Indonesia.
Semantik
tidak.
Leksikologi
yang
betujuan
keterampilan
berbahasa
lisan
harus
Ya, tata cara penulisan bunyi ujar ini bisa memanfaatkan hasil kajian
fonologi, terutama hasil kajian fonemik terhadap bahasa yang
bersangkutan. Sebagai contoh, ejaan bahasa Indonesia yang selama
ini telah diterapkan dalam penulisan memanfaatkan hasil studi
fonologi bahasa Indonesia, terutama yang berkaitan dengan
pelambangan fonem. Oleh karena itu, ejaan bahasa Indonesia
dikenal dengan istilah ejaan fonemis.
7. Tunjukkan kelemahan ejaan bahasa Indonesia yang selama ini
diterapkan!
Jawab :
Kita tahu bahwa ejaan tumbuh beratus-ratus tahun bahkan
beribu-ribu tahun setelah bahasa lisan ada. Bahasa lisan
tumbuh dan berkembang dengan sendirinya tanpa ejaan.
Ejaan diciptakan untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa,
bukan sebaliknya. Jadi, tidaklah ada alasan kuat bahwa
BAB II
( FONETIK: GAMBARAN UMUM )
bunyi.
Yang
menjadi
perhatian
fonetisi
adalah
kelemahan
organ
pertuturannya,
keadaan
suaranya
gerakan
alat-alat
bicara
dan
hasil-hasil
yang
BAB III
(FONETIK: TAHAPAN KOMUNIKASI, PROSES
PEMBENTUKAN, TRANSKRIPSI FONETIS)
1. Mengapa
pembicaraan
fonetik
dikaitkan
dengan
tahapan
Jawab
:
Stop ekslosif yaitu pelepasan, stop implosif yaitu penutupan.
Contoh [p] pada [atap] disebut bunyi stop implosif; [p] pada [paku]
disebut bunyi stop ekslosif. Contoh yang lain: [b], [t], [d], [d], [k], [g],
[?].
BAB IV
(KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI BUNYI
SEGMENTAL BAHASA INDONESIA)
1.
2.
kontoid).
Sebagian buku tata bahasa ada yang menyatakan bahwa bunyi tak
bersuara adalah bunyi yang dihasilkan dengan pita suara tidak
bergetar. Bagaimana pendapat anda atas pernyataan tersebut?
Jawab
:
Salah, karena meskipun bunyi yang dihasilkan dengan pita suara
tidak melakukan gerakan membuka menutup tetapi masih ada
4.
5.
6.
BAB V
(KLASIFIKASI BUNYI SUPRASEGMENTAL, BUNYI
PENGIRING, DIFTONG, KLUSTER, SILABA)
1.
2.
dikeluarkan
lebih
besar
ketika
bunyi
itu
diucapkan.
dia.
Kesenyapan (jeda) dalam bahasa Indonesia memegang peranan
cukup penting, kata seorang linguis. Apa maksud pernyataan itu?
Jawab
:
Maksudnya adalah kesenyapan merupakan sendi (juncture) karena
kesenyapan itu sekaligus tanda batas antara bentuk-bentuk
10
maupun fonem.
Jelaskan perbedaan artikulasi bunyi ejektif dan glotalisasi!
Jawab
:
Bunyi ejektif yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis
ditutup sebelum dan sewaktu bunyi utama diucapkan, sehingga
ketika glotis dibuka terdengar bunyi glotal [
V ].
c, j, , , dan y.
Palatalisasi adalah pengangkatan daun lidah ke arah langitlangit keras pada artikulasi primer. Kecuali bunyi palatal, bunyi
6.
tersebut.
Apa pula perbedaan antara vokoid rangkap dan vokoid panjang,
kluster dan kontoid homorgan? Jelaskan disertai contoh!
Jawab
:
Vokoid rangkap/ diftong yaitu kombinasi vokoid - - /a/ dengan
yang panjang
Kluster adalah dua konsonan yang diucapkan sekaligus. Seperti
11
bunyi
7.
homorgen
karena
sama-sama
apiko-dental,
tetapi
12
BAB VI
(FONEMIK: FONEM, DASAR, PROSEDUR ANALISIS)
Jawab
Distribusi
:
adalah
posisi
atau
pengelompokkan
bunyi. Lingkungan
Jawab
[m] merupakan bunyi nasal bilabial, [b] merupakan bunyi hambat bilabial,
[n] merupakan bunyi nasal dental, serta [d] merupakan bunyi hambat
13
dental. Dari fenomena ini bisa diprediksikan akan terjadi bunyi stop
eksplosif.
4.
Mengapa
ketika
menganalisis
fungsionalisasi
bunyi,
yang
Karena bunyi-bunyi bahasa mempunyai sifat yang sama. Oleh karena itu
dipasangkan dengan bunyi-bunyi yang homorgan (bunyi-bunyi yang
terbentuk oleh alat dan daerah yang artikulasi yang sama) dan sefonetis
(kelompok-kelompok bunyi yang memiliki kesamaan fonetis).
5.
Jawab
Karena pada saat pencatatan kita harus yakin bahwa hasil traskripsi
fonetis adalah benar dan diperoleh dari korpus data yang representatif,
apa adanya, dan tanpa rekayasa.
14
BAB VII
(KLASIFIKASI, DISTRIBUSI, REALISASI FONEM BAHASA
INDONESIA)
1.
Jawab
Berikan contoh distribusi fonem vokal pada posisi inisial tutur dan
inisial kata dalam bahasa Indonesia sehingga jelas perbedaannya!
Jawab
Jawab
Inisial/awal
Medial/tengah dalam tutur
Medial/tengah antartutur
Final/akhir
V/K/Dk------------k---------V/K/D---k--------V/K/Dk--k-------------------k
15
1
2
3
4
4.
Inisial/awal
Medial/tengah dalam tutur
Medial/tengah antartutur
Final/akhir
V/K/Dm-----------m------V/K/D-----m-----V/K/Dm----m-------------------k
bunyi-bunyi
ejektif?
Mengapa
flotalitas
tidak
dimasukkan?
Jawab
Karena bunyi ejektif yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis
ditutup sebelum dan sewaktu bunyi utama diucapkan, sehingga ketika glotis
dibuka terdengar bunyi glotal [?V]
Kapan [f] sebagai alofon dari fonem /f/ dan kapan sebagai alofon
dari fonem /p/? Jelaskan disertai contoh dalam bahasa Indonesia!
Jawab
[f] jika sebagai onset dan koda dari unsur serapan = fonem /f/. Contoh:
[fak+ta#] fakta, [#na+if#] naif
[f] jika dari unsur serapan, dan sering divariasikan dengan alofon [p] =
fonem /p/. Contoh: [#si+fat#] sifat, [#si+pat#] sifat
6.
Kapan pula [h] sebagai alofon dari fonem [x] dan kapan sebagai
alofon dari fonem /h/? Berikan contohnya dalam bahasa Indonesia!
Jawab
Fonem /x/ Alofon [x]: sering bervariasi dengan [h], contohnya yaitu
[#mah+lU?#] makhluk, [#ma+lU#] makhluk.
16
Fonem /h/ Alofon [h]: jika sebagai onset dan koda, contohnya yaitu
[#hi+tam#] hitam, [#han+tu#] hantu.
7.
Jawab
Ada, karena saat suatu ujaran dari bunyikan akan ada fonem yang hilang
(?). Hal seperti ini terjadi karena bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung
dipengaruhi oleh lingkungannya. Contohnya seperti pada kata tidak, saat
dibunyikan akan menjadi tida?.
8.
Jawab
Karena EYD itu ialah sistem dwitunggal ejaan yang merupakan hasil
pembakuan dalam bidang ejaan karena bahasa Indonesia berstatus
bahasa negara atau kebangsaan.
BAB VIII
17
1.
Mengapa
nada
dalam
bahasa
Indonesia
dikatakan
tidak
Jawab
makna,
apalagi
bermakna.
Dengan
demikian,
dapat
dinyatakan bahwa tekanan pada suku kata tidak fonemis dalam bahasa
Indonesia.
3.
Jawab
18
4.
Jawab
Jawab
BAB IX
19
1.
Jawab
Kata bahasa Inggris top diucapkan [tOp] dengan [t] apiko-dental. Tetapi,
setelah mendapatkan [s] lamino-palatal pada stop, kata tersebut
diucapkan [ Op] dengan [ ] juga lamino-palatal. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa [ ] pada [stOp] disesuaikan atau diasimilasikan
artikulasinya dengan [ ] yang mendahuluinya sehingga sama-sama
lamino-palatal.
2.
Jawab
Jawab
Karena proses asimilasi dalam uraian ini terbatas pada asimilasi fonetis
saja, yaitu pengaruh mempengaruhi bunyi tanpa mengubah identitas
fonem. Sedangkan untuk labialisasi dan palatalisasi termasuk kedalam
pemengaruh bunyi bahasa yaitu tempat artikulasi yang mempengaruhi
20
bunyi
yang
disebut
artikulasi
penyerta
(artikulasi
sekunder
atau
koartikulasi) .
4.
Berikan penjelasan tentang netralisasi atas fonem /g/ dan /k/ dalam
bahasa Indonesia disertai contoh!
Jawab
Secara sinkronis, dari mana bisa diketahui bahwa suatu bunyi itu
termasuk peristiwa zeroisasi? Buktikan!
Jawab
Jawab
21
7.
Jawab
22