Tugas Lengkap KDM II Lengkapppp
Tugas Lengkap KDM II Lengkapppp
A. Definisi
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas
(thermal), kimia, elektrik, dan radiasi. ( Moenajat, 2001).
B. Etiologi
1
Disebabkan oleh terpapar dengan radioaktif. Tipe injuri ini sering kali
berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari
sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga
merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
KDM II
Page 2
Bahan
Kimia
Termis
Biologis
Pada wajah
Psikologi
Kerusakan s
Oedema laring
Gagal nafas
Hb tidak
mampu
mengikat O
Hipoxia otak
Peningkatan
pembuluh
darah kapiler
Hb
IV.
kulit
CO mengikat
Obstruksi jalan
III.
nafas
Penguapan
meningkat
Keracunan gas
CO
mukosa
MK:
Luka Bakar
Di ruang
tertutup
II.Kerusakan
Listrik/Petir
Radiasi
Gangguan
konsep diri
Kurang
pengetahua
n
Ansietas
Masalah keperawatan:
Ektravasasi
cairan
(HO,Elektrolit,
protein)
Tekanan onkotik
menurun
Kerusakan integritas
kulit
Cairan intravaskuler
menurun
Masalah keperawatan :
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
Kekurangan
volume cairan
Gangguan
perfusi jaringan
Gangguan sirkulasi
makro
Gangguan
perfusi
organ penting
Otak
Gangguan
sirkulasi
selular
kardiovask
Ginjal
Hipoxia
Sel otak
mati
Gagal
fungsi
sentral
Kebocora
n kapiler
Penurunan
curah
jantung
Gagal
Hipoxia
sel
ginjal
Fungsi
ginjal
Gagal
ginjal
GI Traktus
Hepar
Pelepasa
n
Dilatasi
lambung
Hipoxia
hepatik
Gagal
hepar
Neurolo
gi
Ganggu
an
Neurolo
Imun
Daya
tahan
tubuh
menur
Hambatan
pertumbuh
an
KDM II
Gangguan
perfusi
Laju
metebolisme
Meningkat
Glukoneogene
sis
glukogenolisis
MK. Perubahan
nutrisi
Dampak dari luka bakar terbagi atas dampak biologis dan psikologis
Dampak biologis pada wajah akan menyebabkan kerusakan mukosa akibat
luka bakar sehingga terjadi odema laring yang menyebabkan obstruksi jalan
nafas, sehingga terjadi gagal nafas akibatnya jalan nafas tidak efektif.
Dampak biologis dirung tertutup (paru-paru) dapat mengakibatkan keracunan
gas CO sehingga gas CO mengikat Hb. Karena pada dasarnya fungsi Hb yaitu
mengikat O dan mengedarkannya keseluruh organ tubuh, karena Hb diikat
oleh CO sehingga Hb tidak mampu mengikat O yang mengakibatkan
tersebut
menimbulkan/mengakibatkan
ekstravasasi
cairan
seluler
Dampak gangguanperfusi organ penting dalam kasus lukabakar yaitu
berdampak pada otak, kardiovaskuler, ginjal, hepar, GI Traktus, neurologi dan
imun.
Dampak gangguan perfusi organ penting dalam luka bakar pada otak. Diotak
terjadi hipoksia akibat luka bakar yang mengakibatkan sel-sel otak mati,
karena pada dasarnya fungsi otak adalah pusat pengaturan dan mengkoordinir
KDM II
Page 4
sebagian gerakan dan fungsi tubuh, sehingga dampak dari luka bakar terjadi
gagal ginjal.
Hepar yang mengalami luka bakar, yang mengakibatkan pelepasan
kotekolamin, yang berfungsi menanggapi stress sehingga dihepar terjadi
hipoksia karena pelepasan kotekolamin akibat luka bakar, dan dimana fungsi
hati adalah sebagai penawar racun tidak bisa berfungsi dengan baik sehingga
peregangan lambung
Dampak gangguan perfusi organ penting pada neurologi akibat luka bakar
sehingga terjadi gangguan neurologi yang pada dasarnya neurologi/system
syaraf berfungsi untuk mengirim signal dari satu sistem kesistem yang lain
terhambat karena adanya lesi/luka bakar sehingga signal-signal yamg dibawah
KDM II
Page 5
oleh system syaraf dari satu system kesistem syaraf yang lain lambat sehingga
KDM II
Page 6
Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
Edema minimal.
Kulit hangat/kering.
Nyeri / hyperethetic
KDM II
Page 7
Terbentuk blister
Edema
Nyeri
Penyembuhan luka :
Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai
permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah.
Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau
hitam.
KDM II
Page 8
Edema.
Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan
preventif.
KDM II
Page 10
2.3 Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan
diagram Lund dan Browder sebagai berikut:
Usia (Tahun)
Lokasi
0-1
1-4
5-9
10-15
Dewasa
Kepala
19
17
13
10
Leher
13
13
13
13
13
Punggung
13
13
13
13
13
Pantat Kiri
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
Pantat Kanan
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
Kelamin
Lengan Bawah Ka
Tangan Ka
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
Tangan Ki
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
Paha Ka.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
Paha Ki.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
Tungkai Bawah Ka
5,5
Tungkai Bawah Ki
5,5
Kaki Kanan
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
Kaki Kiri
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
KDM II
Page 11
KDM II
Page 12
Syok hipovolemik
Hypermetabolisme
Infeksi
Ilius paralitik
KDM II
Page 13
3. Bila luka bakar berat, pengkajian meliputi; kepatenan jalan nafas, kaji
vaskular, urine output (pengeluaran urine), tanda-tanda vital, gejala syok,
intensitas nyeri, kaji luka, pantau analisa gas darah, pulse oximetry, dan
kaji bising usus.
4. Kaji perilaku klien dan perubahan kesadaran.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
KDM II
Page 14
Intervensi NIC :
KDM II
2.
KDM II
Page 16
Intervensi NIC :
KDM II
Page 17
Interfensi NIC :
KDM II
Page 18
1. Pengertian nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
2. Mediator Nyeri
Mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang
yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan
jarigan lainnya. Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di
system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang
hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum
tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls
diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Adapun mediator nyeri yang disebut juga sebagai autakoid antara lain serotonin,
KDM II
Page 19
KDM II
Page 20
3. Fisiologi nyeri
Reseptor Nyeri
Nosireceptor
stimulus(kuat)
bermielin
Tidak bermielin
Kulit
Reseptor A delta
Serabut C
Somatik dalam
KDM II
Page 21
merusak
Reseptor
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal
dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta
KDM II
Page 22
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat
pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya.
Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri
yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor
organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri
yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan
organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
2. Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory)
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana
nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai
KDM II
Page 23
teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori
gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat
sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.
Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls
melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron betaA yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter
penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka
akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat
terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan
yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang
dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls
nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang
memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti
endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.
Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat
KDM II
Page 24
KDM II
Page 25
KDM II
Page 26
g. Dilatasi pupil
h. Penurunan motilitas GI
2. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a. Muka pucat
b. Otot mengeras
c. Penurunan HR dan BP
d. Nafas cepat dan irreguler
e. Nausea dan vomitus
f. Kelelahan dan keletihan
5. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah
hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit
berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
KDM II
Page 27
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex:
tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa
nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan,
jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
dan bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
KDM II
Page 28
KDM II
Page 29
KDM II
Page 30
KASUS
Ny. Wati, 45 tahun dengan berat badan 64 Kg datang ke IGD diantar
oleh keluarganya karena saat akan menyalakan kompor gas di rumahnya, kompor
gas yang dinyalakan tiba-tiba meledak, Ners Samsul yang melakukan pengkajian
kepada klien mendapatkan data klien mengatakan sangat nyeri pada daerah
tubuhnya yang mengalami luka bakar sampai lapisan epidermis pada tangan
kanannya dengan luas 6 kali telapak tangan klien,luas pada bagian paha 4 kali
telapak tangan klien,paha kiri 3 kali luas telapak klien,bagian dada dan perut 5
kali luas telapak tangan klien,tangan kiri dan wajah masing-masing seluas telapak
tangan. Pemeriksaan Vital Sign Tensi 100/60 mmHg, Nadi 100 kali permenit,suhu
37 C,Pernapasan 24 kali permenit.
KDM II
Page 31
I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama
: Ny.Wati
Umur
: 45 tahun
BB
: 64 kg
b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Alasan kerumah sakit
Karena saat akan menyalakan kompor gas dirumahnya,
kompor gas yang dinyalakan tiba-tiba meledak
b. Keluhan utama
Ny. Wati mengeluh sangat nyeri pada daerah tubuhnya, yaitu
pada wajah, dada,perut,tangan kanan dan kiri serta paha kanan
dan kiri yang mengalami luka bakar sampai lapisan epidermis
KDM II
Page 32
c. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
Hasil vital sign
a.TD
b. Nadi
c. Suhu
d. Pernafasan
: 100/60 mmHg
: 100 kali permenit
: 37C
: 24 kali permenit
KDM II
Page 33
Klasifikasi Data
a.Data Subyektif :
Klien mengatakan sangat nyeri pada daerah tubuhnya yang
mengalami luka bakar.
b. Data Obyektif :
1.Klien nampak meringis kesakitan dan menangis
2.Klien mengalami luka bakar sampai lapisan epidermis
3.Luas luka bakar pada tangan kanan 6 kali telapak tangan klien
4.Luas luka bakar pada paha kanan 4 kali telapak tangan klien
5.Luas luka bakar pada paha kiri 3 kali telapak tangan klien
6.Luas luka bakar pada dada dan perut 5 kali telapak tangan klien
7.Luas luka bakar pada tangan kiri seluas telapak tangan
8.Luas luka bakar pada wajah seluas telapak tangan
9.Total luas bakar klien yaitu 20%
KDM II
Page 34
II . Diagnosis Keperawatan
a. Analisa Data
N
DATA
O
1.
DS:
Klien mengatakan sangat
MASALAH
Nyeri
nyeri
DS :
DO :
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Suhu
: 37o C
Pernapasan
: 24 x/menit
Berat Badan : 64 Kg
KDM II
Page 35
Resiko Infeksi
b. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri b/d kerusakan kulit akibat luka bakar ditandai dengan klien
KDM II
Page 36
kemedula spinalis
Merangsang Hipotalamus
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart (1997). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Judit, M, Walkinson. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Marylin E. Doenges (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
KDM II
Page 37
KDM II
Page 38