Anda di halaman 1dari 5

Peranan Energi Biomassa Dalam Penyediaan Energi

Ibnu Hudaya Panggrahita : 13/346927/TK/40708

Penyediaan energi merupakan subyek yang penting untuk dikaji karena berkaitan dengan
ketahanan energi nasional. Indonesia mengalami peningkatan konsumsi energi final dari 778 juta
SBM (Setara Barrel Minyak) pada tahun 2000 menjadi 1.211 juta SBM pada tahun 2013, yang
berarti mengalami pertumbuhan sebesar 3,46% per tahun. Sedangkan pangsa terbesar konsumsi
energi final per sektor pada tahun 2013 adalah sektor industry (37,17%) diikuti oleh sektor rumah
tangga (29,34%), transportasi (28,10%), komersial (3,24%), dan lainnya (2,04%). Dalam kurun
waktu 2000-2013, sektor transportasi mengalami pertumbuhan terbesar sebesar 6,71% per tahun.
Hal ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penggunaan kendaraan bermotor sebesar 13,99%
per tahun dalam kurun waktu 2000-2013.

Gambar 1. Konsumsi energi final per sektor

Pada kurun waktu 2000-2013, konsumsi energi final per jenis masih didominasi oleh BBM (bensin,
minyak solar, IDO, minyak tanah, minyak bakar, avtur, dan avgas). Total konsumsi BBM
meningkat dari 325 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 399 juta SBM pada tahun 2013, yang
berarti mengalami pertumbuhan 1,83% per tahun. Pada tahun 2000, konsumsi minyak solar
menduduki pangsa terbesar (38,7%), diikuti oleh minyak tanah (23,4%), bensin (23,0%), minyak
bakar (9,6%), IDO (3%), dan avtur (2,2%). Sedangkan pada tahun 2013 terjadi perubahan pola

konsumsi BBM, dimana konsumsi minyak solar masih menempati pangsa terbesar (45,4%),
namun konsumsi bensin meningkat (44,5%), diikuti avtur (6.1%), dan minyak tanah (1.9%).
Perubahan pola konsumsi BBM ini disebabkan oleh meningkatnya laju konsumsi bahan bakar oleh
kendaraan bermotor pribadi dan pesawat udara. Sektor transportasi sendiri merupakan menduduki
peringkat tertinggi dalam konsumsi BBM, yaitu sebesar 81% dari total konsumsi BBM.
Selama ini, bahan baku BBM masih menggunakan bahan bakar fosil (minyak bumi, gas
bumi, dan batu bara), yang merupakan sumber daya energi tak terbarukan. Cadangan terbukti
minyak bumi Indonesia saat ini sebesar 3,6 miliar barel, gas bumi sebesar 100,3 TCF, dan
cadangan batubara sebesar 31,35 miliar ton. Jika tidak ditemukan cadangan baru, maka
diperkirakan minyak bumi akan habis dalam 13 tahun, gas bumi 34 tahun, dan batubara 72 tahun.

Gambar 2. Sumber daya energi fosil. (Sumber : KESDM 2015)

Oleh karena itu, perlu ada perubahan paradigma pengelolaan energi yang mengutamakan
diversifikasi energi dan konservasi energi sehingga peranaan energi baru terbarukan meningkat,
dan dapat menopang penyediaan energi Indonesia di masa depan.
Menurut Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, energi
terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah
tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain : panas bumi,
biofuel, aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman
laut.
Salah satu sumber daya energi baru terbarukan adalah biomassa, yang berasal dari bahan
organik. Contoh dari biomassa adalah tumbuhan, pepohonan, ubi, rumput, limbah pertanian,

limbah hutan, limbah peternakan. Potensi biomassa yang dapat digunakan sebagai sumber daya
energi baru terbarukan di Indonesia jumlahnya sangat melimpah.

Gambar 3. Data potensi PLTA Biomassa di Indonesia pada tahun 2005-2010.

Pemanfaatan biomassa perlu melalui proses konversi, dimana teknologi konversi yang
berbeda akan menghasilkan jenis bahan bakar yang berbeda. Konversi dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi, dan konversi biokimiawi.

Gambar 4. Jenis konversi biomassa

Bahan bakar hasil konversi biomassa ini dapat digunakan untuk berbagai hal seperti bahan
bakar kendaraan baik berupa minyak atau biogas, maupun dalam pembangkit listrik tenaga
biomassa. Prospek dari energi biomassa ini sangat baik untuk daerah-daerah di wilayah terpencil,
dimana pasokan listrik masih belum terlalu baik. Sebagai contoh, pada tahun 2014, sebuah
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB) berkapasitas 500 kW yang memanfaatkan tongkang
jagung di Gorontalo, Sulawesi. Contoh lain dari penerapan rekayasa energi biomassa adalah
gasifikasi. Di Pulau Jawa, penerapan gasifikasi masih kecil, karena adanya distribusi dan subsidi
minyak yang baik sehingga masyarakat mudah memperoleh minyak, selain itu PLN juga
menjangkau hampir seluruh pulau Jawa. Namun pada daerah terpencil, masih ada kondisi dimana
distribusi minyak masih kurang baik, sehingga jika tersedia biomassa dari produk lokal yang
berlimpah, maka gasifikasi biomassa dapat menjadi alternative sumber energi.

Gambar 5. Pemanfaatan gasifikasi biomassa.


Maka dari itu, kesadaran untuk memanfaatkan energi biomassa perlu ditingkatkan. Indonesia kaya
akan produk pertanian, perkebunan, peternakan dan semacamnya, sehingga limbah biomassa dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif dalam penyediaan energi, terutama di daerah terpencil. Selain
meningkatkan nilai daya guna dari komoditas lokal, pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi baru
terbarukan juga akan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Sumber :
Outlook Energi Indonesia 2015, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Energi%20dan%20Listrik%20Pertanian/MATERI%20WE
B%20ELP/Bab%20III%20BIOMASSA/indexBIOMASSA.htm
https://hukumenergisumberdayamineral.wordpress.com/2013/03/05/pengaturan-tentang-energi-baruterbarukan-renewable-energy-di-indonesia/
http://esptk.fti.itb.ac.id/herri/
http://www.pln.co.id/blog/menteri-bumn-dahlan-iskan-resmikan-plt-biomassa-tongkang-jagung-pertamadi-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai