PENDAHULUAN
sebagai
tenaga
kefarmasian
yang
mengabdikan
ilmu
dan
Pada saat ini, orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari
pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented).
Kegiatan pelayanan yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat berubah
menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, apoteker harus selalu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan perilakunya agar mampu berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan lain secara aktif dan berinteraksi langsung dengan pasien seperti
pemberian informasi obat, konseling kepada pasien yang membutuhkan dan
menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Menkes RI.,
2014).
Dalam pengelolaan apotek, apoteker juga harus mampu menjalankan peran
manajerial di apotek. Apoteker harus terampil mengelola apoteknya secara efektif,
seperti dalam pengelolaan keuangan, perbekalan farmasi dan sumber daya
manusia (Menkes RI., 2014). Mengingat pentingnya peran apoteker dalam suatu
apotek, calon apoteker diharapkan telah memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang apotek yaitu dalam hal pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan
pengelolaan apotek. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Universitas
Sumatera Utara melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek
Kimia Farma No. 315 Padangsidimpuan untuk melihat secara langsung tugas dan
peran Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) bagi mahasiswa
Program Studi Profesi Apoteker di apotek adalah agar mahasiswa mampu
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Pengertian Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35
tahun 2014, Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pengertian pelayanan kefarmasian itu sendiri
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian menurut
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
1980 tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran
dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus meyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
ini
dapat
diperoleh
jika
seorang
tahun 2014), sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:
a. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan
resep, 1 set meja dan kursi, serta 1 set komputer. Ruang penerimaan resep
ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air
minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat,
lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label
obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).
c. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
d. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
e.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan.
d. Dalam hal pemerikasaan dalam ayat (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker
pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada
Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Kepala
Dinas Propinsi.
e. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana
ayat (c) atau persyaratan ayat (d), Kepala Dinas Kesehatan setempat
mengeluarkan surat izin apotek.
f. Dalam hasil pemerikasaan tim Dinas Kesehatan setempat atau Kepala Balai
POM dimaksud (c) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan
setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan surat penundaan.
g. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (f), apoteker diberikan
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambatlambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan.
h. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan sesuai
pasal (e) dan atau pasal (f), atau lokasi apotek tidak sesuai dengan
permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Dinas setempat dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan
disertai dengan alasan-alasannya.
2.5 Tenaga Kefarmasian di Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun
2009, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian,
yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi,
Analis
Farmasi,
10
melalui
pendidikan
berkelanjutan
(Continuing
Professional
Development/CPD).
g. Peneliti
Apoteker
harus
selalu
menerapkan
prinsip/kaidah
ilmiah
dalam
11
12
13
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan peraturan
perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan
lainnya.
2.8 Pelayanan Farmasi Klinik
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang termasuk
dalam pelayanan farmasi klini di apotek antara lain:
a. Pengkajian resep
14
15
terjadi
perubahan
perilaku
dalam
penggunaan
obat
dan
AIDS, epilepsi).
Pasien yang menggunakn obat dengan instruksi khusus.
Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (Teofilin,
digoksin, fenitoin).
Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih
dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan
16
Studi kelayakan
Sebelum suatu apotek didirikan terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan
(Feasibility study-FS). Studi kelayakan adalah suatu kajian yang dilakukan secara
menyeluruh mengenai suatu usaha, dalam proses pengambilan keputusan investasi
yang mengandung resiko yang belum jelas. Menurut Umar (2011), proses
pelaksanaan studi kelayakan pendirian apotek terdiri dari lima tahapan, yaitu:
a.
17
sesuatu. Gagasan yang baik adalah gagasan yang memenuhi kriteria, diantaranya
sesuai dengan visi organisasi, dapat menguntungkan organisasi, sesuai dengan
kemampuan sumber daya yang dimiliki organisasi, tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku dan aman untuk jangka panjang.
b.
Penelitian
Setelah gagasan didiskusikan dan dianalisis dapat memberikan gambaran
perspektif yang baik bagi perusahaan dimasa yang akan datang, maka gagasan
tersebut disetujui untuk ditindak lanjuti dengan penelitian dilapangan. Dalam
melakukan penelitian dilapangan, data-data yang dibutuhkan antara lain yaitu data
ilmiah berupa kondisi lokasi dan data non ilmiah berupa intuisi setelah melihat
lokasi dan lingkungan sekitarnya.
c.
Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi terdapat data hasil penelitian dilapangan, dapat
ii.
d.
Rencana pelaksanaan
Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu untuk
memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas seperti menyediakan dana biaya
investasi dan modal kerja, mengurus izin, membangun, merehabilitasi gedung,
18
Pelaksanaan
Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan, dibuatkan suatu format yang
untuk menentukan lokasi suatu usaha. Dasar pertimbangan yang paling utama
ialah pasar. Pasar merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan dan harus
diperhitungkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, dalam pemilihan lokasi suatu
apotek harus diperhitungkan:
a. Jumlah Penduduk
b. Ada tidaknya apotek lain
c. Letak apotek yang didirikan, mudah tidaknya pasien untuk parkir kendaraan
d. Jumlah praktek dokter, klinik, rumah sakit dan sebagainya
e. Keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat
2.9.3
atau modal untuk membiayai semua pengadaan sarana. Modal merupakan unsur
utama yang menjamin berdiri dan hidupnya sebuah apotek. Pada dasarnya dalam
suatu usaha dikenal dua bentuk modal yaitu modal aktif dan modal pasif:
19
a.
b.
2.9.4
kinerja apotek berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan juga
tidak memperoleh kerugian. Analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variable pendapatan, biaya, dan
keuntungan yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu. Analisis
Break Even Point berfungsi untuk merencanakan jumlah penjualan dan laba
(Umar, 2011).
Berikut adalah rumus untuk mencari nilai BEP (Rangkuti, 2006):
Keterangan:
HPP = Harga Pokok Penjualan (nilai pembelian dari barang yang terjual) yaitu
persediaan awal + pembelian persediaan akhir
2.9.5
20
Pajak yang dipungut daerah antara lain: izin mendirikan apotek, pajak
reklame, dan retribusi sampah. Pajak yang dipungut oleh Negara (Pemerintah
Pusat) antara lain: Pajak penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
(Umar, 2011).
2.10 Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika
2.10.1 Pengelolaan obat narkotika
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, dalam Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan I, II dan III.
Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
Apotek hanya dapat memesan narkotika melalui pedagang besar farmasi (PBF)
tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3 tahun
2015, yaitu narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terbuat seluruhnya dari
kayu atau bahan lain yang kuat serta tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2
kunci yang berbeda. Lemari khusus diletakkan di tempat yang aman dan tidak
terlihat oleh umum dan kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung
jawab atau pegawai lain yang dikuasakan.
2.10.2 Pengelolaan psikotropika
21
22
Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau
tidak dapat digunakan dalam proses produksi
Kadaluarsa.
Apoteker
pemberitahuan
penanggung
dan
jawab
permohonan
apotek
saksi
menyampaikan
kepada
Dinas
surat
Kesehatan
23
tersebut;
- nama dan jumlah narkotika dan psikotropika yang dimusnahkan;
- cara pemusnahan; dan tanda tangan apoteker penanggung jawab fasilitas
apotek dan saksi.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA
3.1 Sejarah PT. Kimia Farma Apotek
Kimia Farma adalah perusahaan Industri Farmasi pertama di Indonesia
24
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan
ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus
1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga
nama perusahaan berubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) (Kimia Farma,
2013).
Pada tanggal 4 Juli 2001,
mengubah
statusnya
PT.
Kimia
Farma
(Persero)
kembali
Tbk, dan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger menjadi Bursa Efek Indonesia) (Kimia
Farma, 2013).
PT. Kimia Farma Tbk. adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi empat direktur, yaitu
Direktur Umum dan Personalia, Direktur Pemasaran, Direktur Keuangan,
dan Direktur Produksi. Pada tanggal 4 Januari 2003, PT. Kimia Farma Tbk.
melepas divisi Apotek dan PBF menjadi dua anak perusahaan, yaitu Apotek
Kimia Farma menjadi PT. Kimia Farma Apotek dan PBF Kimia Farma
menjadi PT. Kimia Farma Trading and Distribution (Kimia Farma, 2013).
Selain itu, PT. Sinkona Indonesia Lestari juga merupakan anak perusahaan PT.
Kimia Farma yang memproduksi kina garam dan turunannya bagi banyak industri
, terutama obat-obatan, minuman, dan industri kimia. PT. Sinkona Indonesia
25
Visi
Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan
Misi
Misi PT. Kimia Farma Apotek menghasilkan pertumbuhan nilai
26
27
iii. komitmen matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat
secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan
konsistensi dalam manjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia
Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
iv. sumber energi matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma
baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan
masyarakat.
v. semangat yang abadi warna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna
yaitu semangat yang abadi.
b. jenis huruf dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan
dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena
prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada.
c. sifat huruf
i. kokoh memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam
bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan
farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
ii. dinamis dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan.
iii. Bersahabat dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan
keramahan Kimia Farma
28
29
dengan
sistem
informasi
untuk
mendukung
kelancaran
30
apotek Kimia Farma 14 (Apotek Pelengkap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan) Medan.
31
Penanggung
jawab
apotek,
dalam
melaksanakan
pekerjaan
Lokasi
Apotek Kimia Farma No. 315
Padangsidimpuan. Letak apotek ini cukup strategis dimana terletak di pinggir jalan
raya dengan arus lalu lintas dua arah yang ramai, mudah dijangkau oleh kendaraan
umum, terletak di pusat kota dan pemukiman penduduk yang cukup padat, serta dekat
dengan tempat perbelanjaan. Apotek Kimia Farma No. 315 dilengkapi dengan praktik
dokter umum, dokter spesialis dan swalayan farmasi.
3.7.2
bangunan permanen yang terdiri dari ruang tunggu, swalayan, kasir, ruang
peracikan, lemari untuk menyimpan catatan medis pelanggan, ruang APA, ruang
praktek dokter, dan toilet.
32
Apotek
Kimia
Farma
No.
315
Padangsidimpuan
mempunyai
33
ii. bila tidak ada, hubungi dokter yang menulis resep, usulkan penggantian
obat dengan obat lain yang sama kandungannya dan informasikan ke
pasien.
e. entry data.
i. pasien (nama, alamat, nomor telepon, umur).
ii. dokter/RS (nama, alamat, nomor telepon).
f. penyerahan nomor resep (mohon bapak/ibu menunggu, obat akan segera
kami siapkan).
g. pencetakan blanko (ditempelkan pada resep dan nomor resep).
h. pemberian resep pada bagian peracikan.
i. penyiapan obat.
i.
ii.
penandaaan obat.
34
i. nama, alamat, tanggal, nomor surat izin praktik dan paraf dokter.
ii. nama, umur, alamat dan nomor telepon pasien.
iii. nama obat, dosis, kekuatan, jumlah dan aturan pakai.
c. pemeriksaan data penunjang (surat rujukan, fotocopy kartu pegawai dll, serta
persetujuan bagian instansi yang berwenang).
d. pemeriksaan ketersediaan obat.
i. bila ada, entri nama dan jumlah obat.
ii. bila tidak ada, hubungi dokter yang menulis resep, usulkan penggantian
obat dengan obat lain yang sama kandungannya dan informasikan ke
pasien.
e. entry data.
i. pasien (nama, alamat, nomor telepon, umur).
ii. dokter/RS (nama, alamat, nomor telepon).
f. penyerahan nomor resep (mohon bapak/ibu menunggu, obat akan segera
kami siapkan).
g. pencetakan blanko (ditempelkan pada resep dan nomor resep).
h. pemberian resep pada bagian peracikan.
i. penyiapan obat.
i. pembuatan etiket, racikan, kuitansi dan salinan resep.
ii. penandaaan obat.
iii. pemeriksaan ulang.
j. penyerahan obat dan pelayanan imformasi obat.
i. nama, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai obat serta
tujuan pengobatan.
35
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker, dilakukakn di Apotek Kimia Farma 315
Padangsidimpuan selama 25 hari mulai dari tanggal 16 September sampai tanggal
14 Oktober 2016. Apotek Kimia Farma 315 Padangsidimpuan merupakan apotek
pembantu pelayanan (APP) yang beralamat di Jalan Merdeka No. 5A
Padangsidimpuan dan berada di bawah Business Manager Medan.
4.1 Lokasi apotek
Letak apotek ini cukup strategis dimana terletak di pinggir jalan raya
dengan arus lalu lintas dua arah yang ramai, mudah dijangkau oleh kendaraan
umum, terletak di pusat kota dan pemukiman penduduk yang cukup padat, serta dekat
dengan tempat perbelanjaan. Apotek Kimia Farma 315 Padangsidimpuan memiliki
area parkir yang cukup luas dan dikhususkan untuk pelanggan apotek.
Keberadaan apotek bisa dikenali dengan adanya papan nama yang terpasang di
apotek dan neon box di depan halaman apotek dengan warna biru tua dan logo
jingga dengan tulisan Kimia Farma. Hal ini akan memudahkan masyarakat
menemukan apotek Kimia Farma.
Apotek Kimia Farma 315 Padangsidimpuan menyediakan tempat praktek
beberapa dokter (dokter umum, dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis
penyakit THT) di ruang tersendiri di dalam apotek. Pelanggan/pasien yang datang
ke apotek Kimia Farma 315 Padangsidimpuan tidak hanya berasal dari sekitar
kawasan tesebut, melainkan juga dari luar kota atau perusahaan/instansi yang
memiliki ikatan kerja sama dengan apotek Kimia Farma. Hal ini menjadi dasar
37
pemikiran bahwa lokasi yang demikian sangatlah layak untuk didirikan sebuah
apotek.
4.2 Sumber daya manusia
Apotek Kimia Farma 315 Padangsidimpuan dipimpin oleh seorang
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertugas mengelola seluruh kegiatan di
apotek dan dibantu oleh 4 tenaga teknis kefarmasian. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian bahwa
semua kegiatan apotek dikelola oleh apoteker.
4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
4.3.1 Perencanaan
Perencanaan pembelian dilakukan oleh masing-masing penanggung jawab
rak sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pemesanan barang dilakukan sekali
dalam seminggu, yaitu pada hari senin, kecuali barang-barang yang dibeli secara
mendesak karena adanya permintaan pasien dapat dilakukan pemesanan setiap
hari. Apotek Kimia Farma 315 Padangsidimpuan melakukan perencanaan
pengadaan barang/obat berdasarkan prinsip pareto, data saat ini (buku defekta)
dan data penolakan resep.
Sistem pareto adalah perencanan pengadaan obat berdasarkan nilai jualnya
atau sistem yang memprioritaskan penyediaan barang-barang yang laku. Jadi
barang dipesan berdasarkan kebutuhan dan seringnya barang tersebut dicari
konsumen. Sistem ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan barang, perputaran
modal menjadi cepat, menghindari kerusakan barang, dan memperkecil
kemungkinan barang hilang. Obat, alat kesehatan, dan barang-barang OTC (Over
38
The Counter) yang tinggal sedikit atau sudah habis dicatat pada buku defekta
yang mencakup antara lain: nama sediaan obat, dosis obat dan jumlah satuan obat
yang hendak ditambah. Kemudian pemesanan dan pembelian barang didasarkan
pada buku defekta. Perencanaan pengadaan obat berdasarkan data penolakan
resep adalah pengadaan yang datanya diperoleh saat ini, dimana berasal dari buku
catatan penolakan resep, buku ini berisi daftar obat-obatan yang tidak tersedia di
apotek.
Perencanaan yang dilakukan di apotek Kimia Farma 315 Padangsidimpuan
telah sesuai dengan Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.
4.3.2 Pengadaan
Sistem pengadaan perbekalan farmasi Apotek Kimia Farma 315
Padangsidimpuan terbagi menjadi dua bagian yaitu pengadaan obat narkotika dan
psikotropika dan pengadaan obat non narkotika. Pengadaan barang (Obat Non
Narkotika) dibagi menjadi dua yaitu
a.
Pengadaan rutin
Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 315 Padangsidimpuan
mengisi
Bon
Permintaan
Barang
Apotek
(BPBA)
secara
39
40
rangkap lima, di mana satu SP hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika.
Pedagang Besar Farmasi akan mengirimkan obat narkotika yang dipesan
ke apotek beserta fakturnya.
Sebanyak empat rangkap SP narkotika diberikan kepada PBF dan
satu rangkap disimpan di apotek sebagai arsip.
Pembelian obat psikotropika dan precursor menggunakan SP khusus
rangkap 2, satu SP dapat berisi beberapa jenis obat psikotropika dan pemesanan
dapat dilakukan ke PBF mana saja yang menyediakan obat psikotropika.
Contoh surat pemesanan narkotika, psikotropika, dan prekursor dapat dilihat
pada Lampiran 1, 2, dan 3.
Permasalahan dari pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang masih terjadi di Apotek Kimia Farma 315
Padangsidimpuan adalah mengenai stok barang yang sering kosong dikarenakan
sering terjadi pemesanan saat barang tersebut sudah sedikit atau habis. Oleh
karena itu, masalah ini sebaiknya diatasi dengan cara:
Petugas sebaiknya melakukan pemeriksaan obat/barang setiap hari pada
etalase dan rak-rak obat sehingga tidak akan terjadi kekosongan barang.
Sebaiknya ditentukan buffer stock terutama untuk barang-barang yang fast
moving. Hal ini dapat berguna sebagai alarm bagi pegawai untuk
menuliskannya ke buku defekta.
4.3.3 Penerimaan barang
Penerimaan barang dilakukan oleh pegawai menurut prosedur sebagai
berikut:
Pegawai menerima barang dari pemasok disertai dengan Surat Pengantar
Barang/ Faktur (SPB/F).
41
maka
harus
segera
dikonfirmasi
dengan
pemasok
yang
bersangkutan.
Pegawai membubuhkan tanda tangan, stempel Apotek Kimia Farma No. 315
Padangsidimpuan pada faktur asli. Faktur asli diserahkan kepada pemasok
sedangkan copy faktur sebagai pertinggal. Satu untuk pihak Apotek Pembantu
Pelayanan (APP) dan satunya lagi akan diantar ke Bisnis Manajer (BM)
Medan.
Petugas kemudian mencatat bukti penerimaan barang ke dalam sistem
informasi secara komputerisasi
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
di apotek Kimia farma 315 Padangsidimpuan telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 35 Tahun 2014 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek.
4.3.4 Penyimpanan
Penyusunan obat di apotek Kimia Farma 315 Padangsidimpuan dilakukan
berdasarkan jenis obat (OTC atau ethical), bentuk sediaan, efek farmakologi. Obat
seperti salep, krim dan obat tetes mata diletakkan di etalase khusus agar
mempermudah karyawan dalam melayani konsumen. Beberapa obat yang
memiliki efek farmakologi sama diletakkan berdekatan. Sementara itu, bentuk dan
jenis sediaan tertentu yang memiliki kondisi penyimpanan khusus, disimpan
42
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnaahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh
43
4.3.5 Pengendalian
Pengendalian perbekalan farmasi bertujuan untuk mempertahankan jenis
dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan. Menurut Permenkes No. 35
tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, pengedalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok dengan cara manual atau
elektronik.
Pengendalian
yang
dilakukan
di
apotek
Kimia
Farma
315
44
tanggal
10
bulan
45
berikutnya.
Dibuat
untuk
46
Enggrow
Enggrow adalah penjualan sediaan farmasi kepada dokter, toko obat dalam
jumlah besar.
penjualan
obat
kredit
di
apotek
Kimia
Farma
315
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja profesi apoteker yang dilaksanakan di Apotek
Kimia Farma No. 315 Padangsidimpuan, dapat disimpulkan bahwa:
a. apoteker sebagai pengelola apotek memiliki peran, tugas, fungsi dan
tanggung jawab yang sangat penting dalam pengelolaan segala aspek di
apotek.
48
manajerial
yang
terdapat
di
apotek
Kimia
Farma
315
49
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2008). Manjemen Farmasi. Edisi kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Kimia Farma. (2013). Operational Excellence: Laporan Tahunan. Jakarta: PT.
Kimia Farma Tbk. Hal. 7-8.
Kimia Farma. (2014). Holding. [Diakses tanggal: 18 Oktober 2015]. Diambil dari:
http://www.kimiafarma.co.id/?page=general&id=0_4_0
Kimia Farma. (2015). Visi dan Misi. [Diakses tanggal: 18 Oktober 2015]. Diambil
dari: http://www.kimiafarma.co.id/profil/visi-misi.html
Menkes RI. (2002). Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek (Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/MenKes/SK/X/2002.
Perubahan
Atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
922/MenKes/Per/X/1993). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
50
51