Chapter LL PDF
Chapter LL PDF
TINJAUAN PUSTAKA
1. Nilai-Nilai Perawat
Nilai memberikan hidup dan identitas kepada individu, profesi, dan
masyarakat. Perawat setiap hari akan ditantang dalam hubungan dan bagaimana
mengambil keputusan yang dipengaruhi oleh nilai tersebut. Maka dari itu nilai
menjadi sangat penting bagi seorang perawat, yaitu akan menjadi sumber
kepuasan dan juga menjadi sumber konflik. Perawat dituntut untuk belajar
mengenali dan bekerja dengan kekuatan nilai yang dianutnya ketika memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien. Pada bagian ini akan dibahas tentang definisi
nilai, pengertian nilai-nilai perawat, pembentukan nilai, nilai dalam keperawatan
profesional, klarifikasi nilai, dan tantangan nilai dalam keperawatan.
nilai dari proses observasi, pemahaman, dan pengalaman. Nilai yang dipegang
oleh suatu kelompok profesional juga terbentuk melalui pemahaman, observasi,
dan pengalaman.
yaitu
memberikan
asuhan
keperawatan
dan
memberikan
Sebagai profesi yang berhubungan langsung dengan pasien maka diperlukan nilainilai sebagai dasar dalam memutuskan dan memberikan pelayanan pada pasien.
Berdasarkan Potter dan Perry (2005) tentang American Association of Colleges
of Nursing (AACN) menetapkan tujuh nilai dan perilaku keperawatan esensial
yaitu alturisme, persamaan, estetika, kebebasan, martabat manusia, keadilan, dan
kebenaran.
a. Alturisme
Alturisme menjelaskan tentang nilai personal yang dimiliki perawat yaitu
sebagai individu yang perhatian, komitmen, kasihan, memiliki kemurahan hati,
dan ketekunan. Dan nilai profesional perawat yaitu memberikan perhatian yang
penuh pada pasien, membantu teman sejawat ketika mereka tidak dapat
melakukannya dalam memberikan perawatan, dan menunjukkan perhatian pada
masalah sosial yang behubungan dengan kesehatan.
b. Persamaan
Seharusnya perawat memiliki nilai dan sikap personal yang mudah menerima,
asertif, tidak sepihak, harga diri yang baik, dan toleransi. Nilai dan perilaku
profesional sebagai perawat yaitu dapat memberikan asuhan keperawatan
berdasarkan kebutuhan individu, tidak melihat dan memilih pasien dari
karakter seseorang, melakukan interaksi dengan perawat yang lain,
mengekspresikan pikiran tentang perkembangan dalam bidang keperawatan
atau kesehatan.
c. Estetika
Sikap dan kualitas personal yang memiliki penghargaan terhadap kinerjanya,
kreativitas, imajinasi, dan sensitivitas. Perilaku profesional perawat yaitu dapat
beradaptasi dengan lingkungan sehingga bisa memuaskan pasien, menciptakan
lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain,
menempatkan diri dengan cara yang dapat meningkatkan kesan positif dalam
keperawatan.
d. Kebebasan
Memiliki sikap dan nilai personal yang percaya diri, memiliki harapan,
kemerdekaan, keterbukaan, penguasaan diri, dan disiplin. Perilaku sebagai
perawat profesional yaitu bisa menghargai hak pasien untuk menolak
perawatan, mendukung hak teman sejawat untuk memberikan berbagai
alternatif pada rencana perawatan, mendukung diskusi terbuka terhadap isu-isu
yang kontroversi dalam profesi.
e. Martabat Manusia
Perawat memiliki nilai dan sikap personal dalam memberikan pertimbangan,
empati, kemanusiaan, keramahan, bisa menghargai, dan percaya diri. Perilaku
profesonal
sebagai
perawat
dapat
melindungi
hak
pasien
terhadap
f. Keadilan
Memiliki sikap dan nilai personal yang berani, integritas, moralitas, dan
objektivitas. Perilaku profesional yang dimiliki perawat yaitu bertindak sebagai
advokasi dalam perawatan kesehatan pasien, mealokasikan sumber daya secara
adil, dan melaporkan praktik yang tidak kompeten, tidak etis, dan ilegal secara
objektif dan aktual.
g. Kebenaran
Memiliki sikap dan nilai personal yang akuntabilitas, kebenaran, kejujuran,
keingintahuan, rasionalitas, dan refleksivitas. Perilaku profesional yang
dimiliki seorang perawat yaitu dapat mendokumentasikan keperawatan secara
akurat dan jujur, mendapatkan data yang cukup untuk membuat suatu
keputusan sebelum melaporkan adanya pelanggaran kebijakan organisasi,
berpartisipasi dalam usaha profesional untuk melindungi masyarakat dari
kesalahan informasi mengenai kesehatan.
1.5.1 Pemilihan
Memulai klarifikasi nilai ketika seseorang memilih, kemudian membuat
prioritas nilai pribadi. Skala nilai hidup memberikan contoh bagaimana seseorang
dapat memulai proses. Hal ini meliputi 10 nilai yang harus diberi prioritas mereka
secara urut. Cara lain untuk menyelesaikan latihan ini adalah dengan membuat
pasien secara bebas menuliskan 10 nilai dan membuat prioritasnya. Ketika
seseorang secara bebas memilih nilai pribadi mereka, mereka akan lebih
menghargai pilihan akhirnya. Seorang individu juga harus dapat melihat pilihan
mereka dan menilai setiap pilihan yang diwakilkannya.
1.5.2 Menghargai
Menunjukkan kepuasan diri dan publik dengan nilai yang telah dipilih.
Seseorang memiliki nilai dalam rasa percaya diri dengan merasa senang tentang
pilihan tertentu. Seorang perawat membantu pasien menggunakan klarifikasi nilai
sehingga orang tersebut dapat menguatkan nilai pribadi dihadapan orang lain.
1.5.3 Tindakan
Pada suatu nilai yang telah dipilih memperkuat penerimaannya. Tindakan
membutuhkan penerjemahan nilai kedalam perilaku. Raths, Harmin, dan Simon
(1979, dalam Potter & Perry, 2005) mengusulkan bahwa seseorang harus
bertindak secara konsisten dan teratur pada nilai yang telah dipilih.
bersama-sama
menghadapi
tantangan
untuk
memperbaharui
dan
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri pembeda yang mungkin
berlawanan dengan metode kuantitatif. sementara peneliti kuantitatif pada
umumnya hanya melakukan sedikit kontak dengan subjek studi, peneliti kualitatif
sering kali menggunakan diri mereka sebagai instrumen pengumpulan data.
Dalam membuat rencana analisis data peneliti kualitatif merumuskan kesimpulan
berkaitan dengan data yang dikumpulkan. Karena data lebih bersifat kualitatif
bukan kuantitatif (numeris), metode analisis data biasanya tidak tergantung pada
uji statistik. Bagian ini akan dibahas mengenai definisi, tujuan, tipe desain,
analisan data, analisa isi, dan validitas penelitian kualitatif (Potter & Perry, 2005).
ini,
atau
pertanyaan
riset
berhubungan
dengan
pemahaman
dan
penggambaran suatu fenomena (Field & Morse, 1985; Morse, 1991 dalam
2.3.1. Fenomenologi
Cabang filosofi yang menekankan subjektivitas pengalaman manusia.
Sewaktu
digunakan
sebagai
dasar
filosofi
dalam
riset,
fenomenologi
2.3.2. Etnografis
Menurut Ragucci (1972, dalam Brockopp & Tolsma, 1999) etnografis
adalah suatu metoda pelaksanaan riset kedalam proses kehidupan dengan
2.3.3. Antropologi
Menurut Leininger (1985, dalam Brockopp & Tolsma, 1999) antropologis
studi mengenai manusia dalam kondisi yang alami. Tipe area riset ini berusaha
untuk mengetahui bagaimana fungsi individu atau kelompok berfungsi tingkah
lakunya dengan pengamatan langsung maupun tidak langsung pada individu atau
kelompok atau dengan menemukan bentuk peradaban untuk memperoleh
wawasan yang dalam mengenai bagaimana mereka mempengaruhi kelompokkelompok kultural saat ini.
2.3.5. Historis
Menurut Polit dan Hungler (1999) historis adalah suatu metoda yang
digunakan untuk menjawab penelitian tentang penyebab, efek, atau peristiwaperistiwa yang lalu yang akan terjadi pada yang akan datang. Bagian penting yang
membedakan tipe historis dengan yang lain yaitu menggunakan hipotesis.
a. Eskplanatoris
Tipe ini digunakan untuk mengetahui jawaban dari sebuah pertanyaan yang
akan menjelaskan hal-hal diaggap menjadi penyebab tindakan nyata dalam
kehidupan dengan melakukan pencarian atau strategi eksperimen. Dan juga
untuk mencari faktor-faktor dari sebuah pelaksanaan program dan efeknya.
b. Eksploratoris
Tipe ini digunakan untuk menjelaskan situasi intervensi sampai evaluasi yang
tidak jelas, akan menghasilkan data tunggal.
c. Deskriptif
Tipe ini digunakan untuk mendeskripsikan sebuah tindakan atau fenomena
yang terjadi dalam kehidupan yang nyata.
Pengumpulan data pada penelitian case studies menggunakan banyak
sumber data, strategi ini untuk menjaga kredibilitas data ( Patton, 1990; Yin, 2003
dalam Boxter & Jack, 2008). Sumber data yang digunakan didapat dari
dokumentasi, surat-surat lama, wawancara, artefak, observasi langsung, dan
observasi terhadap pertisipan. Perbedaan tipe penelitian ini dengan tipe kualitatif
lainnya dalam pengumpulan data, tipe ini hampir sama seperti mencari data-data
dalam kuantitatif. Kemudian data dilakukan dengan proses analisa, baik manual
maupun menggunakan sistem komputerisasi. Analisa case studies sama seperti
penelitian kualitatif lainnya. Yin (2003, dalam Boxter & Jack, 2008) menjelaskan
yang terpenting dari analisa data case studies yaitu membentuk proporsi (jika
digunakan), jika tidak digunakan maka analisa data yang digunakan sama seperti
penelitian kualitatif lainnya.
Dalam membuat laporan hasil penelitian ini termasuk sulit karena peneliti
harus dapat menjelaskan fenomena yang terjadi secara lengkap dan dimengerti
pembaca. Tantangan dalam penelitian ini, peneliti menjadikan hasil penelitian nya
dalam bentuk komprehensif dimana pembaca seoleh-olah masuk dalam penelitian
dan merasa menjadi partisipannya serta diaplikasikan dengan situasinya sendiri.
Melaporkan hasil penelitian case studies peneliti harus memperhatikan metodemetode yang digunakan yaitu dengan cara linear, komparatif, kronologis,
membangun teori, ketegangan, dan tidak berurutan (Yin, 2003 dalam Boxter &
Jack, 2008).
2.5.1. Kredibilitas
Suatu langkah dimana peneliti memperbaiki dan mengevaluasi keabsahan
dari kesimpulan datanya, mengacu pada data yang benar. Lincoln dan Guba
(1985, dalam Polit & Hungler, 1999) menjelaskan dua aspek dalam tahap ini,
pertama dengan pencarian data yang lebih dipercaya dan yang kedua
mendemonstrasikan keabsahan data mengacu pada kejujuran dari teknik
penelitian. Peneliti mampu membuat catatan lengkap mereka sendiri yang terbaru
dalam penelitian dan dengan pola yang benar. Strategi yang digunakan prolonged
engagement (perjanjian panjang), observasi tetap, bertanya dengan teman,
trianggulasi, dan pemeriksaan anggota.
a. Prolonged Engagement
Prolomged engagement dilakukan saat pengumpulan data untuk memahami
tentang kebudayaan, bahasa, melihat kelompok belajar, dan tidak adanya
informasi yang salah. Tahap ini juga membangun kepercayaan antara peneliti
dan partisipan (Polit & Hungler, 1999)
b. Persisten Observation
Persisten
observation
merupakan
observasi
yang
dilakukan
secara
2.5.3. Dependabilitas
Dependabilitas merupakan cara peneliti untuk mengkaji tentang konsep
yang menetapkan aspek-aspek yang menyatakan kebenaran dan keseimbangan
data, dengan melakukan pemeriksaan data agar data relevan dengan dokumendokumen pendukung diluar wawancara (Polit & Hungler, 1999).
2.5.4. Confirmabilitas
Confirmabilitas adalah metode untuk pengumpulan data yang objektif dan
netral dari dua atau lebih orang yang menyatakan kerelevanan dan makna data
dengan cara pemeriksaan data seperti dependabilitas (Polit & Hungler, 1999).