji kacang tanah yang tidak menunjukkan pertumbuh pada hari ke tiga,
diduga benih kacang tanah mengalami dormasi yang cukup panjang sehingga belum
menunjukkan pertumbuhannya. Sehingga dorman pada benih merupakan factor
dalam pertumbuhan perkecambahan pada benih.

25

Dari hasil penelitian perkecambahan pada kacang tanah yang telah dilakukan
dengan menggunakan enam perlakuan dapat dilihat dari unsur cahaya, air dan udara
memiliki peranan dalam pertumbuhan perkecambahan. Ketiga unsur tersebut saling
berhubungan, apabila salah satu unsur tersebut tidak memenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan pada perkecambahan. Dilihat dari table hasil penelitian,
bahwa apabila unsur-unsur yang berperan adalah udara dan cahaya, cahaya dan air
tidak dapat tumbuh karena salah satu factor pendukung terjadinya proses
perkecambahan tidak ada. Namun percobaan pertama unsur udara, cahaya dan air
memenuhi maka terjadinya perkecambahan.
Perkecambahan dengan media yang diberikan menggunakan air dengan
jumlah banyak maka kacang tanah mengalami inhibisi namun tidak mengalami
pertumbuhan dikarenakan tidak adanya udsra psds lingkungsn sehingga tidak
mendukung terjadinya perkecambahan.
Perkecambahan dengan media udara dengan perbedaan intensitas cahaya
berbeda menunjukkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dari
air, udara dan cahaya merupakan hal yang diperhatikan dalam melakukan
perkecambahan pada benih. Meskipun cahaya dan udara cukup, namun factor lain
tidak mendukung maka tidak tumbuhnya embrio pada benih.
Dapat diketahui bahwa perkecambahan pada tumbuhan dapat terjadi apabila
factor-faktor prndukung pada lingkungan sesui. Factor-faktor tersebut antara lain
udara, cahaya, dan air. Namun adapula factor pendukung pada perkecambahan terjadi
ialah benih yang digunakan adalah benih yang baik dan seragam sehingga dapat
memiliki keseragaman dalam pertumbuhan.

26

Perkecambahan dengan media kapas basah dengan cahaya terang

Perkecambahan dengan media kapas basah dengan cahaya gelap


Dari perbedaan perlakuan pada perkecambahan kacang tanah menunjukkan
bahwa

intensitas

cahaya,

kelembaban

mempengaruhi

pertumbuhan

dalam

pembentukan embrio baru. Kacang tanah merupakan tipe perkecambahan epigeal,


karena terjadinya pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan
plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah, serta kotiledon di atas
permukaan tanah. Pada praktikum yang dilakukan dalam mengetahui proses
perkecambahan pada kacang tanah ditunjukkan dengan keluarnya radikula (akar

27

embrio) pada biji, terjadinya pemanjangan plumula sehingga kotiledon terdorong di


atas permukaan tanah.

28

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitihan proses perkecambahan yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa perkecambahan pada tumbuhan khususnya
kacang tanah dipengaruhi oleh factor kondisi lingkungan (cahaya,
kelembaban, air). Dibuktikan dengan perbedaan media perkecambahan
kacang tanah dapat tumbuh menjadi embrio baru di permukaan lembab
dengan air, suhu, udara yang sesuai. Laju perkecambahan pada kacang tanah
pada cahaya gelap lebih tinggi dibandingkan cahaya terang dengan
perbandingan 2:1
Proses perkecambahan pada kacang tanah termasuk perkecambahan
epigeal dilihat dari muncuknya radikula dan dilanjutkan perpanjangan
plumula yang mendorong kotiledon untuk naik di atas permukaan tanah.
B. Saran
Dalam praktikum proses perkecambahan diperlukan benih yang
seragam agar memperoleh data yang lebih valid dalam perkecambahan

29

DAFTAR PUSTAKA
Amina, Ghina.2012.Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Cahaya. EmailBlogs
Bahanbelajarsekolah.2015.

Tipe

dan

Tahap

Perkecambahan

pada

Tumbuhan.BBS.Blogspot.http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/0
4/proses-perkecambahan-pada-tumbuhan.html
Irfan, Muhammad.2011.Pengamatan Perkecambahan Tumbuhan. Kutoarjo.Bluestar
Pitojo, Ir Setijo.2005.Benih Kacang Tanah Penerbit Kanisuius.yogyakarta
Pratiwi,D.A.,Maryati,Sri,dkk.2007.Biologi untuk SMA Kelas XII.Jakarta:Penerbit
Erlangga

30

LAMPIRAN
1. Hasil Pengamatan Perkecambahan Kacang Tanah
No

Kondisi

pengamatan
Biji ke

13/11/16

14/11/16

15/11/16

0,1

1,8

3,5

0,2

1,8

4,6

0,3

1,2

1,5

Pakai kapas
(gelap)

Pakai kapas
(terang)

Pakai air
(gelap)

Pakai air
(terang)

Tanpa air
(gelap)

Tanpa air
(terang)

2. Daftar gambar praktikum


Media tanam

Gambar

31

Kapas terang
Hari ke 1

Hari ke 2

Hari ke 3

Kapas gelap
Hari ke 1

Hari ke 2

32

Hari ke 3

Media air terang


Hari ke 1

Hari ke 2

Hari ke 3

Media air gelap


Hari ke 1

Hari ke 2

33

Hari ke 3

Media udara terang


Hari ke 1

Hari ke 2

Hari ke 3

Media udara gelap


Hari ke 1

Hari ke 2

34

Hari ke 3

Laporan Uji Daya Kecambah


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman,
artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan
tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu
berproduksi maksimal.
Mutu benih mencakup tiga aspek, yaitu:
1 Mutu Genetik, yaitu aspek mut benih yang ditentukan berdasarkan identitas
genetic yang telah scara alami dan tingkat kemurnian dari varietas yang
dihasilkan , identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh
2

tampilan benih tetapi juga fenotipe tanaman.


Mutu Fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih

meliputi daya berkecambah atau daya tumbuh.


Mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain
atau gulma dan kadar air.
Pada praktikum kali ini akan menguji mutu benih dari salah satu aspek,

yaitu aspek fisiologi. Aspek fisiologi ditunjukan oleh viabilitas benih yang
meliputi daya berkecambah. Viabilitas benih merupakan daya benih yang dapat
ditunjukan oleh metabolismenya atau pertumbuhannya. Viabilitas benih tidak
35

sekedar gejala hidup yang dapat diamati tetapi daya hidup itu harus dapat
dijadikan indikasi mutu benih, khususnya fisiologi benih.
Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya
berkecambah atau daya tumbuh. Informasi daya berkecambah ditentukan oleh
kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang optimum,
Untuk pengujian viabilitas benih, setiap peubah diharapkan mempunyai
tolak ukur tersendiri. Daya berkecambah atau daya tumbuh merupakan tolak ukur
viabilitas potensial benih. Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian daya
berkecambah benih kacang hijau. Penentuan daya berkecambah merupakan salah
satu cara untuk mengetahui mutu fisiologi suatu benih. Dengan mengetahui daya
kecambah suatu benih maka kita akan bisa memperkirakan jumlah benih yang
akan tumbuh nantinya.
2.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum ini adalah menguji daya tumbuh benih kacang hijau
dan mengidentifikasi kecambah atau bibit normal, abnormal, yang keras serta bibit
yang tidak dapat tumbuh.

36

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkecambahan
Menurut

seorang

ahli

fisiologi

tanaman,

yang

dimaksud

dengan

perkecambahan benih adalah pertumbuhan aktif embrio yang berakibat pecahnya


kulit benih ( Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2005 ). Perkecambahan benih
dalam skala laboratorium adalah muncul dan berkembangnya kecambah sampai
ketingkat dimana kecambah tersebut dapat berkembang menjadi semai sehat pada
kondisi yang obtimal dalam periode waktu tertentu ( Direktorat Perbenihan Tanaman
Hutan, 2002 ).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dormanyang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor internal seperti embrio masi berbentuk rudiment atau
belum masak ( dari segi fisiologis ), kulit biji yang tahan atau impermeable, atau
adanya penghambat tumbuh ( Pedoman Praktikum Balai Pembenihan Tanaman
Sumatera Selatan ). Hidayat (1995), menambahkan perkecambahan sesunggunya
adalah pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau
imbibisi. Pada waktu imbibisi kandungan air meningkat, mula mula cepat.
Kemudian lebih lambat. Jaringan bermetabolisme secara aktif. Enzim yang telah ada
diaktifkan kembali dan protein baru dengan kegiatan enzim baru disintesis untuk
mencerna dan mengunakan berbagai bahan cadangan yang tersimpan. Pembelahan
dan perluasan sel dimulai dan berjalan menurut pola yang telah diprogramkan.
Program tersebut memerlukan air dan zat gizi secara terus menerus. Sebelum embrio

37

menjadi kecambah mandiri, ia menggunakan makanan tersimpan dalam endosperm


dan dalam selnya sendiri.
Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya bagianbagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk
tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian, pengujian
daya tumbuh atau daya berkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih,
beberapa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah
pada jangka waktu yang telah ditentukan (Eko Pramono, 2009). Perkecambahan
(germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada
kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia
berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai
kecambah.
Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau biibt
tanaman, sebelum berkecambah benih relative kecil dan doeman. Perkecambahan
ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle keluar dari kulit
benih, terus ke bawah memebentuk system akar. Plumule

muncul ke atas dan

memebentuk system tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan
makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormone auxin
terbentuk pada endosperm dan kotiledon. Hormone tersebut dipindah ke jaringan
meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru dan membebaskan energy
kinetic (Edmontel al., 1975).
Perkecambahan atau germination merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh
tergantung pada varibilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa
tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormasi. Kecambah adalah tumbuhan
(sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap
perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam
kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula

38

(akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan
berbunga dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil.
Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah
pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis
tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon. Efek yang
terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biologi. Sel-sel embrio membesar
dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim
perkecambahan awal. Ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji
terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat
bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:
a Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang

yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan
b

berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik


Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon,

daun primer, dan koleoptil


Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk
c

berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke


dalam kecambah abnormal :
a Kecambah rusak
Kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau
a

radikula patah atau tidak tumbuh.


Kecambah cacat atau tidak seimbang
Kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur
pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak
semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah,

sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.


Kecambah lambat
Kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal.Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada
benih abnormal ukurannya lebih kecil.

39

Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai
akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a Benih segar tidak tumbuh
Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan
sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih
dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun
tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu
penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.
b

Benih keras
Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak

mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika
dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil.
Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.
c

Benih mati
Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar,

dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah
membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena
adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat
kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan
penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari
induknya.
2.2. Tahapan perkecambahan
Perkembangan bij berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut
meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormon dan enzim, hidrolisis
cadangan makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan hormone ke daerah titik
tumbuh atau daerah lainnya, serta asimilasi (fotosintetis). Proses penyerapan cairan
pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk kedalam kotiledon
membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa.
Awal perkembangan disahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan

40

karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim
protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asalm
amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membrane sel dan
sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa kemudian menjadi glukosa.
Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat dinding
sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan asam amino
akan berdifusi ke embrio. Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji
memperoleh energi melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan
glukosa yang berasal dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya.
Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama
membuka dan mulai melakukan fotosintesis.
2.3. Tipe Perkecambahan
Berdasarkan

posisi

kotiledon

dalam

proses

perkecambahan

dikenal

perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari


epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas
tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan
jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada
kacang hijau dan jarak. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi
untuk memperkirakan kedalaman tanam.
2.4. Macam-Macam Pertumbuhan Pada Tumbuhan
a

Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang memanjang baik yang terjadi


pada ujung akar maupun ujung batang. Pertumbuhan primer dapat diukur
secara

kuantitatif

yaitu

dengan

menggunakan

alat

auksanometer

Pertumbuhan primer pada ujung akar dan ujung batang dapat dibedakan
menjadi 3 daerah yaitu:

41

Daerah pembelahan sel, terdapat di bagian ujung akar. Sel-sel di daerah ini
aktif membelah (bersifat meristematik)

Daerah perpanjangan sel, terletak di belakang daerah pembelahan. Sel-sel di


daerah inimemiliki kemampuan untuk membesar dan memanjang.

Daerah diferensiasi sel, merupakan daerah yang sel-selnya berdiferensiasi


menjadi sel-sel yang mempunyai fungsi dan struktur khusus.

Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang dapat menambah diameter


batang. Pertumbuhan sekunder merupakan aktivitas sel-sel meristem sekunder
yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan ini dijumpai pada
tumbuhan dikotil.
.

42

BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum uji daya kecambah ini adalah :
1 Kontak pengencambah.
2 kertas saring atau kertas koran atau sekam benih.
Bahan yang digunakan adalah:
1 kacang hijau.
2 air untuk menyiram benih.

3.2. Cara Kerja

Basahkan kertas secukupnya dengan air.


Ambillah lima (5) lembar kertas dan hamparkan, selanjutnya tanamkan 100

butir benih dengan teratur di atasnya dalam 3 kali ulangan.


Ambillah lima (5) helai kertas sebagai penutup benih yang telah ditanam.
Kemudian letakkan dalam ruangan untuk proses selanjutnya, yaitu proses

perkecambahan.
Kerjakan hal yang sama pada ketiga ulangan lainnya.
Kelembaban kertas substratum harus selalu terpelihara sampai dengan
pengujian selesai.

3.3. Pengamatan-Pengamatan Yang Dilakukan :

Hitung kecambah normal, mati, abnormal dan benih keras pada hari
perhitungan pertama (hari ke-3) dan terakhir (hari ke-7) sesuai dengan
benihnya.

43

Kecambah normal pada perhitungan pertama diambil atau dibuang untuk

memudahkan pengamatan pada perhitungan terakhir.


Perhitungan dilakukan dengan rumus :

Daya Kecambah(%) =

Jumlah Benih Normal


Jumlah Benih Dikecambahkan x 100%

44

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Perhitungan daya uji kecambah diambil dari data pertumbuhan normal di hari
ke-6. Dari hasil tiga pengulangan maka didapat data sebagai berikut:
Keterangan :
Kecambah I = kecambah A
Pengulangan kecambah II = kecambah B
Pengulangan kecambah III = kecambah C
1

Hasil pengamatan untuk kecambah A


Pengamatan hari ke-3
Normal
Abnormal (busuk dan tumbuh)
Belum Tumbuh

89
5
6

Pengamatan hari ke-6


Normal
Abnormal (Kerdil)
Abnormal (Jamuran)

26
45
29

Hasil pengamatan untuk kecambah B


Pengamatan hari ke-3
Normal
Belum Tumbuh

99
1

45

Pengamatan hari ke-6


Normal
Abnormal (kerdil)
Abnormal (jamuran)
Mati

66
27
5
1

Hasil pengamatan untuk kecamabah C


Pengamatan hari ke-3
Normal
Belum Tumbuh

94
6

Pengamatan hari ke-6


Normal
Abnormal (kerdil)
Abnormal (jamuran)
Mati

87
5
4
4

Maka, daya dari setiap kecambah adalah sebagai berikut:


Daya Kecambah(%) =
1

Daya kecambah untuk pengamatan A:


Hari ke-3:
Daya Kecambah(%)

89
100 x 100% = 89%

26
100 x 100% = 26%

Hari ke-6 :

Daya Kecambah(%)
2

Jumlah Benih Normal


Jumlah Benih Dikecambahkan x 100%

Daya kecambah untuk pengungalan 1 atau pengamatan B:


Hari ke-3:

46

Daya Kecambah(%)

66
100 x 100% = 66%

Hari ke-6:

Daya Kecambah(%)
3

99
100 x 100% = 99%

Daya kecambah untuk pengulangan 2 atau pengamatan C:


Hari ke-3 :
Daya Kecambah(%)

94
100 x 100% = 94%

87
100 x 100% = 87%

Hari ke-6:

Daya Kecambah(%)

4.2. Pembahasan

Praktikum kali ini menggunakan kertas saring sebagai media tumbuhnya.


Media kertas saring dicelupkan ke dalam air lalu diletakan benih di atasnya. Kertas
yang telah berisi benih lalu ditutup dengan kertas saring di atasnya dan kertas saring
tersebut dibasahi agar kelembapannya terjaga. Pengamatan benih kacang hijau
dengan tiga kali pengulangan ini, akan dihitung dan diamati jumlah kecambah
tumbuh dengan normal, kecambah abnormal, kecambah yang tidak dapat tumbuh
karena keras dan kecambah busuknya. Kecambah normal, ditandai dengan akar dan
batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan
berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik. Kecambah dengan
pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciri-ciri plumula atau radikula
47

tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah,
sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
Kecambah busuk ialah benih yang tidak tumbuh sama sekali bahkan terjadi
pembusukan pada benih tersebut.
1

Pada pengamatan pertama atau percobaan A:

Hari ke-3 kecambah normal berjumlah 89 biji kecambah kacang hijau ,


kecambah abnormal berjumlah 5 bijij kecambah dan terdapat satu biji kacang hijau
yang tidak tumbuh. Pada hari ke-6 jumlah kecambah normal berkurang menjadi 26
biji kecambah kacang hijau, kecambah yang mengalami pertumbuhan abnormal
menjadi 74 kecambah kacang hijau dengan rincian 29 kecambah mengalami jamuran
dan 45 kecambah tumbuh tetapi mengalami kekerdilan.
2

Pada pengulangan ke-1 atau percobaan B:

Hari ke-3 kecambah normal berjumlah 99 biji kecambah kacang hijau ,


kecambah abnormal berjumlah 1 bijij kecambah. Pada hari ke-6 jumlah kecambah
normal berkurang menjadi 66 biji kecambah kacang hijau, kecambah yang
mengalami pertumbuhan abnormal menjadi 32 kecambah kacang hijau dengan
rincian 5 kecambah mengalami jamuran dan 27 kecambah tumbuh tetapi mengalami
kekerdilan dan 1 kecambah biji kacang hijau tidak tumbuh atau keras.
3

Pada pengulangan ke-2 atau percobaan C:

Hari ke-3 kecambah yang tumbuh normal berjumlah 94 biji kecambah kacang
hijau ,dan terdapat 6 biji kacang hijau yang belum tumbuh. Pada hari ke-6 jumlah
kecambah yang tumbuh normal berkurang menjadi 87 biji kecambah kacang hijau,
kecambah yang mengalami pertumbuhan abnormal menjadi 9 kecambah kacang hijau
dengan rincian 4 kecambah mengalami jamuran dan 5 kecambah tumbuh tetapi
mengalami kekerdilan dan juga terdapat 4 biji kacang hijau yang tidak tumbuh atau
bijinya keras.
Dari tiga ulangan yang diamati, benih kacang hijau memiliki nilai daya
kecambah rata-rata pada hari ke-3 dan ke-6 adalah sebagai berikut:
1
2

Pada hari ke-3 rata-rata nilai daya kecambah dari kacang hijau adalah 94%.
Sedangkan rata-rata nilai daya kecambah pada hari ke-6 adalah 59.6%.

48

Pada saat hari ke-3 benih kacang hijau termasuk menghasilkan benih yang
sangat baik sedangkan pada saat hari-6 daya kecambah dari kacang hijau berkurang
dan dalam kriteria mutu yang jelek. Jumlah kecambah normal pada benih kacang
hijau pada hari ketiga lebih banyak dibandingkan pada hari ke-6.. Benih kacang hijau
pada hari ke-3 dan hari ke-6 dikecambahkan dengan cara yang sama, media yang
sama, dan tempat yang sama. Media kertas yang digunakan pada benih kacang hijau
sama yaitu kertas saring. Tempat tumbuh dan lingkungan tumbuhnya juga seragam.
Dengan kata lain tidak ada pergantian media tanam dari hari ke-3 sampai hari ke-6
tersebut. Ditinjau dari kualitas benih yang digunakan pada praktikum kali ini juga
menggunakan benih dengan kualitas yang relatif baik.
Diperkirakan penyebab kecambah kacang hijau mengalami kerusakan atau
tumbuh seara abnormal karena faktor eksternal, seperti faktor lingkungan, suhu,
kelembaban, hama, penyakit, dll.. Secara internal proses perkecambahan biji
ditentukan keseimbangan antara promotor dan inhibitor perkecambahan, terutam
asam giberelin (GA) dan asam absisat (ABA). Faktor eksternal yang merupakan
ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawasenyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan
(Dwidjoseputro. 1983). Selain itu faktor internal yang lain adalah kemasakan benih.
Jika benih yang sudah masak maka kandungan cadangan makan pada benih tersebut
sudah ada, sehingga waktu benih itu ditanam maka perkecambahan akan mudah
karena dalam melakukan perkecambahan benih melakukan aktivitasnya dengan
cadangan makanan tersebut (Pramono,2010).
Praktikan menduga penyebab kecambah yang tumbuh normal pada hari ke-3
lebih banyak dari pada kecambah yang tumbuh normal pada hari ke-6 ialah kualitas
benih kavang hijau yang mungkin sudah tidak bagus lagi pada saat digunakan
sehingga setelah dikecambahkan hasilnya tidak sesuai dengan standar kualitas benih
yang ada dan juga karena penyiraman yang berlebihan dan tidak merata sehingga
kecambah yang tumbuh mengalami kebusukan dan kekerdilan. Dan juga kurangnya
penyinaran dan unsur hara dari media tanam yang kurang menyebabkan kecambah
kacang hijau tidak dapat tumbuh dengan normal secara keseluruhan.

49

BAB IV
PENUTUP

50

4.1. Kesimpulan
Dari semua hasil praktikum di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
a

Praktikum ini

melakukan uji daya kecambah benih kacang hijau

menggunakan kertas saring sebagai media tanamnya.


Praktikan dapat mengidentifikasi kecambah normal dan tidak normal

(abnormal) dan juga biji kacang hijau yang tidak tumbuh


Kecambah normal, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik,
jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan

mempunyai tunas pucuk yang baik.


Kecambah dengan pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciriciri plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh
membengkok

atau

tumbuh

kebawah,

sedangkan

radikula

tumbuh

sebaliknya. Yang tumbuh secara abnormal juga mengalami kebusukan dan


e

ditumbuhi jamur.
Nilai daya kecambah pada hari ke-3 lebih baik dengan persentase nilai daya
kecambahnya yaitu 94% dibandingkan nilai daya kecambah rata-rata benih
kacang hijau pada hari ke-6 dengan persentasenya yaitu 59.6%.

4.2. Saran
Saran yang dapat di sampaikan penulis adalah untuk penanaman benih harus
mengetahui syarat tumbuh dari benih yang akan di tanam, serta faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan benih misalnya media tanah yang cocok untuk
benih, penyinaran dan penyiraman. Selain hal tersebut hal yang paling dibutuhkan
juga adalah kualitas dan mutu dari benih yang di tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Mugnasyah, W. 1990. Pengantar Produksi Benih.Rajawali Press, Jakarta
http://semiliranginsore.blogspot.co.id/2012/01/uji-daya-berkecambah-benih.html

51

http://sofiyanto02.blogspot.co.id/2014/08/pengujian-daya-kecambah.html

LAMPIRAN

52

53

54

Anda mungkin juga menyukai