Anda di halaman 1dari 48

Atomic Emission Spectrometer (AES)

Prinsip dasar
Spektorkopi emisi atom atau Atomic Emission Spectroscopy (AES) adalah suatu alat
yang dapat digunakan untuk analisa logam secara kualitatip maupun kuantitatip yang didasarkan
pada pemancaran atau emisi sinar dengan panjang gelombang yang karakteristik untuk unsur
yang dianalisa.
Sumber dari pengeksitasi dari Atomic Emission Spectroscopy bisa
didapat dari nyala api gas atau Busur listrik. Sumber eksitasi dari nyala gas biasanya disebutICP
(Inductively Couple Plasma) sedangkan sumber eksitasi dari busur listrik biasa disebut ARC
atau SPARK, sedangkan alat detector sinarnya adalah Tabung Penggandaan
Foton atau Photo Multiplier Tube (PMT)
Prinsip dasar dari analisa Atomic Emission Spectrometer (AES) ini yaitu : Apabila atom
suatu unsur ditempatkan dalam suatu sumber energi kalor (sumber pengeksitasi), maka
elektron di orbital paling luar atom tersebut yang tadinya dalam keadaan dasar atau groud state
akan tereksitasi ke tingkat-tingkat energi elektron yang lebih tinggi. Karena keadaan tereksitasi
itu merupakan keadaan yang sangat tidak setabil maka elektron yang tereksitasi itu secepatnya
akan kembali ke tingkat energi semula yaitu kekeadaan dasarnya (ground state). Pada waktu
atom yang tereksitasi itu kembali ketingkat energi lebih rendah yang semula, maka kelebihan
energi yang dimilikinya sewaktu masih dalam keadaan tereksitasi akan dibuang keluar berupa
emisi sinar dengan panjang gelombang yang karakteristik bagi unsur yang bersangkutan.
Sumber Pengeksitasi atom
Untuk sumber pengeksitasi atom suatu unsur diperlukan suatu sumber
energi kalor yang mampu mengeksitasikan elektron di orbital paling luar dari atom tersebut ke
tingkat energi atom yang lebih tinggi.
Pada spektrofotometri Emisi nyala, sumber pengeksitasinya adalah nyala api gas, tetapi
kelemahan dari nyala api ini adalah energi kalor yang dihasilkan nya relatif rendah. Misalnya
campuran gas Acetilen dan O2 murni hanya akan menghasilkan suhu sekitar 3000oC. Dengan
kombinasi gas ini maka unsur-unsur yang dapat dieksitasikan dengan menghasilkan intensitas
sinar emisi yang baik biasanya adalah logam-logam alkali (Na, K, Li, Ca dll). Sedangkan untuk
mengeksitasikan atom logam-logam yang lebih berat maka diperlukan nyala api dengan

kombinasi gas lain yang dapat memberikan suhu lebih tinggi dan juga memberikan energi kalor
yang lebih tinggi.
Oleh karena itu telah diusahakan adanya sumber-sumber pengeksitasi atom yang dapat
menghasilkan energi kalor yang lebih tinggi. Ada dua jenis sumber pengeksitasi yang mampu
memberikan energi kalor dan suhu yang lebih tinggi, yaitu bunga api listrik yang disebut Arc
atau Spark dan Plasma yang ditimbulkan secara induksi (Inductively Couple plasma atau
ICP). Dengan kedua jenis sumber eksitasi ini maka hampir semua unsur logam dapat
dieksitasikan.
Yang dimaksud dengan bunga api listrik atau awan muatan listrik (electrical discharge)
adalah loncatan muatan listrik antara ujung batang elektroda dan sampel dimana ujung elektroda
dan sampel tidak saling bersentuhan dan apabila antara keduanya diberikan tegangan listrik yang
tinggi, maka akan terjadi loncatan muatan elektron dan akan menimbulkan tahanan sehingga hal
ini akan menimbulkan kalor yang sangat tinggi, Suhu yang dihasilkan oleh muatan listrik
tersebut berkisar antara 4000oC sampai dengan 7000oC. Jadi jauh lebih tinggi dari pada yang
dihasilkan oleh nyala api gas acetilen dan O2.
Analisa Kualitatif dan kuantitatif
Untuk analisa kualitatif, garis-garis emisi yang khas bagi suatu unsur logam akan
tergambar pada film foto sebagaigaris-garis hitam, letak suatu garis hitam tersebut pada film
foto menentukan nilai panjang gelombang yang khas bagi unsur logam bersangkutan. Suatu
unsur logam tertentu dapat menghasilkan banyak sekali garis hitam pada film foto, dengan
intensitas yang berbeda. Untuk mengidentifikasi unsur logam secara kualitatif dengan cara ini
maka dibuat spectrum emisi cuplikan yang mengandung logam X pada film foto, sehingga pada
film tersebut timbul garis-garis hitam dengan panjang gelombang yang khas bagi logam X
tersebut, kemudian spectrum logam X tersebut dibandingkan dengan spectrum standar (juga
dalam film foto) yang mengandung garis-garis hitam yang khas untuk berbagai unsur logam
yang telah diketahui jenisnya dan biasanya disebut Master Spectrum.
Untuk analisa Kuantitatif, dahulu banyak dilakukan dengan menggunakan alat
spektrograf emisi yang detektornya film foto. Dibuat beberapa cuplikan standar unsur X dengan
konsentrasi yang sudah diketahui, kemudian tiap cuplikan standar itu di dieksitasi dalam Spark
sehingga diperoleh spectrum emisi X tersebut pada film foto. Dari berbagai garis spectrum yang
dihasilkan pada film foto tersebut, kemudian dipilih salah satu garis yang intensitasnya kuat dan
dengan menggunakan alat Densitometer diukur derajat kehitaman dari garis yang dipilih itu
pada berbagai berbagai konsentrasi X.
Semakin tinggi konsentrasi X maka semakin hitam garisnya (dan sebaliknya). Sehingga
dapat disimpulkanTingkat kehitaman garis spectrum emisi pada film foto itu berbanding
lurus dengan Intensitas (I) garis emisi itu. Densitometer memberikan langsung nilai Intensitas

untuk berbagai konsentrasi. Sehingga dapat dibuat kurva hubungan antara Intensitas dan
Konsentrasi pada suatu panjang gelombang yang diukur.
Banyak kerumitan dan kesulitan yang diperoleh dengan cara atau metoda analisa yang
menggunakan detektor film foto ini, karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
analisanya tidak singkat.
Dengan berkembangannya ilmu elektronik yang semakin maju, maka detektor film foto ini
sekarang diganti denganTabung Penggandaan Foto (Photo Multi Plier Tube) / PMT.
Sistem Monokromator
Dahulu untuk alat Atomic Emission spectrometri digunakan prisma sebagai alat
pendispersi sinar dalam monokromatornya. Sekarang banyak digunakan kisi difraksi yang
biasanya berbentuk cekung, kisi difraksi ini biasanya ditempatkan pada suatu system susunan
yang disebut Lingkaran Rowland (Rowland Circle). Lingkaran Rowland = lingkaran panjang
radiusnya (jari-jarinya) = X radius kisi difraksi yang cekung. Dengan kisi difraksi ini, sinar
yang akan didifraksikan oleh kisi difraksi tersebut akan difokuskan tepat pada bagian lain
lingkaran tersebut. Jadi apabila alat detektor ditempatkan tepat pada lingkaran Rowland tersebut,
maka sinar yang didifraksikan akan difokuskan tepat pada alat detector tersebut.

Detektor yang digunakan dapat berupa Film foto atau tabung penggandaan foton (Photo
Multiplier tube / PMT). Karena sinar yang didifraksikan itu tadinya melalui celah masuk sinar
yang bentuknya persegi panjang tipis, seperti garis, maka gambar foto yang diperoleh adalah
garis-garis hitam pada film foto (apabila detektornya film foto).
Bila film foto digunakan sebagai detector sinar, maka antara kisi difraksi dan detektor
tersebut tidak ada celah keluar sinar. Akibatnya semua garis emisi dari cuplikan yang
didifraksikan dengan berbagai sudut difraksi oleh kisi difraksi akan tergambar pada film foto
berupa garis garis hitam. Setiap garis hitam pada film foto tersebut mewakili suatu nilai panjang
gelombang sinar yang telah dipancarkan oleh suatu atom logam dalam cuplikan. Nilai panjang
gelombang suatu garis hitam dapat ditentukan berdasarkan kalibrasi terhadap suatu skala panjang
gelombang yang sudah diketahui nilainya. Letak suatu garis hitam, yang berasal dari suatu
logam, pada film foto, menentukan nilai panjang gelombang yang khas bagi logam yang
bersangkutan. Suatu logam tertentu dapat menghasilkan banyak sekali garis hitam pada film
foto, dengan Intensitas yang berbeda. Berikut ini skematik bagian dari emission spektrometer.

Sistem Peralatan
1.

Blok Diagram

Analisa Atomic Emission Spectrometer yang menggunakan spark atau arc telah lama
digunakan secara luas pada beberapa aplikasi sebagai metoda untuk melakukan analisa
kuantitatif lebih dari satu unsur secara bersamaan dalam suatu sample.
Terutama dalam
industri logam, cara ini menjadi sangat dibutuhkan untuk mengontrol secara langsung komposisi
kimia dalam suatu proses peleburan secara cepat dan akurat .
Baru-baru ini, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi elektronika dalam analisa
Emission Spectrochemical, beberapa perbaikan atau peningkatan telah dibuat dengan tujuan
untuk meningkatkan kapekaan dan ketepatan. Hal yang istimewa dalam metoda ini adalah
kecepatan analisanya yang hanya memerlukan waktu sekitar 20 detik, dari mulai sample
dimasukan dalam sumber spark samapi data terdisplay pada CRT.
Prinsip dari alat ini tidak jauh berbeda dengan metoda konvensional yang menggunakan
metoda spektrograp, perbedaan utamanya pada penggantian pelat fotografis diganti dengan
Photomultiplier (PMT) (tabung penggandaan foton) yang menagkap sinar monokromatis dan
kemudian merubahnya kedalam Intensitas.
Sinar polikromatis yang dihasilkan dari sumber pengeksitasi (Sprak stand) yang tidak lain adalah
sampel dan elektroda. Proses spark akan menyebabkan atom-atom dalam sampel tereksitasi dan
memancarkan sinar polikromatik. Sinar polikromatik ini selanjutnya dilewatkan melalui lensa
kondenser kemudian masuk melalui celah masuk (Entrance slit), selanjutnya akan mengenai
suatu kisi difraksi yang kemudian mendispersikannya menjadi sinar-sinar monokromatik. Sinarsinar monokromatik ini lau dilewatkan melalui suatu celah keluar (exit slit) dan selanjutnya akan
ditangkap oleh photomultiplier tube (PMT) yang bertindak sebagai detektor dan merubahnya
menjadi photocurrent.
2. Spark Stand
Spark stand, adalah bagian dimana Sampel dan elektroda yang biasanya terbuat dari logam
wolfram dialiri arus yang dibangkitkan oleh suatu unit pembangkit tegangan tinggi (High
Voltage Discharge) sehingga akan timbul spark atau Arc. Proses spark ini akan menyebabkan
molekul-molekul dalam sample akan ter atomisasi dan kemudian tereksitasi.
Banyak sumber energi yang dapat digunakan untuk membangkitkan spark atau Ark. Seprti
plasma yang ditimbulkan oleh RF Generator, dlam hal ini yang terpenting adalah Sumber dari
pembangkit tersebut mampu mengeksitasikan atom-atom yang ada dalam sample.
2. Spark Stand
Spark stand, adalah bagian dimana Sampel dan elektroda yang biasanya terbuat dari logam
wolfram dialiri arus yang dibangkitkan oleh suatu unit pembangkit tegangan tinggi (High

Voltage Discharge) sehingga akan timbul spark atau Arc. Proses spark ini akan menyebabkan
molekul-molekul dalam sample akan ter atomisasi dan kemudian tereksitasi.
Banyak sumber energi yang dapat digunakan untuk membangkitkan spark atau Ark. Seprti
plasma yang ditimbulkan oleh RF Generator, dlam hal ini yang terpenting adalah Sumber dari
pembangkit tersebut mampu mengeksitasikan atom-atom yang ada dalam sample.

5. Detektor
Ada tiga macam detector yang berbeda dalam rentang panjang gelombangnya, kecepatan
respon, sensitivitas dll. Detektor dimaksudkan untuk merubah energi yang dipancarkan menjadi
sebuah sinyal listrik yang kemudian diproses oleh sebuah amplifier sehingga dapat dapat di
interpretasikan lebih lanjut. Ketiga detector tersebut adalah :
5.1. Photocell;
Fungsinya adalah mengubah energi sinar menjadi arus listrik yang sebanding dengan Intensitas
nya. Daerah kerja detector ini pada daerah sinar tampak (380 780 nm) . Bentuknya dalah
sebuah keeping logam yang dilapisi dengan bahan Selenium yang sensitive terhadap sinar. Sinar
yang mengenai lapisan ini menyebabkan elektron terlepas dan akan terjadi perbedaan muatan
yang dapat diukur besarnya dengan microammeter, detektor ini kurang sensitive dan responnya
rendah.

5.2. Phototube;
Kontruksi detektor ini adalah sebuah tabung vakum yang terbuat dari kuarsa, bagian dalamnya
berisi katoda (Photocathode) logam berbentuk silinder dengan permukaanya dilapisi oksida
logam yang mudah melepaskan electron bila dikenai sinar, kemudian sebagai anoda adalah
sebuah kawat berlubang (wire mesh). Antara Katoda dan Anoda dipasang selisih tegangan dan
apabila sebuah sinar datang masuk melalui jendela kuarsa dan jatuh ke permukaan Katoda,
energi sinar ini akan diserap oleh lapisan oksida logam dan elektron yang ada dilapisan ini akan
terlempar dan berkumpul pada Anoda, sehingga dalam tabung foton akan timbul arus. Detector
ini mampu membaca sinar tampak dan sinar ultra violet dengan panjang gelombang dari 190
650 nm dan dari 600 1000 nm. Jadi untuk menguji daerah dengan panjang gelombang dari 190
sampai 1000 nm diperlukan lebih dari satu detector.
5.3. Photomultipliers;
PMT atau Tabung Penggandaan Foton terdiri dari tabung kaca hampa udara yang sebagian

dindingnya terbuat dari kuarsa, bagian dalam terdiri dari Katoda yang permukaannya dilapisi
suatu bahan yang akan mengeluarkan electron bila dikenai sinar. Selanjutnya sejumlah elektroda
yaitu Dynode yang diberi tegangan listrik dan yang dapat mengeluarkan elektron bila
permukaannya dikenai berkas elektron yang dipercepat, rangkaian listrik yang meliputi katoda,
sumber arus 900 Volt dan pembagi tegangan untuk 9 dynode (masing-masing 90 Volt), tahanan,
penguat arus (amplifier) dan pencatat (recorder). Apabila berkas sinar dengan intesitas P (dari
sumber cahaya spark) jatuh pada permukaan katoda maka lapisan yang melapisi katoda akan
melepaskan electron. Berkas electron ini akan bergerak dengan percepatan kepermukaan dinoda
1 yang mempunyai tegangan 90 Volt lebih positif dari katoda. Tiap electron yang jatuh pada
permukaan dynode 1 akan menyebabkan dikeluarkannya lebih dari satu electron dari permukaan
dynode 1 itu. Elektron dari dynode 1 akan bergerak dengan percepatan kepermukaan dynode 2
yang juga 90 Volt lebih positif dari dynode 1, tiap electron yang jatuh kepermukaan dynode 2
akan melepaskan lebih dari satu electron. Elektron dari permukaan dynode 2 akan menuju
kepermukaan dynode 3 yang juga 90 Volt lebih positif, dan seterusnya.
Setelah proses tersebut berlangsung 9 kali (pada 9 dynode) maka untuk setiap
fotton,sinar yang jatuh pada permukaan katoda akan dibebaskan 106 107 elektron yang
akan terkumpul pada Anoda. Arus listrik yang telah mengalami pengutan (didalam
tabung, karena adanya dynode) disalurkan melalui rangkaian untuk diperkuat lebih
lanjut. Berikut ini gambaran mengenai Photomultiplier tube :
Diposkan oleh AdHy's Blog di 22.44 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

AAS ( Atomic Absorpstion Spectrofotometer)


Instrumen komersial SSA atau AAS dipasarkan di awal tahun 1960. Saat ini,
Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menjadi metode analisis paling penting untuk menentukan
kadar logam .
Pada dasarnya peralatan pada SSA tidak jauh berbeda dengan spektrofotometer UV-VIS.
Perbedaannya terletak pada:
- Sumber cahaya pada SSA menggunakan lampu katoda (Hollow Cathode Lamp, HCL) yang
memancarkan spektrum garis yang tajam.
- Partikel contoh berupa atom bebas
- Monokromator terletak di belakang media absorpsi

AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom
(SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam
keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar
tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar
oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar
ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom
(SSA). Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul
adalah peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya:
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu:
1. Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)
2. Sumber radiasi
3. Sistem pengukur fotometri
Sistem Atomisasi dengan nyala
Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi
sampeldan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrument sumber atomisasi ini adalah
nyata dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk
aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh
ruang penyemprot (chamber spray).
Ada banyak variasi nyala yang telah dipakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom.
Namun demikian yang saat ini menonjol dan diapakai secara luas untuk pengukuran analitik
adalah udara asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis
yang sesuai untuk kebanyakan analit (unsur yang dianalisis) dapat sintetikan dengan
menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.
Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS. Temperature nyalanya yang
lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar
pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.
Nitrous oksida-asetilen

Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan
sulit terurai. Hal ini disebabkan temperature nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur
tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, Ti, V dan W.
Sistem Atomisasi tanpa Nyala (dengan Elektrotermal/tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi
kelemahan dari sistem nyala seperti sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel.
Ada tiga tahap atomisasi dengan metodeiniyaitu:
1. Tahap pengeringan atau penguapan larutan
2. Tahap pengabutan atau penghilangan senyawa-senyawa organic
3. Tahap atomisasi
Unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan
unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan GFAAS tungsten: Hf, Nd, Ho, La, Lu Os, Br, Re, Sc,
Ta, U, W, Y dan Zr. Hal ini disebabkan karena unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
Seperti halnya pada peralatan spektrofotometer, pada SSA pun terdapat dua sistem berkas
cahaya. Sistem berkas tunggal (Single Beam) dan sistem berkas ganda (Double Beam). BagianBagian dari AAS :
1. Sumber Cahaya
Cara analisis yang berdasarkan absorpsi atom sangat selektif karena garis spektrum absorpsi
atom sangat sempit sekali (0,002 0,005 nm) dan energi transisi atom suatu unsur sangat khas.
Hal ini disebabkan tidak adanya konfigurasi elektron suatu atom sama dengan atom unsur lain.
Cahaya dihasilkan dari cahaya emisi suatu unsur yang sedang dianalisis. Sumber cahaya yang
dapat dipakai adalah:
- Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp HCL)
- Electrodeless Discharge Lamp (EDL)
- Continuum Source, High Pressure Xenon Arc.
Lampu katoda terbuat dari gelas yang didalamnya terdapat katoda (suatu logam
berbentuk tabung mengandung unsur kimia yang akan dieksitasi) dan sebuah anoda yang terbuat
dari cobalt. Lampu diisi gas argon atau neon pada tekanan rendah (1 5 torr). Bila lampu

dihubungkan dengan tegangan tinggi 300 volt dan kuat arus 5 15 mA, maka sebagai
permulaan, katoda (kutub negatif) memancarkan berkas elektron yang akan menuju ke anoda
dengan kecepatan dan energi tinggi. Dalam perjalanannya, elektron akan menabrak atom gas (Ne
atau Argon) yang mengakibatkan atom tersebut kehilangan elektronya (terjadi ion gas). Ion
positif gas akan menumbuk katoda dengan kecepatan dan energi tinggi.
Akibat dari tumbukan tersebut, atom-atom dari katoda akan terlempar ke luar (sputtered)
dari permukaan. Atom-atom tersebut kemudian akan tereksitasi (akibat energi tumbukan dengan
ion positif gas mulia) dan memancarkan sinar emisi yang -nya tertentu sesuai dengan unsur
pada katoda. Dengan demikian, kita tinggal memilih unsur pada katoda agar sama dengan unsur
yang akan kita tetapkan. Katoda biasanya dikelilingi dengan perisai dari mika, bahan silikat atau
gelas. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin pemakaian yang baik dari sinar katoda. Anoda
dibuat beberapa bentuk, ada yang berbentuk cincin yang mengelilingi mulut katoda atau seperti
bendera (lempeng) dekat mulut katoda atau ada juga berbentuk kawat atau batang yang
diletakkan pada posisi yang serasi. Bahan yang digunakan sebagai jendela lampu sangat penting,
diusahakan agar dapat mentransmisikan garis-garis spektrum dari sinar katoda. Tiga bahan yang
biasa digunakan adalah: kuarsa, pyrex dan suprasil yang dapat mentransmisikan sinar-sinar
tertentu. Dari ketiga bahan tersebut, hanya kuarsa yang dapat digunakan dengan baik untuk
daerah UV-Vis. Pada umumnya lampu katoda akan stabil setelah dipanaskan 5 menit, akan
tetapi bila ingin teliti, sebaiknya lebih lama. Umur dari lampu ini 5000 miliamper jam atau 2
tahun bila dioperasikan pada kuat arus 5 mA. Selain monoelemen ada juga lampu multielemen
yaitu lampu katoda yang terdiri dari beberapa unsur sehingga dapat digunakan untuk menetapkan
beberapa unsur, misalnya:
Ca Mg
Cu Fe Mn
Cu Fe Ni
Co Cr Cu Fe Mn Ni
Kombinasi dari unsur-unsur yang tidak dapat dibuat apabila mempunyai garis resonansi
saling menutup atau sangat berdekatan sekali. Yang perlu diperhatikan pada pemakaian lampu
katoda adalah:
- Jangan menggunakan arus melebihi batas maksimum seperti yang dituliskan oleh pembuatnya
pada manual penggunaan lampu

- Cara memegang lampu katoda, harus pada bagian yang tepat.


2. Sistem Atomisasi
2.1 Atomisasi menggunakan pembakar
Seperti halnya pada flamefotometer, pada SSA pun contoh sebelum masuk ke pembakar
perlu dikabutkan terlebih dahulu. Udara bertekanan dari kompresor sebagai oksidan ditiupkan ke
dalam ruang pengkabut (nebulizer) sehingga akan mengisap larutan contoh dan membentuk
aerosol yang kemudian dicampur dengan bahan bakar. Kabut halus dari aerosol diteruskan ke
pembakar, sedangkan butir-butir yang besar akan mengalir ke luar melalui pembuangan.
Bentuk pembakar sangat spesifik, yaitu berupa celah sempit dengan panjang 10 12 cm,
sehingga dihasilkan nyala yang panjang. Pembakar dapat digerakkan secara vertikal maupun
horizontal. Gerakan naik turun untuk mendapatkan bagian nyala yang paling banyak
mengandung contoh dalam bentuk atom bebas yang dilalui oleh sinar dari lampu katoda,
sehingga didapatkan absorpsi maksimum. Gerakan horizontal untuk mengatur ketebalan media
(gerak putar dapat 90) sehingga bila contoh terlalu pekat (A terlalu besar) kita tidak perlu
mengencerkan, cukup kita putar agar t diperkecil.

2.2 Atomisasi Tanpa Nyala (Memakai tungku grafit)


Pemakaian nyala api sebagai alat atomisasi merupakan model yang paling banyak dipakai.
Sebenarnya pemakaian nyala api mempunyai beberapa kekurangan, yaitu:
- Efisiensi pengatoman di dalam nyala adalah rendah sehingga membatasi tingkat kepekaan
analisis yang dapat dicapai
- Penggunaan gas yang banyak, bahaya ledakan
- Jumlah contoh yang diperlukan relatif banyak
Untuk menutupi kekurangan tersebut, sekarang mulai digunakan tungku grafit yang
dipanaskan dengan listrik (electrical thermal).
Terjadi beberapa tahapan pada proses atomisasi secara graphite furnace:
1. Pengeringan (Drying)
Dilakukan pemanasan pada suhu rendah ( 100C) untuk menghilangan pelarut.
2. Pirolisis Suhu dinaikkan pada 300 800C, sehingga molekul-molekul senyawa organik dan
senyawa anorganik mengalami pirolisis (pemecahan tanpa oksigen). Uap/gas hasil pirolisis
keluar dari alat atomisasi dan yang tinggal adalah senyawa anorganik yang stabil dan atom
logam bebas.
3. Atomisasi Pada tahap ini, tungku grafit dipanaskan sampai 2500C (tergantung unsur yang
sedang dianalisis) untuk menguraikan senyawa yang tersisa menjadi atom bebas sehingga dapat
mengabsorpsi berkas sinar katoda yang dilewatkan. Waktu tahapan atomisasi tidak boleh terlalu
lama, karena akan mempengaruhi waktu hidup tungku grafit.
4. Pembersihan Suhu dinaikkan hingga 2700C, sehingga contoh maupun kotoran menjadi
bentuk gas yang bisa dibawa oleh aliran gas argon. Dengan demikian pada permukaan tungku
grafit tidak lagi tersisa pengotor.

3. Sistem Optik

Komponen optik yang ada di SSA dapat dibagi dalam dua bagian, monokromator dan sistem
lensa
3.1 Monokromator
Monokromator pada SSA berfungsi sebagai pemilih panjang gelombang cahaya () yang
akan digunakan dalam penetapan. Cahaya polikromatis yang keluar/ditransmisikan dari nyala
akan dijadikan monokromatis, kemudian dijatuhkan ke detektor. Monokromator yang biasa
digunakan adalah grating yang sering dikombinasikan dengan prisma. Cahaya polikromatis akan
didispersikan oleh alat ini, kemudian yang diinginkan dilewatkan melalui sebuah slit. Gambar
18 menunjukkan jalannya sinar pada monokromator grating dan prisma.
Pemilihan lebar slit sangat penting, bila slit makin sempit cahaya akan makin monokromatis,
tetapi jumlah cahaya yang jatuh ke detektor makin sedikit, sehingga diperlukan penguatan yang
makin besar dan akan memperbesar noise. Sebaliknya bila makin lebar, jumlah cahaya yang
jatuh pada detektor akan semakin banyak, arus yang dihasikan makin kuat. Akan tetapi
kelemahan utamanya, bila ada panjang gelombang yang berdekatan dengan yang berdekatan
dengan analat yang sedang ditetapkan akan terjadi gangguan. Lebar slit yang tepat untuk sebuah
metode analisis dapat dilihat pada manual book atau cookbook. Monokromator yang lebih baik
adalah tipe gabungan gratting dan prisma yang dinamakan echelle grating.
3.2. Lensa dan cermin yang memfokuskan cahaya radiasi dari HCL, mula-mula pada daerah
atomisasi (nyala, grafit, tabung kuarsa) kemudian slit masuk monokromator dan detektor. Pada
SSA slit yang dipakai mempunyai bandwidth 0,2 -2 nm.
4. Detektor
Fungsi dari detektor ini ialah mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Detektor
yang banyak digunakan pada SSA ialah Photo Multiflier Tube (PMT). Detektor ini sangat
sensitif untuk cahaya UV dan tampak. Gambar 13 memperlihatkan bagan dari PMT.
Photo Emissive Cathode dilapisi zat yang sangat peka terhadap cahaya, misalnya campuran Na|
K|Cs|Sb atau Ag|O|Cs atau Ga|In|As. PMT dihubungkan dengan arus DC 90 V (Gambar 20 (b)).
Bila ada cahaya jatuh ke katoda maka akan dibebaskan sebuah elektron. Setelah elektron-

elektron itu jatuh pada permukaan dinoda 1, tiap elektron tersebut akan menyebabkan
dikeluarkannya beberapa elektron dari permukaan dinoda 1. Elektron-elektron dari dinoda 1 itu
akan dipercepat ke arah dinoda 2. Lagi, setiap elektron yang jatuh pada permukaan dinoda 2 itu
akan menyebabkan dikeluarkannya beberapa elektron dari permukaan dinoda 2 tersebut. Setelah
proses ini terjadi 9 kali (pada 9 dinoda), maka untuk setiap foton sinar yang jatuh pada
permukaan katoda akan dibebaskan 106 hingga 107 elektron yang telah terkumpul pada anoda.
Arus listrik ( arus elektron) yang telah mengalami penguatan ini disalurkan melalui resistor,
untuk diperkuat lebih lanjut (oleh amplifier) dan akhirnya diukur.
5. Sistem Pembacaan
Sesuai dengan perkembangan IPTEK, sistem pembacaan yang pada awalnya berupa
sistem analog sudah berubah menjadi sistem digital, arus listrik langsung diubah sebagai nilai
pembacaan dalam skala %T atau A. Dari hasil pengamatan sesuai dengan persamaan LambertBeer, dapat dibuat kurva kalibrasinya. Kepekatan contoh kemudian bisa dihitung berdasarkan
nilai absorban contoh dan slope. Instrumen SSA terbaru selalu dilengkapi dengan sistem
komputer yang disertai perangkat lunak untuk mengatur alat, menampilkan data hasil
pengamatan, sampai membuat kurva dan menghitung kadar contoh atau perhitungan yang lain.

Gangguan
Gangguan didefinisikan sebagai suatu pengaruh dari komponen matriks pada hasil analisis.
Gangguan menyebabkan perbedaan kelakuan pada sampel dan larutan kalibrasi. Gangguan dapat
dibagi menjadi dua golongan: gangguan spektra dan gangguan nonspektra.
1. Gangguan Spektra (Spectral Interference), menyebabkan kenaikan absorpsi :
a. Spektra Latar Belakang (Background Spectral) Disebabkan oleh penghamburan partikel dalam
atomisasi atau absorpsi molekuler, antara lain disebabkan oleh sulitnya pemecahan oksida,
hidroksida atau halida. Dapat ditanggulangi menggunakan lampu D2.
b. Adanya dari unsur lain yang sangat dekat dengan analit seperti berikut:
Cd 288,802 nm diganggu As 288,812 nm
Mg 285,213 nm diganggu Fe 285,179 nm
Zn 213,856 nm diganggu Fe 213, 859 nm dan Cu 213,850 nm

Gangguan tersebut sulit dihilangkan, cara mengatasinya adalah dengan melakukan pengukuran
pada lainnya, walaupun biasanya akan memberikan hasil yang kurang sensitif.
2.

Gangguan Nonspektra (Nonspectral interference) menyebabkan kenaikan atau penurunan


absorpsi.

2.1 Gangguan Transportasi


Biasa juga disebut sebagai gangguan fisika, karena penyebab gangguan jenis ini adalah
sifat-sifat fisika (tegangan permukaan, kekentalan dan berat jenis). Sifat ini mempengaruhi mulai
dari proses pengisapan pada pipa kapiler, pembentukan aerosol dan pengalirannya ke dalam
nyala. Pelarut organik memberikan efek positif (hasil yang lebih besar) dikarenakan mempunyai
berat jenis, tegangan permukaan dan kekentalan yang lebih rendah dibandingkan air. Tegangan
permukaan yang lebih rendah akan membentuk butir aerosol yang lebih halus, sehingga lebih
banyak yang masuk ke dalam flame. Garam anorganik, asam anorganik dan molekul organik
makro (protein, gula) akan membentuk butir yang lebih besar sehingga bagian yang masuk ke
dalam flame akan lebih sedikit, hal ini akan mengurangi sensitifitas dan menyebabkan efek
negatif (hasil yang lebih kecil).
2.2 Gangguan ionisasi
Adanya atom dari unsur yang mudah terionisasi pada suhu flame, akan menyebabkan
gangguan kesetimbangan pembentukan ion dan atom dari unsur yang sedang ditetapkan, terlebih
bila kepekatan unsur pengganggu cukup besar, misalnya Na.
M M+ + e (contoh) Na Na+ + e (pengganggu) Elektron dari Na akan menggeser kesetimbangan
pertama ke kiri. Dengan demikian jumlah atom yang terbentuk seolah lebih besar sehingga
menyebabkan absorpsi cahaya akan naik dan terjadi kesalahan positif. Untuk menanggulanginya,
digunakan larutan buffer radiasi misalnya larutan CsCl dan SrCl2.
2.3 Gangguan Emisi
Atom bebas dapat tereksitasi bila menyerap sejumlah energi baik energi cahaya maupun
energi panas (flamefotometri), sehingga pada saat kembali ke keadaan dasar, akan melepaskan
cahaya emisi. Karena cahaya emisi sama dengan cahaya yang ditransmisikan (dari HCL),

gangguan jenis ini tidak dapat dihilangkan oleh monokromator. Untuk menanggulangi gangguan
ini digunakan modulator. Ada 2 jenis sistem modulasi: a. Modulasi elektronik Oleh modulator
sinar dari HCL dibuat berkedip pada frekuensi tertentu, sehingga saat diterima detektor akan
dihasilkan arus yang gambarnya seperti pada gambar 23a, yang identik dengan kurva arus bolakbalik. Sedangkan sinar emisi yang berasal dari flame, merupakan sinar kontinu sehingga bila
diterima detektor akan dihasilkan kuat arus yang tetap seperti pada gambar 23b, yang identik
dengan kurva arus searah. Dengan penyaringan menggunakan suatu alat, yang masuk ke dalam
sistem pembacaan hanya berupa arus bolak balik (It), sedangkan arus searah (cahaya emisi)
dihilangkan. Modulasi elektronik digunakan dalam SSA single beam (lihat gambar 10a). b.
Modulasi mekanik
Sistem modulasi mekanik terdapat pada SSA Double Beam (Gambar 10b). Oleh chopper, cahaya
yang masuk ke dalam flame akan dibuat gelap terang (tertahan baling-baling). Dengan demikian
cahaya transmisi (It) pun menjadi gelap terang. Saat diterima oleh detektor akan dihasilkan kurva
arus bolak-balik. Sedangkan yang berasal dari cahaya emisi dihasilkan kurva arus searah. Yang
diteruskan hanya It.

SPEKTROFOTOMETRI EMISI ATOM


(AES)

Pendahuluan
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan spektrofotometer.
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.Spektofotometer adalah
alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan sumber eksitasi selain
nyala api seperti busur listrik atau bunga api. Belakangan ini sumber eksitasi yang sering digunakan
adalah plasma argon. Metode ini bersifat spesifik dan peka. Metode memerlukan persiapan sampel yang
minimum, seperti sampel dapat langsung diletakkan pada sumber eksitasi. Gangguan unsur-unsur lain
pada temperatur eksitasi lebih tinggi, namun semuanya tidak berarti. Karena pada saat yang sama dapat
diambil spektrum dari dua unsur atau lebih. Keterbatasannya adalah perekaman yang dilakukan pada

kertas fotografi, yang perlu dicetak dan diinterprestasi. Intensitas radiasi tidak selalu reprodusibel dan
kesalahan relatif melebihi 1-2% (Khopkar, 1990).
Sumber eksitasi sangat berpengaruh terhadap bentuk dan intensitas emisi. Selain menyediakan
energi yang cukup untuk menguapkan sampel, sumber juga menyebabkan eksitasi elektronik partikelpartiekl elementer dalam gas. Garis spektrum kejadiannnya yang terakhir inilah berguna untuk analisis
spektroskopi emisi. Molekul tereksitasi pada fase gas mengemisi spektrum, yaitu akibat transisi dari suatu
energi tereksitasi (E2) ke suatu tingkat energi yang lebih rendah (E1) dengan pemancaran (emisi) foton
dengan energi hv.
hv = E2 E1
Pada masing-masing tingkat elektronik suatu molekul, terdapat sejumlah subtingkat vibrasi, rotasi dengan
energi yang berbeda, sehingga radiasi molekul tereksitasi meliputi sejumlah frekuensi yang terkumpul
dalam pita-pita; masing-masing pita sesuai dengan suatu transisi dari suatu tingkat tereksitasi ke tingkat
energi elektronik lain yang lebih rendah. Sedangkan atom tereksitasi atau ion monoatom pada fase gas
mengemisikan spektrum garis. Pada spektrum suatu spesies monoatomik tidak dijumpai struktur halus
(fine structure) vibrasi dan rotasi, sehingga spektrum emisi merupakan suatu deret frekuensi individual
myang sesuai dengan transisi antara berbagai tingkat energi elektronik. Suatu garis spektrum mempunyai
ketebalan spesifik. Spektrum emisi, absorpsi atau pendar-fluor partikel atom terdiri dari garis-garis sempit
tertentu tempatnya yang berasal dari transisi elektronik elektron terluar (Khopkar, 1990).
Pengukuran dengan spektroskopi emisi dapat dimungkinkan karena masing-masing atom
mempunyai tingkat energi tertentu yang sesuai dengan posisi elektron. Pada keadaan normal, elektronelektron ini berada pada tingkat dasar dengan energi terendah. Penambahan energi baik secara termal
maupun elektrikal, menyebabkan satu atau lebih elektron diletakkan pada tingkat energi lebih tinggi,
menjauh dari inti. Elektron tereksitasi ternyata lebih suka kembali ke tingkat dasar dan pada proses ini
kelebihan energi dipancarkan dalam bentuk energi radiasi foton. Jika energi eksitasinya semakin besar,
maka energi emisinya juga semakin besar. Absorpsi sendiri (self absorpsion) kadangkala menurunkan
intensitas emisi. (Khopkar, 1990).

Orbital-orbital yang terlihat dalam transisi elektronik


Tidak semua transisi dari orbital terisi ke orbital tak terisi terjadi. Di mana transisi adalah
forbidden, maka kebolehjadian terjadinya transisi adalah rendah dan intensitas jalur serapnyapun
rendah.
Karena elektron dalam molekul memiliki tenaga yang tak sama, maka tenaga yang diserap
dalam proses eksitasi dapat menyebabkan terjadinya 1 atau lebih transisi tergantung pada jenis elektron
yang terlihat.

Instrumentasi

Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik
sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut spectrometer atau spektrofotometer. Spektrofotometer
sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkam sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Materi akan diuji juga bertindak sebagai elektroda bila materi tersebut tahan temperature tinggi.
Selain itu sampel diletakkan dalam suatu bintik kecil pada elektroda grafit atau karbon. Elektroda yang
lebih rendah biasanya adalah elektroda positif. Medium pengurai sinarnya dalam spektrograf dapat
berupa prisma, grafiting ataupun celah sempit (slit). Slit harus lurus dan bersih. Suatu plat fotografi dapat
merekam daerah spectrum 200-800 nm. Susunan prisma dapat beupa tipae cornu atau tipe littrow.
Beberapa peralatan menggunakan tipe grating dengan liputan spectrum 220-780 nm. Proses fotografi
utnuk merekam intensitas garis masih sering dilakukan.
Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari
sinar putih dapt lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun
celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan
berbagai filter dengan berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar
monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya
seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengarbsorbsi untuk larutan sample dan blangko ataupun pembanding.
Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi radiasi, energi kimia, dan
energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang karakteristik untuk setiap unsur (atau persenyawaan), dan
besarnya perubahan yang terjadi biasanya sebanding dengan jumlah unsur atau persenyawaan yang
terdapat di dalamnya. Di dalam kimia analisis yang mendasarkan pada proses interaksi itu antara lain
cara analisis spektrofotometri atom yang bisa berupa cara emisi dan absorbsi (serapan) (Sudjadi, 2007).
Pada cara emisi, interaksi dengan enegi menyebabkan eksitasi atom yang mana keadaan ini tidak
berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian atau akan kembali
ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian atau seluruh energi eksitasinya dalam bentuk radiasi.
Frekuensi radiasi yang dipancarkan bersifat karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding
dengan jumlah atom yang tereksitasi dan yang mengalami proses deeksitasi. Pemberian energi dalam
bentuk nyala merupakan salah satu cara untuk eksitasi atom ke tingkat yang lebih tinggi. Cara tersebut
dikenal dengan nama spektrofotometri emisi nyala. (Sudjadi, 2007).
Pada absorbsi, jika pada populasi atom yang berada pada tingkat dasar dilewatkan suatu berkas radiasi
maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom tersebut. Frekuensi radiasi yang paling

banyak diserap adalah frekuensi radiasi resonan dan bersifat karakteristik untuk tiap unsur. Pengurangan
intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat dasar (Sudjadi, 2007).

Proses Pengukuran
Sebagian besar metode spektroskopi dibedakan sebagai atom atau molekul didasarkan pada apakah
digunakan atau tidak untuk atom atau molekul. Seiring dengan perbedaan itu, keduanya dapat
diklasifikasikan pada sifat interaksi sebagai berikut :
Penyerapan spektroskopi menggunakan kisaran spektrum elektromagnetik di mana suatu zat menyerap.
Ini termasuk spektroskopi serapan atom dan molekul berbagai teknik, seperti inframerah, ultraviolettampak dan spektroskopi gelombang mikro .
Emisi spektroskopi menggunakan berbagai spektrum elektromagnetik substansi yang dapat memancar.
Zat yang pertama harus menyerap energi. Energi ini bisa dari berbagai sumber, yang menentukan nama
emisi berikutnya, seperti luminescence. Luminescence teknik molekuler termasuk spectrofluorimetry .

Spektroskopi Emisi Atom (AES)


Spektroskopi emisi atom (AES) adalah metode analisis kimia yang menggunakan intensitas
cahaya yang dipancarkan dari api, plasma , atau percikan pada panjang gelombang tertentu untuk
menentukan jumlah suatu unsur dalam sampel. Panjang gelombang dari garis spektral atom memberikan
identitas elemen sedangkan intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan jumlah atom unsur.
AES menyerap cahaya menggunakan atom bebas. AES adalah instrumen yang menggunakan
prinsip ini, bertujuan untuk menganalisis konsentrasi logam dalam larutan. Zat dalam suatu larutan
mengalami penguapan, dan dipecah menjadi atom terfragmentasi menjadi nyala atau plasma.
Dalam emisi atom, sampel terkena energi tinggi, lingkungan termal untuk menghasilkan atom
keadaan tereksitasi, yang mampu memancarkan cahaya. Sumber energi bisa menjadi busur listrik, api,
atau lebih baru-baru ini, sebuah plasma. Spektrum emisi dari elemen terkena seperti sumber energi
terdiri dari kumpulan panjang gelombang emisi yang diijinkan, biasanya disebut garis emisi, karena sifat
diskrit dari panjang gelombang dipancarkan. Spektrum emisi ini dapat digunakan sebagai karakteristik
yang unik untuk identifikasi kualitatif elemen. Atom emisi dengan menggunakan busur listrik telah banyak
digunakan dalam teknik analisis. Emission kualitatif juga dapat digunakan untuk menentukan berapa
banyak elemen hadir dalam sampel. Untuk analisis kuantitatif, intensitas cahaya yang dipancarkan pada
panjang gelombang elemen yang akan ditentukan diukur. Intensitas emisi pada panjang gelombang ini
akan lebih besar sebagai nomor atom dari unsur analit meningkat. Teknik fotometri nyala api adalah
sebuah aplikasi dari emisi atom untuk analisis kuantitatif.
Elektroda yang biasa digunakan untuk berbagai bentuk AES adalah grafit. Grafit merupakan
pilihan yang baik untuk bahan elektroda karena konduktif. Logam yang digunakan sebagai elektroda
akan dpakai selama pemakaian dan logam yang dipakai tentunya tidak boleh mengganggu proses.

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan panjang gelombang garis intens dari sampel
elemen telah diketahui. Pada umumnya setidaknya ada tiga baris intens sampel yang harus cocok
dengan elemen sudah diketahui untuk menyimpulkan bahwa sampel mengandung elemen-elemen
tersebut.

Gambar 1. Skema Percobaan AAS

Cara Kerja
Seperti dalam spektroskopi AAS, sampel harus dikonversi menjadi atom bebas, biasanya dalam suhu
eksitasi sumber yang tinggi. Sampel cair adalah nebulasi dan dibawa ke sumber eksitasi oleh gas yang
mengalir. sampel padat dapat diperkenalkan ke sumber oleh lumpur atau ablasi laser dari sampel solid di
dalam aliran gas. Zat padat juga dapat langsung menguap oleh percikan antara elektroda. Sumber
eksitasi harus dilarutkan, memisahkan menjadi atom.
Spektrum emisi dapat digunakan untuk menentukan komposisi material, karena berbeda untuk
setiap elemen dari tabel periodik . Karakteristik spektrum emisi dari beberapa elemen secara jelas terlihat
dengan mata telanjang ketika elemen-elemen yang dipanaskan. Sebagai contoh, ketika kawat platina
dicelupkan ke dalam strontium nitrat dan kemudian dimasukkan ke dalam api, atom strontium
memancarkan warna merah. Demikian pula, ketika tembaga dimasukkan ke dalam api, api menjadi hijau.
Karakteristik ini pasti memungkinkan elemen yang akan diidentifikasi dengan spektrum emisi atom
mereka. Tidak semua lampu yang dipancarkan oleh spektrum dapat dilihat dengan mata telanjang, juga
termasuk sinar ultra violet dan infra merah lampu, emisi yang terbentuk ketika gas bersemangat dilihat
secara langsung meskipun suatu spektroskop.
Metode ini menggunakan eksitasi nyala api; di mana atom bebas dengan panas api untuk
memancarkan cahaya. This method commonly uses a total consumption burner with a round burning
outlet. Metode ini biasanya menggunakan burner konsumsi total dengan outlet terbakar bulat. A higher
temperature flame than atomic absorption spectroscopy (AA) is typically used to produce excitation of
analyte atoms. Sebuah api suhu yang lebih tinggi daripada spektroskopi serapan atom (AAS) biasanya
digunakan untuk menghasilkan eksitasi atom analit. Since analyte atoms are excited by the heat of the
flame, no special elemental lamps to shine into the flame are needed. Karena atom analit sangat sensitif
oleh panas api, tidak ada lampu elemen khusus untuk bersinar ke dalam api diperlukan. A high resolution
can be used to produce an emission intensity vs. spectrum over a range of wavelengths showing multiple
element excitation lines, meaning multiple elements can be detected in one run. Sebuah resolusi tinggi

polikromator dapat digunakan untuk menghasilkan intensitas emisi vs panjang gelombang spektrum
memiliki rentang panjang gelombang eksitasi unsur yang menunjukkan jalur ganda, yang berarti
beberapa elemen dapat dideteksi dalam satu kali. Alternatively, a can be set at one wavelength to
concentrate on analysis of a single element at a certain emission line. Cara lainnya, monokromator dapat
diatur pada satu panjang gelombang untuk berkonsentrasi pada analisis elemen tunggal pada garis emisi
tertentu. Plasma emission spectroscopy is a more modern version of this method. Plasma spektroskopi
emisi adalah versi lebih modern dari metode ini.

Gambar 3. Alat ICP-AES


See for more details.ICP-AES adalah salah satu spektroskopi atom dengan beberapa teknik analisis
yang tersedia. ICP-AES memanfaatkan plasma sebagai atomisasi dan sumber eksitasi. Plasma adalah
suatu elektrik netral, terionisasi menjadi gas yang terdiri dari ion, elektron, dan atom. Matahari, petir, dan
aurora borealis adalah contoh plasma yang ditemukan di alam.
Sumber emisi atom yang sempurna akan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.

Lengkap dengan penghapusan sampel dari dalam matriks aslinya rangka dengan meminimalkan

2.

interferensi.
Adanya proses atomisasi tetapi minimum dalam proses ionisasi dari semua elemen yang akan

3.

dianalisis.
Terdapat sebuah sumber energi untuk mengontrosl eksitasi, yang memungkinkan energi yang tepat

4.

diperlukan untuk merangsang semua elemen tanpa ionisasi yang cukup.


Terdapat suatu lingkungan kimia yang inert, yang menahan pembentukan molekul yang tidak diinginkan

5.

yang mempengaruhi keakuratan pengukuran.


Terdapat suatu sumber yang dapat menangani berbagai pelarut, baik organik maupun anorganik di

6.
7.
8.

alam.
Memiliki sebuah sumber yang disesuaikan untuk menangani zat padat, cairan, atau gas.
Murah untuk membelinya dan pemeliharaannya.
Mudah dioperasikan.
Dalam spektroskopi optik, energi diserap untuk memindahkan elektron ke tingkat energi yang
lebih besar atau energi yang dipancarkan sebagai elektron bergerak dari tingkat yang lebih besar
energinya ke kurang dalam bentuk foton. Panjang gelombang dari energi radiasi yang dipancarkan

secara langsung berkaitan dengan transisi elektronik yang telah terjadi. Karena setiap elemen struktur
elektronik adalah unik, panjang gelombang cahaya yang dipancarkan adalah properti unik dari setiap
elemen individu. Sebagai konfigurasi orbit dari atom besar mungkin rumit, ada banyak transisi elektronik
yang dapat terjadi, setiap transisi mengakibatkan emisi panjang gelombang karakteristik cahaya.
Dalam emisi atom, sampel dikondisikan pada energi tinggi, lingkungan termal untuk
menghasilkan atom dalam keadaan tereksitasi, yang mampu memancarkan cahaya. Sumber energi
dapat menjadi busur listrik, api, atau lebih baru-baru ini, plasma. Spektrum emisi adalah elemen terpapar
seperti sumber energi terdiri dari kumpulan panjang gelombang emisi yang diijinkan, biasanya disebut
garis emisi, karena sifat diskrit panjang gelombang yang dipancarkan. Spektrum emisi ini dapat
digunakan sebagai karakteristik yang unik untuk identifikasi kualitatif elemen. Atom emisi yang
menggunakan busur listrik telah banyak digunakan dalam teknik analisis. Emisi kualitatif juga dapat
digunakan untuk menentukan berapa banyak elemen ada dalam sampel. Untuk kuantitatif "analisis",
intensitas cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang dari elemen harus ditentukan dan diukur.
Intensitas emisi pada panjang gelombang ini akan bertambah besar sebagai jumlah atom pada analit
yang meningkat.. Teknik flame photometry adalah aplikasi dari emisi atom untuk analisis kuantitatif.

Metode Eksitasi
Nyala, busur api arus bolak-balik (AC arc), busur api arus searah (DC arc) dan bunga api arus
bolak-balik (AC spark) merupakan metode-metode lazim untuk eksitasi. Masing-masing metode meliuti
pemasukan sampel ke dalam sumber dalam bentuk teruapkan dan eksitasi elektron ke tingkat energy
lebih tinggi. Eksitasi nyala sebaiknya didiskusikan pada fotometri nyala.
Pada DC arc, dengan tegangan 50-300 volt dihasilkan temperature 4000-8000 0K. Emisinya
adalah akibat atom netral. Arus yang digunakan berkisar antara 1-300 ampere. Busur api DC timbul di
antra elektroda karbon, grafit, elektroda kadangkala dapat diamati kerlap-kerlip busur api tersebut antara
elektroda. Penguapan selektif dapat saja terjadi. Busur api adalah sumber sensitif, terutama untuk deteksi
konsentrasi rendah. Kepekaan busur api DC dapat dinaikan dengan suatu alat pendukung. Busur api AC
menggunakan beda potensial 1000 bolt atau lebih. Elektroda api diberi jarak antara 0,5-3 mm. Untuk
mendapatkan hasil reprodusibel, jarak pemisahan antara dua elektroda, tegangan dan arus harus benarbenar dikendalikan. Busur api AC lebih stabil dibandingkan busur api dc lebih besar daripada busur api
ac, menghasilkan energy eksitasi lebih tinggi. Transfer tegangan tinggi 10-50 kV antara dua elektroda
menghasillkan api. Bunga api lebih baik daripada busur api bila yang dikehendaki adalah presisi yang
tinggi. Transfer tegangan tinggi 10-50 kV antara dua elektroda menghasilkan api. Bunga api lebih baik
daripada busur api bila yang dikehendaki adalah presisi yang tinggi. Sedangkan busur api lebih baik bila
dikehendaki kepekaan yang tinggi. Bunga api mengeksitasikan jumlah spektrum ion. Bersifat reprodisibel,
jarak pemisahan antara dua elektroda menghasilkan api. Bunga api mengeksitasikan jumlah spectrum
ion. Bersifat reprodisibel, stabil dan dengan sampel berjumlah sedikit. Larutan berkonsentrasi tinggi dapat
digunakan tetapi efek pemanasannya berkurang. Ia berguna untuk analisis dengan titik leleh rendah. Pita

sianogen tidak mengganggu pengukuran. Kelemahannya metode tersebut ialah dapat memberikan
indikasi yang tidak representative dari suatu konsentrasi zat.

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif dengan Spektroskopi Emisi


Unsur yang terdapat dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan membandingkan spectrum
sampel dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan membandingkan spectrum sampel dengan
spectrum zat murni atau degnan mengukur panjang gelombang garis dan memperhatikan unsur elemen
yang bersesuaian dalam tabel. Jika tiga atau lebih garis-garis suatu unsure yang bersesuaian dalam
tabel. Jika tiga atau lebih garis-garis suatu unsure teridentifikasi, maka ini sudah cukup untuk suatu
identifikasi. Garis-garis RU (rares ultimates) dan RU powder adalah garis dari masing-masing unsur yang
hilang terakhir kali apabila konsentrasi unsur-unsur berkurang secara bertahap. Ini adalah garis-garis
yang persisten. Garis-garis ini berguna untuk mendeteksi konsentrasi yang rendah. Bubuk dari 50 unsurunsur menunjukan RU (rares ultimates) sehingga disebut juga RU powder. Garis ini dapat digunakan
sebagai penolong tambahan untuk mengidentifikasi unsur-unsur.
Dalam analisis kuantitatif, umumnya metode standar dalam digunakan. Dengan metode ini kondisi seperti
waktu penyinaran tidaklah perlu terlalu dikendalikan. Pada cara stnadar dalam, intensitas sampel diukur
dan dibandingkan dengan garis standar dalam. Ini dapt berupa salah satu garis yang sama, yang bersal
dari berbaagi zat yang sengaja ditambahkan dengan perbnadingan konsentrasi teentu ke dalam sampel .
Perbandingan intensitas garis tersebut terhadap intensitas garis dari standar dalam tidak dipengaruhi
oleh perubahan kondisi analisis. Intensitas kedua garis akan berubh dengan perbandingan yangsama bila
terjadi kondisi. Namun kadangkala perubahannya tidak sebanding, pada keadaan ini, maka garis-garis
tersebut dikenal sebagai pasangan fiksasi sedangkan bila perubahannya sebanding disebut pasangan
homolog. Cara yang sangat berguna utnuk memandingkan intensitas garis sampel dari standar dalam
adalah dengan mengukur kerapatan kedua garis pada film atau lempeng degnan mempergunakan
densitometer. Untuk perhitungan, dibuat suatu kurva antara perbandingan kerapatan-kerapatannya dan
log konsentrasi.
Terdapat dua metode penyinaran sampel, yakni metode sector log dan sector step. Kedua
sector ini diletakkan sebelum slit (celah) selama penyinaran. Garis yang dihasilkan melalui sector yang
berbeda menghasilkan panjang yang berbeda pula. Yang lebih kuat akan lebih panjan, sedangkan yang
lemah akan lebih pendek karena pencahayaan yang lebih sedikit. Jika C konsentrasi; D kerapatan; P
intensitas garis tersebut; keudian h tinggi garis bayingan mak karena tinggi garis sebanding degan
intensitas yang diketahui, kita akan mendapatkan log C sebanding log P dan log h sebanding log P,
berarti log h sebanding log C. Biasanya kita mengalurkan grafik antara perbedaan tinggi standar dalam
sampel yang ada terhadap log konsentrasi di mana akan menghasilkan garis lurus.

Metode Emisi Nyala

Salah satu langkah dalam prosedur emisi nyala atau fotometri nyala melibatkan penyemprotan
sampel ke nyala. Radiasi dari sumber akan diuraikan untuk mendapatkan daerah spectrum yang
diinginkan. Intensitas dari radiasi spektrum tersebut diukur. Dengan system penyemprotan diharapkan
distribusi yagn seragam dari sampel masuk ke nyala sehingga masalah-masalah yang berhubungan
degan busur api dan bunga api dapat dihindarkan.
Fotometer nyala tersusun dari pengatur tekanan, pengukur aliran untuk gas bakar, atomizer,
pembakaran, sistem optic dari detector fotosensitif dan pencatat.
1.

Pengaturan tekanana dan pengukur aliran gas yang diinginkan. Diperlukan tekanan bahan bakar
sbersar 10 pon dan 25 pon untuk oksigen. Diafragma ganda dan jarum penunjuk diinginkan untuk

2.

mengawasi aliran gas, pengukur putaran (rotatometer diatur dengan kecepatan aliran gas 2-10 ft/jam).
Atomiser diguanakan untuk memasukan cairan sampel ke nyala dengan kecepatan tetap. Atomiser
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu yang menyemprotkan sampel ke tempat pengkondensasi untuk
menghilangkan partikel-partikel yang besar dan tipe yang lainnya adalah yang menyemprotkan sampel
langsung ke nyala. Yang pertama memerlukan + 4-25 ml sampel per menit di mana 5 % yang sampel ke

3.

nyala. Pada metode yang kedua diguankan bubuk kental .


Pelarut gliserin dapat digunakan. Pembakaran haruslah menghasilkan nyala yang baik. Pembakaran
meker baik digunakan untuk suhu rendah. Suatu kisi logam pada bagian mulut pembakar berguna
menghindarkan samburan api ke dalam. Suatu kombinasi pembakar dan penghisap mempertemukan

4.

sampel secara langsung dengan nyala.


Sistem optik. Berfungsi untuk mengumpulkan dan membuat cahaya monok romatis serta memfokuskan
detector dengan mengatur cermin cekung dari nyala. Filter absorbs ataupun filter interferensi
memisahkan radiasi tertentu, tetapi pemisahan yang lebih baik dapat diperoleh dengan monokromatis.

5.

Celah yang baik diperlukan mempersempit cahaya.


Detektor fotosensitif seperti sel lapisan barrier kurang baik,sebab responnya tidak dapat
dilipatgandakan. Fotometer filter nyala baik sebagai detector tetapi suhunya harus diawasi. Fotometer
filter nyala baik sebagai detector tetapi suhunya harus diawasi. Fotometer nyala di mana lebar pita dari
energy radiasi yang sampai ke detector kecil menggunakan fototube dan amplifier.

Prinsip Dasar Fotometri Nyala


Secara umum nyala mengubah padatan atau cairan ke bentuk uap dan memecahkanny ke
bentuk molekul atu atom-atom yang sederhana. Mereka akhirnya mengeksitasi partikel-partikel tersebut
sehingga menghasilkan emisi cahaya. Pada nyala ini, air atau pelarut diuapkan dan garam-garam kering
tinggal dalam nyala. JIka pemanasan diteruskan pada suhu yang lebih tinggi, garam-garam tersebut
diuapkan dn molekul terdisosiasi menjadi atom-atom netral dimana akan menunjuakn emisi. Uap atom
logam atau molekul yang mengandung atom-atom yang diinginkan dieksitasi oleh energy termal dri nyala.
Dari tingkat tereksitasi, elektron cenderung untuk kembali ke keadaan dasar dengan radiasi meisi. Suatu
unsure akan memperlihatkan sifat-sifat spectrum yang khas. Biasanya spectrum garis diperoleh dari atom
sedangkan molekul menghasilkan spectrum pita ataupun pita kontinu. Eksitasi menyebabkan elektron
naik ke tingkat energy yang lebih tinggi. Kembalinya elektron ke tingkat dasr disertai dengan energy

radiasi. Radiasi emisi untuk tingkat energy E 1 dan E2 dari 2 keadaan dinyatakan dengan persamaan :
(hv=(E1-E2). Elektron mungkin kembali tidak langsung ke keadaaan dasar, tetapi melalui tahap-tahap
yang menghasilkan beerapa spektrumgaris. Seperti digambarkan sebelumnya, diagram tingkat energy
berbentuk sederhana untuk molekul mono atau diatomic seperti Na atau Mg, tetapi lebih rumit utnuk
unsure-unsur transsi dan golongan utama seperti Al. Dalam semua hal garis-garis tersebut disebabkan
transisi elektron antara keadaan dasar. Transisi yang terjadi untuk logam-logam alkali adalah seperti: Li
(671 nm) ; Na (590nm); K (767,5) Ca(423nm) .Transisi tingkat energy dapat diatut dengan mengawasi
temperature nyala. Transisi dari keadaan energi eksitasi terendah dari ion atam ke keadaan dasar lebih
disukai. Biasanya atom atom netral mengemisi gari-garis tertentu, tetapi untuk unsure-unsur golongan
ke dua , blok S, garis daapt juga dihasilkan dari ionisasi atom pada suhu tinggi. Seperti dibicarakan
sebelumnya, spectrum ioin tidaklah sampai dengan atom netral. Biasanya spektrum atomnya mirip
dengan ion-ion yang mempunyai nomer atom berikutnya, misalnya:spekturm ion AI, mirip dengan unsur
Mg. Molekul menghasilkan spektrum pita sebab mempunyai eksitasi rotasi dalam, vibrasi dan elektron. Ini
menyebabkan distribusi eksitasi, sehingga spektrum pita dihasilkan, bukan garis.
Nyala dari latar belakan seringkai harus diperhitungkan. Nyala hydrogen menghasilkan
pergandingan sinyal sampel logam terhadap latar belakang dengan paling baik. Pengukuran intensitas
spektrum garis tergantung pada jumlah garam-garam yang ada dalam nyala; jumlah disoiasinya; ionisasi;
atom-atom tereksitasi; kesempatan melakukan transisi dari keadaan tereksitasi ke keadaan dasar dan
absorbs diri. Setelah disosiasi, variasi intensitas emisi terhadap temperature diatur dengan energi
eksitasinya . Ionisasi akan mengurangi konsentrasi dari atom netral yang ada dalam nyal, sehingga
mengurangi intensitas dari emisi. Besarnya energi untuk disoiasi dri logam ke atom-atom nya adalah
mendekati potensial ionisasi atau energies ionisasi atom.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan variasi intensitas emisi dlam nyala, misalnya
disebabkan oleh pembentukan hidroksida dari dalam nyala, misalnya disebabkan oleh pembentukan oelh
pembentukan hidroksida dari logam-logam alkali. Osigen-asetilen menyediakan lingkungan yang sesuai
untuk terbentuknya atom-atom bebasdari unsur yang senang membentuk molekul monoksida . Biasanya
zat dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon, Intensitas emisi akan bertambah dengan menggunakan pelarut
organic atau campurang pelarut organic-air. Teknik ekstraksi pelarut dapat dimanfaatkan utnuk
tercapainya pemisahan analitik kemudian fase organiknya dapat langsung disedot kea rah nyala untuk
menaikan intensitas emisi. Pelaksanaan ekstraksi dan fotometri nyala secara serentak memberikan hasil
yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Modul

Kuliah Spektroskopi, 4, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Khopkar, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, 275-283, UI-Press, Jakarta


Sastrohamidjojo, Spektroskopi, 23, Liberty, Yogyakarta

Sudjadi, 2007, Kimia Farmasi Analisis, 298-299, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/spec/atomic/aes.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Emission_spectrum
http://martensite67.wordpress.com/2010/05/14/atomic-spctroscopy/
http://webpage.pace.edu/dnabirahni/rahnidocs/Atomic%20Emission%20Spectroscopy.ppt

Prinsip Kerja Instrumen Spektroskopi


Assalamu'alaikum,
Akhirnya posting juga nih.. Kali ini saya akan berbagi info buat agan-agan tentang
Instrumen Spektroskopi Organik. Kebetulan dapat tugas dari Ibu Dosen
hahahahahahhahhhaaaa langsung aja sekalian posting..
ya udah, tanpa banyak komat-kamit, ntar agan-agan semua pada bosen... cekidot!!!!
1. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber
REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan
memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi
dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer UV-Vis
menggunakan cahaya sebagai tenaga yang mempengaruhi substansi senyawa kimia.
Cahaya yang digunakan merupakan foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan
merupakan tenaga listrik dan magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton
bila mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan menimbulkan tanggapan (respon),
sedangkan respon yang timbul untuk senyawa organik ini hanya respon fisika atau
Physical event. Tetapi bila sampai menguraikan senyawa kimia maka dapat terjadi

peruraian senyawa tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi
radikal yang dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event.
Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa
sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang
diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi
yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk
semua struktur elektronik, tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan
adanya ikatan dan non bonding elektron .Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum
Lambert Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan
menuju monokromator. Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui sampel
dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara
bergantian secara berulang-ulang, Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital
dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah
terprogram.
2. Spektrofotometer Infra Merah
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,751.000
m atau pada bilangan gelombang 13.00010 cm-1 dengan menggunakan suatu alat yaitu
Spektrofotometer Infra Merah. Metode ini banyak digunakan pada laboratorium analisis industri dan
laboratorium riset karena dapat memberikan informasi yang berguna untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif, serta membantu penerapan rumus bangun suatu senyawa.

Metode spektrofotometri Infra Merah merupakan suatu metode yang meliputi teknik serapan
(absorption), teknik emisi (emission), teknik fluoresensi(fluorescence). Ketika suatu
radiasi gelombang elektromagnetik mengenai suatu materi,akan terjadi suatu interaksi
yang berupa penyerapan energi (absorbsi) oleh atom-atom atau molekul-molekul dari
materi tersebut. Komponen medan listrik yang banyak berperan dalam spektroskopi umumnya
hanya komponen medan listrik seperti dalam fenomena transmisi, pemantulan, pembiasan, dan
penyerapan. Penyerapan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya
eksitasi tingkat-tingkat energi dalam molekul yang dapat berupa eksitasi elektronik,
vibrasi, atau rotasi.
Pada prinsipnya, bila radiasi infra merah dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka
molekul-molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi sehingga terjadi transisi antara tingkat
vibrasi dasar (ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi (exited state). Pengabsorpsian energi
pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh Spektrofotometer Infra Merah, yang
memplot jumlah radiasi infra merah yang diteruskan melalui suatu cuplikan sebagai
fungsi frekuensi atau panjang gelombang radiasi. Plot tersebut disebut spektrum infra merah,
yang akan memberikan informasi penting tentang gugus fungsional suatu molekul.Vibrasi
molekul hanya akan terjadi bila suatu molekul terdiri dari dua atom atau lebih. Untuk dapat menyerap
radiasi infra merah (aktif inframerah),vibrasi molekul harus menghasilkan perubahan momen
dwikutub.
3.

Spektrometer Massa
Spektrometri massa merupakan suatu metode analisis instrumental yang dipakai
untuk identifikasi dan penentuan struktur dari komponen sampel dengan cara
menunjukkan massa relatif dari molekul komponen dan massa relatif hasil pecahannya.

Dasar dari spektrometri massa yaitu adanya penembakkan molekul dengan elektron
berenergi tertentu yang cukup untuk mengalahkan potensial ionisasi pertama senyawa
tersebut sehingga molekul akan terpecah.
Prinsip

kerja

Spektrometer

Massa

adalah

pengionisasian

senyawa

kimia

menghasilkan molekul atau fragmen molekul dan mengukur rasio massa atau muatan.
Spectrometer massa menghasilkan berkas ion, memilah ion tersebut menjadi spektum
yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan merekam kelimpahan
relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya, hanya ion positif yang dipelajari karena ion
negatif yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya sedikit. Atom dapat dibelokkan
dalam sebuah medan magnet (dengan anggapan atom tersebut diubah menjadi ion terlebih
dahulu) karena partikel-partikel bermuatan listrik dibelokkan dalam medan magnet dan
partikel-partikel yang tidak bermuatan (netral) tidak dibelokkan. Urutannya adalah
sebagai berikut :
a.

Tahap pertama : Ionisasi


Atom diionisasi dengan mengambil satu atau lebih elektron dari atom tersebut supaya
terbentuk ion positif. Ini juga berlaku untuk unsur-unsur yang biasanya membentuk ionion negatif (sebagai contoh, klor) atau unsur-unsur yang tidak pernah membentuk ion
(sebagai contoh, argon). Spektrometer massa ini selalu bekerja hanya dengan ion
positif.

b. Tahap kedua : Percepatan


Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik yang sama.
c.

Tahap ketiga : Pembelokan

Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet. Pembelokkan yang


terjadi tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan massanya, akan semakin
dibelokkan. Besarnya pembelokannya juga tergantung pada besar muatan positif ion
tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak elektron yang diambil pada tahap 1,
semakin besar muatan ion tersebut, pembelokan yang terjadi akan semakin besar.
d. Tahap keempat : Pendeteksian
Sinar-sinar ion yang melintas dalam spectrometer massa akan dideteksi secara
elektrik.
4. NMR
Spektrometri NMR (Nuclear Magnetic Resonance = Resonansi Magnetik Inti)
berhubungan dengan sifat magnet dari inti atom. Spektroskopi NMR didasarkan pada
penyerapan panjang gelombang radio oleh inti-inti tertentu dalam molekul organik,
apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat. Inti atom unsur-unsur
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni atom unsur yang mempunyai spin atau tidak
mempunyai spin. Spin inti akan menimbulkan medan magnet. Dari resonansi magnet
proton (RMP), akan diperoleh informasi jenis hidrogen, jumlah hidrogen dan lingkungan
hidrogen dalam suatu senyawa begitu juga dari resonansi magnet karbon (RMC).

Skema spektometer NMR


Spektrometri NMR ini memberikan banyak informasi mengenai kedudukan gugus
fungsi. Ada empat parameter yang dapat membantu menginterpretasi spektra NMR. (1)
pergeseran kimia, (2) penjodohan spin, (3) tetapan penjodohan dan pola penjodohan,
dan (4) integrasi. Untuk memastikan kebenaran struktur yang dianalisis, metode ini
sering dibantu dengan spektroskopi 2-D yaitu HMQC (Heteronuclear Multiple Quantum
Coherence), HMBC (Heteronuclear Multi Bond Coherence), COSY (Correlation
Spectroscopy) dan NOESY (Nuclear Overhauser Effect Spectroscopy).
Prinsip dalam spektrometri NMR yaitu bila sampel yang mengandung 1H atau

13

(bahkan semua senyawa organik) ditempatkan dalam medan magnet, akan timbul
interaksi antara medan magnet luar tadi dengan magnet kecil (inti). Karena adanya
interaksi ini, magnet kecil akan terbagi atas dua tingkat energi (tingkat yang sedikit agak
lebih stabil (+) dan keadaan yang kurang stabil (-)) yang energinya berbeda. Karena inti
merupakan materi mikroskopik, maka energi yang berkaitan dengan inti ini
terkuantisasi, artinya tidak kontinyu. Perbedaan energi antara dua keadaan diberikan
oleh persamaan.
E = hH/2
H yaitu kuat medan magnet luar (yakni magnet spektrometer), h yaitu tetapan Planck,
yaitu tetapan khas bagi jenis inti tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk
proton nilainya 2,6752 x 108 kg-1 s A (A= amper).
Bila sampel disinari dengan gelombang elektromagnetik () yang berkaitan dengan
perbedaan energi (

E),
E = h

Inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan tereksitasi ke tingkat energi (-).
Proses mengeksitasi inti dalam medan magnetik akan mengabsorbsi energi (resonansi)
disebut nuclear magnetic resonance (NMR).
Frekuensi gelombang elektromagnetik yang diabsorbsi diungkapkan sebagai fungsi H.
= H/2
Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet spektrometer, adalah 2,3490
T(tesla;

1 T = 23490 Gauss), yang diamati sekitar 1 x 10 8 Hz = 100 MHz. Nilai

frekuensi ini di daerah gelombang mikro.


Secara prinsip, frekuensi gelombang elektromagnetik yang diserap ditentukan oleh
kekuatan magnet dan jenis inti yang diamati. Namun, perubahan kecil dalam frekuensi
diinduksi oleh perbedaan lingkungan kimia tempat inti tersebut berada. Perubahan ini
disebut pergeseran kimia. Dalam spektrometri 1H NMR, pergeseran kimia diungkapkan
sebagai nilai relatif terhadap frekuensi absorpsi (0 Hz) tetrametilsilan standar (TMS)
(CH3)4Si.
Frekuensi resonansi (frekuensi absorpsi) proton (atau inti lain) sebanding dengan
kekuatan magnet spektrometer. Perbandingan data spektrum akan sukar bila spektrum
yang didapat dengan magnet berbeda kekuatannya. Untuk mencegah kesukaran ini,
skala , yang tidak bergantung pada kekuatan medan magnet, dikenalkan. Nilai
didefinisikan sebagai berikut.
=(

/) x 106 (ppm)

merupakan perbedaan frekuensi resonansi (dalam Hz) inti yang diselidiki dari
frekuensi standar TMS (dalam banyak kasus) dan frek uensi (dalam Hz) proton
ditentukan oleh spektrometer yang sama. Karena nilai

/ sedemikian kecil,

nilainya dikalikan dengan 106. Jadi nilai diungkapkan dalam satuan ppm.

5. XRD ( X-Ray Diffraction )


Prinsip dasar dari difraksi adalah hasil dari pantulan elastis yang terjadi ketika
sebuah sinar berbenturan dengan sasaran serta pantulan sinar yang bersifat elastis.
Difraksi sinar X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar X oleh atom dalam
sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan
interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari
kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg :
n. = 2.d.sin ; n = 1,2,
dengan adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d adalah jarak antara
dua bidang kisi, adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal, dan n
adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan.
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan
akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi.
Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas
pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu
bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar
difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis material. Standar ini disebut JCPDS.
Sinar X dalam pembangkitannya dideskripsikan oleh gambar dibawah ini yang
didalam sinar x terdapat dua jenis radiasi yaitu sinar x kontinyu dan karakteristik. untuk

alat XRD terdapat filter guna menyaring sinar x kontinyu dan hanya meneruskan sinar x
karakteristik.
Prinsip dari alat XRD adalah sinar X yang dihasilkan dari suatu logam tertentu
memiliki panjang gelombang tertentu, sehingga dengan memfariasi besar sudut
pantulan sehingga terjadi pantulan elastis yang dapat dideteksi. Maka menurut Hukum
Bragg jarak antar bidang atom dapat dihitung dengan data difraksi yang dihasilkan pada
besar sudut-sudut tertentu. Prinsip ini di gambarkan dengan diagram dibawah ini.

Diagram prinsip dasar alat XRD


6. HPLC ( High Performance Liquid Chromatography )

HPLC merupakan suatu metode pemisahan yang dapat digunakan sebagai uji
identitas, uji kemumian dan penetapan kadar. Titik berat dari HPLC adalah untuk
analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu
tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang
dapat dianalisis, dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa
organik makromolekul.
Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut : dengan bantuan pompa fasa gerak cair
dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak
dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen
campuran karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom
lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solutsolut tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam
bentuk kromatogram. Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan
konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol
kerja ystem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.

Diagram instrumen HPLC

a BAB 1 SPEKTROPHOTOMETER SERAPAN ATOM


16 Apr 2012 Leave a comment
by niketutsari in ANALISA INSTRUMENTASI

BAB 1
SPEKTROPHOTOMETER SERAPAN ATOM
Pokok Bahasan :
Alat spektrophotometer yang secara khusus mengukur konsentrasi bahan kimia berupa atom
bukan senyawa disebut spektrophotometer nyala (flame spectrofotometer) yang memakai obyek
nyala api pembakar. Berdasarkan metodenya (emisi atau absorpsi), dikenal dua jenis
spektrophotometer nyala yaitu Spektrophotometer Emisi Nyala disingkat SEN (Flame Emission
Spektrophotometer, FES) dan Spektrophotometer Serapan Atom disingkat SSA (Atomic
Absorbtion Spectroscopy, AAS).
Dewasa ini penggunaan AAS semakin diminati, sebab selain bertujuan untuk analisa kualitatif
juga dapat digunakan untuk kuantitatif secara akurat. Bahkan dengan kecanggihan alat sekarang

yang dapat dilengkapi dengan sistem komputer dalam suatu penelitian kinetika reaksi dengan
menggunakan reaktor, alat AAS dapat dihubungkan langsung dengan reaktor tersebut sehingga
pengamatan konsentrasi logam dalam campuran dapat dideteksi setiap saat.
Tujuan Instruksional :
1. Pembaca diharapkan memahami pengertian tentang Proses Absorpsi dalam
Spektrophotometer Serapan Atom.
2. Pembaca diharapkan memahami
Spektrophotometer Serapan Atom.

pengertian

tentang

3. Pembaca diharapkan memahami


Spektrophotometer Serapan Atom.

pengertian

tentang

Prinsip

Kerja

Instrumentasi

4. Pembaca diharapkan memahami contoh analisa Spektrophotometer Serapan


Atom.

1.1

Pendahuluan

Salah satu metode analisis kimia, baik untuk analisis kuantitatif maupun untuk analisis kualitatif
adalah analisis dengan menggunakan alat instrumentasi photometer. Pada garis besarnya alat ini
dapat dibedakan menjadi alat kalorimeter dan spektrophotometer. Untuk jenis alat kalorimeter,
mengukur serapan sinar diskontinyu melalui sampel larutan bahan / senyawa kimia yang
berwarna atau dibuat berwarna, sedangkan pada alat spektrophotometer mengukur serapan sinar
yang kontinyu melalui sampel bahan kimia baik berupa senyawa maupun berupa atom.
Tergantung jenis sinar yang dideteksi, dikenal spektrophotometer sinar tunggal yang dipakai
untuk kawasan spektrum ultraviolet dan cahaya tampak (uv-visibel), juga dikenal
spektrophotometer sinar ganda yang dapat mendeteksi sampai kawasan spektrum inframerah.
Alat spektrophotometer yang secara khusus mengukur konsentrasi bahan kimia berupa atom
bukan senyawa disebut spektrophotometer nyala (flame spectrofotometer) yang memakai obyek
nyala api pembakar. Berdasarkan metodenya (emisi atau absorpsi), dikenal dua jenis
spektrophotometer nyala yaitu Spektrophotometer Emisi Nyala disingkat SEN (Flame Emission
Spektrophotometer, FES) dan Spektrophotometer Serapan Atom disingkat SSA (Atomic
Absorbtion Spectroscopy, AAS). Perkembangan FES dimulai sejak tahun 1990, sedangkan AAS
diperkenalkan sekitar tahun 1960. Kedua jenis spektrophotometer nyala ini beroperasi pada suhu
nyala berkisar antara 1700 3200 0C.

Gambar 1.1
1.2

Alat Instrumentasi AAS Type Buck 210 VGP

Proses Absorpsi Pada Serapan Atom

Pada alat spektrophotometer secara umum, seberkas cahaya monokromatik dengan intensitas
cahaya (Io) dilewatkan melalui kuvet dengan diameter (d) dan berisi larutan sampel dengan
konsentrasi (C), maka setelah berkas tersebut menempuh jarak (x), intensitas cahaya akan turun
menjadi I, seperti Gambar 1.1.
Melalui lapisan tipis dx intensitas cahaya turun sebesar dI, dan akan berbanding lurus dengan I
dan jumlah mol C.dx, atau dapat dituliskan:
dI = -k.C.I.dx

. (1.1)

dimana k adalah konstanta yang antara lain bergantung pada kemungkinan peralihan antara dua
nivo energi potensial molekul dalam larutan. Integrasi persamaan diatas dengan batasan pada
x=0 (I=Io) sampai x=x (I=I) sebagai berikut :

. (1.2)
Hasil integrasi persamaan di atas :
ln(I / Io) = -k.C.x
atau

. (1.3)

. (1.4)
Atau lebih lazim ditulis :
Di mana e disebut koefisien eksitasi dengan satuan lt/mol/cm
Transmisi total setebal kuvet (d) adalah :
T = It/Io = Id/Io = .. (1.5)

Gambar 1.2

Absorpsi sinar oleh larutan sampel dalam kuvet

Persamaan (1.5) ini disebut hukum Lambert-Beer, atau biasa dinyatakan dalam persen transmisi :
% T = T . 100 = .. (1.6)
Jadi transmisi berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi sampel. Oleh
karena penjabaran yang melibatkan fungsi eksponensial sangat rumit, maka digunakan
pengertian Ekstingsi (E) yang dapat dituliskan dalam transmisi (T):
E = log T

.. (1.7)

Sedangkan hubungan E dengan konsentrasi C :


E = e .C.d ..

(1.8)

Berdasarkan persamaan ini ekstingsi itu berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang menyerap
cahaya.
Untuk T = 1 (atau 100%) maka ekstingsi E = 0, sebaliknya
Untuk T = 0 maka ekstingsi E = tak terhingga.
1.3

Prinsip Kerja Serapan Atom

Sampel berupa molekul akan didisosiasikan (terurai) menjadi atom-atom di dalam nyala api pada
alat spektrophotometer serapan atom, atom menyerap energi sehingga elektron-elektronnya
mengalami eksitasi. Energi eksitasi ini berasal dari pancaran sinar sebuah sumber cahaya lampu,
dimana energi yang terserap sama dengan selisih energi antara dua nivo energi. Peralihan antara
dua nivo energi yang melibatkan posisi dasar biasanya mempunyai intensitas pancaran dan
serapan yang lebih kuat daripada kemungkinan peralihan yang lain. Peralihan dari posisi dasar ke
posisi eksitasi yang pertama disebut garis resonansi. Garis resonansi ini sangat penting artinya
pada atomaborpsi, sebab pada atom absorpsi ini tiap elemen dalam sampel akan menyerap sinar
dengan jumlah jarak gelombang yang terbatas dalam kawasan spektrum yang sempit. Dari
spektrum serapan ini akan dapat diperoleh data-data mengenai zat sampel. Nyala api gas
pembakar molekul / atom yang ada dalam sebuah proses spektrophotometer serapan atom
seolah-olah berfungsi sebagai kuvet pada spektrophotometer Ultra Violet Visibel (UV-Vis).
Dalam prakteknya, kita diharuskan membuat kurva standar antara ekstingsi (serapan) dengan
konsentrasi larutan sampel. Dari grafik standar ini kemudian dilarutkan sampel yang telah diukur
serapannya, kemudian dapat ditentukan konsentrasinya secara interpolasi atau ekstrapolasi.
Namun untuk spektrophotometer serapan atom moderen yang diperlengkapi dengan sistem
komputer kalibrasi, standarisasi dan perhitungan semuanya secara otomatis dilaporkan dalam
bentuk print out oleh alat tersebut.
Prinsip pengukuran spekterophotometer serapan atom analog dengan prinsip pengukuran pada
serapan molekuler spektrofotometer. Garis yang terpenting dalam spektrophotometer serapan
atom adalah garis resonansi. Ukuran lebar alami garis resonansi ini terletak dalam kisaran 0,005
nm. Pada garis ini tidak akan muncul pelebaran garis akibat peralihan vibrasi dan rotasi,
sebagaimana halnya pada molekuler spekterofotometer. Garis serapan yang sangat sempit ini
merupakan penyebab langsung mengapa sumber cahaya normal yang kontinyu tidak dapat
dipergunakan dalam absorpsi. Sebuah monokromator hanya dapat mengisolasikan seberkas sinar
sumber cahaya dari suatu kawasan gelombang yang lebarnya sama dengan himpunan spektrum
monokromator itu sendiri. Bagi sebuah spektrofotometer, lebar itu terletak pada ordo 0,5 nm.
Selain itu sumber cahaya yang kontinyu hanya memancarkan energi yang kecil jumlahnya bagi
tiap-tiap kawasan spektrum yang kecil.

Dengan demikian hampir seluruh sinar dalam batas-batas himpunan gelombang monokromator
akan jatuh pada detektor, seandainya terjadi serapan maksimal oleh atom-atom dalam nyala api,
yang diserapkan hanya sebesar 1% dari seluruh sinar dalam himpunan spektrum itu (kawasan
spektrum selebar 0,005 nm dari himpunan yang lebarnya 0,5 nm). Pada alat spektrophotometer
serapan atom ini, sinar lampu diarahkan dengan sebuah lensa kepada nyala api dan kemudian
dilewatkan melalui sebuah monokromator. Mengingat bahwa lampu tersebut memancarkan
beberapa garis karakteristik dari pada unsur, maka umumnya dipergunakan sebuah
monokromator yang mengisolasikan garis resonansi yang terpenting, yaitu garis yang timbul
akibat perubahan dari posisi teeksitasi dari garis dasar.
Untuk melakukan pengamatan dengan menggunakan alat spektrophotometer serapan atom
terhadap unsur-unsur yang dalam nyala api sudah dapat mengemisikan sinar, maka dalam alat
spektrophotometer serapan atom tersebut sering diperlengkapi dengan sebuah alat interuptor
sinar cahaya (chopper). Alat ini dipasangkan antara lampu dengan nyala api sehingga kepada
nyala api tersebut akan jatuh sinar lampu yang terputus-putus secara periodik. Sinar cahaya yang
berperiodik ini bertepatan dengan sinar emisi dari nyala api ke detektor. Apabila detektor
dihubungkan dengan aplifator arus bolak-balik yang frekwensinya sama dengan frekwensi
interuptor, maka yang diregistrasikan hanya sinar yang berasal lampu bukan cahaya yang berasal
dari nyala api.
Unsur atau atom yang diselidiki dengan spektrophotometer serapan atom ialah terutama unsurunsur yang garis resonansinya berada di bawah 500 nm. Untuk unsur-unsur natrium, kalium dan
kalsium dapat diukur dangan alat spektrophotometer serapan atom tanpa saling mengganggu
terhadap garis-garis spektrumnya. Sedangkan unsur-unsur dalam Tabel 1.1 berikut harus
diselidiki secara sendiri bila menggunakan alat spektrophotometer serapan atom. Kegunaan
spektrophotometer serapan atom lebih berfokus pada analisis kuantitatif atom-atom logam,
hingga saat ini sudah ada sekitar 70 jenis atom yang dapat dianalisis, diantaranya tercantum
dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1

Panjang gelombang serapan maksimum berbagai atom logam

Atom

Garis Resonansi (nm)

Ag

328,1

Ar

193.7

Au

142.8

249.7

Be

234.9

Ca

422.7

Co

240.7

Cr

357.9

Cu

324.7

Fe

248.3

Hg

253.7

Mg

285.2

Na

589.0

Ni

232.0

Pb

283.3

Pt

265.9

Sb

217.5

Se

296.0

Ti

364.6

Tl

276.8

351.4

Zn

215.8

(Ewing G. W., 1975)


Konsentrasi larutan sampel
sekecil mungkin, tidak lebih
5% dalam pelarut yang sesuai
(biasanya dalam skala ppm
bahkan ppb). Larutan sampel
dikehendaki dalam kondisi
asam, sehingga jika sampel
logam harus dilebur dalam
alkali maka kemudian harus
diasamkan
lagi.
Hindari
pemakaian pelarut aromatik
atau
halogenida,
pelarut
organik yang lazim dipakai
adalah keton, ester, dan etil
asetat
dengan
tingkat
kemurnian yang tinggi atau
pro analitis (p.a).
1.4
Instrumentasi Serapan Atom
Pada sistem instrumentasi
spektrophotometer
serapan
atom dikenal dua jenis sistem
optik yaitu berkas tunggal dan
berkas ganda, namun yang
banyak
digunakan
dalam
spektrophotometer
serapan
atom modern adalah jenis
berkas ganda, seperti Gambar
1.3.

Gambar 1.3 Skema instrumentasi


spektrophotometer serapan atom berkas ganda
Beberapa komponen utama pada instrumentasi spektrophotometer serapan atom adalah sebagai
berikut :
1.4.1 Sumber Cahaya
Sumber cahaya berupa lampu yang dapat memancarkan energi yang cukup. Ada jenis lampu
yang dapat memancarkan spektrum kontinyu sebaliknya ada lampu yang dapat memancarkan
spektrum garis. Untuk spektrofotometer tipe spektrophotometer serapan atom dipergunakan jenis
lampu katoda dengan spektrum garis. Dalam hal ini diperlukan sinar dengan lebar berkas yang
sangat sempit dimana garis emisinya harus sesuai dengan garis resonansi unsur atau atom yang
diselidiki. Lampu katoda terdiri atas sebuah katoda berongga berbentuk tabung dan berhadapan
dengan anoda dari kawat wolfram, keduanya terbungkus dengan bahan gelas. Lampu ini diisi
dangan gas mulia seperti argon, neon, helium atau krypton sampai tekanan maksimal 1 cmHg.
Pada anoda dan katoda dipasang tegangan sebesar kira-kira 300 V dan melalui katoda dialirkan
arus sebesar 10 mA. Karenanya katoda menjadi pijar dan mengakibatkan penguapan atom logam
yang elektron-elektronnya mengalami eksitasi dalam rongga katoda. Lampu ini akan
memancarkan emisi spektrum yang khas untuk logam bahan penyusun katoda.
Kelemahan lampu katoda berongga ini adalah bahwa pada alat spektrophotometer serapan atom
harus dipergunakan lampu dengan katoda yang dibuat dari elemen atau unsur yang sejenis
dengan unsur yang dianalisis. Untuk itu menjadi perhatian bahwa jumlah unsur yang akan diteliti
bergantung pada jumlah lampu yang sesuai dan tersedia, setiap unsur masing-masing memiliki
lampu sendiri. Sebetulnya ada jenis lampu yang baru yang dapat dipergunakan untuk beberapa
jenis unsur. Tetapi pada prinsipnya katoda lampu ini dibuat dari campuran beberapa logam, ada
jenis lampu yang terdiri dari gabungan logam tembaga dan magnesium, ada lampu gabungan
tembaga dan krom. Bahkan telah ada lampu gabungan dari enam unsur logam, yaitu logam
tembaga, magnesium, krom, besi, nikel dan kobal.
1.4.2 Monokromator

Monokromator merupakan suatu alat yang diletakkan diantara nyala dan detektor pada suatu
rangkaian instrumentasi spektrophotometer serapan atom. Ada dua jenis monokromator yang
dipakai yaitu monokromator celah dan kisi difraksi.
1.4.3 Gas dan Alat Pembakar
Gas dan alat pembakar pada spektrophotometer serapan atom dikenal dua jenis gas pembakar
yang bersifat oksidasi dan bahan bakar. Gas pengoksidasi misalnya udara (O 2) atau campuran
O2 dan N2O, sedangkan sebagai bahan bakar adalah gas alam, propane, butane, asetilen dan H 2.
Gas pembakar dapat pula berupa campuran udara dengan propane, udara dengan asetilen
(terbanyak dipakai) dan N2O dengan asetilen. Alat pembakar untuk mendapatkan nyala api juga
perlu diperhatikan. Ada kalanya dipakai teknik tanpa nyala yang dikembangkan pada
spektrophotometer serapan atom modern. Baik teknik nyala api maupun teknik tanpa nyala api
diharapkan memperoleh uap atom netral suatu unsur dalam sampel. Teknik dengan nyala api
yang banyak terpakai, yang perlu dikembangkan adalah panjang atau lebar nyala api (sebab
dianggap sebagai kuvet) sehingga dapat memenuhi hukum Lambert-Beer di atas.
1.4.4 Kuvet
Kuvet merupakan suatu tempat untuk nyala api dan atom-atom yang ada didalamnya, seolaholah berfungsi sebagai kuvet.
1.4.5 Detektor
Detektor berfungsi sebagai alat penguat dari spektrum cahaya yang telah melewati sampel.
Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah detektor adalah memiliki respon yang linear terhadap
energi sinar dalam kawasan spektrum yang bersangkutan. Pada spektrophotometer serapan atom
detektor yang lazim dipakai adalah Detektor Tabung Pengadaan (Photon Multiplier Tube
Detector, PMTD).
1.5

Prosedur Kerja Serapan Atom

Pada prakteknya, ada dua tahap utama yang perlu dilakukan dalam analisis logam menggunakan
spektrophotometer serapan atom. Tahap pertama adalah pembuatan kurva standar dangan
menggunakan larutan standar logam yang telah tersedia sesuai dengan jenis logam yang akan
dianalisis (minimal tiga titik). Kurva standar di sini merupakan hubungan antara serapan sebagai
fungsi konsentrasi (biasanya skala ppm atau ppb), sesuai hukum Lambert-Beer maka kurva ini
diharapkan linear. Tahap kedua adalah tahap analisis yang sesungguhnya, yaitu dengan
mengukur langsung serapan sampel larutan logam. Nilai serapan ini kemudian diplotkan pada
kurva standar secara ekstrapolasi atau interpolasi sehingga konsentrasi sampel yang diukur dapat
ditentukan.

Berikut ini prosedur pengoperasian alat AAS type BUCK 210 VGP
1.5.1 Prosedur Awal
1.

1. Pasang lampu hallow cathode lamppada soket lampu


1. Buka katup gas dan atur hingga tekanan 50 psi untuk air/N2O dan 14
psi untuk asetilen
2. Nyalakan scalar power yang berada di panel belakang alat
3. Hidupkan sistem ventilasi atau blower udara
4. Periksa loop dan pastikan telah berisi air
5. Siapkan sampel, kalibrasi standar dan blank

1.5.2 Optimasi
1. Tekan tombol <lib> untuk memasukan pustaka, tekan tombol <sel> untuk
memilih lampu (posisi lampu paling atas adalah yang aktif). Gunakan panah
<up/down> untuk memilih element. Untuk flame gunakan file fg format XxD2-wl dan untuk furnace gunakan format Xx-furn-wl, untuk emission format
Xx-emiss-wl. Tekan <2> untuk masuk dan kemudian <enter> lalu <esc>
2. Ulangi prosedur di atas untuk jenis lampu yang lain sesuai kebutuhan
3. Arahkan ke element pertama yang diinginkan, untuk menetapkannya maka
gunakan tombol <sel> kemudian tekan <esc>. Ikuti prosedur pada layer
untuk mengatur panjang gelombang dan lampu untuk energi yang
maksimum menggunakan tampilan bargraph atau angka. Jika pada skala of
tekan tombol <align>, untuk membuat skala bargraph. Pastikan lebar selah
slit di set pada posisi yang benar. Energi yang khas berada pada 2-4
4. Tekan tombol <a/z>
analysis dan autozero.

ketika

telah

selesai

untuk

masuk

ke active

5. Jika background dalam posisi of maka hidupkan dengan tombol <bkgnd>


kecuali jika tidak diperlukan, lalu tekan tombol <a/z> untuk membersihkan
setiap ada pesan error

1.5.3 Kalibrasi
1. Tekan tombol <cal> untuk memasuki layer kalibrasi
2. Kolom pertama kiri harus berlabel 151, 152, 153, 154. Kolom kedua harus
berlabel auotzero, std1, std2, std3. Tekan tombol <sel> pindahkan kursor ke
sebelah kanan untuk kolom <conc> dan masukkan nilai standar anda. Jika

ingin tambah standar lagi lanjutkan menambah #s pada kolom pertama


(mis: 155, 156) lalu ketik di konsentrasi
3. Tekan tombol <cntls> dari menu kalibrasi dan anda dapat menentukan unitunit yang dilaporkan pada nomor yang akan dijalankan dan derajat
polynomial yang akan digunakan. Tekan tombol <esc> jika selesai.
4. Tekan tombol <start> dari layer kalibrasi dan ikuti petunjuk di layer.
5. Ketika selesai tekan tombol <cal> dan jika tidak ada pesan error tekan
<yes> untuk perhitungan lalu <enter> untuk melihat grafik dan pastikan
titiknya sesuai atau mendekati garis.
6. Tekan tombol <esc> sampai kembali ke layar <active analysis> dan siap
dijalankan.

1.5.4 Analisis
1. Tekan <enter> untuk membuka display, aspiritkan blank untuk memeriksa
kalibrasi pada saat analisis, jika nilai kalibrasi menyimpang dari nol maka
dapat direset dengan mengaspirasi blank dan menekan tombol <a/z> lalu
standar tertinggi menekan <rslp>.
2. AAS 210 dapat membaca continously dengan menekan <enter> untuk
membuka display atau menggabungkan nilai display dengan tombol <read>.
Jika <read key sampling> dalam kondisi ON, artinya AAS 210 akan
menanyakan untuk suatu nomor yang akan dianalisis.
3. 3. Jika tombol <start> ditekan software akan memulai pada table <smpls>
dan melanjutkan sampai akhir.

1.5.5 Shut-Down
1. Aspiritkan blank selama 1-2 menit untuk mencuci nebulizer dan blok spray
chamber
2. Tutup asetilen lalu ketika flame dipadamkan tutup air
3. Matikan scalar Power alat jika telah selesai
4. Tutup regulator utama dari silinder gas atau buka tutup aliran jika
menggunakan kompresor udara
5. Hentikan atau simpan tiap solusi, jangan tinggalkan solusi asam di depan
AAS
6. Periksa tampungan air dalam botol dan kosongkan jika penuh

7. Lindungi AAS 210 VGP dari debu atau kontaminasi menggunakan cover unit

1.6

Contoh Analisa

Diukur serapan larutan standar Pb dangan konsentrasi 0,5 ; 1 dan 2,5 ppm pada panjang
gelombang optimumnya yaitu l = 283,3 nm diperoleh hasil pengukuran berupa serapan sebagai
berikut:
Tabel 1.2. Data konsentrasi dan serapan
Konsentrasi (ppm)

Serapan

0,5

0,04

0,091

2,5

0,1789

Gambar 1.4

Berdasarkan data hasil pengukuran


larutan standar tersebut selanjutnya
dibuat kurva standar sekaligus
dengan persamaan linearnya,
sebagai berikut:

Kurva Standar Logam Pb

Jika misalnya pengukuran larutan contoh Pb memberikan serapan sebesar A=0,09, maka
konsentrasi larutan contoh Pb tersebut dapat ditentukan dengan cara memplotkan nilai serapan
tersebut pada grafik di atas atau dihitung menggunakan persaman regresi linear di atas, yaitu:
A= 0,0669C + 0,014
C = (A-0,014)/0,0699

= (0,09-0,014)/0,0699
= 1,0873 ppm

1.7

Latihan Soal

Berilah tanda silang pada huruf B jika pernyataan di bawah ini Benar dan huruf S jika pernyataan
Salah
1). B S
Salah satu metode analisis kimia, baik untuk analisis kuantitatif maupun kualitatif
adalah menggunakan alat instrumentasi photometer.
2). B S
Spektrophotometer Serapan Atom (SSA) dibedakan menjadi dua bagian yaitu alat
kalorimeter dan spectrophotometer.
3). B S
Alat spektrophotometer serapan atom dapat mengukur konsentrasi bahan kima
berupa atom dan bukan senyawa dengan memakai obyek nyala api pembakar.
4). B S
Spektrophotometer nyala terdiri dari dua yaitu Spektrophotometer Emisi Nyala
disingkat SEN (Flame Emission Spektrophotometer, FES) dan Spektrophotometer Serapan Atom
disingkat SSA (Atomic Absorbtion Spectroscopy, AAS).
5). B S
Kedua jenis spektrophotometer nyala beroperasi pada suhu nyala berkisar antara
0
1700 3200 C.
6). B S
Hukum Lambert-Beer biasa dinyatakan dalam persen transmisi, dimana persen
transmisi berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi sampel.
7). B S
Sampel berupa molekul akan didisosiasikan (terurai) menjadi atom-atom di dalam
nyala api pada alat spektrophotometer serapan atom, atom menyerap energi sehingga elektronelektronnya mengalami eksitasi.
8). B S
Nyala api gas pembakar molekul / atom yang ada dalam sebuah proses
spektrophotometer serapan atom seolah-olah berfungsi sebagai kuvet pada spektrophotometer
Ultra Violet Visibel (UV-Vis).
9). B S
Unsur atau atom yang dianalisa dengan spektrophotometer serapan atom adalah
unsur-unsur yang mempunyai garis resonansi di bawah 500 nm.

10). B S Dalam spektrophotometer serapan atom menghindari pemakaian pelarut aromatik


(halogenida) dan pelarut organik , yang lazim dipakai adalah keton, ester, dan etil asetat dengan
tingkat kemurnian yang tinggi atau pro analitis (p.a).
Lingkarilah a, b, c, d pada jawaban yang saudara anggap paling benar.
1). Untuk spektrofotometer tipe spektrophotometer serapan atom dipergunakan jenis lampu: a.
lampu katoda dengan spektrum garis, b. lampu anoda dengan spektrum garis, c. lampu katoda
dengan spektrum gelombang, d. lampu anoda dengan spektrum gelombang.
2). Pada spektrophotometer serapan atom dikenal dua jenis gas pembakar yang bersifat oksidasi
dan bahan bakar: a. H2 dan gas alam, b. N2O dan propane, c. butane dan asetilen, d. O 2 dan
asetilen.
3). Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah detektor adalah memiliki respon terhadap energi
sinar dalam kawasan spektrum yang bersangkutan, harus mempunyai bentuk garis: a. kwadrat, b.
polinomial, c. linier, d. lurus.
4). Jika misalnya pengukuran larutan contoh Pb memberikan serapan sebesar A=0,09 ; maka
konsentrasi larutan contoh Pb tersebut dapat ditentukan dengan cara memplotkan nilai serapan
tersebut menggunakan persaman regresi linear dengan persamaan A= 0,0669C + 0,014 ; maka
besar konsentrasi larutan contoh Pb adalah: a. 1,0873; b. 1,0738, c. 1,0378, d. 1,0387.
5). Ukuran lebar alami garis resonansi terletak dalam kisaran: a. 0,004 nm, b. 0,005 nm, c.
0,006 nm, d. 0,007 nm

Anda mungkin juga menyukai