Vanyb 3
Vanyb 3
Oleh:
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Penurunan Limbah Gas B3 (Debu Padi) Menggunakan
Wet Scrubbers Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Prinsip Dasar Wet Scrubber . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Metode Pengumpulan Partikel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Entrainment Separator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III
METODOLOGI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alat dan bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bed. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Cara Kerja Wet Scrubbers . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kinerja Nozzle dan Penentuan Tekanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB V
PENUTUP. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan Industri merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan
dapat meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Akan tetapi kegiatan
industri selain berdamapak positif juga dapat berdampak negatif. Dampak
positfnya menghasilkan barang dan jasa, meningkatkan lapangan kerja
sedangkan dampak negatifnya menhasilkan limbah dan pencemaran
lingkungan serta dapat merusak sumber daya alam dan menurunkan kualitas
hidup karena lingkungan menjadi kotor dan tercemar. Untuk itu dalam
melakukan pembangunan industri harus sudah diperhitungkan dampak
negatifnya.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak
negatif industri antara lain dengan menganjurkan teknologi bersih, memasang
alat pencegah pencemaran, melakukan proses daur ulang, dan menetapkan
wajib pengelolahan limbah bagi industri-industri. Sayangnya upaya-upaya
tersebut belum dapat berjalan secara optimal karena alasan kurang biaya
terutama untuk industri-industri kelas menengah ke bawah (modal kecil) atau
karena ketidaktahuan dari pemilik industri.
Berbagai jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dibuang
langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan
lingkungan. Untuk menghindari terjadinya dampak akibat limbah B3
diperlukan suatu sistem pengelolaan yang terintegrasi dan berkesinambungan.
Upaya pengelolaan limbah B3 tersebut merupakan salah satu usa usaha dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik perlu di buat dan
diterapkan suatu sistem manajemen pengelolaan,
contohnya dengan
debu padi semakin menurun fungsi parunya. Salah satu cara untuk
menghilangkan debu padi menggunakan wet scrubber. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji kemampuan wet scrubber untuk menurunkan
debu padi meliputi pengaruh bed, perbedaan tekanan, dan jumlah
kolom.
terhirup oleh pekerja penggilingan padi dapat mengakibatkan
gangguan pada fungsi paru. Semakin lama pekerja terpapar debu padi
semakin menurun fungsi parunya. Ini menunjukkan bahwa debu yang
dihasilkan dari proses pemecahan kulit padi perlu
dihilangkan. Salah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Dasar Wet Scrubber
Wet scrubber merupakan alat pengendali polusi yang dapat digunakan
untuk membuang partikel dan/atau gas dari arus gas keluaran industri. Pada wet
scrubber arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan cairan pencuci dengan cara
menyemprotkan, mengalirkan, atau dengan metode kontak lainnya Wet Scrubber
dapat di definisikan sebagai alat pemisahan suatu partikel solid ( debu ) yang ada
di gas dalam udara dengan menggunakan cairan sebagai alat bantu. Air
adalah cairan yang pada umumnya digunakan dalam proses scrubbing, meskipun
dapat juga digunakan cairan lainnya ( seperti : asam sulfat, dll ).
Wet Scrubber dapat mengurangi polutan udara yaitu penanggulangan
emisi debu dan penanggulangan emisi pencemar yang dihasilkan oleh gas buang
suatu industri dalam sekali proses. Pada umumnya, wet scrubber mampu
menghasilkan partikel dengan ukuran 1 - 2 diameter.
scrubber
adalah
istilah
yang
digunakan
untuk
Kelemahan
Masalah korosi
dan
polutan
terlarut
dapat
volume arus gas produser. Oleh karena membentuk suatu senyawa asam yang
itu, ukuran vessel termasuk fan dan sangat korosif. Konstruksi material
duct yang mengarah downstream lebih yang sesuai sangat penting, dan juga
kecil daripada yang terdapat di alat lain. area yang rentan akan keadaan basahUkuran yang lebih kecil menghasilkan kering dapat menimbulkan korosif.
biaya pokok yang lebih kecil dan lebih
fleksibel dalam penempatan lokasi.
Tidak ada sumber pengotor kedua
Begitu partikel terkumpul, partikel
tidak
dapat
keluar
selama
proses
berjalan.
drop
yang
tinggi,
yang
Kemungkinan
dibutuhkan
penetral
dapat
1.
Scrubbing vessel
Mist eliminator
Exhaust stack
Karena wet scrubber sangat bervariasi baik dalam kompleksitas dan metode
operasi, mengkategorikannya dalam kelompok yang benar-benar sesuai sangatlah
sulit. Scrubber untuk pengumpulan partikel biasanya dikategorikan dengan gasside pressure drop dari sistem. Gas-side pressure drop diartikan sebagai
perbedaaan tekanan, atau pressure drop, yang terjadi sebagai akibat dari gas yang
ditekan atau ditarik di sepanjang scrubber, dengan mengabaikan tekanan yang
digunakan untuk memompa atau menyemprot liquid kedalam scrubber.
Klasifikasi scrubber berdasarkan pressure drop adalah sebagai berikut :
tersebut
proses
mempengaruhi
penangkapan
partikel;
3. Venturi Scrubbers
Venturi scrubber didesain sedemikian rupa untuk secara efektif
menggunakan energy yang berasal dari arus gas exhaust atau produser gas
untuk mengatomisasi scrubbing liquid. Peralatan venturi telah digunakan
selama lebih dari 100 tahun untuk mengukur aliran fluida (nama tabung
venturi berasal dari G.
B. venture, seorang ilmuwan italia). Sekitar 35 tahun yang lalu, Johnstone
(1949) dan peneliti lainnya menemukan bahwa mereka dapat secara efektif
menggunakan konfigurasi venture untuk membuang partikel pengotor dari
arus gas exhaust. Gambar 2.5 menggambarkan konfigurasi venturi klasik.
mengatasi gas exhaust yang panas, kering dang mengandung debu. Kalau
tidak, debu akan memiliki kecenderungan untuk menumpuk atau
mengabrasi throat yang kering. Venturi seperti ini terkadang disebut
memiliki pendekatan basah atau wetted approach.
2.
3.
Penjelasan
Partikel yang terlalu besar untuk mengalir disepanjang
arus streamline gas di sekitar droplet akan bertubrukan
dengannya.
Difusi
Direct interception
Electrostatic
attraction
Kondensasi
Gaya sentrifugal
Gravitasi
2.2.1
Impaction
Pada sistem wet scrubber, partikel debu cenderung untuk
mengikuti streamline dari arus gas. Namun, ketika droplet liquid
diinjeksikan ke dalam arus gas , partikel tidak dapat selalu mengikuti
streamline tersebut karena partikel akan menyimpang di sekitar droplet
(gambar 2.7). Massa partikel menyebabkan partikel labil dari streamline
dan impact atau menabrak droplet.
Diffusion
Partikel yang sangat kecil (kurang dari 0.1 m dalam diameter)
selalu bergerak secara acak dalam arus gas. Partikel-partikel tersebut
sangat kecil sehingga seperti menyatu dengan molekul gas saat bergerak
dalam arus gas. Sifat bercampur tersebut menyebabkan partikel tersebut
untuk bergerak satu arah dahulu lalu arah lain dalam gerakan acak, atau
terdifusi, di dalam gas. Gerakan tidak beraturan ini dapat menyebabkan
partikel bertubrukan dengan droplet dan terkumpul (gambar 2.8). Karena
itu, difusi adalah mekanisme pengumpulan utama untuk wet scrubber
untuk partikel lebih kecil dari 0.1 m.
2.
Diameter partikel.
3.
Diameter droplet.
seiring
menurunnya
ukuran
partikel.
Mekanisme
ini
Gambar
2.9 Kurva hipotesis yang menggambarkan hubungan antara ukuran
partikel dan collection efficiency untuk wet scrubber
2.2.3
attraction
dan
condensation
untuk
memaksimalkan
tangensial
atau
vane
pembelok
menciptakan
gerakan
dimensi yang paling penting pada wet scrubber. Makin tinggi laju aliran
gas, makin besar sistem venturi dan volume scrubbing liquid yang
dibutuhkan untuk mencuci gas. Wet scrubber beroperasi pada laju alir gas
lebih kecil daripada baghouses atau ESPs karena injeksi liquid.
Temperatur gas produser dan humiditas juga berpengaruh pada
desain venture. Ketika udara melewati wet scrubber, air menguap dan
menyebabkan humiditas meningkat dan mendinginkan arus gas. Jumlah
penguapan ditentukan oleh temperatur inlet dan humiditas. Laju
penguapan yang tinggi akan meningkatkan konsumsi air yang dibutuhkan
atau liquid-to-gas ratio. Untuk aplikasi pembuangan partikel, wet scrubber
secara umum terbatas pada range temperatur 50F - 700F karena
penguapan. Quencher mungkin dibutuhkan untuk aplikasi temperatur lebih
tinggi. Temperatur tinggi mempengaruhi material yang digunakan untuk
membuat scrubber.
2.4.2 Kecepatan Gas dan Pressure Drop
Meningkatkan
kecepatan
relatif
antara
gas
dan
droplet
liquid
oleh
mekanisme
impaction. Kecepatan
relatif
dapat
2.4.3
Liquid-to-Gas Ratio
Liquid-to-gas ratio (L/G) adalah volume liquid yang diinjeksikan
per volume gas masuk. Secara umum, L/G ratio meningkatkan collection
efficiency karena density droplet di sepanjang area permukaan tertentu
pada scrubber lebih tinggi. Laju aliran liquid antara 7 dan 10 gal/1000ft
batas tertentu,
collection
2.4.4
Residence Time
Menambah panjang throat dan bagian diverging, meningkatkan
waktu kontak antara liquid dan partikel pengotor dalam arus gas. Untuk
sistem energi tinggi, direkomendasikan panjang bagian diverging dari
throat minimal 4 kali lebar throat agar memenuhi waktu kontak yang
cukup.
2.4.5
Droplet Size
Terdapat
ukuran
droplet
optimum
untuk
memaksimalkan
BAB III
METODOLOGI
3.1
3.2
Bed
Bed yang digunakan berbentuk lingkaran 5,5 cm didalamnya disusun
sedemikian rupa selang pelastik dengan lubang 2 mm, 3 mm, dan 4 mm
(Gambar 1).
3.3
bahwa semakin
yang keluar semakin besar atau droplet embun yang dihasilkan semakin
besar. Berdasarkan kenaikan debit yang disebabkan
kenaikan
tekanan,
Tekanan (psi)
10
20
30
40
50
290
285
283
285
290
287
44
325
328
328
325
326
326
40
Debit
1
2
3
4
5
Rata-rata
Kenaikan
3.5
138
145
140
135
137
139
197 (ml/menit)
243
200
244
198
245
198
240
198
243
198
243
59
45
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI
MainEffects Plot(datameans) for Efisiensi
87,5
83
Mean of Efisiensi
Mean of Efisiensi
a
85,0
82,5
82
81
80
80,0
3
Bed
79
2
Kolom
78
77,5
100
76
c
75,0
Bed
2
3
4
95
Mean
Mean of Efisiensi
77
82
81
90
80
20
30
Tekanan
40
85
2
Kolom
80
79
78
75
Bed
2
3
4
85,0
2
3
70
Mean
Mean
85
82,5
80
75
20
30
Tekanan
40
80,0
20
30
Tekanan
40
Scrubber
75,0
sebesar 74,06%. Ini menunjukkan bahwa semakin kecil lubang pori bed
pada wet scrubber maka semakin besar efisiensi yang didapat oleh wet
scrubber. Tipe bed dengan pori 2 mm lebih rapat daripada bed 3 mm dan
bed 4mm, sehingga memberikan pengaruh pada efisiensi wet scrubber
lebih
wet
pada air dalam tabung akan meningkatkan ratio air dan udara sehingga
memberikan efek perbedaan tetesan embun, distribusi tetesan (Lim dkk,
2006), laju aliran gas (debu padi) dan laju aliran cairan (Mohan dkk,
2008) mempunyai peranan penting dalam menentukan efisiensi
pengumpulan debu padi pada wet scrubber.
Tekanan yang diberikan pada air yang dilewatkan melalui nozzle
menyebabkan ukuran tetesan air yang berbeda untuk tekanan yang
berbeda. Ini menyebabkan keuntungan pada kinerja nozzle (Porthogese
dkk, 2007), sehingga menyebabkan penempelan antar partikel debu padi
karena pembasahan oleh air menjadi
lebih
memengaruhi
efisiensi wet
dan tidak optimal menurunkan debu padi. Dari hasil percobaan awal
diketahui bahwa volume air yang dikeluarkan oleh nozzle pada tekanan
20 psi rata- rata 198 ml/menit, 30 psi 243 l/menit, dan 40 psi 287 l/menit
(lihat Tabel 1). Ini menunjukkan bahwa pada tekanan 40 psi butiran air
yang keluar lebih besar dibandingkan pada tekanan 20 psi dan 30 psi,
sehingga mengurangi luas permukaan cairan yang kontak dengan debu
padi, atau proses impaksi dan diffusi berkurang, sehingga efisiensi wet
scrubber turun.
4.6 Pengaruh Interaksi Kolom Tekanan Terhadap Efisiensi
Gambar 3f menunjukkan efisiensi tertinggi pada interaksi 3 kolom
tekanan 30 psi yaitu 85,69%; 3 kolom 20 psi 83,26%; dan 3 kolom
40 psi 81,97%. Adanya penurunan efisiensi pada saat tekanan 40 psi
karena butiran air yang dipercikkan dari nozzle cenderung lebih besar.
Tabel 1 menunjukkan pada tekanan 40 psi butiran air yang keluar
lebih besar dibandingkan pada tekanan 20 psi dan 30 psi. Mohan dkk
(2008) melaporkan bahwa efisiensi
pengumpulan
partikel
sangat
2007). Jadi dapat dikatakan bahwa interiksi ketiga faktor tersebut pada
wet scrubber menghasilkan efisiensi terbaik untuk menurunkan debu padi
(98,86%). Interaksi ketiga faktor tersebut adalah bed yang digunakan
berpori 2 mm, kolom yang digunakan sebanyak 3 kolom, dan tekanan
yang diberikan pada air adalah 30 psi (Gambar 4).
e
f
i
s
i
120
100
80
60
40
20
0
e
n
s
i
Variasi Penelitian
Gambar 4 Pengaruh Interaksi Bed Kolom Tekanan Terhadap Efisiensi Wet
Scrubber
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan pada tugas ini adalah:
1. Prinsip operasi dari Wet Scrubber adalah menggunakan gaya inersia partikulat
dan droplet untuk mentransfer partikulat dari aliran gas ke liquid; di dalam
scrubber, partikulat dalam aliran udara dipaksa untuk berkontak dengan
liquid droplet, liquid packing material, liquid jet dari pelat.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran scrubber adalah Laju alir, suhu,
kelembaban, droplet size, tekanan, komposisi gas, loading kontaminan dan
kondisi outlet yang diinginkan.
3. Pengaruh perbedaan bed pada wet scrubber adalah bed dengan pori 2 mm
lebih efisien menurunkan debu padi daripada bed dengan pori 3 mm dan 4
mm.
4. Penelitian ini diawali dengan analisis pendahuluan meliputi berat
gabah yang dimasukkan setiap running untuk mengetahui berat
debu
yang
terlepas
setiap
running.
Terdapat
tiga
variabel
bed,
variasi
tekanan, dan variasi jumlah kolom. Variasi media bed meliputi bed
berpori 2 mm, 3 mm, dan 4 mm. Variasi tekanan 20, 30, dan
40 psi. Variasi jumlah kolom adalah 1 kolom, 2 kolom, dan 3
kolom.
Pengulangan
sebanyak
kali
untuk
setiap
variasi.
DAFTAR PUSTAKA
Skripsi,
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Diponogoro, Semarang
Benetiz.J,
(1993),
Process
Engineering
and
Design
for
Air
Wet
Collectors,
Lecture
handout:
Teknik
4667 4679.
Susanto.A, (1996), Hubungan Lama Terpapar Debu Padi Dengan Penurunan
Fungsi Paru (Volume Ekspirasi Paksa Dan Kapasitas Vital) Pada
Pekerja Penggilingan Padi Di Kecamatan Banyuurip Kabupaten
Purworejo,
Skripsi,