PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Audit Energi
Secara umum audit energi adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dimana dan berapa
energi yang digunakan serta langkah-langkah apa yang dapat dilakukan dalam rangka
konservasi energi pada suatu fasilitas pengguna energi. Menurut Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2012, Audit Energi adalah
proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang pengehematan energi serta
rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna sumber energi dan pengguna energi dalam
rangka konservasi energi.
Dapat juga diartikan yaitu suatu prosedur pencatatan penggunaan energi secara
sistimatis dan berkesinambungan, melalui pengumpulan data kemudian diikuti dengan analisa
dan pendefinisian kegiatan konservasi energi yang akan dilaksanakan. Gabungan antara
pengumpulan data, analisa data dan definisi kegiatan konservasi disebut sebagai audit energi.
Jangkauan audit energi dimulai dari survei data sederhana hingga pengujian data yang
sudah ada secara rinci, dianalisis dan dirancang untuk menghasilkan data baru. Lamanya
pelaksanaan suatu audit bergantung pada besar dan jenis fasilitas yang diteliti dan tujuan dari
audit itu sendiri.
Standar Audit Energi
Standar yang harus digunakan dalam audit energi haruslah standar yang berlaku yaitu Standar
Nasional Indonesia (SNI). Instansi khusus masalah standar di Indonesia, adalah Badan
Standarisasi nasional (BSN). Standar-standar yang biasa digunakan secara internasional
antara lain :
1. BOCA, international energy conservation code 2000
2. ASHRAE, Standard 90.1 : energy efficiency.
3. BOMA, Standard method for measuring floor area in office buildings
Konservasi energi yaitu suatu kegiatan pemanfaatan energi secara lebih efisien (optimal) dan
rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Sedangkan audit energi merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi jenis energi dan
mengidentifikasi besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik
atau bangunan serta mencoba mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi
Dengan melaksanakan audit energi diharapkan:
a) Dapat diketahui besarnya intensitas konsumsi energi (IKE) pada bangunan tersebut.
b) Dapat dicegah pemborosan energi tanpa harus mengurangi tingkat kenyamanan gedung yang
berarti pula penghematan biaya energi.
c) Dapat diketahui profil penggunaan energi.
d) Dapat dicari upaya yang perlu dilakukan dalam usaha meningkatkan efisiensi penggunaan energi.
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah diterapkan di berbagai
negara (ASEAN, APEC), dinyatakan dalam satuan kWh/m2 per tahun.
No.
1.
Perkantoran (Komersial)
240
2.
Pusat Perbelanjaan
330
3.
300
4.
Rumah Sakit
280
Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar IKE untuk bangunan di Indonesia yang telah
ditetapkan oleh Depatemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2004.
Bila nilai IKE hasil perhitungan telah dibandingkan dengan target IKE dan hasilnya
ternyata sama atau kurang dari target IKE, maka kegiatan audit selanjutnya dapat dihentikan
atau diteruskan dengan harapan diperoleh nilai IKE yang lebih rendah lagi.
Konsumsi energi spesifik per luas lantai menggunakan AC dan atau tidak menggunakan AC
yaitu :
a. Jika presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas lantai total
gedung kurang dari 10 %, maka gedung tersebut termasuk gedung yang tidak menggunakan
AC dan konsumsi energi per luas lantai adalah :
IKE1=
b. Jika presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas lantai total
gedung lebih dari 90 %, maka gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan
konsumsi energi per luas lantai menggunakan AC
adalah :
IKE2=
c. Jika presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas lantai total
gedung lebih dari 10 % dan kurang dari 90 %, maka gedung tersebut termasuk gedung yang
menggunakan AC dan tidak menggunakan AC.
a) Konsumsi energi per luas lantai tidak menggunakan AC adalah :
IKE3=
Audit energi rinci merupakan tindak lanjut yang dilakukan jikalau dari analisa
sebelumnya nilai IKE lebih besar dari nilai target yang ditentukan. Audit energi rinci juga
perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan gedung, sehingga
dapat diketahui peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar.
Kegiatan yang dilakukan pada audit energi rinci diantaranya: penelitian dan pengukuran
konsumsi energi.
c. Analisis Peluang Hemat Energi
Setelah melakukan audit energi awal dan audit energi rinci maka perlu adanya
identifikasi peluang hemat energi. Hasil pengumpulan data selanjutnya ditindak lanjuti
dengan perhitungan besarnya IKE dan penyusunan profil penggunaan energi bangunan
gedung. Apabila besarnya IKE hasil perhitungan ternyata sama atau kurang dari IKE target
maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau diteruskan untuk memperoleh IKE
yang lebih rendah lagi. Bila hasilnya lebih dari IKE target, berarti ada peluang untuk
melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna memperoleh penghematan energi.
Apabila peluang hemat energi telah diidentifikasi, selanjutnya perlu ditindak lanjuti
dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan
hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan
energi yang direkomendasikan. Penghematan energi pada bangunan gedung harus tetap
memperhatikan kenyamanan penghuni.
a. Persyaratan Pencahayaan
Sistem pencahayan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Sistem pencahayaan buatan yang dirancang.
- Tingkat pencahayaan minimalnya sesuai dengan yang direkomendasikan
- Daya listrik untuk pencahayaan sesuai maksimum yang diijinkan.
- Memenuhi tingkat kenyamanan visual. Sistem pencahayaan alami yang dirancang
memanfaatkan semaksimal mungkin pencahayan siang hari
b. Penggunaan Energi untuk Pencahayaan Buatan
Pencahayaan energi untuk pencahayaan buatan dapat diperkecil dengan mengurangi
daya terpasang, melalui pemilihan lampu dengan efikasi tinggi, serta ballas dan armatur yang
efisien.
c. pemilihan lampu
- lampu pijar
- Lampu Fluorescent
- lampu LED
d. Aspek Pencahayaan
Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan pada bangunan gedung agar
diperoleh sistem pencahayaan yang sesuai dengan syarat kesehatan, kenyamanan, keamanan
dan memenuhi ketentuan yang berlaku untuk bangunan gedung.
Audit Energi Sistem Pencahayaan pada bangunan gedung
Audit energi sistem pencahayaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kuat penerangan
dalam suatu ruangan. Tingkat kuat penerangan dalam suatu ruangan harus disesuaikan
dengan jenis aktifitas didalam ruangan tersebut. Jika aktifitasnya membutuhkan ketelitian
yang tinggi, maka tingkat kuat penerangan yang dibutuhkan juga semakin besar. Selain untuk
mengetahui tingkat kuat penerangan dalam suatu ruangan, audit energi sistem pencahayaan
juga bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan energi untuk sistem pencahayaan
dalam suatu ruangan.
2.4 Audit Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan gedung
Kondisi suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan
penghuni yang berada diruangan tersebut Rasa nyaman dapat diperoleh apabila suhu ruangan
berkisar antara 24oC 26oC dan dengan kelembaban udara antara 50 70%. Untuk
mencapai kondisi yang diinginkan tersebut maka digunakan peralatan penyejuk udara
misalnya kipas angin dan air conditioning (AC). Audit energi sistem tata udara bertujuan
untuk mengetahui kondisi suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan dan mengetahui
efisiensi penggunaan peralatan penyejuk udara.
BAB III
ANALISIS DATA