Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Disusun Oleh :
Galuh Febriana
A01201640
Laporan Hasil Ujian Komprehensih telah Diterima dan Disetujui oleh Pembimbing Ujian
Akhir Diploma III Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong pada :
Hari/Tanggal
Tempat
Pembimbing
ii
()
()
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong
iii
iv
ABSTRACT
Background : COPD is disease characterized by the air flow resistance in the entire breath
COPD can cause nursing problems meeting the needs of the most vital oxygenation for the
body. The impact is damage to brain cells. Pravalention occurrence of smoking-related
mortality in COPD in 2010 as much as 80-90% and at the Kebumen State Hospital Dr.
Soedirman obtained the data as much as 30% of patients suffering from COPD.
The Objective : To meet the needs of the patients oxygenation.
Nursing Resume : The main complaint of patients is said shortness of breath, and there are
secretions are difficult to remove at the moment it appears the problem inneffectiveness
airway clearance, patients underwent treatment with a bronchodilator use ventolin medication
flexsotide 2,5 mg and 0,5 mg.
Discussion : The use of bronchodilators can help overcome the ineffectiveness of airway
clearance in patients with COPD so as not impaired oxygenation fulfillment, patients
underwent treatment by inhalation by using a bronchodilator. After the treatment of shortness
of breath on the wane and discharging patients say could easily be that feeling back relief.
Conclusion: Patients with COPD, can result in airway clearance ineffectiveness that could
lead to disruption of oxygenation that fulfillment possible use of bronchodilators to overcome
the ineffectiveness of airway clearance.
Keyword: COPD, Oxygenation, Bronchodilators.
KATA PENGANTAR
vi
8. Jumariyah teman sekelas yang selama ini telah peduli terhadap saya, yang mengerti
akan keluh kesah saya dan juga semua teman-teman dari Prodi DIII Keperawatan
STIKES
Muhhammadiyah Gombong, teman-teman dan kakak tingkat semua dari STIKES
Muhammadiyah
Gombong,
teman-teman
seperjuangan
semua
yang
telah
membantuku dalam
penyusunan laporan ini.
9. Hermawan Sutanto yang telah selama ini mensuport dan mendukung serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi bentuk maupun isinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan penyempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Gombong, 03-Agustus-2015
Penulis
( Galuh Febriana )
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...
ii
iii
ABSTRAK ..
iv
ABSTRACT
KATA PENGANTAR.
vi
DAFTAR ISI....
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..
B. Tujuan Penulisan. .
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan.......................................................................
A. Definisi Oksigenasi.........................................
B. Etiologi....................
C. Manifestasi Klinis........................................................................
D. Rencana Keperawatan................................................................
E. Terapi Oksigenasi........................................................................
12
13
15
A. Pengkajian..
15
B. Analisa Data...
18
19
BAB IV PEMBAHASAN
26
BAB V PENUTUP................................................................................
37
A. KESIMPULAN..........................................................................
37
B. SARAN......................................................................................
38
viii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................
ix
viii
BAB I
PENDAHULUAN
sangat tinggi. Bahkan di Indonesia penyakit PPOK menempati urutan ke-5 sebagai
penyakit yang mematikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun
2010 penyakit ini menempati urutan keempat sebagai penyebab kematian.
Diperkirakan pada dekade mendatang akan menempati urutan ketiga. Kondisi ini
sangat memprihatinkan, apalagi PPOK erat sekali hubungannya dengan mereka yang
memiliki kebiasaan merokok, selama ini belum banyak diketahui oleh masyarakat,
padahal hampir 80% perokok dipastikan akan mengalami PPOK (Suradi, 2007 dalam
jurnal penelitian Nugraha, 2015).
Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut yaitu kebiasaan
merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %), pertambahan
penduduk, meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an
menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an, industrialisasi, dan polusi udara terutama di
kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan. Di negara dengan prevalensi TB
paru yang tinggi, terdapat sejumlah besar penderita yang sembuh setelah pengobatan
TB. Pada sebagian penderita, secara klinik timbul gejala sesak terutama pada aktiviti,
radiologik menunjukkan gambaran bekas TB (fibrotik, klasifikasi) yang minimal, dan
uji faal paru menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas yang tidak reversibel.
Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam kategori penyakit Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis (SOPT) (Hudoyo, 2015).
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2010
diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan keempat sebagai penyebab
kematian. Prevalensi terjadinya kematian akibat rokok pada penyakit paru obstruksi
kronis pada tahun 2010 sebanyak 80-90 % (Kasanah, 2011). Data yang diperoleh di
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen pada bulan
Januari sampai Mei 2015 didapatkan data sebanyak 30 % pasien menderita penyakit
paru obstruksi kronis (RSUD Dr.Soedirman Kebumen, 2015).
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien PPOK salah satunya adalah
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ventilasi, hipersekresi jalan
napas. Intervensi mandiri yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain;
atur posisi tidur semi fowler, monitor frekuensi pernapasan, dan kedalaman
pernapasan (Smeltzer & Bare, 2005 dalam penelitian Aini, et al, 2008). Dikalangan
profesi perawat, teori kebutuhan manusia yang sering dijadikan acuan adalah hierarki
kebutuhan dasar manusia yang dipublikasikan oleh Abraham Maslow. Menurut
beliau yaitu kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, kebutuhan mencintai
dan dicintai, harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri, salah satu kebutuhan fisiologis
adalah kebutuhan oksigen dalam tubuh (Asmadi, 2008 dalam Manurung, 2012).
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Kekurangan
oksigen kurang dari lima menit akan menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Selain itu
oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme
sel. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin
Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara
optimal. Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara
melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Prosedur pemenuhan
kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan
kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan lender (suction).
PPOK sangat mempegaruhi kualitas hidup klien, karena diagnosa keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem pernafasan : penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK) dapat berupa ketidakefektifan bersihan jalan nafas, gangguan pola tidur, dan
defisiensi pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyaningrum (2013)
bahwa diagnosa keperawatan penyakit PPOK dapat berupa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas, hal ini disebabkan produksi sekret akan terus terjadi selama ada infeksi
pada saluran napas, sejalan dengan teori Price (2007) yang menyatakan bahan cair
(sekret) lepas ke dalam bronkus yang mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi
sputum pada jalan napas pasien PPOK. Menurut data internasional sleep of disorder,
prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma
(gangguan pernafasan) (61-74%), gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki
malam hari (16%), psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%),
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Penulisan
Untuk
memperoleh
gambaran
nyata
tentang
asuhan
keperawatan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn.P di Ruang Kenanga B14 RSUD Dr.
Soedirman Kebumen.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi / Pendidikan
a. Untuk menambah khasanah kepustakaan bidang ilmu keperawatan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi dosen dan mahasiswa Prodi D3
Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong.
2. Bagi Rumah Sakit
Laporan kasus ini dapat menjadi masukan dalam melakukan pelayanan
peningkatan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
3. Bagi Klien
Memperoleh pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi melalui
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Kasanah (2011). Analisis Keakuratan Kode Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Eksasebrasi Akut Berdasarkan ICD 10 Pada Dokumen Rekam Medis Pasien
Rawat Inap Di RSUD Sragen. Sragen : Jurnal Keperawatan.
Kemenkes,
Khair, 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan tidur pada
pasien preoperasi yang pertama kali dirawat inap di Ruang Bedah RSUP Dr.M.
Djamil Padang tahun 2012. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas
Lydia (2012). Ganguan Pola Tidur. Artikel kesehatan diakses pada hari sabtu tanggal 27 Juni
2015 jam 20.32 WIB di http://www.google.co.id
Lyndon Saputra (2010). Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang : Binarupa Aksara
Publisher
NANDA. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Notoatmodjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Nugraha, 2015. Hubungan Derajat Berat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman Dengan
Derajat Berat PPOK. Jurnal Penelitian Akper Patria Husada Surakarta
Nurlela (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi
laparatomi di ruang rawat inap rumah sakit pku muhammadiyah gombong.
Naskah
Publikasi
diakes
di
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/21/jtstikesmuhgo-gdl-sitinurlel1042-1-vol.5n-3.pdf
Price (2007). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC, Jakarta.
Putri, dkk, 2013. Obat Antitusif, Obat Ekspektoransia dan Obat Bronkodilator. Materi Kuliah
Kimia Farmasi II Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang
RSUD Dr.Soedirman Kebumen (2015). Profil Kesehatan RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Kebumen
Santosa, dkk (2014). Pengaruh Pemberian Bronkodilator (Ventolin) secara Inhalasi
terhadap Tingkat Reversibilitas Faal Paru Penderita Asma Bronkiale. Jurnal
Penelitian diakses pada hari sabtu tanggal 04 Juli 2015 jam 07.40 WIB di
ttp://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/53
Saryono (2015).Terapi Oksigen. Modul Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Soetedjo dan Margono (2011). Peran Antikolinergik Sebagai Bronkodilator, Jurnal Penelitian
ISSN 9770216589903 Vol. 2 / No. 1 / Published : 2011-01 Universitas Airlangga
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
(CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE)
Disusun Oleh :
Nama
: Galuh Febriana
NIM
: A01201640
Ruang
KONSEP DASAR
A. Definisi
Penyakit paru-paru obstrutif kronis/PPOK (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya
(Irman, 2008).
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan
alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas, batuk, dan/ atau
sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari (GOLD, 2009).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi
pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan yang penting adalah bronkhitis obstruktif,
emfisema,dan asma bronkhial.
( Arif Muttaqin, 2008: 156 )
B. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin, (2008: 156 ) penyebab dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik
adalah :
a. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan emfisema.
b. Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.
c. Polusi oleh zat- zat pereduksi.
d. Faktor keturunan.
e. Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
D. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen
untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi
adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran
gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang
sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan
pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran
napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital
(KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas
vital paksa (VEP1/KVP).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan
pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari
saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses
ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD,
2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada
paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di
paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi
akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila
tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan
jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas
dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan
adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan
perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan atau
rawat inap dan dilakukan di poliklinik rawat jalan, ruang rawat inap, unit gawat darurat, atau
ruang ICU (PDPI, 2009).
1. Bronkodilator: Albuaterol ( proventil, ventolin ), isoetarin ( bronkosol, bronkometer
2. Kortikosteroid : Metilprenisolon, Deksametason.
3. Antibiotik
4. Terapi Oksigen: sesuai indikasi hasil AGD dan toleransi klien.
5. Ventilasi Mekanik
6. Bantu pengobatan pernafasan (Fisioterapi dada)
7. Berikan vitamin atau mineral atau elektrolit sesuai indikasi.
G.
EKG: deviasi aksis kanan; gelombang P tinggi (pada pasien asma berat dan atrial
disritmia/bronkhitis); gel.P pada Leads II, III, AVF panjang dan tinggi (brinkhitis dan
emfisema); dan aksis QRS vertikal (emfisema
2. Nutrition (Nutrisi)
a.
b. Digestion (Pencernaan)
c. Absorption (Penyerapan)
d. Metabolism (Metabolisme)
e. Hydration (Minum)
3. Elimination (Pembuangan):
Keluarnya produk-produk kotoran dari tubuh
a. Urinary system (Sistem Urinaria) : proses keluarnya urine
b.
Gastrointestinal system( Sistem gastrointestinal) : Pengeluaran dan pengenyahan produkproduk kotoran dari isi perut
c.
Sistem pemrosesan informasi manusia, termasuk perhatian, orientasi (tujuan), sensasi, cara
pandang, kesadaran, dan komunikasi
b. Attention (Perhatian)
c. Orientation (Tujuan) :
d. Sensation/Perception (Sensasi/Cara Pandang)
e. Cognition (Kesadaran)
6. Communication (Komunikasi) Self- Perception (Persepsi Diri)
Kesadaran Akan diri sendiri
a. Self-Concept (Konsep Diri) : persepsi tentang diri sendiri secara menyeluruh
b.
c. Body Image (Citra Tubuh) : Citra mental akan tubuh diri sendiri
Caregiving Roles (Peran-peran yang memberi perhatian) : Pola perilaku yang diharapkan
secara social oleh individu- individu yang menyediakan perawatan dan bukan para
professional perawatan kesehatan
b.
c.
Role Performance (Kinerja Peran) : Kualitas memfungsikan didalam pola-pola perilaku yang
diharapkan secara social
8. Sexuality /Seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi
a. Sexual Identity (Identitas Seksual)
b. Sexual Function (Fungsi Seksual)
c. Reproduction (Reproduksi)
Post-Trauma Responses (Respon paska trauma) Reaksi- reaksi yang terjadi setelah trauma
fisik atau psikologis
b.
c.
Values: (Nilai- nilai) : Identifikasi dan pemeringkatan tentang bagaimana akhirnya bertindak
yang disukai
b.
Beliefs: (Kepercayaan) : Pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adapt istiadat, atau
lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan instrinsik
c.
d.
e.
f.
Thermoregulation: proses fisiologis untuk mengatur panas dan energi di dalam tubuh untuk
tujuan melindingi organisms.
12. Comfort
Rasa kesehatan mental, fisik, atau social, atau ketentraman
a. Physical Comfort : merasakan tentram dan nyaman
b. Social Comfort : merasakan tentram dan nyaman dari situasi social seseorang
Ketidakefektifan Bersihan jalan napas b.d kelemahan, upaya batuk yang buruk, sekresi yang
kental atau berlebihan.
a. Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan
untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
b. Batasan Karakteristik :
1) Tidak ada batuk
a. Definisi:
Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari hari yang harus atau yang ingin dilakukan
b. Batasan Karakteristik
1) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
2) Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
3) Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
4) Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
5) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
6) Dispnea setelah beraktifitas
7) Menyatakan merasa letih
8) Menyatakan merasa lemah
3.
Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d kelelahan, batuk yang sering,
adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia.
a. Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
b. Batasan Karakteristik
1)
Kram abdomen
2)
Nyeri abdomen
3)
Menghindari makan
4)
5)
Kerapuhan kapiler
6)
Diare
7)
8)
9)
Kurang makanan
10)
Kurang informasi
11)
12)
13)
Kesalahan konsepsi
14)
Kesalahan informasi
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
Steatorea
23)
24)
a.
Respiratory
b.
merokok
mengisap
NIC:
status
: Airway Suction
a.
b.
Intervensi
b.
aspa,
Berikan
O2
l/mnt,
metode
Setelah dilakukan tindakan
c.
Anjurkan
pasien
untuk
tertahan,
dari nasotrakheal
eksudat
alveolus,
adanya
di Mendemonstrasikan batuk a.
benda efektif dan suara nafas yang
ai Airway Managemen
paru
asma,
obstruktif
bronchial,
infeksi,
b.
disfungsi neuromuskular
untuk
c.
hiperplasi
pasien
memaksimalkan ventilasi
Posisikan
d.
paten
(klien
tidak
e.
Mampu mengidentifikasikan
h.
keseimbangan.
i.
j.
O2,
Suction,
Inhalasi.
2. Intoleransi aktivitas
NOC :
NIC :
Tirah
Baring
a.
atau
b. Toleransi aktivitas
imobilisasi
pembatasan
c. Konservasi eneergi
b. Kelemahan menyeluruh
Observasi
klien
adanya
dalam
melakukan aktivitas
b.
oksigen
kebutuhan
dengan keperawatan
selama
.
c.
d.
Gaya
hidup
d.
dipertahankan.
Kriteria Hasil :
a.
tanpa
Monitor
disertai kardivaskuler
respon
terhadap
c.
d.
dengan
e.
Level kelemahan
f.
Energy psikomotor
Status
Bantu
klien
mengidentifikasi
untuk
aktivitas
adekuat
i.
Kolaborasikan
g.
Bantu
aktivitas
untuk
konsisten
memilih
yang
Bantu
mengidentifikasi
untuk
dan
untuk
aktivitas
yang diinginkan
k.
l.
Bantu
mengidentifikasi
untuk
aktivitas
yang disukai
m. Bantu klien untuk membuat
o.
p.
Bantu
pasien
mengembangkan
untuk
motivasi
3.
Ketidakseimbangan NOC:
nutrisi
kurang
a.
dari
dengan b.:
Ketidakmampuan
kebutuhan tubuh
Berhubungan
mencerna
oleh intake
nutrisi
faktor
memasukkan
karena
NIC :
menentukan
dan
jumlah
nutrisi
yang
dibutuhkan pasien
biologis,
d. Weight Control
c.
Anjurkan
pasien
meningkatkan
intake
untuk
Fe,
e.
Adanya peningkatan BB
f.
sesuai dengan tujuan
b.
makanan
(
yang
sudah
Mampu
gizi)
mengidentifikasi
g.
kebutuhan nutrisi
d.
Berikan
terpilih
badan
c.
serat
Kriteria hasil :
a.
tinggi
h.
e.
Menunjukkan
fungsi
pengecapan
dari
i.
menelan
f.
mendaptakn
nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring:
a.
b.
c.
d.
yang
biasa
dilakukan
e.
f.
i.
j.
kekeringan
jaringan
konjungtiva
k. Monitor intake nuntrisi
l.
Catat
adanya
edema,
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
NANDA, NIC- NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis &
NAND, NIC- NOC. Jakarta: Media Action Publishing.
Tamsuri, Anas. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Pernafasan. Jakarta: EGC.
Tim PDPI. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: Sagung Seto
Klik paru
Beranda
PDPI Kaltim
Materi Simposium
Dokter Paruku
Zanana Chips Balikpapan
4 Februari 2013
PPOK merupakan salah satu gangguan pernapasan yang akan semakin sering dijumpai di
masa mendatang di Indonesia, mengingat makin bertambahnya rerata umur orang Indonesia,
bertambahnya jumlah perokok dan bertambahnya polusi udara.
DEFINISI
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas
yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri atas bronkitis
kronis dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronis adalah kelainan saluran napas
yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurangkurangnya dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema adalah
kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli.
FAKTOR RISIKO
Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari
penyebab lainnya. Penyebab lain adalah riwayat terpajan polusi udara (lingkungan dan
tempat kerja), hipereaktiviti bronkus, riwayat infeksi saluran napas bawah berulang,
defisiensi alfa-1 anti tripsin, jenis kelamin laki-laki dan ras (kulit putih lebih berisiko).
PATOGENESIS
Pada bronkitis kronis terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan dan distorsi akibat fibrosis. Pada emfisema
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal disertai kerusakan dinding
alveoli. Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural pada saluran napas kecil yaitu inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan
hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.
DIAGNOSIS
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga gejala
berat. Diagnosis PPOK ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan yang terarah dan
sistematis meliputi gambaran klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisis) dan pemeriksaan
penunjang baik yang bersifat rutin maupun pemeriksaan khusus.
Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misalnya berat badan lahir rendah
(BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisis pasien PPOK dini umumnya tidak ditemukan kelainan. Pada inspeksi
didapatkan:
Purse-lips breathing, yaitu sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan
ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik
Terlihat denyut vena jugularis dan edema tungkai (bila telah terjadi gagal jantung)
Pada emfisema pemeriksaan palpasi didapatkan sela iga melebar dan fremitus melemah;
pemeriksaan perkusi terdengar hipersonor, batas jantung mengecil, letak diafragma rendah
dan hepar terdorong ke bawah
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
ekspirasi memanjang
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang rutin dikerjakan untuk menegakkan diagnosis PPOK adalah uji faal paru
sedang pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, Leukosit) dan foto toraks untuk menyingkirkan
penyakit paru lain. Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk memeriksa VEP1, KVP dan
VEP1/KVP. VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya
PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Disebut obstruksi apabila %VEP1 (VEP1/VEP1
prediksi) <80% atau VEP1% (VEP1/KVP) < 75%. Apabila spirometri tidak tersedia atau
tidak mungkin dilakukan, bisa dilakukan pemeriksaan APE (arus puncak ekspirasi), dengan
memantau variabiliti harian pagi dan sore tidak melebihi 20%.
DIAGNOSIS BANDING
1. Asma
2. SOPT (sindroma obstruksi pascatuberkulosis)
3. Pneumotoraks
4. Gagal jantung
5. Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lainnya misalnya bronkiektasis, destroyed
lung dll.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di
Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya
berbeda.
Jha-y Chaztama
Laman
Beranda
Tugas Kuliah
Info Kesehatan
Pictures
Bisnis
Tulisan
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR
1.
Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika)
. Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan
tetapi penambahan O2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak
yang cukup berbahaya terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dari proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh,
oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa
menyebabkan hal yang sangat berbahaya bagi tubuh, salah satunya adalah kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen
tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan
manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
2.
a.
Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring. Pada hidung udara yang
masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan.
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan?makanan. Faring terdiri atas
nasofaring, orofaring dan laryngopharynk yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan dan menghancurkan kuman dan pathogen yang masuk bersama udara.
Laring merupakan struktur yang menyerupai tulang rawan yang bisa? disebut jakun. Selain
berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan
melindungi jalan nafas bagian bawah dari air dan makanan yang masuk.
b.
Sistem pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus,
bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin? kartilago yang
menghubungkan laring dan bronkus utama anatara kanan dan kiri.
Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. masing-masing paru terdiri atas
beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasah oleh satu bronkus.
Jaringan-jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan nafas yang bercabang-cabang,
yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru
dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi torakal dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua yaitu:
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuhSecara umum proses
ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
1. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan
system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi
dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk ke alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari
area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah.
Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan
membran serta perbedaan tekanan gas.
2. Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses
ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan
kembali menuju paru.
b. Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel
yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2
selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak
mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya
terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler
paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan
parsial.
3.
Etiologi
a.
Faktor Fisiologi
b.
Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang
2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner
4. Alkohol dan obat-obatan menyebbkan intake nutrisi mengakibatkan
4.
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan,
infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tandatanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi,
disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh
atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis
(Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau
meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh
menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti
pada syok, berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia
adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
5.
Patologi
1. Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
2. Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa
3. Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania gravis)
4. Depresi SSP / Trauma kepala
5. Cedera serebrovaskuler (stroke)
Maturasional
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas dan stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua, adanya proses penuan yang mengakibatkan kemungkinan arterios klerosis,
elastisitasi menurun, ekspansi menurun.
Situasional (Personal, Lingkungan)
1. Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.
2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban rendah
3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons inflamasi,
dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernafasan mulut.
6.
Batasan Karakteristik
MAYOR
Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya)
Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas)
Dispnea pada usahan napas
Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas
Peningkatan laju metabolik
Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
MINOR
Ortopnea
Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi
Pernafasan sukar / berhati-hati
Bunyi nafas abnormal
Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal
Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada lutut, condong ke depan
Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
penurunan isi oksigen
Peningkatan kegelisahan
Ketakutan
Penurunan volume tidal
Peningkatan frekuensi jantung
(Diagnosa keperawatan, Lynda Tuall Carpennito, hal 383 387)
7.
Manifestasi Klinik
Intervensi
1. Diagnosa
dan kental.
2. Tujuan
3. Kriteria Hasil
4. Intervensi umum
: Mandiri
Berikan
obat
yang
diresepkan
(misal:
natrium
bikarbonat)
untuk
mempertahankankesiembangan asam-basa
4) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanis
5) Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan
6) Berikan bronkodilator, aerosol, nebulasi
6. Rasional
- Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan tidak efektif, dan bisa
menyebabkan bronchitis.
- Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas.
- Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru,
akibatnya pengembangan paru menjadi lebih besar.
- Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi
alveolar.
- Sekret yang kental sulit dikeluarkan dan dapat menyebabkan henti mukus, kondisi ini dapat
menimbulkan atelektasis.
- Secret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.
-Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan menyakitkan.
-Dukungan emosional menjadi semangat bagi klien, air hangat dapat membantu relaks
KECEPATAN
ALIRAN
SEKRESI SALIVA
PADA
PENGGUNA
BRONKODILATOR ANTIKOLINERGIK
Judul GAMBARAN KECEPATAN ALIRAN SEKRESI SALIVA PADA PENGGUNA
BRONKODILATOR ANTIKOLINERGIK
Penulis SARAH NILAM TIRJANI
Penerbit Unpad
Bahasa Indonesia
Hak Cipta Unpad
Kata Kunci antikolinergik, bronkodilator, kecepatan aliran sekresi saliva, saliva, serostomia
ABSTRAK
Disusun Oleh :
NAMA
: Galuh Febriana
NIM
: A01201640
TAHUN 2015
1. Diagnosa Keperawatan
2. Pokok bahasan
: PPOK
4. Sasaran
: Tn. P
5. Hari/tanggal
6. Waktu/jam
: 1 x 30 menit
7. Pertemuan
: Ke 1
8. Tempat
9. Penyuluh
: Galuh Febriana
5. Penatalaksanaan
2. Strategi pelaksanaan
No
Waktu
Tahap
1.
5 menit
Orientasi :
Respon
1. Mengucapkan salam
2. Mengingatkan
1. Menjawab salam
nama
penyuluh
2. Audien
ingat
nama penyuluh
3. Mengingatkan kontrak
3. Audien
ingat
dengan kontrak
4. Menjelaskan maksud dan
tujuan
4. Audien mengerti
maksud
dan
tujuan
5. Menanyakan
kesediaan
5. Audien bersedia
mengikuti penkes
6. Memulai
acara
dengan
tasmiyah
sama
bersama-sama
7. Apersepsi
dengan
menggali
pengetahuan
15 menit
Kerja :
1.
1. Audien
mendengarkan dan
PPOK
memperhatikan
penyebab
PPOK
Menjelaskan
gejala PPOK
4.
respon mengenai
Menjelaskann pengertian
2. Menjelaskan
3.
7. Memberikan
PPOK
tentang PPOK
2.
6. Membaca
Menjelaskan
dari PPOK
penyuluh
menjelaskan
tanda
dan
materi tentang
PPOK
5.
Menjelaskan
penatalaksanaan
dari
PPOK
3.
10 menit
Terminasi :
1. Melakukan evaluasi
1. Menjawab
2. Memberikan kesimpula
pertanyaan dengan
3. Membuat RTL
benar
kontrak untuk
salam
penutup
pertemuan
berikutnya
3. Membaca tahmid
bersama dengan
penyuluh
4. Menjawab salam
penutup
2. Sumber
http://www.gudangmateri.com
B. Evaluasi
1. Evaluasi persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
c. Kontrak sudah dilakukan 1 hari sebelum pendkes
d. SAP sudah siap 1 hari sebelum penkes
2. Evaluasi proses
a. Audien sudah siap di ruangan sebelum penkes dimulai
b. Audien memperhatikan penjelasan penyaji
c. Audien aktif bertanya dan memberi pendapat
d. Media dapat digunakan secara aktif
3. Evaluasi hasil
a. Menyebutkan pengertian PPOK
b. Menyebutkan penyebab PPOK
c. Menyebutkan tanda dan gejala PPOK
d. Menyebutkan komplikasi dari PPOK
e. Manyebutkan penatalaksanaan dari PPOK
MATERI PEMBAHASAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
A. Definisi
Penyakit paru-paru obstrutif kronis/PPOK (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya
(Irman, 2008).
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan
alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas, batuk, dan/ atau
sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari (GOLD, 2009).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi
pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan yang penting adalah bronkhitis obstruktif,
emfisema,dan asma bronkhial.
( Arif Muttaqin, 2008: 156 )
B. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin, (2008: 156 ) penyebab dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik
adalah :
a. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan emfisema.
b. Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.
c. Polusi oleh zat- zat pereduksi.
d. Faktor keturunan.
e. Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan atau
rawat inap dan dilakukan di poliklinik rawat jalan, ruang rawat inap, unit gawat darurat, atau
ruang ICU (PDPI, 2009).
1. Bronkodilator: Albuaterol ( proventil, ventolin ), isoetarin ( bronkosol, bronkometer
2. Kortikosteroid : Metilprenisolon, Deksametason.
3. Antibiotik
4. Terapi Oksigen: sesuai indikasi hasil AGD dan toleransi klien.
5. Ventilasi Mekanik
6. Bantu pengobatan pernafasan (Fisioterapi dada)
7. Berikan vitamin atau mineral atau elektrolit sesuai indikasi.
EKG: deviasi aksis kanan; gelombang P tinggi (pada pasien asma berat dan atrial
disritmia/bronkhitis); gel.P pada Leads II, III, AVF panjang dan tinggi (bronkhitis dan
emfisema); dan aksis QRS vertikal (emfisema)
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
NANDA, NIC- NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis &
NAND, NIC- NOC. Jakarta: Media Action Publishing.
Tamsuri, Anas. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Pernafasan. Jakarta: EGC.
Tim PDPI. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: Sagung Seto
STOP MEROKOK
JAUHKAN DARI
LINGKUNGAN YANG
BERASAP ROKOK
BERIKAN VENTILASI
MAKSIMAL
MENJAGA POLA
HIDUP SEHAT
BERIKAN
LINGKUNGAN YANG
NYAMAN
APABILA DI RUMAH
SAKIT BATASI
PENGUNJUNG UNTUK
MEMAKSIMALKAN
VENTILASI YANG ADA
b. Peningkatan eosinofil
asma
c. Penurunan alpha 1
d. Po2 menurun dan PcO2
normal atau meningkat
(Bronchitis kronis dan
Emfisema)
e. Chest X-ray dapat
menunjukan hiperinflasi
paru-paru, diafragma
mendatar
f. EKG, deviasi aksis kanan,
gelombang P tinggi (pada
pasien asma beratdan
atrial disritmia/
bronchitis), gelombang P
pada Leads II, III, AVF
panjang dan tinggi
(bronchitis dan
emfisema), dan aksis QRS
ventrikel (emfisema)
PPOK
Penyakit Paru Obstruktif
Kronik
Disusun Oleh:
GALUH FEBRIANA
A01201640
POSISIKAN SEMI
FOWLER
TERIMA KASIH.....
I. Pengertian PPOK?
PPOK adalah sekelompok
penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran
udara.
a. Kelemahan badan
a. Gagal pernafasan
b. Batuk
b. Atelektasis
c. Sesak nafas
c. Pneumoni
d. Pneumothorax
Kebiasaan Merokok
f. Ekspirasi yang
memanjang
a. Bronkodilator
b. Kortikosteroid
c. Antibiotik
d. Terapi Oksigen
2.
Adanya Infeksi
3.
j. Kadang ditemukan
pernafasan paradoksal
e. Ventilasi Mekanik
Faktor Keturunan
5.
Faktor Sosial-Ekonomi
f. Fisioterapi dada
g. Berikan vitamin, mineral
atau elektrolit sesuai
indikasi