Anda di halaman 1dari 5

NAMA

: MUH JANUAR ARIFIN

NPM

: 15213682

KELAS

: 4EA33

MATA KULIAH

: ETIKA BISNIS

DOSEN

: TANTYO SETYOWATI
KASUS KORUPSI GAYUS TAMBUNAN

Tudingan adanya praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money
laundring oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan semakin melebar. Tak
hanya Polri dan para penyidiknya, Kejaksaan Agung dan tim jaksa peneliti pun turut gerah
dengan tudingan Susno Duadji yang mulai merembet ke mereka. Mereka (tim jaksa peneliti)
pun bersuara mengungkap kronologis penanganan kasus Gayus, berikut adalah kronologis
versi tim peneliti kejaksaan agung.
Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin. Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga, seorang dari
empat tim jaksa peneliti, lantas melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Tanggal 7
Oktober 2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri menetapkan Gayus sebagai tersangka dengan
mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).
Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri, Gayus dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni
pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. Karena Gayus seorang pegawai negeri dan
memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin. Seiring hasil penelitian jaksa, hanya terdapat satu
pasal yang terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu
penggelapannya. Itu pun tidak terkait dengan uang senilai Rp.25 milliar yang diributkan
PPATK dan Polri itu. Untuk korupsinya, terkait dana Rp.25 milliar itu tidak dapat dibuktikan
sebab dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan produk perjanjian Gayus dengan
Andi Kosasih. Pengusaha garmen asal Batam ini mengaku pemilik uang senilai hampir Rp.25
miliar di rekening Bank Panin milik Gayus.
Ada perjanjian tertulis antara terdakwa dan Andi Kosasih. Ditandatangani 25 Mei 2008,
kata dia. Menurut Cirrus keduanya awalnya berkenalan di pesawat. Kemudian keduanya
berteman karena sama-sama besar, tinggal dan lahir di di Jakarta Utama. Karena pertemanan
keduanya, Andi lalu meminta gayus untuk mencarikan tanah dua hektar guna membangun
ruko di kawasan Jakarta Utara.

Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah tersebut sebesar US$ 6 juta. Namun Andi,
dikatakan Cirus baru menyerahkan uang sebesar US$ 2.810.000. Andi menyerahkan uang
tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah orang tua istri Gayus lengkap dengan
kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada pada 1 juni 2008 sebesar US$ 900.000 US dolar,
kemudian 15 September 2008 sebesar US$ 650.000, 27 Oktober 2008 sebesar US$ 260.000,
lalu pada 10 November 2008 sebesar US$ 200.000, 10 Desember 2008 sebesar US$ 500.000,
dan terakhir pada 16 Februari 2009 sebesar US$ 300.000.
Andi menyerahkan uang karena dia percaya dengan Gayus. Sementara untuk money
laundringnya, dikatakan Cirrus itu hanya tetap menjadi dugaan sebab Pusat pelaporan analisis
dan transaksi keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapat membuktikan uang senilai Rp 25
milliar itu merupakan uang hasil kejahatan pencucian uang (money laundring). PPATK
sendiri telah dihadirkan dalam kasus itu sebagai saksi. Dalam proses perkara itu, PPATK
tidak bisa membuktikan transfer rekening yang yang diduga tindak pidana.
Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran dana
senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di bank BCA milik Gayus. Uang itu diketahui berasal
dari dua transaksi dari PT.Mega Cipta Jaya Garmindo. PT. Mega Cipta Jaya Garmindo
dimiliki oleh pengusaha Korea, Mr. Son dan bergerak di bidang garmen. Transaksi dilakukan
dalam dua tahap yaitu pada 1 September 2007 sebesar Rp 170 juta dan 2 Agustus 2008
sebesar Rp 200 juta.
Setelah diteliti dan disidik, uang itu diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundring
juga. Bukan korupsi, bukan money laundering, tapi penggelapan pajak murni. Itu uang
untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Tapi setelah dicek,
pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak tahu berada di mana. Tapi uang masuk ke rekening
Gayus. Tapi ternyata dia nggak urus (pajaknya). Uang itu tidak digunakan dan dikembalikan,
jadi hanya diam di rekening Gayus.
Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan kemudian menyita uang senilai Rp
370 juta itu. Dalam petunjuknya itu, jaksa peneliti juga meminta penyidik Polri menguraikan
di berkas acara pemeriksaan (BAP) keterangan itu beserta keterangan tersangka (Gayus T
Tambunan).
Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus itu, diungkapkan Cirrus terpisah dan berbeda

dasar penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan dan korupsi
senilai Rp 25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa peneliti lain
tidak menyinggung soal Rp 25 milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius, yang
merupakan seorang konsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah
memerintahkan penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening
Gayus senilai Rp 25 juta itu.
Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnya
mengungkapkan jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus memerintahkan
penyidik untuk menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening Gayus. Adapun tiga
transaksi itu diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius dan PT. Mega Jaya
Citra Termindo. Transaksi yang berasal dari Roberto, yang diketahui sebagai konsultan pajak
bernilai Rp 25 juta, sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo senilai Rp 370 juta.
Transaksi itu terjadi pada 18 Maret, 16 Juni, dan 14 Agustus 2009.
Uang senilai Rp 395 juta itu disita berdasarkan petunjuk dari jaksa peneliti kasus itu.
Penanganan kasus Gayus sendiri bermula ketika PPATK menemukan adanya transaksi
mencurigakan pada rekening Gayus T Tambunan. PPATK pun meminta Polri menelusurinya.
Kembali ke kasus, berkas Gayus pun dilimpahkan ke pengadilan. Jaksa lalu mengajukan
tuntutan 1 tahun dan masa percobaan 1 tahun,. Dari pemeriksaan atas pegawai Direktorat
Jenderal Pajak itu sebelumnya, beredar kabar bahwa ada "guyuran" sejumlah uang kepada
polisi, jaksa, hingga hakim masing-masing Rp 5 miliar.
Diduga gara-gara itulah Gayus terbebas dari hukuman. Dalam sidang di Pengadilan Negeri
Tangerang, 12 Maret lalu, Gayus, yang hanya dituntut satu tahun percobaan, dijatuhi vonis
bebas. "Mengalirnya (uang) belum kelihatan ke aparat negara atau ke penegak hukum," kata
Yunus.
Namun, anehnya penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah
tutup. Sangkaan inilah yang kemudian maju kepersidangan Pengadilan Negeri Tangerang.
Hasilnya, Gayus divonis bebas. Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan. Tapi kami akan
ajukan kasasi, tandas Cirrus. Sosok Gayus dinilai amat berharga karena ia termasuk saksi
kunci dalam kasus dugaan makelar kasus serta dugaan adanya mafia pajak di Ditjen Pajak.
Belum diketahui apakah Gayus melarikan diri lantaran takut atau ada tangan-tangan pihak

tertentu yang membantunya untuk kabur supaya kasus yang membelitnya tidak terbongkar
sampai ke akarnya. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum meyakini kasus Gayus HP
Tambunan bukan hanya soal pidana pengelapan melainkan ada juga pidana korupsi dan
pencucian uang. Gayus diketahui kini berada di Singapura. Dia meninggalkan Indonesia pada
Rabu 24 Maret 2010 melalui Bandara Soekarno-Hatta. Namun dia pernah memberikan
keterangan kepada Satgas kalau praktek yang dia lakukan melibatkan sekurangnya 10
rekannya.
Imigrasi Belum Endus Posisi Gayus, Gayus Tambunan hengkang ke Singapura pada Rabu 24
Maret. Namun posisi pastinya saat ini belum terendus. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum
mengatakan kasus markus pajak dengan aktor utama Gayus Tambunan melibatkan sindikasi
oknum polisi, jaksa, dan hakim. Satgas menjamin oknum-oknum tersebut akan ditindak tegas
oleh masing-masing institusinya, koordinasi perkembangan ketiga lembaga tersebut terus
dilakukan bersama Satgas. Ketiga lembaga tersebut sudah berjanji akan melakukan proses
internal.Kasus ini merupakan sindikasi (jaringan) antar berbagai lembaga terkait.
Perkembangan selanjutnya kasus ini melibatkan susno duadji, Brigjen Edmond Ilyas, Brigjen
Raja Erisman. setelah 3 kali menjalani pemeriksaan, Susno menolak diperiksa Propam.
Sebabnya, dasar aturan pemeriksaan sesuai dengan Pasal 45, 46, 47, dan 48 UU No 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 25 Perpres No I Tahun
2007 tentang Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan, harus diundangkan
menteri dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM. Komisi III DPR Siap Beri Perlindungan
Hukum untuk Susno.
Pada tanggal 30 Maret 2010, Polisi telah berhasil mendeteksi posisi keberadaan Gayus di
negara Singapura dan kini tinggal menunggu koordinasi dengan pihak pemerintah Singapura
untuk memulangkan Gayus ke Indonesia. Polri mengaku tidak akan seenaknya melakukan
tindakan terhadap Gayus meski yang bersangkutan telah diketahui keberadaannya di
Singapura.
Pada tanggal 31 Maret 2010, tim penyidik Divisi Propam Polri memeriksa tiga orang
sekaligus. Selain Gayus Tambunan dan Brigjen Edmond Ilyas, ternyata Brigjen Raja Erisman
juga ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim berbeda. Tim pertama memeriksa
berkas lanjutan pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua memeriksa adanya keterlibatan
anggota polri dalam pelanggaran kode etik profesi, dan tim ketiga menyelidiki keberadaan
dan tindak lanjut aliran dana rekening Gayus.
Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus, seorang jenderal bintang tiga di

Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus P Tambunan dan seseorang bernama Syahrial
Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, dari
Rp24 milliar yang digelapkan Gayus, Rp11 milliar mengalir ke pejabat kepolisian, Rp5
milliar ke pejabat kejaksaan dan Rp4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya
mengalir ke para pengacara..
Efek berantai kasus Gayus juga menyentuh istana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meminta Satgas Anti Mafia Hukum untuk mengungkap kembali kasus Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI). SBY menduga dalam kasus tersebut terdapat mafia hukum.

Anda mungkin juga menyukai