Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
APRIL 2015

LAPORAN KASUS
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK
DENGAN GEJALA PSIKOTIK
REFERAT
ANTI-PSIKOTIK ATIPIKAL (PALIPERIDONE PALMITATE)
PADA SKIZOFRENIA

Disusunoleh :
ANDI ARWAN AGUSNAWAN
PembimbingResiden:
dr. YAZZIT MAHRI
Pembimbing Supervisor:
dr. Hidajah, M.Kes., Sp. KJ
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini konsep kedokteran mengenai pengobatan gangguan psikotik
masih berputar pada penggunaan antipsikotik. Antipsikotik merupakan salah satu
obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering drugs), digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication). Menurut WHO, obat
psikotropik

adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau

pengalaman. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih


kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik.
Berdasarkan penggunaan klinik, psikoterapi dibagi menjadi 4 golongan
yaitu: (1) antipsikotik; (2) antianxietas; (3) antidepresi; dan (4) psikotogenik.
Antipsikotik atau dikenal juga dengan istilah neuroleptik (major tranquilizer)
bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik. Antipsikotik bekerja dengan
menduduki reseptor dopamin , serotonin dan beberapa reseptor neurotransmiter
lainnya . Antipsikotik dibedakan atas antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi
pertama) antara lain klorpromazin, flufenazin, tioridazin, haloperidol; serta
antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua) seperti klozapin, olanzapin,
risperidon dan lain sebagainya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis
(SDA) atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja
melalui interaksi anatar serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di
otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat
efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II
adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok
secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2).1
Kerja obat antipsikotik generasi kedua pada dopamin pathways:1
1. Mesokortikal Pathways
Antagonis 5HT2A tidak hanya akan menyababkan berkurangnya blokade
terhadap antagonis D2 tetapi juga menyebabkan terjadinya aktivitas dopamin
pathways sehingga terjadi keseimbangan antara serotonin dan dopamin.
APG II lebih berpengaruh banyak dalam memblok reseptor 5HT 2A dengan
demikian meningkatkan pelepasan dopamin dan dopamin yang dilepas
menang dari pada yang dihambat di jalur mesokortikal. Hal ini
menyebabkan berkurangnya gejala negatif maka tidak terjadi lagi penurunan
dopamin di jalur mesokortikal dan gejala negatif yang ada dapat diperbaiki.
APG II dapat memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan
APG I karena di jalur mesokortikal reseptor 5HT2A jumlahnya lebih banyak
dari reseptor D2, dan APG II lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor
5HT2A dan sedikti memblok reseptor D2 akibatnya dopamin yang di lepas
jumlahnya lebih banyak, karena itu defisit dopamin di jalur mesokrtikal
berkurang sehingga menyebabkan perbaikan gejala negatif skizofrenia.
2. Mesolimbik Pathways
APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk mengalahkan
antagonis D2 di jalur tersebut. jadi antagonsis 5HT2A tidak dapat

mempengaruhi blokade reseptor D2 di mesolimbik, sehingga blokade


reseptor D2 menang. Hal ini yang menyebabkan APG II dapat memperbaiki
gejala positif. Pada keadaan normal serotonin akan menghambat pelepasan
dari dopamin.
3. Tuberoinfundibular Pathways
APG II di jalur tuberoinfundibular, antagonis reseptor 5HT2A dapat
mengalahkan antagonis reseptor D2. Hubungan antara neurotransmiter
serotonin dan dopamin sifatnya antagonis dan resiprokal dalam kontrol
sekresi prolaktin dari hipofise. Dopamin akan menghambat pengelepasan
prolaktin, sedangkan serotonin menigkatkan pelepasan prolaktin. Pemberian
APG II dalam dosis terapi akan menghambat reseptor 5HT 2A sehingga
menyebabkan pelepasan dopamin menigkat. Ini mengakibatkan pelepasan
prolaktin menurun sehingga tidak terjadi hiperprolaktinemia.
4. Nigrostriatal Pathways
Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis. Fungsi
jalur nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok,
akan terjadi kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut
extrapyramidal reaction (EPR). Gejala yang terjadi antara lain akhatisia,
dystonia (terutama pada wajah dan leher), rigiditas, dan akinesia atau
bradikinesia.2
APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan, yaitu: 4
1. APG II menyebabkan EPS jauh lebih kecil dibandingkan APG I, umunya
pada dosis terapi sangat jarang terjadi EPS.
2. APG II dapat mengurangi gejala negatif

dari skzofrenia dan tidak

memperburuk gejala negatif seperti yang terjadi pada pemberian APG I.


3. APG II menurunkan gejalan afektif dari skizofrenia dan sering
digunakan untuk pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang
resisten.
4. APG II menurunkan gejala kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit
Alzheimer.

B. Sejarah
Obat antipsikotik atipikal pertama, clozapine, ditemukan pada 1950an, dan diperkenalkan ke dalam praktek klinis pada 1970-an. Clozapine
tidak disukai karena dapat menginduksi agranulocytosis. Namun, penelitian
menunjukkannya efektivitas dalam pengobatan skizofrenia. Meskipun
clozapine efektif untuk pengobatan skizofrenia, agen dengan efek samping
yang lebih menguntungkan yang dicari untuk digunakan secara luas. 5

Selama tahun 1990-an, olanzapine, risperidone, dan quetiapine


diperkenalkan. Ziprasidone dan aripiprazole diperkenalkan di awal 2000-an.
Paliperidone, anti-psikotik atipikal terbaru, telah disetujui oleh FDA pada
akhir tahun 2006. Anti-psikotik atipikal sekarang dianggap sebagai
pengobatan

lini

pertama

untuk

skizofrenia

dan

secara

bertahap

menggantikan antipsikotik tipikal. Di masa lalu, sebagian besar peneliti


sepakat bahwa karakteristik mendefinisikan suatu antipsikotik atipikal
adalah kecenderungan efek samping ekstrapiramidal (EPS) dan tidak adanya
elevasi prolaktin berkelanjutan.5
Terminologi tersebut mungkin tepat. Yang dimaksud dengan
"atypicality" didasarkan atas tidak adanya efek samping ekstrapiramidal,
tapi sekarang ada pemahaman yang jelas bahwa antipsikotik atipikal masih
dapat menyebabkan efek tersebut (meskipun pada tingkat yang lebih rendah
daripada antipsikotik tipikal).4,5
Penelitian yang lebih baru mempertanyakan gagasan anti-psikotik
generasi kedua lebih unggul daripada generasi pertama. Dengan
menggunakan beberapa parameter untuk menilai kualitas hidup, peneliti
Manchester University menemukan bahwa anti-psikotik tipikal tidak lebih
buruk daripada antipsikotik atipikal. Karena setiap obat-obatan (baik
generasi pertama atau kedua) memiliki profil efek yang diinginkan dan efek
yang

merugikan

merekomendasikan

salah

sendiri-sendiri.
satu

antipsikotik

Neuropsikofarmakologis
generasi

pertama,

atau

antipsikotik atipikal (generasi kedua), atau dalam kombinasi dengan obat


lain. Neuropsikofarmakologis akan memilih berdasarkan profil gejala, pola
respon, dan efek samping pada masing-masing pasien.5
Antipsikotik biasanya diberikan secara oral. Antipsikotik dapat juga
disuntikkan, tetapi metode ini tidak lazim. Antipsikotik dalam tubuh akan

larut dalam lipid dan diserap saluran pencernaan, kemudian melewati sawar
darah otak dan plasenta. Setelah sampai di otak, antipsikotik menuju sinaps
dan bekerja pada sinaps dengan mengikat reseptor. Antipsikotik sepenuhnya
dihancurkan oleh metabolisme tubuh dan metabolitnya diekskresikan dalam
urin. Obat ini memiliki waktu paruh yang relatif panjang.5
Setiap obat memiliki waktu paruh yang berbeda. Obat antipsikotik
atipikal yang bekerja pada reseptor D2 mempunyai waktu paruh 24 jam,
sementara antipsikotik tipikal berlangsung lebih dari 24 jam. Hal ini
mungkin menjelaskan mengapa kekambuhan psikosis terjadi lebih cepat
dengan antipsikotik atipikal dibandingkan dengan antipsikotik tipikal,
karena obat ini diekskresi lebih cepat dan tidak lagi bekerja di
otak.5 Ketergantungan fisik dengan obat ini sangat jarang, karena itu gejala
withdrawal jarang terjadi. Terkadang, jika AAP dihentikan tiba-tiba, dapat
terjadi gejala psikotik, gangguan gerak, dan kesulitan dalam tidur. Ada
kemungkinan bahwa withdrawal jarang terjadi karena AAP disimpan di
jaringan lemak dalam tubuh dan direalese perlahan-lahan. 5

C. Profil Obat
Paliperidone palmitat merupakan bentuk sedian intramuskuler dari
paliperidone, bentuk activemetabolite dari risperidone yang sebelumnya
hanya tersedia dalam sediaan oral. Dalam studi jangka pendek, paliperidone
palmitat adalah antipsychotic yang lebih efektif dibandingkan plasebo. Efek

samping paliperidone palmitate hampir sama dengan paliperidone oral,


risperidone oral, dan risperidone jenis Long acting injection. 1,4
Kelompok obat antipsikosis terbaru dikenal karena memiliki
kemampuan untuk bekerja lebih baik dibandingkan dengan banyak obat
psikosis lainnya terutama dibandingkan dengan obat golongan APG I.1
Sama halnya dengan risperidone, Paliperidone palmitate termasuk
antipsikotik turunan benzisoxazole. Paliperidone palmitate merupakan
antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor
serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Paliperidone palmitate berikatan
dengan reseptor 1-adrenergik. Paliperidone palmitate tidak memiliki
afinitas terhadap reseptor kolinergik. 1,4
Meskipun Paliperidone palmitate merupakan antagonis D2 kuat,
dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut
menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi
dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral
yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping
ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif
dan afektif dari skizofrenia. 1,4
Dosis pemberian Palperidone Palmitate melalui injeksi intramuskular
deltoid: dosis awal 50 mg hari pertama dan 100 mg dosis kedua pada hari
ke-8, dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan rentang 39 sampai
234 mg tergantung tolerabilitas individu, dosis pemeliharaan yang
direkomendasikan 75 mg, setelah dosis kedua, obat dapat diberikan melalui
otot deltoid maupun gluteal. Jika dosis terlewat (1bulan 6 minggu) dosis
sebelumnya harus diberikan sesegera mungkin, dilanjutkan dengan injeksi
tiap bulan. Jika dosis terlewat (> 6 minggu 6 bulan) lanjutkan dengan dosis
yangsama dimana pasien stabil dengan aturan 1) injeksi intramuskular
deltoid, dilanjutkan dengan 2) dosis yang sama intramuskular deltoid satu
minggu setelahnya, dan 3) dilanjutkan dengan dosis bulanan melalui deltoid

maupun gluteal, jika dosis terlewat (> 6 bulan) pemberian dimulai kembali
dengan dosis awal, lanjut usia dengan fungsi ginjal normal ( 80 mL/menit)
sama dengan dosis orang dewasa dengan fungsi ginjal normal. 1,2
Paliperidone di reabsorpsi sempurna pada 24 jam setelah pemberian
pertama, hal ini disebabkan karena bentuk kerja dari obat ini berbeda dari
obat anti-psikotik atipikal lainnya, bentuk kerja dari obat ini yaitu aktif
metabolik dimana tergantung pada kondisi metabolik pasien, seperti
konsentrasi plasma, indeks massa tubuh, kreatinin clearence dll. 1,2
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa Paliperidone Palmitate
sangat direkomendasikan untuk pengobatan skizofrenia. Dalam hal ini
Paliperidone Palmitate mempunyai onset kerja yang cukup lama yaitu pada
dosis tertentu dapat mencapai 4 minggu per sekali injeksi, hal ini di
sebabkan oleh karena cara kerja aktif metabolik dimana Paliperidone
Palmitate di dalam tubuh dilepaskan sedikit demi sedikit sesuai proses
metabolik yang terjadi dalam tubuh pasien. 1,6
Dalam hal ini penelitian juga membuktikan bahwa Paliperidone
Palmitate menunjukkan efek samping EPS (Ekstra Piramidal Syndrome)
yang minimal karena Paliperidone Palmitate termasuk dari Anti-Psikotik
jenis Atipikal atau biasa disebut Anti-psikotik Generasi Kedua atau APG II
yang mana APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi anatar
serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang
menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk
mengatasi gejala negatif. 1,4,5
Penelitian Juga menunjukkan bahwa Paliperidone Palmitate cocok
untuk pasien rawat inap ataupun pasien yang sedang berobat jalan (kontrol).
Dalam hal ini apabila pasien rawat inap menolak untuk mengkonsumsi obat
sediaan oral pada saat perawatan di rumah sakit, dimana keuntungan
tambahan pada penggunaan injeksi Paliperidone Palmitate yaitu onsetnya

yang cukup lama yaitu bisa mencapai 4 minggu pada dosis tertentu. Dan
pada pasien kontrol tentunya akan sangat membantu dengan onset nya yg
cukup lama yaitu 4 minggu dibandingkan penggunaan obat APG I oral
yang mempunyai onset cukup pendek, dan biasanya kurang efektif apabila
digunakan tidak teratur karena sediaan oral APG I biasanya diminum
perhari terjadwal sesuai resep yang ditentukan oleh dokter dan dalam hal ini
diperberat oleh keadaan dimana pasien menolak untuk minum obat. 1,2,6
Kontraindikasi pada penggunaan Paliperidone Palmitate adalah
adanya hipersensitivitas terhadap obat anti psikotik atipikal golongan
benzisoxazole seperti Paliperidone dan Risperidone. 1,2,3,5
Efek samping yang umum terjadi adalah adanya insomnia, agitasi,
rasa cemas, sakit kepala. 1,2
Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi
terganggu, konstipasi, dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan
penglihatan, priapismus, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi
orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam dan reaksi alergi lain. 1,2
Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi (namun
insiden dan keparahannya jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan
haloperidol), seperti: tremor, rigiditas, hipersalivasi, bradikinesia,akathisia,
distonia akut. Jika bersifat akut, gejala ini biasanya ringan dan akan hilang
dengan pengurangan dosis dan/atau dengan pemberian obat antiparkinson
bila diperlukan. 1,2
Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadineuroleptic malignant
syndrome (namun jarang), ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot,
ketidakstabilan otonom, kesadaran berubah dan kenaikan kadar CPK,
dilaporkan pernah terjadi. Bila hal ini terjadi, penggunaan obat antipsikotik
harus dihentikan. 1,2

Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi termasuk


ortostatik, takikardia termasuk takikardia reflek dan hipertensi. 1,2

KESIMPULAN

Paliperidone palmitat merupakan bentuk sedian intramuskuler dari


paliperidone, bentuk activemetabolite dari risperidone yang sebelumnya hanya

tersedia dalam sediaan oral. Dalam studi jangka pendek, paliperidone palmitat
adalah antipsychotic yang lebih efektif dibandingkan plasebo.
Paliperidone Palmitate sangat direkomendasikan untuk pengobatan
skizofrenia. Dalam hal ini Paliperidone Palmitate mempunyai onset kerja yang
cukup lama yaitu pada dosis tertentu (234 mg) dapat mencapai 4 minggu per
sekali injeksi, hal ini di sebabkan oleh karena cara kerja aktif metabolik dimana
Paliperidone Palmitate di dalam tubuh dilepaskan sedikit demi sedikit sesuai
proses metabolik yang terjadi dalam tubuh pasien.
Paliperidone Palmitate menunjukkan efek samping EPS (Ekstra Piramidal
Syndrome) yang minimal karena Paliperidone Palmitate termasuk dari AntiPsikotik jenis Atipikal atau biasa disebut Anti-psikotik Generasi Kedua atau APG
II yang mana APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi anatar
serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang
menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi
gejala negatif.
Penelitian Juga menunjukkan bahwa Paliperidone Palmitate cocok untuk
pasien rawat inap ataupun pasien yang sedang berobat jalan (kontrol). Dalam hal
ini apabila pasien rawat inap menolak untuk mengkonsumsi obat sediaan oral
pada saat perawatan di rumah sakit, dimana keuntungan tambahan pada
penggunaan injeksi Paliperidone Palmitate yaitu onsetnya yang cukup lama.

DAFTAR PUSTAKA

1. Paliperidone Palmitate injection for the acute and maintenance treatment


fot schizoprenia in adults. Weiden PJ, Solari H, Kim S, Bishop JR:
Psychiatr Ann. 2012
2. Paliperidone palmitate 50mg, 75mg, 100mg and 150mg prolonged release
suspension for injection (Xeplion). Scottish Medicines Consortium:
Janssen-Cilag Ltd; 2011
3. Paliperidone Palmitate for Schizoprenia (Review).Nussbaum AM, Stroup
TS: The Cochrane Library; 2012
4. Safety and tolerability of deltoid and gluteal injection of paliperidone
palmitate in schizoprenia. Hough D, Lindenmayer JP, Gopal S, Melkote R,
Lim P, Herben V,Yuen E, Eerdekens M: Elsevier Inc; 2009
5. Antipsyvhotics History of development and field of indication, New
wine old glasses. Jasovic-gasic M, Vukovic O, Pantovic M, Cvetic T,
Maric-Bojovic N: Psychiatria Danubina; 2012
6. Paliperidone palmitate, a potential long-acting treatment for patients with
schizophrenia. Results of a randomized, double-blind, placebo-controlled
efficacy and safety study. Kramer, M., Litman, R., Hough, D., Lane, R.,
Pilar,

L.,

Liu,

Y.,

et

Neuropsychopharmacology; 2012

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

al.,:

International

Journal

of

MAKASSAR

Khusus Kepaniteraan Klinik

STATUS PASIEN

Nama Dokter Muda : Andi Arwan Agusnawan

Nama Pasien : Ny. M


No. Status / No. Reg

: 090458

Masuk RS Tanggal

: 14 Maret 2015

Nama

: Ny. M

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir

: Ujung Pandang, 10 Januari 1993

Umur

: 22 Tahun

Agama

: Islam

Warga Negara

: Indonesia

Suku Bangsa

: Makassar

Status Perkawinan

: Sudah menikah

Pendidikan

: Tidak tamat SMA

Alamat

: Jl. Toa 2 Lr. 10 No. 36 Makassar

Diagnosis Sementara

: Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik


Dengan Gejala Psikotik

Gejala-gejala Utama

: Mengamuk

LAPORAN PSIKIATRI
I.

RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama dan Alasan MRS
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang

Keluhan dan Gejala


Pasien mengamuk sejak 2 bulan lalu dan memberat kira-kira 2 hari
yang lalu. Saat mengamuk pasien sering berteriak dan melempar barang.
Pasien sering keluar rumah, hanya sekali saja dalam seminggu pulang ke
rumah dengan alasan pergi bekerja. Pasien juga sering berdandan berlebihan
dan kadang berbicara sendiri. Pasien susah tidur selama seminggu terakhir ini.
Awal mulanya dialami sejak SMK kelas 2 yaitu kira-kira 5 tahunyang
lalu. Pada awalnya pasien dijodohkan oleh keluarganya dengan pemuda
berinisial K pada umur 17 tahun dan sempat menikah. Pasien merasa bahagia
hanya 1 bulan pasca pernikahan dikarenakan suaminya seringkali melakukan
tindakan kekerasan dan membawa wanita ke rumahnya. Akhirnya, pasien
bercerai. Setelah cerai, pasien mengalami depresi. Pada saat itu, pasien malas
untuk beraktivitas, jarang berbicara dengan orang terdekat dan lebih banyak
menyendiri di rumah. Hal tersebut terjadi selama setahun. Kemudian akhirnya
pasien sembuh dan mampu melakukan aktivitasnya selama 2 tahun. Setelah 3
tahun bercerai, pasien sempat dijodohkan oleh ibunya dengan seorang pemuda
yang kaya. Sebelum melakukan akad nikah, pasien kabur dan dikejar oleh

orang tuanya. Sejak saat itu, pasien selalu mengamuk dan membenci semua
anggota keluarganya.

Hendaya/disfungsi :
- Hendaya sosial ada
- Hendaya pekerjaan ada
-

Hendaya waktu senggang ada

Faktor stressor psikososial


Masalah dalam keluarga antara lain kekerasan dalam rumah tangga,
perselingkuhan, perceraian dan pernikahan paksa.

Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis


sebelumnya
Tidak ada.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik sebelumnya, seperti infeksi,
trauma kapitis dan kejang
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak merokok. Riwayat penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol
tidak ada.
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Kira-kira 5 tahun yang lalu pasien mengalami depresi dimana saat itu pasien
malas untuk beraktivitas, jarang berbicara dengan orang terdekat dan lebih
banyak menyendiri di rumah. Hal tersebut dikarenakan suami pasien
seringkali melakukan tindakan kekerasan dan membawa wanita ke
rumahnya. Akhirnya, pasien memutuskan untuk bercerai. Gejala depresinya
dirasakan selama setahun. Kemudian akhirnya pasien sembuh dan mampu
melakukan aktivitasnya seperti biasanya selama 2 tahun.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, dan persalinan dibantu oleh dukun.

2. Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai dengan anak seusianya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun)
Pertumbuhan

dan

perkembangan

normal

sesuai

dengan

anak

seusianya.Pasien tamat SD.


4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia 12-18 tahun)
Pasien dijodohkan oleh keluarganya sehingga tidak menyelesaikan
pendidikannya di SMK.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Tidak tamat SMK
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai karyawan toko kue kira-kira 3 tahun yang
lalu

c. Riwayat Pernikahan
Pasien pernah menikah kira-kira 5 tahun yang lalu dan pernikahannya
bertahan hanya 1 bulan dan akhirnya pasien memutuskan untuk bercerai.
d. Riwayat Kehidupan beragama
Pasien memeluk agama Islam, pasien sering sholat 5 waktu dalam sehari.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum
f. Aktivitas Sosial
Pasien tidak berkativitas sosial lagi karena dijauhi oleh teman dan
kerabat terdekat.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Hubungan dengan ibu dan
saudaranya baik. Riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama
tidak ada. Pasien dulu tinggal dan bapaknya namun sekarang sudah tidak
tinggal bersama sejak bercerai dengan ibunya
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal dengan ibunya di Jl. Toa 2 Lr. 10 No. 36 Makassar
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit dan tidak butuh pengobatan. (Tilikan
derajat 1)
II.

STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan memakai baju dengan motif bunga dengan celana berwarna
hitam, dengan rambut pirang lurus, perawatan diri baik.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Pasien duduk, kadang gelisah, seringkali berdiri dan terlihat banyak bicara.
4. Pembicaraan
Lancar, spontan, intonasi kadang tinggi
5. Sikap terhadap pemeriksa
Cukup Kooperatif
B. Keadaan afektif (Mood), perasaan atau empati
1. Mood

: Senang

2. Afek

: Hipertimia

3. Empati

: Tidak Dapat dirabarasakan

C. Fungsi intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan :

Sesuai

taraf

pendidikan
2. Daya konsentrasi

: Baik

3. Orientasi (waktu,tempat,orang)

: Baik

4. Daya ingat (jangka panjang, jangka pendek,segera)

: Baik

5. Pikiran abstrak

: Baik

6. Bakat kreatif

: Tidak Ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri

: Baik

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi

: Ada ( halusinasi visual dimana pasien

mengaku bisa melihat ular berkepala tujuh sejak 2 bulan lalu, halusinasi
terjadi setiap hari)
2. Ilusi
3. Depersonalisasi

: Tidak ada

4. Derealisasi

: Tidak ada

: Tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas

: Membanjir

b. Kontinuitas

: flight of ideas

c. Hendaya berbahasa

: Tidak ada

2. Isi pikiran
Preokupasi

: Tidak ada

Gangguan isi pikiran

: Ada (Waham bizzare, pasien mengaku


dapat berinteraksi dengan kucing)

F. Pengendalian Impuls

: Terganggu

G. Daya Nilai
1. Norma sosial

: Baik

2. Uji daya nilai

: Baik

3. Penilaian realitas

: Terganggu

H. Tilikan (Insight)
Derajat 1 (Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit, tidak percaya pada
pengobatan).
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
III.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 90 x/menit, frekuensi pernafasan 21 x/menit dan suhu
tubuh 36,6 C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru
dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan.

IV.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien dibawa ke rumah sakit dengan mengamuk sejak 2 bulan lalu dan
memberat kira-kira 2 hari yang lalu. Saat mengamuk pasien sering berteriak
dan melempar barang. Pasien sering keluar rumah, hanya sekali saja dalam
seminggu pulang ke rumah dengan alasan pergi bekerja. Pasien juga sering
berdandan berlebihan dan kadang berbicara sendiri. Pasien susah tidur selama
seminggu terakhir ini.
Awal mulanya dialami sejak SMK kelas 2 yaitu kira-kira 5 tahun yang
lalu. Pada awalnya pasien dijodohkan oleh keluarganya dengan pemuda
berinisial K pada umur 17 tahun dan sempat menikah. Pasien merasa bahagia
hanya 1 bulan pasca pernikahan dikarenakan suaminya seringkali melakukan
tindakan kekerasan dan membawa wanita ke rumahnya. Akhirnya, pasien
memutuskan cerai. Setelah cerai, pasien sempat depresi. Pada saat itu, pasien
malas untuk beraktivitas, jarang berbicara dengan orang terdekat dan sulit
berkonsentrasi. Hal tersebut dirasakan selama setahun. Kemudian akhirnya

pasien sembuh dan mampu melakukan aktivitasnya selama 2 tahun. Setelah 3


tahun bercerai, pasien sempat dijodohkan oleh ibunya dengan iringan pemuda
yang kaya. Sebelum melakukan akad nikah, pasien kabur dan dikejar oleh
orang tuanya. Sejak saat itu, pasien selalu mengamuk dan membenci semua
anggota keluarganya.
Dari

pemeriksaan

status

mental

ditemukan

deskripsi

umum,

penampilan: seorang perempuan memakai baju dengan motif bunga dengan


celana berwarna hitam dengan rambut hitam lurus, perawatan diri baik.
Kesadaran: berubah, psikomotor: pasien agak gelisah, seringkali pasien berdiri
dan terlihat banyak bicara. Pembicaraan: lancar, spontan, intonasi tinggi.
Keadaan afek: hipertimia. Arus pikiran, produktivitas: ide yang meluap-luap,
kontinuitas: flight if ideas, pasien juga memiliki waham bizzare yaitu mampu
berbicara dengan hewan, tilikan: derajat 1.
V.

EVALUASI MULTIAKSIAL
A. AKSIS I
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan gejala klinis yang

bermakna yaitu pasien selalu mengamuk. Terdapat hendaya dalam fungsi sosial,
pekerjaan dan waktu senggang hal ini menimbulkan distress dan disability pada
dirinya dan keluarga sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami Gangguan
Jiwa.
Dari alloanamnesis, didapatkan pasien sering mengamuk, gelisah dan sering
bicara sendiri didapatkan hendaya dalam menilai realitas yaitu: halusinasi visual
dan waham bizzare. Selain itu, dari hasil autoanamnesis pasien mengaku dapat
berbicara dengan hewan dan dapat melihat ular berkepala tujuh sehingga pasien
didiagnosis dengan Gangguan Jiwa Psikotik.
Dari pemeriksaan status interna dan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut,
tidak ditemukan adanya kelainan yang berarti sehingga pasien dapat dikatakan
mengalami Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik

Dari anamnesis didapatkan keluhan mengamuk, sering berteriak-teriak dan


menunjukkan aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan berbicara. Pasien
juga sulit tidur, keluhan sudah berlangsung kurang lebih 2 bulan dan memberat 2
hari terakhir sebelum masuk rumah sakit. Pasien didapati sering berbicara sendiri
oleh keluarganya dan cenderung iritabel. Dan pada pasien ini didapatkan gejala
khas trias mania yaitu: afek meningkat, psikomotor meningkat, dan flight of ideas.
Sehingga menurut PPDGJ III, pasien dapat didiagnosis dengan Mania Dengan
Gejala Psikotik (F30.2)
Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien pernah mengalami depresi sejak
umur 17 tahun dan mengalami gejala tersebut selama setahun. Pada saat itu pasien
malas untuk beraktivitas, jarang berbicara dengan orang terdekat dan lebih banyak
menyendiri di rumah. Pasien kemudian sembuh (bebas gejala diantara keluhan
atau episode) selama 2 tahun. Sehingga menurut PPDGJ III, pasien didiagnosis
dengan Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik Dengan Gejala
Psikotik (F31.2)
B. AKSIS II
Informasi yang didapatkan belum cukup untuk mengarahkan pasien ke
salah satu ciri kepribadian khas.
C. AKSIS III
Tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik.
D. AKSIS IV
Masalah dari keluarga antara lain kekerasan dalam rumah tangga,
perselingkuhan, perceraian dan pernikahan paksa
E. AKSIS V
GAF Scale 50 - 41, gejala berat, disabilitas berat.
VI.

DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik

Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bemakna tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan

neurotransmitter

sehingga

memerlukan

psikofarmakoterapi.
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa waham yaitu
pasien mengaku mampu berbicara dengan hewan serta arus pikiran yang
mengalami flight of ideas dan asosiasi longgar yang menimbulkan gejala
psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
VII.

PROGNOSIS
Dubia
Faktor pendukung :
-

Keluarga mendukung kesembuhan pasien

Keteraturan dalam mengkonsumsi obat

Tidak terdapat riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

Stressor yang jelas


Faktor penghambat :

VIII.

Terjadi di usia muda

Pasien sudah berulang kali (2x) masuk RSKD

PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan PPDGJ-III, adapun pedoman diagnosis untukGangguan Afektif

Bipolar Episode Kini Manik DenganGejala Psikotikadalah sebagai berikut:


Untuk menegakkan diagnosis pasti :

a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2); dan
b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain(hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau.
Mania dengan gejala psikotik didiagnosa dengan kriteria mania berlangsung
sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat sampai mengacaukan hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus
disertai degan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan,
percepatan dan banyak bicara, kebutuhan tidur berkurang, ide-ide perihal
kebesaran/grandiose ideas dan terlalu optimistik. Didapatkan juga harga diri yang
membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham
kebesaran (delusion of grandeur) iritabilitas dan kecurigaan waham kejar
(delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood congruent).
Gangguan afek bipolar terlihat dengan adanya episode berulang dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu. Pada suatu waktu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania dan
Hipomania) dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energy dan aktivitas (depresi)
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung 2
minggu sampai 4-5bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (ratarata sekitar 6bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia
lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang
penuh stress atau trauma mental lainnya.
Pada pasien ini didapatkan perilaku mengamuk, sering berteriak dan
melempar barang. Pasien juga sering berdandan berlebihan, banyak bicara dan
kadang berbicara sendiri. Pasien susah tidur selama seminggu terakhir ini. Gejala
ini memberikan gambaran klinik sebagai episode kini manik. Sementara 5 tahun

yang lalu, pasien pernah mengalami depresi. Pada saat itu, pasien malas untuk
beraktivitas, jarang berbicara dengan orang terdekat dan lebih banyak menyendiri
di rumah. Hal tersebut dirasakan selama setahun. Kemudian akhirnya pasien
sembuh dan mampu melakukan aktivitasnya selama 2 tahun. Pada saat dilakukan
autoanamnesis, pasien mengatakan mampu berbicara dengan hewan. Berdasarkan
penjelasan tersebut,pasien ini didiagnosis sebagai gangguan afektif bipolar
episode kini manik dengan gejala psikotik
Sesuai dengan keluhan dan gejala yang di dapatkan pada pasien ini, rencana
terapi yang di berikan adalah risperidone dan depakote. Pemberian risperidone
(Anti-psikotik) di dasari adanya temuan pada pasien yaitu adanya gejala psikotik
seperti halusinasi visual dan waham bizzare, sedangkan pemberian depakote (Anti
mania) didasari oleh episode bipolar pasien saat ini yaitu episode kini manik.

RENCANA TERAPI
Farmakoterapi
-

Risperidone 2 mg 2x1

Depakote 250 mg 2x1


Psikoterapi

Konseling : memberi penjelasan dan pengertian kepada pasien agar


memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.

Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien, dan


orang-orang disekitarnya sehingga dapat menerima dan menciptakan
suasana lingkungan yang membantu.

IX. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai


efektivitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping
obat yang diberikan.
X.

AUTOANAMNESIS (21 Maret 2015)


Keterangan :
P : Pasien
DM : Dokter Muda
DM

: Perkenalkan, saya dokter arwan. Siapa namanya?

: Mirayani namaku. Dipanggil mira

DM

: Bisa saya tanya-tanya ki beberapa hal tentang apa yang kita rasa dan

bagaimana penyakit ta ya?


P

: Iye

DM

: Kita tahu kenapa kita dibawa ke sini ?

: dibilang gila sama keluargaku

DM

: Siapa yang bawa ke sini?

: Mamaku

DM

: kenapa bisa dibilang gila?

: mamaku bilang gilaka. Kekerasan di rumahku. Saya dipukul di daerah

mataku dan selalu menarik dirika


DM

: siapa yang melakukan kekerasan?

: ayah tiriku.

DM

: kenapa ayah tiri ta?

: ayah tiriku kayak hewan kakak. Habis manis sepah dibuang ki ibu

kandungku. Dia ambil uangku 25 juta. Kemudian selingkuhki dengan anak


buahnya mamaku di sentral sampai hamil

DM

: bagaimana caranya kita tau ayah tiri ta selingkuh?

: itu karyawan curhatki *sambil menyanyi (dengarkan curhatku)

DM

: ibunya mira kerjanya apa?

: ibuku kerjanya wiraswasta. Ada 4 tokonya di sentral. Penjual baju,

kebaya, gorden, distro KW 2.


DM

: Kalo ayah tiri ta kerjanya apa?

: dia dulu supir ku ji kakak

DM

: jadi, intinya kenapa mira dibawa ke sini?

: saya disini mauka jadi pengantin dengan pacarku. Cinta tak direstui, saya

lari dari rumah.


DM

: jadi, mirah sudah menikah ?

: sudah, dok. Pertama saya menikah di umur 17 tahun kira-kira kelas 2

SMK. Disitu saya dijodohkan sama orang tua ku. Kemudian langsungka depresi
DM

: kenapa bisa depresi mira?

: bagaimana tidak depresi. Tidak cocokka karena KDRT dan selaluki bawa

cewek juga. Satu bulanji bertahan pernikahanku. Kemudian ceraika.


DM

: habis cerai apa kita rasa?

: sedihka, dok. Malaska bicara sama keluarga, mengurung diri teruska

sampai 1 tahun.
DM

: habis satu tahun itu, bagaimana peraaannya mira ?

: bisama beraktivitas lagi kakak selama 2 tahun dan kerjaka juga.

DM

: kerja dimanaki mira?

: kerja di tempat fitness dan reflexi. Gajinya 1,2 juta per bulan. Saya

belikan uangku emas, saya bagi-bagikan ke adek-adekku juga. Kemudian saya


kerja di J-co juga kakak. Ehhh.. coba liatki banyaknya orang dari pangkep bawa
ole-ole. Suit suit.
DM

: kalau begini kondisimu, bagaimana bisa kita kerja ?

: kalau di tempat kerja saya diam-diamji kakak. Gua kan pintar acting

coba liatka sekarang acting nangiska.. acting sedihka lagi . Huhuhuhu


DM

: bagaimana dengan teman-temanta mira?

: teman-temanku kayak hewan semua. Bagaimanakah saya sifatku kayak

marshanda, selaluka dibilang-bilangi, dibully ka. Ada juga itu ayah, mengapa aku
berbeda. Samaki itu juga sifatku waktu SMP selaluka dianiaya.
DM

: Jadi kan mira beberapa kalimi keluar masuk dadi, suka ji di sini?

: suka banget kakak. Di rumahku saya tidak suka karena dipakai tempat

pesugihan.
DM

: Kenapa lebih suka di sini?

: pernahka juga dipaksa lagi menikah sama pemuda kaya ki bedeng. Tapi

kaburka dari rumah. Dikejarka sama orang tua ku. Sampai hak tinggiku hilang.
Kayak Cinderella ma di. Hahahaha
DM

: Sering ki beng bicara sendiri, ketawa-ketawa sendiri ?

: hahahah.. bisaka liat ular banyak kepalanya. Bisaka juga bicara sama

hewan. Liatki itu kucing dia bilang laparkiii (sambil menunjuk kucing yang
berada di koridor)
DM

: Sering ki bicara sendiri memang ?

: pokoknya bisaka bicara sama hewan

DM

: Bicara apa biasa hewannya?

: biasa laparki atau mau diajak main-main

DM

:terus itu ular bagaimana kita liat?

:ular jadi-jadian. Banyak kepalanya ada tujuh. Itu sana adaki saya liat

ditembok. Aduh banyak sekali saya liat. Adaki lagi dipohon sana. Pusingku
DM

:dia ganggu ki kah itu ular?

:nda ji ia Cuma nda suka saya liat

DM

: Apa kita rasa sekarang ?

: senangka. Bisa lepas dari rumahku

DM

: Kalau di rumah ta kenapa kah?

: tidak tenangka. Mau teruska keluar kalo dirumah

DM

: Tapi keluarga ta bilang biasa kalau di rumah ki gelisah, lempar lempar

barang, marah-marah ?
P

: Nda, saya mengamuk kalau hasil kerjaku tidak dihargai

DM

: Banyak orang bilang, keluarga ta bilang begitu.

: yang mana kita percaya, keluargaku atau saya. hahaha

DM

: Ada kita dengar bisikan-bisikan ?

: Nda

DM

: Atau ada kita liat yang lain-lain ?

: Nda

DM

: Kita rasa diri ta sakit tidak ?

: Tidak sakit.

DM

: Bagaimana perasaan ta sekarang ?

: senang

DM

: Sehat ji kita rasa ?

: Iya

DM

: Kenapa kita bisa cerewet sekali mira?

: memang beginika. Sebenarnya jagoka menyanyi. Miripka ayu ting ting.

Sama-sama statusku. Tapi ayu ting-ting ada ekornya.


DM

: Sering ki pulang juga tengahmalam dan kadang- kadang ji di rumah,

mira?
P

: Iya. Malaska di rumah

DM

: Tidur ta bagus ji ?

: Bagus

DM

: Kita masih bisa ji lakukan kegiatan sehari-hari ? mencuci, memasak

: Iya bisa

DM

: Biar di rumah cerewet begini ki ?

: Nda, kalau nda ada lawan bicara

DM

: Kalau tidak ada teman bicara kita tidak cerewet begini ji ?

: Iya

DM

: Tapi kita bisa ji kerja sehari-hari toh mira ?

: Bisa ji kalau di rumahku

DM

: Kita tidak rasa tambah kuat atau bagaimana ?

: tidakji

DM

: Ada kita rasa kita punya kekuatan ?

: Tidak, seperti biasa ji

DM

: Tidak ada ji kita dengar-dengar atau ada orang bisiki ki ?

: Tidak adaji

DM

: Tidak ada juga kita lihat yang aneh-aneh kita lihat ?

: Ada itu ji yang ular banyak kepalanya. Bisa saya hitung ada tujuh, beda

beda juga warnanya. Itu sana bisa saya liat adaki di atas pohon.
DM

: Ohiya, ini ji saya mau tanya ki. jangan ki lupa minum obat ta.

: Iye hehehe

Anda mungkin juga menyukai