Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI KASUS

Colitis
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada :
dr.Rofi Siswanto,M.Sc.Sp.Rad

Disusun oleh
Deta Noorfaizah Ulfi
20110310174
SMF ILMU RADIOLOGI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

PRESENTASI KASUS
Colitis
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh
Deta Noorfaizah Ulfi
20110310174
Telah disetujui dan dipresentasikan
Pada : 9 November 2016

Dokter pembimbing

dr.Rofi Siswanto,M.Sc.Sp.Rad

SMF ILMU RADIOLOGI


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Kolitis merupakan istilah untuk menunjukkan adanya proses
peradangan atau inflamasi pada kolon. Kolitis termasuk dalam
Inflammatory Bowel Disease yang merupakan suatu penyakit inflamasi
yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab yang sampai saat ini
belum diketahui secara jelas. IBD terdiri atas kolitis ulserativ dan penyakit
crohn. Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah suatu kelompok
penyakit inflamasi kronik yan terjadi pada usus dengan tipe yang paling
sering ditemui adalah kolitis ulseratif dan penyakit crohn (tanto, 2014).
Inflammatory Bowel Disease adalah penyakit inflamasi yang melibatkan
saluran cerna dengan penyebab pastinya yang sampai saat ini belum
diketahui. Secara garis besar, IBD terdiri atas 3 jenis yaitu kolitis ulseratif,
penyakit crohn dan jika sulit membedakan kedua hal tersebut , maka
dimasukan kedalam kategori intermediate coliti ( Dina, 2008 ). Prevalensi
tertinggi kejadian IBD adalah di negara-negara Amerika Utara, eropa
utara, dan inggris. Sementara di negara Asia tingkat kejadian cukup
rendah. Angka kejadian kolitis

ulseratif umumnya

lebih tinggi

dibandingkan dengan penyakit crohn. Data epidemiologi di RSCM


melaporkan bahwa kolitis ulseratif lebih tinggi kekerapannya pada pasien
dengan yang dirujuk untuk kolonoskopi atau dengan kecurigaan adanya
kolitis

BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama

Bp.I

Jenis Kelamin

Laki-laki

Umur

36 tahun

Pekerjaan

Swasta

Alamat

Kasihan Bantul

Agama

Islam

No. RM

532226

B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Bab cair 6x sehari selama kurang lebih 6 bulan.
2. Keluhan Tambahan
Keluhan bab disertai dengan darah (+) nyeri pada perut (+) lemas (+)
pusing (+) jarang-jarang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien datang dengan keluhan bab cair sebanyak 6 x
setiap hari. Lendir (-) darah (+). Keluhan sudah dirasakan sejak
kurang lebih 6 bulan. Nyeri perut (+) demam (-) mual (-) muntah (-)..
Riwayat masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama yaitu bab cair
sebanyak kurang lebih 6x setiap hari.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit jantung disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat sakit DM disangkal

Riwayat sakit asma (+)

Riwayat sakit hepar disangkal

Riwayat tumor disangkal

Riwayat masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama seperti


rps

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama

Riwayat sakit jantung disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat sakit DM disangkal

Riwayat sakit asma disangkal

Riwayat sakit hepar disangkal

Riwayat tumor disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
-

Keadaan Umum

: sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

2. Vital Sign

TD

= 110/70 mmHg

R = 22 kali/menit

Nadi

= 80 x/menit

S = 37 derajat C

STATUS GENERALIS
a. Kepala : Mesocephal
Rambut warna hitam
Distribusi rambut merata dan lurus
Rambut tidak rontok dan tidak teraba benjolan
b. Mata
: Conjungtiva Anemis (--)
Sklera Ikterik (--)
Pupil Bulat Isokor ( 3 mm3 mm )
Reflek Cahaya (--)
c. Hidung : Discharge (-)
Deviasi (-)

Nafas cuping hidung (-)


d. Telinga : Simetris Kanan Kiri
Sekret -/-, serumen -/Pembesaran KGB -/-, nyeri tekan -/e. Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-)
f. Leher : Inspeksi
= Trakea terletak di tengah
Tiroid tidak tampak pembesaran
Palpasi

= Perbesaran kelenjar tiroid (-)


Perbesaran kelenjar paratiroid (-)
Perbesaran KGB (-)

g. Thorax : Jantung
Inspeksi

: Ictus Cordis tak tampak

Palpasi

: Ictus Cordis teraba di SIC IV

Perkusi

: Redup

Auskultasi

: S1 & S2 tunggal, reguler, bising (-)

Paru Paru
Inspeksi

: Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)

Palpasi

: Vokal fremitus kanan kiri sama,


Ketinggalan gerak (-)

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru paru

Auskultasi

: Vesikuler (++), Ronkhi (--),


Wheezing (- -)

h. Abdomen
Inspeksi

: Supel (+), Distensi (-)

Auskultasi

: Peristaltik (+)

Perkusi

: Timpani (+),

Palpasi

: Hepar & Lien tak teraba, Nyeri tekan (-) Massa (-)

i. Ekstremitas

: Superior
Inferior

= Akral hangat (++), Edema (--)


Eritema Palmaris (--)
= Akral hangat (++), Edema (--)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan Colon In Loop

Didapatkan hasil
Abdomen

Tidak tampak dilatasi usus.

CIL

Pasase kontras dan udara didalam colon lancar.


Dinding mucosa licin, lumen normal.
Incisura dan haustra pada colon sigmoid
menghilang.

Kesan

Colitis colon sigmoid

E. DIAGNOSA KERJA
Diare Kronik suspek colitis kronik
F. PENATALAKSANAAN
-

Infus RL 15 tpm

Injeksi ranitidin 1A/12 jam

Sulfasalazin 2 x 1000

Sysnuco 2 x 1 tab

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah suatu kelompok
penyakit inflamasi kronik yan terjadi pada usus dengan tipe yang paling
sering ditemui adalah kolitis ulseratif dan penyakit crohn (tanto, 2014).
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang
melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya yang sampai saat ini
belum diketahui. Secara garis besar, IBD terdiri atas 3 jenis yaitu kolitis
ulseratif, penyakit crohn dan jika sulit membedakan kedua hal tersebut ,
maka dimasukan kedalam kategori intermediate coliti ( Dina, 2008 )
Kolitis ulserati merupakan proses inflamasi mukosa yang
terlokalisasi di kolon, dimulai dari rektum ke arah proksimal, bersifat difus
dan kontinu. Penyakit Crohn adalah suatu inflamasi yang dapat mengenai
sepanjang traktus gastrointestinal. Dimulai dari mulut hingga anus, terjadi
secara sigmental dan dapat diselingi jaringan sehat diantaranya, ulserasi
yang dalam(transmural). Asimetris dan sering terjadi reaksi granulomatosa
sehingga sulit dibedakan dari tuberkulosis usus. ( Tanto, 2014)
B. Epidemiologi
Prevalensi tertinggi kejadian IBD adalah di negara-negara Amerika
Utara, eropa utara, dan inggris. Sementara di negara Asia tingkat kejadian
cukup rendah. Angka kejadian kolitis ulseratif umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan penyakit crohn. Data epidemiologi di RSCM
melaporkan bahwa kolitis ulseratif lebih tinggi kekerapannya pada pasien
dengan yang dirujuk untuk kolonoskopi atau dengan kecurigaan adanya
kolitis. Data juga menunjukkan bahwa IBD menyusun 25.9 pasien yang
dirujuk dengan diare kronik, berdarah, dan nyeri perut.

C. Anatomi
Panjang usus besar (kolon dan rectum) 1.500cm, yang terdiri dari
sekum, kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid
dan rektum. Dinding usus besar mempunyai tiga lapis yaitu lapisan
mukosa (bagian dalam), yang berfungsi untuk mencernakan dan absorpsi
makanan, lapisan muskularis (bagian tengah) yang

berfungsi untuk

menolak makanan ke bagian bawah, dan lapisan serosa (bagian luar),


bagian ini sangat licin sehingga dinding usus tidak berlengketan satu sama
lain di dalam rongga abdomen. Berbeda dengan mukosa usus halus, pada
mukosa kolon tidak dijumpai villi dan kelenjar biasanya lurus-lurus dan
teratur. Permukaan mukosa terdiri dari pelapis epitel tipe absortif
(kolumnar) diselang seling sel goblet. Pelapis epitel kripta terdiri dari sel
goblet. Pada lamina propria secara sporadik terdapat nodul jaringan
limfoid. Sel berfungsi mengabsorpsi air, lebih dominan pada kolon bagian
proksimal (asendens dan tranversum), sedangkan sel goblet lebih banyak
dijumpai pada kolon desenden. Lamina propria lebih seluler (sel plasma,
limfosit dan eosinofil) pada bagian proksimal dibanding dengan distal dan
rektum. Pada bagian distal kolon, sel plasma hanya ada dibawah epitel
permukaan. Sel paneth bisa ditemukan pada sekum dan kolon asenden.
Pada anus terdapat sfingter anal internal (otot polos) dan sfingter anal
eksternal (otot rangka) yang mengitari anus

Usus adalah bagian dari saluran pencernaan, yang berjalan antara


perut ke anus. Hal ini dibagi ke dalam usus kecil dan usus besar. Usus
kecil membentuk bagian utama dari usus manusia dengan panjang sekitar
enam meter.Hal ini dapat ditemukan di tengah rongga perut. Usus besar
atau usus yang besar dimulai pada titik, di mana usus kecil berakhir.
Dibandingkan dengan usus kecil, usus besar memiliki lebih lebar, tetapi
hanya 1,5 meter panjangnya, yaitu sekitar seperlima dari panjang saluran
usus. Usus besar terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum,
kolon desendens dan kolon sigmoid.
Usus besar dimulai dari titik, di mana ujung usus kecil. Untuk lebih
tepat, mulai dari daerah iliaka kanan panggul, yang terletak di bagian
pinggang kanan atau tepat di bawah ini. Dimulai dengan sekum (dimana
titik akhir dari usus kecil membuka ke usus besar) dan perjalanan ke atas,
dan kemudian berjalan di rongga perut, sekali lagi ternyata turun sampai
akhir dengan kanal sigmoid, yang diikuti oleh rektum, anal kanal dan anus.
Bagian dari usus besar yang datang setelah sekum dan berjalan ke atas
disebut kolon ascending dan bahwa perjalanan di perut disebut kolon
transversum. Yang usus descending mengikuti usus besar melintang dan

berubah menurun sampai berakhir pada kolon sigmoid, yang diikuti oleh
rektum. Usus besar hampir seperti sebuah lengkungan yang mengelilingi
melingkari usus kecil dalam rongga perut. Ketika bagian utama dari proses
pencernaan dilakukan di usus kecil, usus besar diserahkan dengan fungsi
resapan air dan beberapa vitamin. Hal ini terutama bertanggung jawab
untuk menyimpan kotoran, pemadatan itu dengan menyerap air dan
mengeluarkan dengan bantuan kontraksi berirama (gerakan peristaltik)
dari otot-otot usus.

Sekum : Usus besar dimulai dengan sekum, yang seperti kantong dalam
struktur dan menghubungkan ileum (bagian terakhir dari usus kecil) ke
kolon asendens. Hal ini dipisahkan dari ileum oleh katup ileocecal atau
katup Bauhin dan dari kolon asendens oleh persimpangan cecocolic. Ini
adalah sekitar enam sentimeter panjang dan lampiran berbentuk ulat

menggantung dari sekum.


Kolon asenden : Usus Ascending muncul setelah sekum dan melintasi ke
atas sampai mencapai fleksura hepatik atau kanan kolik lentur, yang
merupakan pergantian usus dekat hati. Dengan kata lain, hati fleksura
adalah tikungan antara kolon asendens dan kolon transversum. Tikungan
kolon melintang untuk membentuk fleksura hati, yang diikuti oleh usus

besar melintang, yang perjalanan melintasi rongga perut.


Kolon Transversum : Usus yang melintang dimulai dari hepatik kanan
dan fleksura merupakan yang terpanjang dan bagian dapat bergerak dari
usus besar. Hal ini sedikit melengkung ke bawah dengan kenaikan tajam
ke atas mendekati akhir, di mana ia membungkuk ke bawah untuk
membentuk fleksura kolik kiri atau lentur lienalis, yang terletak di dekat
limpa. Ini adalah dari ini fleksura kolik kiri, usus descending dimulai. usus
Transversus terhubung ke perut oleh sekelompok jaringan, yang dikenal
sebagai omentum yang lebih besar. sisi usus besar melintang Posterior
melekat ke dinding posterior abdomen oleh peritoneum (selaput yang
melapisi rongga perut) dan keterikatan ini disebut mesokolon transverse.

Kolon desenden dan Kolon Sigmoid : Usus desenden yang dimulai dari
fleksura lienalis dan berakhir pada awal kolon sigmoid. Hal ini
ditempatkan lebih mendalam, dibandingkan dengan usus ascending dan
memiliki beberapa bagian dari usus kecil di depannya. Hal ini berakhir
dengan kolon sigmoid, yang merupakan bagian terakhir dari usus besar,
yang berakhir pada titik, di mana rektum dimulai. Kolon sigmoid adalah
struktur berbentuk S, yang berisi otot, bahwa kontraksi untuk membuat
tekanan dalam usus besar, untuk mengeluarkan kotoran dan memindahkan
kotoran ke rektum.
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyerap air, menyimpan
limbah, penyerapan beberapa vitamin (seperti vitamin K), penebalan dan
pengeluaran dari tinja. Rumah usus yang besar sekitar 700 spesies bakteri,
yang membantu dalam fermentasi serat dalam bahan makanan. Bakteri ini
juga menghasilkan sejumlah besar vitamin, seperti vitamin K dan biotin
(vitamin B), yang diserap ke dalam darah.
Kolon mengabsorpsi air sampai dengan 90% dan juga elektrolit,
sehingga mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat, disebut
feses. Kolon tidak memproduksi enzim, tetapi hanya mukus. Terdapat
sejumlah bakteri pada kolon, yang mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa, dan menghasilkan sedikit nutrien bagi tubuh.

Bakteri juga

memproduksi vitamin K dan juga gas, sehingga menimbulkan bau pada


feses. Secara imunologis, oleh karena banyak limfonodus terutama di
aappendiks dan rektum; dan sel imun dilamina propria. Feses juga
bewarna coklat yang disebabkan pigmen empedu

D. Patofisiologi

Dalam kapita selekta kedokteran, patofisiologi yang mendasari IBD belum


jelas,namun

penyakit

ini

bersifat

multifaktorial.

Terdapat

empat

mekanisme utama yang mendasari :


1. Predisposisi genetik
Ratusan lokus kromosom telah diidentifikasi memiliki asosiasi dengan
kerentanan terjadinya IBD. Semua faktor genetik yang terlibat
menimbulkan disfungsi imunitas, pengaturan mediator inflamasi dan
rekruitmmen sel-sel inflamasi sehingga proses inflamasi tidak
terkendali
2. Defek pertahanan mukosa
Faktor genetik juga berperan dalam disfungsi pertahanan mukosa usus,
akibatnya permeabilitas usus meningkat, hilangnya ion-ion dan air dan
antigen eksogen serta makromolekul dapat masuk dengan mudah.
3. Kerentanan terhadap pemicu di lingkungan
Individu-individu tertentu lebih rentan terhadap pemicu dari
lingkungan seperti enteropatogen. Salmonella, shigella, campylobacter,
clostridium difficile ditunjukkan dapat memicu atau memodifikasi
respon imun yang tidak terkontrol. Faktor lingkungan lain yang
berpengaruh adalah diet tinggi protein hewani, rokok, atau kontrasepsi
oral.
4. Bakteri komensal dalam lumen usus
Pada keadaan normal, respon imun mengalami regulasi dan supresi
agar menjadi toleran terhadap flora komensal usus. Pada IBD, faktor
pemicu di lingkungan menyebabkan sistem imun berespon terhadap
bakteri komensal usus secara berlebihan.
Akibat semua faktor diatas terjadilah inflamasi mukosa, ulserasi,
edema, perdarahan, dismotilitas, malabsorbsi dan hilangnya ion dan
cairan yang tampak secara klinis sebagai diare.

Menurut Sjahriar Rasad dalam Radiologi Diagnostik FK UI


berbagai bentuk perubahan pada kolon dari yang ringan sampai berat
dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Adanya perubahan mukosa

Perubahan pada mukosa dapat berupa hilangnya striktur linea


innominata, granuler, atau timbulnya ulsera ( Halo sign bulls eye,
target lession ).
2. Perubahan dinding
Dapat berupa hilangnya/berkurangnya haustrae, kekakuan dan
kerancuan dinding, lumen menyemoit, dan pemendekan kolon.

Gambar 1 : Patogenesis IBD ; ilmu penyakit dalam jilid II edisi IV.


E. Manifestasi klinis
1.Gambaran Klinis
Gejala utama secara umum adalah diare kronik dengan atau tanpa
disertai darah dan nyeri perut, nokturnal, dan dapat menyebabkan
inkontensia alvi.

Manifestasi ekstraintestinal lainnya adalah berupa

artritis, uveitis, pioderma gangrenosum, eritema nodosum dan kolangitis.


Dapat disertai dengan gambaran keadaan sistemik yang timbul sebagai
dampak keadaan patologis yang ada seperti gangguan nutrisi. Perjalanan
klinik IBD ditandai oleh fase aktif dan remisi. Fase remisi ini dapat
disebabkan oleh pengobatan tetapi tidak jarang dapat terjadi spontan.
Dengan sifat perjalanan IBD yang kronik-eksaserbasi-remisi, diusahakan
suatu kriteria klinik sebagai gambaran aktifitas penyakit untuk keperluan
pedoman keberhasilan pengobatan maupun menetapkan fase remisi.
Secara umum Disease Activity Index yang didasarkan pada frekuensi

diare, ada tidaknya perdarahan, penilaian kondisi mukosa kolon pada


pemeriksaan endoskopi, dan penilaian keadaan umum, dapat dipakai untuk
maksud tersebut.
Inflamasi yang terjadi pada kolitis ulseratif terbatas pada lapisan
mukosa kolon saja. Rektum hampir selalu terlibat (proktitis ulseratif) dan
progresivitas menjalar ke arah proksimal. Sepertiga kasus pada KU hanya
melibatkan rektum dan sigmoid, sebagian kasus melibatkan rektum sampai
dengan fleksura lienalis, sebagian kecil terjadi pada seluruh bagian kolon.
Derajat klinis kolitis ulseratif dibagi atas berat, sedang, dan ringan
berdasarkan frekuensi diare, ada atau tidaknya demam, derajat beratnya
anemia yang terjadi dan laju endap darah. Perjalanan kolitis ulseratif dapat
dimulai dengan serangan pertama yang berat ataupun dimulai ringan yang
kemudian bertambah berat setiap minggu. Berat ringannya serangan
pertama sesuai dengan panjangnya kolon yang terlibat. Lesi mukosa
bersifat difus dan terutama hanya melibatkan lapisan mukosa.
Pada penyakit Crohn proses inflamasi yang terjadi bersifat
transmural, yaitu melibatkan semua lapisan dinding usus sehingga
meningkatkan resiko perforasi maupun proses kelanjutannya menimbulkan
proses fibrosis, fistulasi, abses dan struktur. Berbeda dengan kolitis
ulserativ,pada penyakit crohn dapat terjadi pada semua bagian saluran
cerna.
tabel 1: Gambaran klinis IBD
berdasarkan buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV
Gambaran Klinis

Kolitis ulseratif

Penyakit Crohn

Diare kronik
Hematochezia

++
++

++

Nyeri perut

+-

Massa intra abdomen

+-

Adanya fistulasi

+/-

+-

Terjadinya

+-

stenosis/stiktur

Keterlibatan usus halus

+/-

+-

Keterlibatan rektum

85 %

50 %

Gejala/tanda
ekstra intestinal
Terjadinya megakolon
Toksis

+/-

1. Gambaran laboratorium
Adanya abnormalitas parameter laboratorium dalam hal kadar
hemoglobin, lekosit, LED, trombosit, C-reactive protein, kadar besi
serum dapat terjadi pada kasus IBD. Tidak ada parameter
laboratorium yang spesifik pada IBD. Sebagian besar hanya
merupakan parameter proses inflamasi secara umum atau dampak
sistemik

akibat

proses

inflamasi

gastrointestinal

yang

mempengaruhi proses digesti atau absorbsi. Data laboratorium


lebih banyak berperan untuk menilai derajat aktifitas penyakit dan
dampaknya

pada

status

nutrisi

pasien.

Penurunan

kadar

hemoglobin,hematokrit, dan besi serum dapat menggambarkan


derajat kehilangan darah lewat saluran cerna. Tingginya laju endap
darah danC reactive protein yang positif menggambarkan aktivitas
inflamasi, serta rendahnya kadar albumin mencerminkanstatus
nutrisi yang rendah.
Tabel 2: Gambaran Patologi IBD
Gambaran patologi IBD

Kolitis Ulseratif

Penyakit Crohn

Lesi anatomik bersifat

++

Kontinu

Skip lession

+/-

++

50 %

++

+/-

++

segmental
Sifat lesi mukosal
Dapat

melibatkan

semua dinding usus


( bersifat transmural )
Terjadinya granuloma
(cobble stone)
Timbulnya fibrosis
Terjadinya fistulasi

F. Alur Proses Penegakan Diagnosis


Secara praktis diagnosis IBD berdasarkan pada
1. anamnesis yang akurat mengenai adanya perjalanan penyakit akut
disertai eksaserbasi kronik-remisi diare, berdarah atau tidak, nyeri
perut.
2. Gambaran klinik sesuai tabel diatas
3. Data laboratorium yang menyingkirkan penyebab inflamasi lain.
4. Temuan endoskopi yang karakteristik dan didukung konfirmasi
histopatologi
5. Temuan gambaran radiologi yang khas
6. Pemantauan perjalanan klinik pasien yang bersifat akut-remisieksaserbasi kronik.

Anamnesis : Terdapat riwayat


perjalanan penyakit yang episodik
aktif-remisi-kronik-eksaserbasi

Pemeriksaan fisik : Keadaan


umum, status nutrisi, nyeri
tekan abdomen, gejala atau
Laboratorium :fistulasi
DPL, LED, CRP,
tanda ekstraintestinal,
Feses lengkap, dll
Endoskopi
Patologi
Rdiologi : gambaran
sesuai IBD
Pemantauan perjalanan
klinik

Kasus diare kronik dan atau nyeri


perut
Laboratorium : Sesuai
inflamasi dan bukan infeksi
atau parasit

Klinis : sesuai IBD,


ada riwayat dalam
keluarga

Telah diberikan pengobatan atau


antibiotik adekuat tapi klinis tetap kronikkambuhanWaspadai adanya keganasan
atau TBC usus

Sebagai kasus terduga IBD

Isu strategis : Terapi ex


uvantibus

Sistem
rujukan

Gambar : case finding case IBD di pelayanan lini pertama


( berdasarkan buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi IV )

Kasus diare kronik


Anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium sesuai lini
pertama
Barium
enema

Barium
meal &
follow
through
sesuai IBD

( colon in
loop )

USG dan CT
Scan sesuai
IBD

Sebagai diagnosis kerja IBD

Gambar : case finding case IBD tingkat kedua dimana tidak ada fasilitas
endoskopi
( berdasarkan buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi IV )

DIARE KRONIK : Sesuai dengan algortma tingkat pertama


dan kedua

Gastroskopi
Kolonoskopi
Histopatolo
gi
Sesuai IBD

Bila perlu :
ileuskopi
Bila perlu :
Folloq through
Barium enema
USG-CT Scan

Defintif IBD

Defintif IBD

G. Pemeriksaan Colon In Loop


Colon in loop (CIL)
Colon in Loop merupakan suatu pemeriksaan radiografik kolon
dengan menggunakan kontras yang dimasukan ke dalam kolon.
Bisa berupa pemeriksaan single contras bila kontras yang
digunakan hanya barium dan bisa double contrast bila udara juga

dipompakan ke dalam kolon.


Syarat atau persiapan pasien
- Mengubah pola makan pasien. Penderita hendaknya
memakan makanan yang mempunyai konsistensi lunak,
-

lembek.
- Pemberian pencahar
- Tahap persiapan sekitar 1-2 hari tergantung kondisi pasien.
Pelaksanaan Persiapan
- Satu hari sebelum pemeriksaan pasien makan bubur kecap.
- Jam 20.00 makan malam terakhir.
- Jam 22.00 pasien makan garam inggris ( MgSO4) dan
-

rendah serat, rendah lemak.


Minum air sebanyak mungkin agar tinja di kolon tetep

mulai puasa.
Boleh minum maksimal 100 cc sampai jam 12 malam.
Mengurangi bicara dan merokok untuk menghindari

penumpukan udara dalam seluruh traktus gastrointestinal.


- Pasien rawat inap boleh diberikan lavement.
Cara Pemeriksaan
1. Media Kontras
Kontras yang lazim digunakan ialah larutan barium dengan
konsentrasi antara 70 80 % ( weight/volume ). Banyaknya
(mL) sangat tergantung pada panjang pendeknya kolon.
Umumnya 600 800 ml sudah memadai.
2. Teknik Pemeriksaan
- Tahap Pengisian
Pengisian larutan barium kedalam lumen kolon melalui
anus sampai fleksura lienalis atau pertengahan kolon
transversum. Bagian kolon yang belum terisi dapat diisi
dengan mengubah posisi penderita dari supine menjadi
-

right decubitus.
Tahap Pelapisan

Dengan menunggu 1 2 menit, larutan barium


mendapatkan kesempatan melapisi mukosa kolon
-

dengan sempurna.
Tahap Pengosongan
Sisa larutan barium dalam lumen kolon dibuang
sabanyak yang dapat dikeluarkan dengan memiringkan
penderita

ke

kiri

dan

menegakkan

meja

pemeriksaan(upright).
Tahap Pengembangan
Dipompakan udara kedalam lumen kolon sehingga
seluruh kolon mengembang sempurna. Jangan sampai
terjadi pengembangan yang

berlenihan karena akan

menimbulkan komplikasi seperti perforasi dan reflek


-

vagal.
Tahap Pemotretan
Dilakukan pemotretan atau eksposur radiografik dengan
posisi tergantung pada bentuk kolon dan atau kelainan
yang ditemukan.
Umumnya dilakukan

pemotretan

dengan

metode

lapangan terbatas ( spot view ) terhadap bagian-bagian


tertentu kolon dan lapangan menyeluruh ( overall view

dari kolon ).
Indikasi pemeriksaan CIL
- Pemeriksaan Colon in Loop diperlukan pada kasuskasus yang secara klinis diduga terdapat kelainan pada
kolon yaitu pasien dengan diare kronis, hematokezia,

umum ( obstipasi kronis , perubahan pola defekasi )


Kontraindikasi CIL
- Perforasi
- Kolitis berat dimana dinding kolon menjadi sangat tipis
-

dan ditakutkan dapat terjadi perforasi


Keadaan pasien umum pasien jelek
Ileus paralitik

H. Gambaran Radiologis
1. Kolitis Ulseratif
Pada foto colon in loop, akan tampak haustra dan incisura menghilang,
lumen kolon menyempit, kolon memendek, mukosa rektum dan kolon
desenden tampak granuler dengan bintik-bintik halus, merata dan
simetris. Kesan : kolitis ulseratif
2. Penyakit Crohn / kolitis
Pada foto colon in loop tampak lumen kolon asenden menyempit tak
teratur, tampak ulkus aptosa, jumlah 5 , tampak skip lesion ( tampak
gambaran mukosa normal diantara mukosa yang mengalami
inflammasi ) pada sisi superior kolon transverum, ukuran 2x1 cm ,
tampak cobble stone appearance.
Kesan : kolitis crohn

BAB IV

PEMBAHASAN
Seorang pasien datang dengan keluhan bab cair sebanyak 6 x setiap hari.
Lendir (-) darah (+) kadang . Keluhan sudah dirasakan sejak kurang lebih 6 bulan.
Demam (-) mual (-) muntah (-). Os memiliki riwayat penyakit asma (+) dan
riwayat Tb sudah selesai pengobatan. Riwayat masuk rumah sakit dengan keluhan
yang sama yaitu bab cair sebanyak kurang lebih 6x setiap hari.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu Colon in Loop
yang merupakan suatu pemeriksaan radiografik kolon dengan menggunakan
kontras yang dimasukan ke dalam kolon. Bisa berupa pemeriksaan single contras
bila kontras yang digunakan hanya barium dan bisa double contrast bila udara
juga dipompakan ke dalam kolon. Pemeriksaan Colon in loop diperlukan pada
kasus-kasus yang secara klinis diduga terdapat kelainan pada kolon yaitu pasien
dengan diare kronis, hematokezia, umum ( obstipasi kronis , perubahan pola
defekasi ). Kemudian dilakukan pemeriksaan Colon In Loop pada pasien dan
didapatkan hasil :
Abdomen

Tidak tampak dilatasi usus.

CIL

Pasase kontras dan udara didalam colon lancar.


Dinding mucosa licin, lumen normal.
Incisura dan haustra pada colon sigmoid
menghilang.

Kesan

Colitis colon Sigmoid

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Dina. 2008. Kolitis Ulsoratif Ditinjau Dari Aspek Etiologi, Klinik Dan
Patogenesa. Medan: USU e-Repository
Bernick S,Kane. 2011. Inflammatory Bowel Disease. Dalam: Guandalini A,Yaziri
H, penyunting Diarrhea.USA:Springer Science.
Djojonigrat,D. 2014. Inflammatory Bowel Disease: alur diagnosis dan
pengobatannya di Indonesia. Dalam Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
simadibrata M.Setyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi ke-6. Jakarta : Interna Publishing.
Malueka, Rusdy.2008.Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka Cendekia
Press Yogyakarta.
Rasad, Syahriar.2015.Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sudoyo, w aru dkk. 2014.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta : Interna Publishing.
Tanto, chris dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta :
Media Aesculapsius.

Anda mungkin juga menyukai