Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, segala nikmat yang telah Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
makalah dengan judul HUBUNGAN PERAWAT DAN PASIEN MENURUT HUKUM
ISLAM dapat terselesaikan.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini
bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat
bagi semua pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang
yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan
obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat , sebab kebersihan pangkal kesehatan,
dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga
kesehatannya sedemikian rupa, resiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal
yang diluar kemampuannya menghindari.Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit,
maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan secara
tradisional sampai pada yang semi modern dan super modern. Keperawatan secara umum
dapat dibagi dua, yaitu: pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Pelayanan kesehatan
ialah kegiatan yang dilakukan oleh pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan
masyarakat sebagai tujuannya. !edangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan
pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan
indi"idual antara para ahli pelayanan medis dengan indi"idu yang membutuhkannya. !ebagai
seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi dan tujuan dari
asuhan keperawatan dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
bermutu dan sesuai dengan syariat islam.

1.2

Tujuan

Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Religi.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan tentang tata cara merawat pasien menurut islam dan kesehatan.
2. Menjadi petugas kesehatan profesional dengan bertindak sesuai fungsi dan tujuan dari
asuhan keperawatan.
3. Mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai dengan syariat islam dalam masayarakat.

1.3

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan islam dan kesehatan tentang etika merawat pasien?
2. Bagaimana tata cara merawat pasien menurut islam dan kesehatan?
3. Apakah tujuan merawat pasien menurut kesehatan?
4. Bagaimana tata cara beribadah untuk orang sakit?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Dimensi Keperawatan dalam Islam

Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan
guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal
utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu
menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan
apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat
tidaknya seseorang. Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baikbaik yang Kami rezekikan kepadamu (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja makanan yang halal, tetapi juga makanan
yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau
takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi
kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi
perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi
Muhammad Saw adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus
proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi
dan al-Hakim).
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan
kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang
sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang
mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang
sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam
sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin.
Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari
perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan
pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang
perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya
yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dan janganlah kamu menjatuhkan

dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (al-Baqarah:: l95). Hal ini karena sumber penyakit dan
kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini
kecelakaan kerja masih besar disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja.
Lalu lintas jalan raya, darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga
kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah
penyakit dan peperangan.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, resiko
kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari.
Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan
udara dan pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia.
Karena itu Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan
jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang.
Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.

2.2

Perspektif Keperawatan

Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi


keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan,
baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan
supermodern.
Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan
pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan
sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan,
diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504). Menurut
Benjamin Lumenta (l989: l5), pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang sama, yang dilakukan
oleh pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya.
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku antara pranata atau
lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas tertentu.
Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan
pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis dengan
individu yang membutuhkannya. Pelayanan medis ini merupakan kegiatan mikrososial yang
berlaku antara orang perorangan (Lumenta, l989: l5). Al Purwa Hadiwardoyo (l989: l6)
menambahkan, pelayanan medis mengandung semangat pelayanan dan usaha maksimal
dengan mengutamakan kepentingan pasien dan mengandung nilai ethos yang tidak egoistis
dan materialistis.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau
institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan

pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan medis, dalam hal
ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang membutuhkan
pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja profesional dan tidak
materialistis.
Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena
muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta
mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama, yakni
memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau
menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau
semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif.
Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan
partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk
meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus
bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa
melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak
akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif. Di tengah tingginya tuntutan kepada
profesionalisme kerja sekarang serta daya kritis masyarakat yang juga meningkat, setiap
pekerjaan harus dijalankan secara profesional. Terlebih pekerja di bidang kesehatan dan
medis, sebab pekerjaan ini sangat berisiko dan berkaitan dengan hidup matinya manusia,
yang dalam sumpah dunia kedokteran, harus dilindungi dan diselamatkan sejak calon
manusia itu masih berada di dalam perut ibunya.
Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout (l973: l24),
banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali menuntut perlunya profesi
keperawatan. Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah
mengasingkan diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk
tubuh, dll, menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut
hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi
di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu
perawat yang mengabdi di dalamnya. Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis
atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia
merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus
yang membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib).
Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan
keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa bin
Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah
sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu
kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang
mengajarkan kepada manausia apa yang tidak diketahuinya. Allah berfirman: Iqra wa
rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam yalam (Bacalah dan
Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (baca

tulis), dan Dia mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya. QS al-Alaq:
3-5). Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme
dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca
tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di
bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap
makhluk-makhluk-Nya.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah
agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi
untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh
setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya.
Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter
dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban
negara terhadap warganegaranya.
Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien
adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal,
waktu dan pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien
dan ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan kesenangan yang pantas.
Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak
membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena
penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya.
Karena itu dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya
mereka sudah bersumpah dengan nama Tuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam
profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan
semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan
kecemasan.
Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa
saja yang menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak prerogatif
Allah menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi
penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit yang parah
sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup
para pasien bersangkutan.
Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar
teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masamasa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di
bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di
zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena
penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry
Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang

Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama,
maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai Nightingale dalam Islam.
Para Khalifah Abbasiyah juga banyak memiliki dokter dan perawat istana yang
mendapatkan kedudukan istimewa turun temurun. Jurjis ibnu Bakhti, Hunain bin Ishak dan
keturunannya merupakan para dokter dan perawat yang handal. Bazmi Alim, bukan saja aktif
dalam dunia keperawatan, tapi juga membangun rumah sakit Yamki Baghcha di IstanbulTurki, dan masih banyak lagi. Figuritas Ibnu Sina (Avicenna) dan Abubakar al-Razi (Razez)
yang dianggap pelopor ilmu kedokteran dengan karya-karya tulis monumentalnya di bidang
keperawatan medis, semakin memacu banyaknya masyarakat yang terjun dalam profesi
keperawatan, baik pria maupun wanita.

2.3

Kesiapan Mengabdi Masyarakat

Sekarang sejumlah akademi dan perguruan tinggi semakin banyak membina


mahasiswanya yang berorientasi kepada profesi keperawatan. Kondisi ini tentu patut
disambut gembira, sebab tenaga keperawatan di daerah kita, apalagi di perdesaan dan
pedalaman masih sangat kurang. Untuk lebih memberikan kesiapan fisik dan mental dalam
menekuni profesi keperawatan, kiranya penting digarisbawahi hal-hal mendasar berikut:
Pertama, hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi
yang sebenarnya. Menurut pakar pendidikan, Ahmad Tafsir (l996), suatu pekerjaan dapat
dipandang sebagai pekerjaan profesional apabila:
1. Memiliki keahlian khusus untuk profesi tersebut, dilengkapi dengan kecakapan
diagnostik dan kompetensi aplikatif untuk membantu klien atau pasien. Ini berarti
para perawat harus terus meningkatkan ilmu, keahlian dan pengalamannya, baik
melalui pembelajaran teoritis maupun praktis. Di tengah semakin majunya dunia
kedokteran dan keperawatan, tentu menuntut setiap orang yang menggelutinya tidak
boleh berhenti untuk menambah ilmu dan skill-nya untuk disumbangkan kepada
masyarakat.
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup yang akan dijalani sepenuh waktu, jadi bukan
profesi terpaksa yang akan dijalani sambil lalu. Ketika sudah memantapkan hati
menjadi perawat, haruslah all out menggeluti bidang ini sampai akhir dengan motivasi
yang tulus ikhlas dan penuh pengabdian. Dengan motivasi dan dedikasi tinggi, tentu
jenjang karier dan prospeknya akan terus meningkat.
3. Profesi haruslah untuk kepentingan masyarakat, bukan individu dan golongan. Ini
berarti prinsip yang mendasari profesi keperawatan adalah kepentingan masyarakat
yang membutuhkan pertolongan, tanpa boleh membedakan status orang yang
diberikan pelayanan.

4. Profesi juga memiliki organisasi dan kode etik tertentu, ini berarti para perawat
mestilah merasakan bahwa dirinya merupakan bagian dari institusi dan organisasi
yang mewadahinya, sekaligus sadar untuk menaati kode etik yang berlaku.
5. Sebuah profesi pada dasarnya memiliki otonomi, tapi juga tetap terbuka menjalin
kerjasama dengan pihak lain yang terkait. Ini berarti para perawat, meskipun di satu
sisi yakin akan kemampuannya, tapi untuk efektivitas pekerjaannya, ia harus tertap
terbuka dan proaktif bekerjasama dengan para pihak yang dapat menunjang
kesuksesan layanan keperawatan. Jadi dalam profesi terkandung persyaratan
pemilikan kompetensi personal berupa kepribadian terpuji, kompetensi profesional
berupa keahlian, serta kompetensi sosial berupa semangat pengabdian yang tinggi
untuk masyarakat.
Kedua, dalam menjalankan tugas keperawatan hendaknya dibarengi dengan
kecermatan, kehati-hatian dan kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif yang
mungkin timbul. Seringnya mencuat kasus malapraktik akhir-akhir ini haruslah dijadikan
pelajaran bagi segenap insan keperawatan, dokter dan paramedis, untuk lebih hati-hati dan
cermat dalam melakukan pekerjaan. Agama menggariskan beberapa sikap waspada yang
perlu direnungi bagi para perawat. Sayyid Sabiq mengatakan, dalam memberikan perawatan
medis, hendaknya paramedis menjalankan tugas sesuai bidang keahliannya.
Para ulama sepakat, bahwa orang yang memberikan perawatan yang di luar
keahliannya, lalu menimbulkan kecacatan atau risiko yang menambah berat penyakit
pasiennya, maka dia harus bertanggung jawab sesuai kadar bahaya yang ditimbulkannya, dan
risiko tersebut dapat ditebus dengan ganti rugi dari hartanya sendiri, bukan harta negara atau
institusi. Tetapi jika paramedis berbuat kekeliruan, sedangkan ia seorang memiliki ilmu dan
keahlian cukup, maka risiko yang timbul, juga harus dibayarkan kepada korban. Dalam hal
ini ada yang berpendapat diambil dari hartanya, ada pula berpendapat diambil dari harta
negara atau institusi tempatnya bekerja. Imam Malik berpendapat, paramedis tidak perlu
dituntut apa-apa, karena kesalahan itu di luar kemauannya, dan perawatan yang diberikan
beserta risikonya sudah seizin pasien sendiri atau keluarganya.
Adanya keharusan bertanggung jawab tidak lain untuk melindungi jiwa manusia dan
mengingatkan paramedis atau perawat agar lebih cermat dan hati-hati dalam menjalankan
pekerjaannnya, sebab pekerjaannya berkaitan langsung dengan jiwa manusia. Ketika seorang
pasien meninggal, tidak hanya keluarga kehilangan anggotanya, tapi bisa pula kehilangan
pengasuh, pengayom dan pemimpin keluarga, penopang ekonomi keluarga, kehilangan orang
tercinta, kehilangan harapan hidupnya dan sebagainya.
Ketiga, para perawat hendaknya lebih proaktif ketika mengabdikan dirinya kepada
masyarakat, tidak pasif menunggu orang sakit datang ke rumah sakit saja. Kita semua
mengetahui bahwa UNDP setiap tahun mengukur peringkat kualitas hidup manusia, human
development index (HDI), di mana HDI rakyat Indonedia selalu yang terendah dibanding
bangsa-bangsa di dunia dan di Asia Tenggara. Rendahnya derajat kesehatan merupakan salah

satu indikator kriteria yang digunakan UNDP. Dipastikan masyarakat yang kualitas
kesehatannya rendah tersebut berada pada level ekonomi menengah ke bawah. Mereka ini
baru berobat atau terpaksa datang ke rumah sakit sesudah penyakitnya parah. Oleh
karenanya, para perawat hendaknya proaktif turun ke lapangan, sehingga potensi penyakit di
masyarakat dapat dihindari. Bukankah dalam pengobatan berlaku prinsip, lebih baik
mencegah daripada mengobati.

2.4

Asuhan Keperawatan Islam

Pada zaman Nabi perawat dapat diberi nama Al Asiyah dari kata Aasa yang berarti
mengobati luka, dengan tugas utama memberi makanan dan memberikan obat. Pelayanan
kesehatan telah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW dengan seorang perawat wanita
yang pertama yang bernama Rufaidah. Islam sangat menghargai seorang petugas kesehatan
karna petugas ini adalah petugas kemanusiaan yang sangat mulia.
Pelayanan kesehatan adalah memberi pelayanan kesehatan kepada orang yang
membutuhkan baik itu berupa asuhan keperawatan atau pelayanan kepada pasien. Hubungan
antara petugas kesehatan dan pasien adalah sebagai penjual jasa dan pemakai jasa.
Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad Hijrah. Akad Hijrah adalah suatu
akad dimana satu pihak memanfaatkan Barang, Tenaga, Pikiran dan Keahlian. Islam sangat
memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan fisik, mental maupun kesehatan
lingkungan.

2.5 Hak dan Kewajiban Antara Perawat dengan Pasien


Kewajiban petugas keperawatan :

Melaksanakan tugas sesuai dengan sumpah jabatan

Memberikan pelayanan dengan baik

Menetapkan tarip yang terjangkau oleh masyarakat

Mengusahakan keringanan biaya

Bertanggung jawab atas kematian /penderitaan dan kerugian pasien yang disebabkan
oleh kesalahan perawat

Melindungi pasien dari sasaran propaganda agama lain

Menyampaikan wasiat pasien yang meninggal kapada keluarganya

Membantu pemakaman jenazah secepat mungkin

Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan ajaran agama.

Hak petugas keperawatan :

Mendapatkan Gaji dan Honorer

Mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah

Mendapat perlindungan hukum

Melindungi pasien dari ancaman luar kehidupan keselamatan jiwanya.

Menolak pelanyanan kesehatan yang bertentangan dengan ajaran agama.

Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi yang mulia.akan
tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keprawatan yang dilakukan sesuai dengan syariah
islam,yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam.dalam AlQuran disebutkan bahwa:
Bertolong-tolonglah kamun dalam hal kebaikan,dan janganlah kamu bertolong-tolong
dalam hal keburukan atau kejahatan.
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Quran menganjurkan untuk
membantu orang orang yang sedang kesulitan dalam hal ini adalah pada keadaan sakit.seperti
yang dicontohkan oleh rufaidah di zaman Rasulullah Saw.sebagai perumpamaan dalam
penerapan asuhan keperawatan yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam
islam.misalnya adalah bagaimana cara bersuci dan shalat bagi pasien yang sedang sakit.
Allah berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 185:
artinya : allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu(QS.Al-baqarah;185)

2.6 Tata Cara Beribadah Bagi Orang yang Sakit


Tata Cara Bersuci Bagi Orang Yang Sakit :

1. Diwajibkan bersuci dengan air, berwudhu jika berhadats kecil dan mandi jika berhadats
besar.
2. Jika tidak bisa dengan air karena dikhawtirkan dapat memperlambat kesembuhan, maka
boleh tayamum.
3. Bila tidak mampu bersuci sendiri maka dapat dibantu orang lain.
4. Jika pada tubuh terdapat luka yang digips atau dibalut maka cukup mengusap balutan tadi
dengan air.
5. Cara bertayamum ialah memukulkan dua tangannya ketanah yang suci sekali pukulan,
kemudian mengusap wajahnya lalu mengusap telapak tangannya.
6. Jika sebagian tubuh yang harus disucikan terluka, maka dibasuh dengan air jika
membahayakan cukup diusap sekali saja jika membahayakan juga maka bias bertayamum.
7. Dibolehkan bertayamum pada dinding yang mengandung debu yang suci.
8. Jika tidak mungkin bertayamum diatas tanah atau dinding atau tempat lain yang
mengandung debu maka boleh menggunakan sapu tangan.
9. Orang yang sakit juga wajib membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak mungkin maka
ia solat apa adanya, dan solatnya sah.
10. Orang yang sakit wajib menggunakan pakaian yang suci dalam melaksanakan solat jika
tidak memungkainkan maka solat apa adanya dan solatnya sah
11. Orang yang sakit juga wajib solat ditempat yang suci jika tidak mungkin maka cara sholat
di tempat yang apa adanya dan sholatnya sah.

Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit:


1. Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau bersandar pada dinding atau bertumpu pada
tongkat.
2. Bila tidak mampu berdiri maka hendaklah solat dengan duduk.
3. Bila tidak mampu duduk maka solat dengan berbaring miring dengan bertumpu pada sisi
tubuh sebelah kanan menghadap kiblat.
4. Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan telentang dan kaki menuju arah kiblat
dan kepala agak ditinggikan.

5. Jika tidak mampu juga maka solat dengan menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika
kepala tidak mampu maka dengan mata.
6. Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat solat didalam hati.
7. Jika orang sakit merasa kesulitan mengerjakan solat pada waktunya, maka dibolehkan
menjamak.

Orang yang diperbolehkan tidak berpuasa dalam bulan suci ramadan :


1. Orang yang sedang bepergian (musafir).
Selama bepergian tersebut tidak untuk maksiat dan sesuai dengan ketentuan ukum
islam maka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan dapat menggantinya dihari yang lain
sesuai dengan puasa yang ditinggalkannya.

2. Orang yang sakit.


Sakit yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa adalah yang mengakibatkan bahaya
bagi jiwa, atau bertambahnya penyakit baginya, atau dikhawatirkan terlambatnya
kesembuhan akibat dari puasa tersebut dan dapat menggantinya dihari yang lain sesuai
dengan puasa yang ditinggalkannya.
3. Wanita yang haid dan nifas.
Wajib mengganti dihari yang lain dan jika wanita tersebut berpuasa maka puasanya
tidak sah.
4. Orang yang sudah lanjut usia.
Orang yang lanjut usia dan perempuan tua yang tidak mampu berpuasa hendaknya
memberi makanan setiap hari, satu orang miskin.
5. Wanita yang hamil dan menyusui.
Allah meringankan bagi mereka untuk tidak berpuasa, dan termasuk dari golongan
hambanya yang lemah adalah wanita hamil dan menyusui.
Para pemimpin rumah sakit tidak boleh menugaskan seorang perawat laki-laki dan
seorang perawat wanita untuk piket dan jaga malam bersama, ini suatu kesalahan dan
kemungkaran besar, dan ini artinya mengajak kepada perbuatan keji. Jika seorang laki-laki

hanya berduaan dengan seorang wanita di suatu tempat, tidak bisa dijamin aman dari godaan
setan untuk melakukan perbuatan keji dan sarana-sarananya.
Karena itu Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda:
Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepian dengan seorang wanita (yang bukan
mahramnya) kecuali yang ketiganya setan
Menurut islam kesehatan yang bersifat (Prepentif) lebih diutamakan dari pada Kuratif
(pengobatan).
Hak dan kewajiban petugas kesehatan lebih besar dari pada hak dan kewajiban pasien
karna hak dan kewajiban petugas kesehatan bertanggung jawab atas jiwa dan raga pasien.
Menurut islam bahwasan orang sakit wajib melakukan berobat untuk mengobati
penyakit nya.sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
berobatlah kamu, hai hamba hamba Allah! Sebab sesungguhnya Allah SWT tidak
membuat penyakit kecuali membuat pula obat nya, selain itu penyakitnya, ialah sakit
tua.(Hadis riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)
Menurut hukum islam, seseorang yang melakukan praktek kedokteran dan
pengobatan, sedangkan ia bukan ahlinya, misalnya, ia Kunter (dukun yang melakukan
praktek dokter seperti operasi), atau Terkun (dokter yang melakukan praktek dukun)
Seperti ia tidak memberikan resep obat kepada pasiennya yang sesuai dengan disiplin ilmu
kedokteran yang ia pelajari, tetapi ia harus bertanggung jawab atas kerugian pasien nya,
jiwa/materialnya. Hal ini berdasarkan sabda Hadis Nabi :
Barang siapa melakukan praktek kedokteran/pengobatan, sedangkan ia bukan ahlinya,
maka ia harus bertanggung jawab menggung kerugian.
Kemudian ketika memberikan pelayanan perawatan bagi pasien yang perempuan
hendaknya dirawat oleh perawat perempuan.begitu juga sebaliknya,pasien laki-laki dirawat
oleh perawat laki-laki pula.
Ruang lingkup itu mencakup berbagai aspek dan keadaan yang sesuai dengan kaidah
dan aturan dalam islam. Misalnya :

Tata cara dan aturan tentang alat kontrasepsi atau KB

Proses dan pasca melahirkan.

Transplantasi organ tubuh.

Tranfusi darah.

Aturan dan cara pengadopsian anak.

Dan lain sebagainya.

Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi
dan tujuan dari asuhan keperawatan.dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan
keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syariah islam.
PANDANGAN ISLAM TENTANG KESEHATAN
Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan fisik dan mental,
maupun kesehatan lingkungan. Hal ini dapat kita temukan dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi
yang merupakan sumber hukum Islam dan pedoman hidup (way of life) bagi seluruh umat
Islam.
Ajaran Islam yang berkenaan dengan kesehatan, diantaranya:
Larangan melakukan hubungan seksual antara pria dan wanita diluar nikah (zina atau
prostitusi), sebab bisa menimbulkan penyakit kelamin dan AIDS. Hal ini diperhatikan dalam
Al-Quran surat Al-Israayat 32.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk.
Perintah puasa salama satu bulan penuh dalam bulan Ramadhan setiap tahun untuk kesehatan
jasmani dan rohani. Hal ini diperhatikan dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 183.


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu,agar kamu bertaqwa. Berpuasa itu melatih diri, membentuk
watak dan karakter, membangun rohani yang sedang idur nyenyak, mengenakan libasut
taqwa, dan meninggalkan segala kemewahan hidup, memberi kesempatan perut untuk
beristirahat agar kendor urat-urat yang telah bekerja keras selama setahun, perut yang terlalu
kotor dapat reda dan menimbulkan kekuatan jasmani dan kesehatanpun terjaga. Di samping
kejiwaan, kekuatan mental dan rohani juga tidak kalah penting meningkat.
Anjuran berolah raga, misalnya seperti jalan kaki, jogging, dan berenang. Hal ini diperhatikan
dalam hadist-hadist nabi.
HUBUNGAN ANTARA PETUGAS KESEHATAN DENGAN PASIEN
Islam sangat menghargai tugas kesehatan, karena tugas ini adalah tugas kemanusiaan
yang sangat mulia,sebab menolong sesama manusia. Menurut Islam hubungan antara petugas
kesehatan dengan pasien adalah sebagai hubungan penjual jasa dengan pemakai jasa, sebab
pasien dapat memanfaatkan ilmu, keterampilan dan keahlian petugas kesehatan, sedangkan

petugas kesehatan memperoleh imbalan atas profesinya berupa gaji atau honor. Sebagai
akibat dari hubungan tersebut, maka timbullah hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.
Kewajiban petugas kesehatan lebih banyak daripada hak dan kewajiban pasien, karena
tanggung jawab petugas kesehatan sangat besar yakni keselamatan jiwa dan raga pasiennya.
Seperti halnya hak dan kewajiban antara suami dan istri, dimana tanggung jawab suami lebih
besar daripada istri, maka logis dan adillah kalau hak dan kewajiban suami lebih banyak
daripada istri. Hal ini diperhatikan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 34 tentang kedudukan

suami istri.




Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang shaleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada
oleh karena Allah telah memelihara mereka . Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusuzuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka, kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
HAK DAN KEWAJIBAN PETUGAS KESEHATAN DAN PASIEN
Kewajiban-kewajiban petugas kesehatan, diantaranya:
Melaksanakantugassesuaidengansumpahjabatan
Memberikan pelayanan yang baik (teliti, komunikatif, ramah, tidak diskriminatif) terhadap
pasien.
Melindungi pasien dari sasaran propaganda agama lain.
Menyampaikan amanat atau wasiat yang meninggal kepada keluarga atau ahli warisnya
yang tidak sempat mendampinginya saat wafat.
Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan ajaran agama seperti abortus,
danlain-lain. Hak-hak petugas kesehatan, diantaranya:
Mendapatkan imbalan berupa gaji, honor, dan lain-lain yang layak sesuai dengan
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Mendapatkan perlindungan hukum atas profesinya.
Menolak pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan ajaran agamanya.
Kewajiban-kewajibanpasien,diantaranya:
Membayar biaya konsultasi, pengobatan, perawatan sesuai dengan tariff resmi yang telah
ditetapkan.

Mempercayai dan mematuhi semua perintah, nasihat, dan peraturan yang diberikan oleh
petugas kesehatan selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Dalam pandangan agama Islam merawat pasien merupakan tugas mulia, baik secara
tersurat maupun tersirat agama Islam sangat menuntut akan hadirnya peran perawat (rufidah)
di tengah masyarakat. Dalam mengabdi kepada masyarakat diperlukan kesiapan-kesiapan
tertentu yang harus dimiliki oleh perawat antara lain profesi keperawatan dijadikan sebagai
profesi yang sebenarnya, dalam menjalankan tugas harus memperhatikan aspek-aspek
meliputi ketelitian, kecermatan dan kewaspadaaan guna meminimalisir resiko negatif yang
mungkin akan timbul. Serta rasa tanggung jawab yang harus dijunjung tinggi dalam
menghadapi segala tindakan yang dilakukan. Sebagai seorang perawat harus proaktif dalam
menjalankan tugas yang diembannya bukan sebagai penunggu pasien yang sakit ketika
datang ke rumah sakit.

3.2

Saran
Saran yang dapat kami berikan diantaranya :

1.

2.
3.

4.

Dalam merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek hati-hati, teliti,
dan cekatan serta tanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan.
Menganjurkan pasien utuk tidak lupa melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim.
Sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan perawat maupun petugas kesehatan yang
lain tidak boleh meninggalkan sholat.
Memegang teguh prinsip perawat profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009).sejarah perkembangan keperawatan di dunia.


Asmadi. (2008).Konsep Dasar Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba
Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai