Anda di halaman 1dari 9

(5)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR


SURVEY GEODESI

Januari 2009
D E P A R T E M E N

D I R E K T O R A T

P E K E R J A A N

J E N D E R A L

D I R E K T O R A T

B I N A

B I N A

U M U M

M A R G A

T E K N I K

Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110

5. POS: Survai Geodesi

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR


SURVEY GEODESI

A. Maksud
Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan pemetaan situasi di
sekitar lokasi jembatan terpilih.

B. Ruang Lingkup
Prosedur ini memuat survey topografi yang dilakukan di sepanjang lokasi as jalan
pada jembatan yang sesuai dengan rencana lokasi jembatan yang dikehendaki.
Pertimbangan lokasi jembatan didasarkan

pada rekomendasi dari Studi

Kelayakan.

C. Acuan
Dokumen kontrak

D. Pihak yang Terkait/Terlibat


1. Pemberi tugas (owner)
2. Penyedia Jasa
a) Team leader
b) Geodetic Engineer
c) Surveyor

E. Prosedur
1. Surat Ijin Survey

a) Pengajuan lokasi, jenis survey, jumlah dan waktu pelaksanaan survey


oleh engineer kepada Team Leader untuk mendapatkan masukan dan
persetujuan.

Hal :5 - 1/8

5. POS: Survai Geodesi

b) Hasil persetujuan dari Team Leader, selanjutnya mengajukan ijin


survey ke pemberi tugas berikut tanggal, jenis, jumlah dan lokasi
pelaksanaan survey.
c)Setelah persetujuan survey oleh pemberi tugas, selanjutnya pemberi
tugas membuat surat pemberitahuan kepada instansi yang terkait
dengan pelaksanaan survey yang akan dibawa oleh pelaksana survey.
2. Pelaksanaan Survey

a) Pekerjaan Perintisan
Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian
daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan
lancar.
Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak dan
sebagainya.
Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas
peta topografi atau atas petunjuk Kepala Satker/Project officer.
b) Pekerjaan pengukuran
Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan alat
yang baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar
hasil pemeriksaan alat tersebut.
Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan
aman, dibuat titik tetap (BM) yang diambil dari titik triangulasi atau
lokal.
Awal dan akhir kegiatan hendaknya diikatkan pada titik-titik tetap
(BM).
Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan di
sepanjang rencana as jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan
mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah
persilangan dengan sungai dan jalan lain sehingga memungkinkan
diperoleh as jalan sesuai dengan standar yang ditentukan.

Hal :5 - 2/8

5. POS: Survai Geodesi

1) Pengukuran Titik Kontrol Horizontal

Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon


tertutup.

Sisi poligon atau jarak antara titik poligon maksimal 100 meter
diukur dengan peges ukur (meteran).

Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang


patok-patok untuk titik ikat adalah dari beton.

Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolit jenis


Wild-T2.

a). Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama
dengan alat pengukuran poligon, jaraknya diukur dengan pegas
(meteran)/jarak langsung, ketelitian poligon adalah sebagai
berikut :
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 kali akar
jumlah titik poligon.
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5.
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal kegiatan, dan
pada setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik poligon) pada titik
akhir pengukuran.
Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4
biasa dan 4 luar biasa).
2) Pengukuran Titik Vertikal
Jenis alat yang digunakan untuk pengukuran ketinggian
adalah cukup dengan alat waterpass jenis NAK-2 atau yang
setingkat.
Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand
dengan perbedaan pembacaan maksimum 2 mm.
Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, dalam
arti pembagian skala jelas dan sama.

Hal :5 - 3/8

5. POS: Survai Geodesi

Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) pembacaan, benang


atas, tengah dan bawah.
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah
(BB), mempunyai kontrol pembacaan : 2BT = BA + BB.
Ketelitian pengukuran tidak boleh melampaui 10 kali akar D.
Referensi

leveling

menggunakan

referensi

koordinat

geografis.
3) Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri (To).
Ketelitian alat yang dipakai adalah 10.
Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus
mencakup semua keterangan yang ada di daerah tersebut.
Untuk tempattempat jembatan atau perpotongan dengan
jalan lain, pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran
khusus).
Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar
jalur jalan perlu diberi tanda di atas peta dan di photo (jenis
dan lokasi material).
4) Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran Penampang memanjang dilakukan di sepanjang
sumbu rencana jalan.
Alat yang digunakan adalah jenis Theodolit atau alat ukur lain
yang mempunyai ketelitian yang sama.
5) Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar
dan landai dibuat setiap 50 m dan pada daerah-daerah
tikungan/ pegunungan setiap 25 m.
Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 25 m
dan ke arah dalam 75 m.

Hal :5 - 4/8

5. POS: Survai Geodesi

Lebar pengukuran penampang melintang 50 m ke kiri dan ke


kanan as jalan.
Khusus untuk perpotongan dengan sungai/jalan dilakukan
dengan ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus).
Alat yang digunakan adalah sejenis Wild To.
6) Pengukuran Khusus Jembatan
Pengukuran

situasi

daerah

sepanjang

jembatan

harus

mencakup semua keterangan yang ada di sepanjang jalan


dan jembatan, misalnya: rumah, pohon, pohon pelindung
jalan, pinggir jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong serta
dimensinya, tiang listrik, tiang telepon, batas-batas bangunan
jembatan, sawah, kebun, arah aliran air dan lain sebagainya.
Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan
dihitung koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak
titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang
direncanakan.
Daerah yang diukur 200 meter panjang masing-masing oprit
jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada
daerah sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang
mencakup patok DMJ.
Alat yang digunakan adalah sejenis Wild-To.
7) Pemasangan Patok Patok
Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus
dipasang 2 (dua) buah, masing-masing pada awal/akhir, dan
pada patok antara, dipasang dengan interval 1 km dan
berpotongan antara rencana jalan dengan sungai 2 buah
seberang menyeberang.
Patok

beton

tersebut

harus

tertanam

kedalam

tanah

sepanjang 45 cm (yang terlihat di atas tanah 15 cm).


Patok-patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut.

Hal :5 - 5/8

5. POS: Survai Geodesi

Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada


pohon-pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tandatanda tertentu misalnya . (nomor urut/ 2008).
Patok poligon maupun patok station diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakan di sebelah kiri ke arah
jalannya pengukuran.
Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di
sumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai
tanda.
8) Perhitungan dan Penggambaran Peta
Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik
titik ikat yang dipergunakan.
Penggambaran titiktitik poligon harus didasarkan pada hasil
perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis.
Gambar ukur yang berupa gambar situasi dalam kertas
millimeter dengan skala 1:1000 untuk situasi jalan dan skala
1:500 untuk situasi jembatan.
Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur
begitu

pula

semua

keteranganketerangan

penting.

Ketinggian titik tersebut perlu dicantumkan.

F. Pelaporan
Laporan Akhir Survey Geodesi/Topografi harus mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut:
1. Data pelaksanaan
2. Peta situasi kegiatan yang menunjukkan secara jelas lokasi kegiatan

terhadap kota besar terdekat


3. Lokasi Titik-titik Kontrol Horizontal
4. Lokasi Titik-titik ikat (BM)
5. Pengukuran Penampang Memanjang

Hal :5 - 6/8

5. POS: Survai Geodesi

6. Pengukuran Penampang Melintang


7. Pengukuran Khusus Jembatan
8. Lokasi Pemasangan Patok Patok
9. Metode Perhitungan dan Penggambaran Peta
10. Rekomendasi

Tabel 5-1. Daftar Kegiatan dan Pihak yang Terlibat.

Check List Kegiatan


a
a. Penetapan lokasi pelaksanaan pada
peta
b. Persetujuan
ijin
dan
tanggal
pelaksanaan survey
c. Pembuatan surat ijin survey ke
instansi terkait
d. Persiapan kebutuhan peralatan,
formulir dan personil
e. Pelaksanaan survey sesuai lokasi
yang ditentukan
Pengisian data ke formulir yang
sesuai
Pengambilan foto survey

didiskusikan

f.

dilakukan

Pembuatan laporan pelaksanaan


survey
Catatan:
Pihak yang terkait adalah:
a. Koordinator Survey Lapangan
b. Engineer (Highway, Topography,
Geology, Hidrology, Environment)
c. Team Leader
d. Pemberi Tugas

disetujui
disetujui

Pihak yang terlibat


b
c
d
x
x
x
x

disetujui

dilakukan

dilakukan

dilakukan

dilakukan

x
x

Hal :5 - 7/8

5. POS: Survai Geodesi

Bagan Alir (Flowchart)


Engineer

Pengusulan Survey
dan lokasi

Team Leader

Pemberi Tugas

Instansi terkait

memenuhi
persyaratan

Pengajuan tanggal
pelaksanaan survey

Pembuatan surat ijin ke


instansi terkait

surat ijin ke instansi


terkait

Pelaksanaan survey

Pengambilan foto
survey

Pembuatan Laporan

Gambar 5-1. Bagan Alir Pelaksanaan Survey

Hal :5 - 8/8

Anda mungkin juga menyukai