FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
APRIL 2015
LAPORAN KASUS
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK
DENGAN GEJALA PSIKOTIK
REFERAT
ANTI-PSIKOTIK ATIPIKAL (PALIPERIDONE PALMITATE)
PADA SKIZOFRENIA
Disusunoleh :
ANDI ARWAN AGUSNAWAN
PembimbingResiden:
dr. YAZZIT MAHRI
Pembimbing Supervisor:
dr. Hidajah, M.Kes., Sp. KJ
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini konsep kedokteran mengenai pengobatan gangguan psikotik
masih berputar pada penggunaan antipsikotik. Antipsikotik merupakan salah satu
obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering drugs), digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication). Menurut WHO, obat
psikotropik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis
(SDA) atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja
melalui interaksi anatar serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di
otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat
efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II
adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok
secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2).1
Kerja obat antipsikotik generasi kedua pada dopamin pathways:1
1. Mesokortikal Pathways
Antagonis 5HT2A tidak hanya akan menyababkan berkurangnya blokade
terhadap antagonis D2 tetapi juga menyebabkan terjadinya aktivitas dopamin
pathways sehingga terjadi keseimbangan antara serotonin dan dopamin.
APG II lebih berpengaruh banyak dalam memblok reseptor 5HT 2A dengan
demikian meningkatkan pelepasan dopamin dan dopamin yang dilepas
menang dari pada yang dihambat di jalur mesokortikal. Hal ini
menyebabkan berkurangnya gejala negatif maka tidak terjadi lagi penurunan
dopamin di jalur mesokortikal dan gejala negatif yang ada dapat diperbaiki.
APG II dapat memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan
APG I karena di jalur mesokortikal reseptor 5HT2A jumlahnya lebih banyak
dari reseptor D2, dan APG II lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor
5HT2A dan sedikti memblok reseptor D2 akibatnya dopamin yang di lepas
jumlahnya lebih banyak, karena itu defisit dopamin di jalur mesokrtikal
berkurang sehingga menyebabkan perbaikan gejala negatif skizofrenia.
2. Mesolimbik Pathways
APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk mengalahkan
antagonis D2 di jalur tersebut. jadi antagonsis 5HT2A tidak dapat
B. Sejarah
Obat antipsikotik atipikal pertama, clozapine, ditemukan pada 1950an, dan diperkenalkan ke dalam praktek klinis pada 1970-an. Clozapine
tidak disukai karena dapat menginduksi agranulocytosis. Namun, penelitian
menunjukkannya efektivitas dalam pengobatan skizofrenia. Meskipun
clozapine efektif untuk pengobatan skizofrenia, agen dengan efek samping
yang lebih menguntungkan yang dicari untuk digunakan secara luas. 5
lini
pertama
untuk
skizofrenia
dan
secara
bertahap
merugikan
merekomendasikan
salah
sendiri-sendiri.
satu
antipsikotik
Neuropsikofarmakologis
generasi
pertama,
atau
larut dalam lipid dan diserap saluran pencernaan, kemudian melewati sawar
darah otak dan plasenta. Setelah sampai di otak, antipsikotik menuju sinaps
dan bekerja pada sinaps dengan mengikat reseptor. Antipsikotik sepenuhnya
dihancurkan oleh metabolisme tubuh dan metabolitnya diekskresikan dalam
urin. Obat ini memiliki waktu paruh yang relatif panjang.5
Setiap obat memiliki waktu paruh yang berbeda. Obat antipsikotik
atipikal yang bekerja pada reseptor D2 mempunyai waktu paruh 24 jam,
sementara antipsikotik tipikal berlangsung lebih dari 24 jam. Hal ini
mungkin menjelaskan mengapa kekambuhan psikosis terjadi lebih cepat
dengan antipsikotik atipikal dibandingkan dengan antipsikotik tipikal,
karena obat ini diekskresi lebih cepat dan tidak lagi bekerja di
otak.5 Ketergantungan fisik dengan obat ini sangat jarang, karena itu gejala
withdrawal jarang terjadi. Terkadang, jika AAP dihentikan tiba-tiba, dapat
terjadi gejala psikotik, gangguan gerak, dan kesulitan dalam tidur. Ada
kemungkinan bahwa withdrawal jarang terjadi karena AAP disimpan di
jaringan lemak dalam tubuh dan direalese perlahan-lahan. 5
C. Profil Obat
Paliperidone palmitat merupakan bentuk sedian intramuskuler dari
paliperidone, bentuk activemetabolite dari risperidone yang sebelumnya
hanya tersedia dalam sediaan oral. Dalam studi jangka pendek, paliperidone
palmitat adalah antipsychotic yang lebih efektif dibandingkan plasebo. Efek
maupun gluteal, jika dosis terlewat (> 6 bulan) pemberian dimulai kembali
dengan dosis awal, lanjut usia dengan fungsi ginjal normal ( 80 mL/menit)
sama dengan dosis orang dewasa dengan fungsi ginjal normal. 1,2
Paliperidone di reabsorpsi sempurna pada 24 jam setelah pemberian
pertama, hal ini disebabkan karena bentuk kerja dari obat ini berbeda dari
obat anti-psikotik atipikal lainnya, bentuk kerja dari obat ini yaitu aktif
metabolik dimana tergantung pada kondisi metabolik pasien, seperti
konsentrasi plasma, indeks massa tubuh, kreatinin clearence dll. 1,2
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa Paliperidone Palmitate
sangat direkomendasikan untuk pengobatan skizofrenia. Dalam hal ini
Paliperidone Palmitate mempunyai onset kerja yang cukup lama yaitu pada
dosis tertentu dapat mencapai 4 minggu per sekali injeksi, hal ini di
sebabkan oleh karena cara kerja aktif metabolik dimana Paliperidone
Palmitate di dalam tubuh dilepaskan sedikit demi sedikit sesuai proses
metabolik yang terjadi dalam tubuh pasien. 1,6
Dalam hal ini penelitian juga membuktikan bahwa Paliperidone
Palmitate menunjukkan efek samping EPS (Ekstra Piramidal Syndrome)
yang minimal karena Paliperidone Palmitate termasuk dari Anti-Psikotik
jenis Atipikal atau biasa disebut Anti-psikotik Generasi Kedua atau APG II
yang mana APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi anatar
serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang
menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk
mengatasi gejala negatif. 1,4,5
Penelitian Juga menunjukkan bahwa Paliperidone Palmitate cocok
untuk pasien rawat inap ataupun pasien yang sedang berobat jalan (kontrol).
Dalam hal ini apabila pasien rawat inap menolak untuk mengkonsumsi obat
sediaan oral pada saat perawatan di rumah sakit, dimana keuntungan
tambahan pada penggunaan injeksi Paliperidone Palmitate yaitu onsetnya
yang cukup lama yaitu bisa mencapai 4 minggu pada dosis tertentu. Dan
pada pasien kontrol tentunya akan sangat membantu dengan onset nya yg
cukup lama yaitu 4 minggu dibandingkan penggunaan obat APG I oral
yang mempunyai onset cukup pendek, dan biasanya kurang efektif apabila
digunakan tidak teratur karena sediaan oral APG I biasanya diminum
perhari terjadwal sesuai resep yang ditentukan oleh dokter dan dalam hal ini
diperberat oleh keadaan dimana pasien menolak untuk minum obat. 1,2,6
Kontraindikasi pada penggunaan Paliperidone Palmitate adalah
adanya hipersensitivitas terhadap obat anti psikotik atipikal golongan
benzisoxazole seperti Paliperidone dan Risperidone. 1,2,3,5
Efek samping yang umum terjadi adalah adanya insomnia, agitasi,
rasa cemas, sakit kepala. 1,2
Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi
terganggu, konstipasi, dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan
penglihatan, priapismus, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi
orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam dan reaksi alergi lain. 1,2
Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi (namun
insiden dan keparahannya jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan
haloperidol), seperti: tremor, rigiditas, hipersalivasi, bradikinesia,akathisia,
distonia akut. Jika bersifat akut, gejala ini biasanya ringan dan akan hilang
dengan pengurangan dosis dan/atau dengan pemberian obat antiparkinson
bila diperlukan. 1,2
Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadineuroleptic malignant
syndrome (namun jarang), ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot,
ketidakstabilan otonom, kesadaran berubah dan kenaikan kadar CPK,
dilaporkan pernah terjadi. Bila hal ini terjadi, penggunaan obat antipsikotik
harus dihentikan. 1,2
KESIMPULAN
tersedia dalam sediaan oral. Dalam studi jangka pendek, paliperidone palmitat
adalah antipsychotic yang lebih efektif dibandingkan plasebo.
Paliperidone Palmitate sangat direkomendasikan untuk pengobatan
skizofrenia. Dalam hal ini Paliperidone Palmitate mempunyai onset kerja yang
cukup lama yaitu pada dosis tertentu (234 mg) dapat mencapai 4 minggu per
sekali injeksi, hal ini di sebabkan oleh karena cara kerja aktif metabolik dimana
Paliperidone Palmitate di dalam tubuh dilepaskan sedikit demi sedikit sesuai
proses metabolik yang terjadi dalam tubuh pasien.
Paliperidone Palmitate menunjukkan efek samping EPS (Ekstra Piramidal
Syndrome) yang minimal karena Paliperidone Palmitate termasuk dari AntiPsikotik jenis Atipikal atau biasa disebut Anti-psikotik Generasi Kedua atau APG
II yang mana APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi anatar
serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang
menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi
gejala negatif.
Penelitian Juga menunjukkan bahwa Paliperidone Palmitate cocok untuk
pasien rawat inap ataupun pasien yang sedang berobat jalan (kontrol). Dalam hal
ini apabila pasien rawat inap menolak untuk mengkonsumsi obat sediaan oral
pada saat perawatan di rumah sakit, dimana keuntungan tambahan pada
penggunaan injeksi Paliperidone Palmitate yaitu onsetnya yang cukup lama.
DAFTAR PUSTAKA
L.,
Liu,
Y.,
et
Neuropsychopharmacology; 2012
al.,:
International
Journal
of
MAKASSAR
STATUS PASIEN
: 090458
Masuk RS Tanggal
: 14 Maret 2015
Nama
: Ny. M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir
Umur
: 22 Tahun
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Suku Bangsa
: Makassar
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Pendidikan
Alamat
Diagnosis Sementara
Gejala-gejala Utama
: Mengamuk
LAPORAN PSIKIATRI
I.
RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama dan Alasan MRS
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
orang tuanya. Sejak saat itu, pasien selalu mengamuk dan membenci semua
anggota keluarganya.
Hendaya/disfungsi :
- Hendaya sosial ada
- Hendaya pekerjaan ada
-
2. Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai dengan anak seusianya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun)
Pertumbuhan
dan
perkembangan
normal
sesuai
dengan
anak
c. Riwayat Pernikahan
Pasien pernah menikah kira-kira 5 tahun yang lalu dan pernikahannya
bertahan hanya 1 bulan dan akhirnya pasien memutuskan untuk bercerai.
d. Riwayat Kehidupan beragama
Pasien memeluk agama Islam, pasien sering sholat 5 waktu dalam sehari.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum
f. Aktivitas Sosial
Pasien tidak berkativitas sosial lagi karena dijauhi oleh teman dan
kerabat terdekat.
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan memakai baju dengan motif bunga dengan celana berwarna
hitam, dengan rambut pirang lurus, perawatan diri baik.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Pasien duduk, kadang gelisah, seringkali berdiri dan terlihat banyak bicara.
4. Pembicaraan
Lancar, spontan, intonasi kadang tinggi
5. Sikap terhadap pemeriksa
Cukup Kooperatif
B. Keadaan afektif (Mood), perasaan atau empati
1. Mood
: Senang
2. Afek
: Hipertimia
3. Empati
C. Fungsi intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan :
Sesuai
taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi
: Baik
3. Orientasi (waktu,tempat,orang)
: Baik
: Baik
5. Pikiran abstrak
: Baik
6. Bakat kreatif
: Tidak Ada
: Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
mengaku bisa melihat ular berkepala tujuh sejak 2 bulan lalu, halusinasi
terjadi setiap hari)
2. Ilusi
3. Depersonalisasi
: Tidak ada
4. Derealisasi
: Tidak ada
: Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas
: Membanjir
b. Kontinuitas
: flight of ideas
c. Hendaya berbahasa
: Tidak ada
2. Isi pikiran
Preokupasi
: Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
: Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial
: Baik
: Baik
3. Penilaian realitas
: Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 1 (Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit, tidak percaya pada
pengobatan).
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
III.
IV.
pemeriksaan
status
mental
ditemukan
deskripsi
umum,
EVALUASI MULTIAKSIAL
A. AKSIS I
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan gejala klinis yang
bermakna yaitu pasien selalu mengamuk. Terdapat hendaya dalam fungsi sosial,
pekerjaan dan waktu senggang hal ini menimbulkan distress dan disability pada
dirinya dan keluarga sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami Gangguan
Jiwa.
Dari alloanamnesis, didapatkan pasien sering mengamuk, gelisah dan sering
bicara sendiri didapatkan hendaya dalam menilai realitas yaitu: halusinasi visual
dan waham bizzare. Selain itu, dari hasil autoanamnesis pasien mengaku dapat
berbicara dengan hewan dan dapat melihat ular berkepala tujuh sehingga pasien
didiagnosis dengan Gangguan Jiwa Psikotik.
Dari pemeriksaan status interna dan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut,
tidak ditemukan adanya kelainan yang berarti sehingga pasien dapat dikatakan
mengalami Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik
DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bemakna tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan
neurotransmitter
sehingga
memerlukan
psikofarmakoterapi.
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa waham yaitu
pasien mengaku mampu berbicara dengan hewan serta arus pikiran yang
mengalami flight of ideas dan asosiasi longgar yang menimbulkan gejala
psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
VII.
PROGNOSIS
Dubia
Faktor pendukung :
-
VIII.
PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan PPDGJ-III, adapun pedoman diagnosis untukGangguan Afektif
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2); dan
b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain(hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau.
Mania dengan gejala psikotik didiagnosa dengan kriteria mania berlangsung
sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat sampai mengacaukan hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus
disertai degan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan,
percepatan dan banyak bicara, kebutuhan tidur berkurang, ide-ide perihal
kebesaran/grandiose ideas dan terlalu optimistik. Didapatkan juga harga diri yang
membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham
kebesaran (delusion of grandeur) iritabilitas dan kecurigaan waham kejar
(delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood congruent).
Gangguan afek bipolar terlihat dengan adanya episode berulang dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu. Pada suatu waktu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania dan
Hipomania) dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energy dan aktivitas (depresi)
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung 2
minggu sampai 4-5bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (ratarata sekitar 6bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia
lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang
penuh stress atau trauma mental lainnya.
Pada pasien ini didapatkan perilaku mengamuk, sering berteriak dan
melempar barang. Pasien juga sering berdandan berlebihan, banyak bicara dan
kadang berbicara sendiri. Pasien susah tidur selama seminggu terakhir ini. Gejala
ini memberikan gambaran klinik sebagai episode kini manik. Sementara 5 tahun
yang lalu, pasien pernah mengalami depresi. Pada saat itu, pasien malas untuk
beraktivitas, jarang berbicara dengan orang terdekat dan lebih banyak menyendiri
di rumah. Hal tersebut dirasakan selama setahun. Kemudian akhirnya pasien
sembuh dan mampu melakukan aktivitasnya selama 2 tahun. Pada saat dilakukan
autoanamnesis, pasien mengatakan mampu berbicara dengan hewan. Berdasarkan
penjelasan tersebut,pasien ini didiagnosis sebagai gangguan afektif bipolar
episode kini manik dengan gejala psikotik
Sesuai dengan keluhan dan gejala yang di dapatkan pada pasien ini, rencana
terapi yang di berikan adalah risperidone dan depakote. Pemberian risperidone
(Anti-psikotik) di dasari adanya temuan pada pasien yaitu adanya gejala psikotik
seperti halusinasi visual dan waham bizzare, sedangkan pemberian depakote (Anti
mania) didasari oleh episode bipolar pasien saat ini yaitu episode kini manik.
RENCANA TERAPI
Farmakoterapi
-
Risperidone 2 mg 2x1
IX. FOLLOW UP
DM
: Bisa saya tanya-tanya ki beberapa hal tentang apa yang kita rasa dan
: Iye
DM
DM
: Mamaku
DM
: ayah tiriku.
DM
: ayah tiriku kayak hewan kakak. Habis manis sepah dibuang ki ibu
DM
DM
DM
: saya disini mauka jadi pengantin dengan pacarku. Cinta tak direstui, saya
SMK. Disitu saya dijodohkan sama orang tua ku. Kemudian langsungka depresi
DM
: bagaimana tidak depresi. Tidak cocokka karena KDRT dan selaluki bawa
sampai 1 tahun.
DM
DM
: kerja di tempat fitness dan reflexi. Gajinya 1,2 juta per bulan. Saya
: kalau di tempat kerja saya diam-diamji kakak. Gua kan pintar acting
marshanda, selaluka dibilang-bilangi, dibully ka. Ada juga itu ayah, mengapa aku
berbeda. Samaki itu juga sifatku waktu SMP selaluka dianiaya.
DM
: Jadi kan mira beberapa kalimi keluar masuk dadi, suka ji di sini?
: suka banget kakak. Di rumahku saya tidak suka karena dipakai tempat
pesugihan.
DM
: pernahka juga dipaksa lagi menikah sama pemuda kaya ki bedeng. Tapi
kaburka dari rumah. Dikejarka sama orang tua ku. Sampai hak tinggiku hilang.
Kayak Cinderella ma di. Hahahaha
DM
: hahahah.. bisaka liat ular banyak kepalanya. Bisaka juga bicara sama
hewan. Liatki itu kucing dia bilang laparkiii (sambil menunjuk kucing yang
berada di koridor)
DM
DM
DM
:ular jadi-jadian. Banyak kepalanya ada tujuh. Itu sana adaki saya liat
ditembok. Aduh banyak sekali saya liat. Adaki lagi dipohon sana. Pusingku
DM
DM
DM
DM
barang, marah-marah ?
P
DM
DM
: Nda
DM
: Nda
DM
: Tidak sakit.
DM
: senang
DM
: Iya
DM
mira?
P
DM
: Tidur ta bagus ji ?
: Bagus
DM
: Iya bisa
DM
DM
: Iya
DM
DM
: tidakji
DM
DM
: Tidak adaji
DM
: Ada itu ji yang ular banyak kepalanya. Bisa saya hitung ada tujuh, beda
beda juga warnanya. Itu sana bisa saya liat adaki di atas pohon.
DM
: Ohiya, ini ji saya mau tanya ki. jangan ki lupa minum obat ta.
: Iye hehehe