Tugas Tensi & BJA
Tugas Tensi & BJA
11. Jika perbedaan hasil pengukuran ke-1 dan ke-2 adalah 10 mmHg atau lebih harus
dilakukan pengukuran ke-3.
12. Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan posisi
berbaring, dan catat kondisi tersebut di lembar catatan.
a. Manset tensimeter dipasang (diikatkan) pada lengan atas. Manset sedikitnya harus
dapat melingkari 2/3 lengan atas dan bagian bawahnya sekitar 2 jari di atas daerah lipatan
lengan atas untuk mencegah kontak dengan stetoskop. Stetoskop ditempatkan pada lipatan
lengan atas (pada arteri brakhialis pada permukaan ventral/depan siku agak ke bawah manset
tensimeter).
b. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam tensimeter dinaikkan dengan
memompa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian tekanan di dalam tensimeter diturunkan
pelan-pelan.
c. Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang tercantum dalam
tensimeter, tekanan ini adalah tekanan atas (sistolik).
d. Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar sekeras itu
sampai suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali. Pada saat suara
denyutan yang keras itu melemah, baca lagi tekanan dalam tensimeter, tekanan itu adalah
tekanan bawah (diastolik).
e. Tekanan darah orang yang diperiksa adalah rata-rata pengukuran yang dilakukan
sebanyak 2 kali.
Bunyi Korotkoff2
a. Bunyi Korotkoff I
b. Bunyi Korotkoff II
Ditimbulkan oleh penutupan katup semi ulnaris yang tiba-tiba pada akhir systole
Ketika katup semi ulnaris menutup, katup ini menonjol kearah ventrikel dan
waktu singkat.
Getaran yang terjadi di dinding arteri kemudian dihantarkan terutama di sepanjang
arteri
Bila getaran dari pembuluh atau ventrikel mengenai dinding suara(mis:dinding
dada), getaran ini menimbulkan suara yang dapat didengar.
yang
cukup
dalam
ventrikel
u n t u k menimbulkan
l e n t i n g a n . F r e k u e n s i b u n yi i n i b i a s a n y a s a n g a t r e n d a h , s e h i n g g a t e l i n g a
kita tidak dapat mendengarkannya namun bunyi sering kali dapat direkam pada
fonokardiogramd.
d. Bunyi Korotkoff IV
Bunyi
meluncurnya
ini
timbul
darah
saat
kedalam
disebabkan
oleh
2.
3.
Menjelaskan prosedur
4.
5.
Mencuci tangan
6.
Menjaga privasi
7.
8.
Membuka pakaian pasien mulai dari prosesus xipoideus sampai simpisis pubis
9.
10. Palpasi abdomen untuk menentukan posisi punggung janin (posisi yang tepat adalah
punggung janin)
11. Usapkan jelly pada abdomen ibu, tepat pada daerah yang telah ditentukan (Kegunaan
jelly adalah sebagai kontak kedap udara antara kulit abdomen dengan permukaan
sensor)
12. Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan, kemudian tekan tombol start
untuk mendengarkan denyut jantung janin.
13.
14.
Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditujukan melalui monitor
15.
16.
17.
18.
Membereskan alat
19.
Terminasi
20.
Cuci tangan
B.
USG
(Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz
2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor4.
a. Skema cara kerja USG
1) Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di
dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang
disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang
akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah
gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer
sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2) Monitor yang digunakan dalam USG
3) Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC, USG
merubah gelombang menjadi gambar
b. Cara pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Pervaginam
Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
1. Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
2. Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
3. Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
4. Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
5. Tidak menyebabkan keguguran.
b) Perabdominan
1. Probe USG di atas perut.
2. Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
3. Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru
menembus rahim.
c. Jenis pemeriksaan USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang
baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin)
dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada
USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali
pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan / kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi:
a. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
b. Tonus (gerak janin).
c. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
d. Doppler arteri umbilikalis.
e. Reaktivitas denyut jantung janin.
d. Saat tepat pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8
Vol.2. Jakarta : EGC.
2. Cunningham FG. et al., Obstetri Williams, Edisi 24. Penerbit EGC, Jakarta.
3. Sarwono
Prawirohardjo.
2002. Buku
panduan
praktis
pelayanan
TUGAS BIMBINGAN
Disusun Oleh :
Yenda Cahya E. P 2009730117
Pembimbing :
dr. Awie Darwizar, Sp.OG