Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, karena dengan
izinya kami masih diberi kesempatan dalam menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul Monoterpen
Adapun maksud penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Farmakognosi Fitokimia 1. Penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin dalam penyusun makalah ini dengan memberikan gambaran secara
deskriptif agar mudah di pahami.
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun memohon saran dan arahan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Dan penyusun berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan...................................................................................2
BAB II ISI
2.1 Pengertian dan Klasifikasi Monoterpen....................................................3
2.2 Cara Memperoleh......................................................................................4
2.3 Sifat Fisika dan Kimia Monoterpen..........................................................7
2.4 Sumber Monoterpen..................................................................................7
2.5 Efek Farmakologis Monoterpen................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa metabolit sekunder merupakan molekul kecil yang dihasilkan
dari organisme. Senyawa ini bukan merupakansenyawa komponen dasar
untuk proses kehidupan. Beberapa contoh senyawa metabolit sekunder adalah
terpenoid, favonoid, alkaloid, fenilpropanoid.
Terpenoid adalah komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai
bau dan dapatdiisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan. Pada tumbuhan,
terpenoid berguna sebagai hormone pertumbuhan dan sebagai pelindung
untuk menolak serangga dan serangan mikroba. Sedangkan pada pengobatan,
senyawa ini dapat mengendalikan aktivitas bakteri gram positif dan
bakterigram negative. Penelitian mengenai terpenoid telah banyak dilakukan
melihat manfaatnya yang begitu luas khususnya dalam dunia kesehatan.
Contoh dari golongan senyawa terpenoid adalah monoterpen, seskuiterpen,
diterpen, triterpen, tetraterpenoid, politerpenoid.
Dalam makalah akan dibahas mengenai salah satu senyawa metabolit
sekunder bagian dari terpenoid yaitu Monoterpen. Monoterpen adalah alkohol
primer yang ditemukan dalam materi tanaman yang berperan dalam
pengurangan kolesterol dan merangsang apoptosis. Monoterpenoid memiliki
rumus kimia C10H16, merupakan senyawa essence dan memiliki bau yang
spesifik yang dibangun oleh 2 unit isopren atau dengan jumlah atom karbon
10. Monoterpen (C10) merupakan komponen utama dari minyak atsiri
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan klasifikasi dari monoterpen?
2. Bagaimana cara memperoleh monoterpen?
3. Bagaimana sifat fisika dan kimia monoterpen?
4. Bagaimana sumber monoterpen?
5. Bagaimana efek farmakologis monoterpen?
BAB II
ISI
2.1 Pengertian dan Klasifikasi Monoterpen
Monoterpen adalah alkohol primer yang ditemukan dalam materi
tanaman yang berperan dalam pengurangan kolesterol dan merangsang
apoptosis. Monoterpen juga meningkatkan kadar enzim hati yang terlibat
dalam mendetoksifikasi karsinogen. Karenanya, zat ini memiliki efek
antitumor dan anti kanker. Disamping itu, monoterpen banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pemberi aroma makanan dan parfum dan banyak digunakan
secara komersial dalam perdagangan.
Monoterpen (C10) merupakan komponen utama dari minyak atsiri.
Monoterpen mempunyai sifat-sifat berupa cairan tidak berwarna, tidak larut
dalam air, disuling dengan uap air, berinteraksi dengan lemak/minyak berbau
harum. Minyak bunga dan biji banyak mengandung monoterpen (Robinson.,
1995).
Monoterpenoid memiliki rumus kimia C10H16, merupakan senyawa
essence dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit isopren
atau dengan jumlah atom karbon 10. Struktur monoterpenoid dapat berupa
rantai terbuka dan tertutup atau siklik. Struktur monoterpen dapat berupa
senyawa rantai terbuka seperti geraniol, nerol, linalol, sitral, sitronella, cis-osimena, mirsena. Senyawa monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang
banyak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan hal yang
penting. Jenis kerangka karbon monoterpenoid antara lain dapat ditetapkan
oleh reaksi dehidrogenasi menjadi senyawa aromatik.
Monoterpenoid dapat dipilah menjadi tiga golongan, bergantung pada
apakah struktur kimianya asiklik (misalnya geraniol), monosiklik (misalnya
limonena), atau bisiklik (misalnya - pinena). Dalam setiap golongan,
monoterpenoid dapat berupa hidrokarbon tak jenuh (misalnya limonena) atau
dapat mempunyai gugus fungsi dan berupa alkohol (misalnya mentol),
aldehida, atau keton (misalnya; menton, karvon).
tumbuhan
yang
akan
disuling
dengan
metode
penyulingan air dan uap ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian
bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat
penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak
jauh di bawah saringan, uap air akan naik bersama minyak atsiri
kemudian dialirkan melalui pendingin. Hasil sulingannya adalah
minyak atsiri yang belum murni (Guenther, 1987).
c. Penyulingan dengan uap (Steam distillation)
Pada metode ini bahan tumbuhan dialiri uap panas dengan
tekanan tinggi. Uap air selanjutnya dialirkan melalui pendingin dan
hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Cara ini baik
digunakan untuk bahan tumbuhan yang mempunyai titik didih yang
tinggi (Guenther, 1987).
2. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik
yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya
digunakan mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan
uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari
bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar dan kenanga. Pelarut yang
umum digunakan adalah petroleum eter, karbon tetra klorida dan
sebagainya (Ketaren, 1985).
3. Ekstraksi dengan Lemak Padat
Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan,
untuk mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode
ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.
a. Enfleurasi (Enfleurage)
Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan
pada suhu rendah (keadaan dingin) sehingga minyak terhindar dari
kerusakan yang disebabkan oleh panas. Metode ini digunakan untuk
mengekstraksi beberapa jenis minyak bunga yang masih melanjutkan
kegiatan fisiologisnya dan memproduksi minyak setelah bunga
dipetik. Hasilnya disebut ekstrait (Ketaren, 1985).
b. Maserasi (Maceration)
Pada cara ini absorbsi minyak atsiri oleh lemak dalam keadaan
panas pada suhu 80oC selama 1,5 jam. Cara ini dilakukan terhadap
bahan tumbuhan yang bila dilakukan penyulingan atau enfleurasi akan
menghasilkan minyak atsiri dengan rendeman yang rendah. Setelah
selesai pemanasan, campuran disaring panas-panas, jika perlu
kelebihan lemak pada ampas disiram dengan air panas. Kemudian
dilakukan penyulingan untuk memperoleh minyak atsiri (Ketaren,
1985)
4. Kromatografi Gas
Kromatografi
gas
digunakan
untuk
memisahkan
komponen
Mudah menguap
2. Sifat kimia :
a.Merupakan senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun rantai tertutup)
b.
yaitu
kamfer
(Cinnamomun
camphora)
dengan
contoh
3. Spasmolitik
Spasmolitik artinya dapat melemaskan kejang otot pada perut. Biasanya
pasien dengan kondisi diare diberi spasmolitik untuk melemaskan kejang
pada otot perutnya.
4. Ekspektoransia
Senyawa monoterpenoid juga bisa digunakan sebagai obat batuk berdahak
atau ekspektoransia. Contoh tumbuhannya adalah oleum cajuputi dan
thymi herba.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
-
3.2 Saran
Berdasarkan penulisan maklah ini perlu dilakukan materi yang lebih
mendalam terkait terpenoid khususnya monoterpen karena pengetahuan ini
sangat berguna bagi mahasiswa farmasi yang bidangnya mencakup
pembuatan sediaan obat.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Farmakognosi-Fitokimia
tentang Monoterpen. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami menyarankan agar pembaca dapat mengkaji lebih teliti dan
mendapatkan manfaat dari penulisan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan
Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.
Manito, P. 1981. Biosintesis Produk Alami. Terjemahan Koensoemardiyah.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Aprilia, Dinana. 2015. Makalah Farmakognosi Terpenoid. Diakses dari
http://www.academia.edu/13869342/farmakognosi_terpenoid.
(Diakses
13 November 2016)
Anonim. ______. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28115/4/Chapte
r%20II.pdf (Diakses 13 November 2016)
12