AHMAD ADITIYA F
03091005047
SKRIPSI
ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA DAN
POLYPROPYLENE PADA KONSTRUKSI PERAHU ALUMINIUM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
AHMAD ADITIYA F
03091005047
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin,
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Agenda
DiterimaTgl.
Paraf
:
:
:
SKRIPSI
Nama
NIM
: 03091005047
Jurusan
: TEKNIK MESIN
Judul Skripsi
Diberikan Tanggal :
Selesai Tanggal
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin,
Inderalaya,
Februari 2015
Diperiksa dan disetujui oleh,
Pembimbing Skripsi,
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah berupa Skripsi dengan judul Analisa Kekuatan Komposit Serat
Kaca dan Polypropylene pada Konstruksi Perahu Aluminium telah dipertahankan
di hadapan Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya pada tanggal 02 Februari 2015.
Inderalaya,
Februari 2015
Ketua :
1. Qomarul Hadi, ST, MT.
NIP. 19690213 199503 1 001
(...)
Anggota :
2. Dr. Ir. Diah Kusuma Pratiwi, M.T.
NIP. 19750226 199903 1 001
()
3. M. Yanis, ST, MT
NIP. 19700228 199412 1 001
()
()
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin,
Dosen Pembimbing
AHMAD ADITIYA F
NIM
03091005047
Judul
Inderalaya,
Februari 2015
Penulis,
Ahmad Aditiya F
NIM. 03091005047
NIM
03091005047
Judul
Foto 4x6
Inderalaya,
Penulis,
Februari 2015
Ahmad Aditiya F
NIM. 03091005047
HALAMAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Kedua Orangtuaku.
Keluarga besarku.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam penulis
junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia pada
kehidupan yang lebih baik, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA DAN
POLYPROPYLENE PADA KONSTRUKSI PERAHU ALUMINIUM.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Skripsi ini. Adapun pihak
tersebut adalah:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya,
2. Bapak Agung Mataram S.T, M.T, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik,
3. Bapak Qomarul Hadi, S.T, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,
4. Bapak Ir. Dyos Santoso, M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,
5. Orang Tua saya, yang selalu mendukung dan mendoakan setiap kegiatan
positif yang dilakukan anaknya,
6. Keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan dan semangat,
Indralaya,
Februari 2015
Penulis
RINGKASAN
Kata kunci : Komposit, aluminium, serat kaca, polypropylene, uji bending, uji
impact.
SUMMARY
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ii
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
iv
vi
vii
KATA PENGANTAR
viii
RINGKASAN
SUMMARY
xi
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
2.2.1. Komposit
2.2.1.3 Biaya
2.4. Polypropylene
2.6 Aluminium
9
12
12
13
15
17
18
18
18
18
19
19
19
21
21
22
23
24
25
30
31
34
5.2. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Serat Kaca
Halaman
8
14
14
16
17
21
22
28
29
32
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
19
21
22
23
24
28
30
BAB 1
PENDAHULUAN
adalah sampah rumah tangga (Ridwan, 2013). Salah satu sampah yang menempati
peringkat teratas berdasarkan jumlahnya
uraian
limbah
diatas,
plastik
peneliti
melakukan
polypropylene
secara
penelitian
optimal
untuk
dengan
menjadikannya sebagai matrik dalam komposit yang diperkuat dengan serat kaca
(fiberglass) yang kemudian dilapiskan pada material logam, yaitu aluminium.
Dengan pengolahan yang sederhana dan mencari fraksi volume terbaik antara
matrik dan serat terhadap sifat mekanis yang dihasilkan dari komposit tersebut
akan membantu menambah kualitas, kegunaan serta menjaga kelestarian
lingkungan.
1.2 Batasan Masalah
Permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan pada penelitian ini
adalah bagaimana proses pengaplikasian komposit serat kaca & polypropylene
pada kontruksi perahu aluminium.
Adapun batasan masalah yang akan dikaji adalah :
1. Material yang akan dijadikan komposit, dalam hal ini adalah serat kaca dan
polypropylene.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Acuan Penelitian
Produksi sampah yang tidak berbanding lurus dengan kecepatan
pengangkutan dan pengolahan membuat terjadinya penumpukan sampah di manamana. Jika setiap orang rata-rata menghasilkan 1-2 kg sampah setiap hari dan
penduduk Indonesia berjumlah 200 juta orang, jumlah sampah yang menumpuk
setiap harinya bakal mencapai 400.000 ton dan dari total itu 60% diantaranya
adalah sampah rumah tangga (Ridwan, 2013). Salah satu sampah yang menempati
peringkat teratas berdasarkan jumlahnya
Polypropylene.
Polypropylene merupakan jenis plastik yang sering digunakan karena
memiliki sifat tahan terhadap bahan kimia (Sahwan, 2005). Salah satu cara
mengatasi penumpukan sampah ini adalah dengan cara daur ulang (recycle),
membuat limbah plastik menjadi material baru yang memiliki nilai tambah pada
fungsi dan kekuatan material dengan cara menambahkan bahan penguat yang
disebut material komposit.
2.2
Tinjauan Teoritis
2.2.1
Komposit
MATERIAL KOMPOSIT adalah kombinasi makroskopik dari dua atau
lebih bahan yang berbeda, dapat dikenali dengan bagian dalam mereka. Komposit
digunakan tidak hanya untuk sifat strukturalnya, tetapi juga untuk kelistrikan,
suhu, tribological, dan lingkungan aplikasi. Material komposit modern biasanya
dioptimalkan untuk mencapai keseimbangan sifat tertentu untuk berbagai aplikasi
yang diperlukan. Mengingat berbagai macam bahan yang dapat dianggap sebagai
komposit dan berbagai kegunaan yang dihasilkan material komposit yang dapat
dirancang, komposit itdak dapat berdiri sendiri, sederhana, dan kegunaan dapat
disesuaikan. Namun, sebagai definisi praktis umum, material komposit dapat
dibatasi dengan menekankan bahan-bahan yang mengandung unsur matriks yang
penyusunnya.
Dihasilkan
bahan
komposit
yang
memiliki
keseimbangan sifat struktural yang lebih unggul baik bahan utamanya sendiri
(Carl Zweben, 1998).
Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan bahan
konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari
beberapa sudut yang penting seperti sifat-sifat mekanikal dan fisikal, keupayaan
(reliability), mudah dalam proses pembentukan dan biaya. Seperti yang diuraikan
dibawah ini :
tehnik pabrikasi yang merupakan daya tarik yang dapat membuka ruang yang
lebih luas bagi penggunaan bahan komposit. Contohnya untuk komposit
termoplastik yang mempunnyai kelebihan dari segi pemrosesan yaitu dapat
diproses dengan berbagai tehnik pabrikasi yang umum yang biasa digunakan
untuk memproses termoplastik tanpa serat.
2.2.1.3 Biaya
Faktor biaya juga memainkan peranan yang sangat penting dalam
membantu perkembangan industri komposit. Biaya yang berkaitan erat dengan
penghasilan suatu produk seharusnya memperhitungkan beberapa aspek seperti
biaya, bahan mentah, pemrosesan, tenaga manusia dan sebagainya.
2.2.2
Klasifikasi Komposit
Serat komposit berdasarkan penguat dapat dikategorikan oleh komposisi
kimia,
morfologistruktural,
dan
komersial
fungsi.
Komposit
biasanya
Serat alami seperti kenaf atau goni yang berasal dari tanaman dan
digunakan hampir secara eksklusif di PMC. Oksida serat kaca berasal dari
campuran oksida, silika, atau kuarsa, serat berasal dari oksida tunggal. Serat tidak
berbentuk dan terutama digunakan untuk memperkuat termoplastik dan termoset
PMC. Serat aramid adalah kristal serat polimer dan sebagian besar digunakan
untuk memperkuat PMC. Serat karbon berdasarkan rencana pembuatan struktur,
Serat karbon biasanya digunakan untuk memperkuat PMC. Serat keramik
polikristalin. Oksida keramik (misalnya, silika-alumina dan murni alumina) serat
dan nonoxide keramik (misalnya, silikon karbida) serat digunakan untuk
memperkuat CMC dan MMC (Wallenberger, 1999).
Namun, penurunan harga serat karbon, ditambah dengan perbaikan di
bidang manufaktur yang murah metode dan permintaan lanjutan untuk efisiensi
struktural tinggi telah mulai mengubah nama baik komposit. Komposit mulai
bersaing dengan bahan murah tradisional, biaya bahan akan terus menjadi faktor
penting.
Beberapa pedoman yang perlu diingat adalah:
1. Serat: semakin besar jumlah filamen per belakangnya, semakin rendah biaya.
2. Resin: semakin rendah suhu kinerja, semakin rendah biaya.
3. Prepreg: lebih luas produk (kain), semakin rendah biaya.
2.3
2.4
Polypropylene (PP)
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terhadap penggunaan
C.
2.5
Serat Kaca
plastik yang diperkuat oleh serat-serat halus yang terbuat dari kaca. Bahan ini juga
dikenal
dengan
nama
GFK
yang
merupakan
kepanjangan
dari
Glasfaserverstrkter Kunststoff, atau yang biasanya lebih akrab dikenal oleh serat
kaca yang digunakan dalam proses penguatannya, yang dalam bahasa inggrisnya
disebut fiberglass. GRP adalah suatu material yang ringan dan kuat dengan
banyak kegunaan, seperti dalam pembuatan perahu, mobil, tangki air, atap,
perpipaan, pelapisan, box motor delivery, payung promosi, booth fiberglass dll.
Fiberglass atau sering diterjemahkan menjadi serat kaca adalah kaca cair yang
ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat
ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian
diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi.
2.6
Aluminium
Orang Yunani kuno dan Romawi menggunakan tawas dalam pengobatan
sebagai astringent, dan dalam proses pewarnaan. Pada tahun 1761 De Morveau
mengusulkan nama "alumine" untuk basa dalam tawas. Pada tahun 1807, Davy
memberikan proposal untuk menamakan logam ini Aluminum, walau pada
akhirnya setuju untuk menggantinya dengan Aluminium. Nama yang terakhir ini
sama dengan nama banyak unsur logam lainnya yang berakhir dengan ium.
(Totten and MacKenzie, 2003).
2.7
2.7.1
Aturan Pencampuran
Salah satu cara cepat untuk memperkirakan sifat material yaitu, modulus
dalam 1 dan 2 arah komposit adalah dengan menggunakan aturan campuran. Ini
mengasumsikan bahwa modulus komposit adalah kombinasi dari modulus serat
dan matriks yang terkait dengan fraksi volume bahan penyusunnya.
Umumnya, sifat mekanik dari komposit tergantung pada sifat-sifat matriks
dan penguatan, interaksi antara matrik dan penguat, jumlah, jenis, susunan serat
dalam komposit, dan properties. Proses pembuatan komposit ditentukan melalui
percobaan pengukuran. Metode eksperimental mungkin sederhana dan langsung.
Namun, satu set pengukuran eksperimental menentukan sifat dari sistem seratmatriks tetap diproduksi dengan proses pembuatan tunggal.
Volume relatif dari unsur, sifat unsur, dan proses pembuatan. Percobaan
dapat memakan waktu dan biaya mahal. Model mekanika berbasis dan metode
semiempiris menentukan sifat komposit sehingga dapat berguna untuk
memprediksi efek dari sejumlah besar sistem variabel.
2.7.2
Uji Impact
Pengujian impact adalah suatu pengujian yang digunakan bertujuan untuk
mengetahui kegetasan atau keuletan suatu bahan (spesimen) yang akan diuji
dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda yang akan diuji secara
statik. Pada kondisi material ulet dapat mengalami patah getas dengan deformasi
plastis yang sangat kecil, namun hal itu dapat terjadi jika dipengaruhi temperatur
material yang rendah dan laju tegangan ditambah. Apabila nilai atau harga impact
material semakin tinggi maka material tersebut memiliki keuletan yang tinggi.
Material uji dikatakan bersifat ulet jika patahan yang terjadi pada bidang patah
material setelah di uji tidak rata dan tampak berserat-serat. Tetapi apabila material
bersifat getas, hasil dari patahan akan tampak rata dan mengkilap.
Secara umum jenis patahan dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Patah Ulet
2. Patah Getas
Metode uji impact dapat dibedakan dari peletakkan posisi spesimen uji
pada tumpuan serta arah pembebanan terhadap arah impact, jenis-jenis dari
pengujian impact adalah sebagai berikut :
1. Metode Charpy yaitu pengujian takik yang meletakkan posisi spesimen uji
pada tumpuan dengan posisi horizontal dan arah pembebanan berasal dari
arah yang berlawanan dengan arah takikan.
2. Metode Izod yaitu pengujian impact yang meletakkan posisi spesimen uji
pada tumpuan dengan posisi vertikal dan arah pembebanan berasal dari
arah yang searah dengan arah takikan.
Usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji dapat diketahui melalui
rumus sebagai berikut :
E = E1 - E2 (Callister, 2007)
Dimana : E
E
A0
(Callister, 2007)
2.7.3
Uji Lengkung
Pada pengujian ini akan digunakan Hydraulic Universal Material Tester
dengan standar JIS Z 2248 untuk mengetahui deformasi plastik yang akan terjadi
pada
sudut
kelengkungan
tertentu.
Untuk
mengetahui
besarnya
sudut
kelengkungan yang mampu diberikan kepada suatu material maka dilakukan uji
Lengkung.
3..
2.. 2
dimana :
= tengangan lengkung
= beban maximal
= pertambahan panjangan
(Callister, 2007)
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir
Metodelogi penelitian pada skema di bawah ini :
3.2
3.3
2. Alat ukur
Matrik
2.
3.
Tulang
4.
Air
3.4
: Aluminium
Prosedur Pengujian
Metodelogi pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Pemotongan
Serat kaca dipotong menjadi bagian-bagian kecil dari bentuk awal yang berupa
lembaran namun tetap dalam orientasi serat acak.
b. Penimbangan
Serat Kaca ditimbang sesuai dengan fraksi volume serat yang telah ditentukan
setelah menjadi bagian-bagian kecil.
3.4.2
a. Pencucian
Plastik polypropylene dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel.
b. Penjemuran
Plastik polypropylene dijemur untuk menghilangkan sisa air.
c. Pemotongan
Plastik polypropylene dipotong menjadi ukuran kecil agar mudah dalam proses
pencampuran.
3.4.3
Pembuatan Cetakan
Cetakan dibentuk sesuai ukuran standar JIS Z 2202 untuk uji impact dan
PP (gr)
1.
64 : 0 : 36
19,680
2.
54,4 : 9,6 : 36
16,728
2,952
3.
44,8 : 19,2 : 36
13,776
5,904
4.
35,2 : 28,8 : 36
5.
25,6 : 38,4 : 36
10,824
7,872
Serat (gr)
Aluminium (%)
36%
36%
36%
Aluminium (gr)
11,07
11,07
11,07
8,856
36%
11,07
11,808
36%
11,07
b. Alat penggiling diatur sampai suhu melebihi titik leleh plastik polypropylene.
c. Matrik polypropylene dimasukkan ke alat penggiling yang panas sehingga
menjadi mencair.
d. Setelah itu polypropylene yang cair dituangkan ke sendok yang telah
disiapkan, untuk mengatur suhu. Suhu diukur antara 190oC sampai 200oC.
e. Setelah suhu diukur, polypropylene cair dituangkan kedalam cetakan spesimen
yang telah disiapkan serat kaca dan aluminium didalamnya.
f. Saat penuangan kedalam cetakan ada baiknya campuran diaduk dengan
pengaduk agar dapat mengontrol serat kaca tersebar merata.
g. Kemudian campuran ditekan dan diratakan dengan rol sampai permukaan rata.
h. Tunggu hingga campuran kering.
i. Spesimen yang sudah kering dilepas dari cetakan kemudian bagian
permukaannya dihaluskan dengan alat kikir dan amplas.
j. Spesimen komposit yang telah dihaluskan dan diukur geometri awalnya
dikatakan sebagai spesimen siap uji.
Keterangan
PP54,4FG9,6Al36
PP44,8FG19,2Al36
PP35,2FG28,8Al36
PP25,6FG38,4Al36
3.4.6
Pengujian Impact
Pengujian impact pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
mesin Charpy Impact Testing Machine. Bahan komposit pada pengujian impact
dibuat dengan bentuk dan ukuran mengacu pada standar uji JIS Z 2202.
Meletakkan benda uji di tempat benda uji pada mesin uji impact. Penempatan
benda uji harus benar-benar berada pada posisi tengah dimana pisau pada
pendulum berada sejajar dengan takikan benda tersebut.
b.
c.
d.
e.
Setelah patah, hasil data yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada busur
derajat dicatat.
f.
(0)
(0)
PP64FG00Al36
PP54,4FG9,6Al36
PP44,8FG19,2Al36
PP35,2FG28,8Al36
PP25,6FG38,4Al36
3.4.7
Pengujian Lengkung
Pengujian lengkung dilakukan dengan menggunakan mesin Bending
1
(KgF/mm2)
PP64FG00Al36
PP54,4FG9,6Al36
PP44,8FG19,2Al36
PP35,2FG28,8Al36
PP25,6FG38,4Al36
3.4.8
untuk menganalisa kekuatan takik dan kekuatan lengkung. Selanjutnya data hasil
perhitungan disusun dalam bentuk tabel lalu ditampilkan dalam bentuk grafik.
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
2.
3.
4.
5.
PP64FG00Al36
45
PP54,4FG9,6Al36
45
PP44,8FG19,2Al36
45
PP35,2FG28,8Al36
45
PP25,6FG38,4Al36
45
0
48,5
49
49
45.5
45.25
51
44.5
44
45
45
44
44
44
45
43.5
Pengujian impact biasa dipakai untuk mengetahui seberapa ulet atau getas
suatu spesimen yang akan diuji secara statik. Pengujian ini memakai mesin
Charpy Impact Testing Machine.
Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau usaha
yang diserap benda uji sampai patah dapat diketahui melalui rumus sebagai
berikut :
E1 = P (D D cos ) (Callister, 2007)
E2 = P (D D cos ) (Callister, 2007)
Usaha untuk mematahkan benda uji dengan rumus :
E = E1 - E2 (Callister, 2007)
Dan besarnya harga takik dapat diketahui dari rumus berikut ini :
E
W=A
(Callister, 2007)
Dari hasil pengujian impact dapat dihitung besar energi yang dipergunakan untuk
mematahkan masing masing fraksi paduan komposit per satuan luas, dengan
besar sudut simpangan 52.
4.1.1
Sudut simpangan
1. 52 48,5 = 3,5
2. 52 49 = 3
3. 52 49 = 3
45 3,5 = 41,5
45 3 = 42
45 3 = 42
1. = 41,50 ; = 450
E1 = P (D D cos )
= 25,68 (0,6490 0,6490 cos 45)
= 25,68 (0,6490 0,4589)
= 4,8818 kg.m
E2 = P (D D cos )
= 25,68 (0,6490 0,6490 cos 41,5)
= 25,68 (0,6490 0,4860)
= 4,1858 kg.m
E = E1 E2
= 4,8818 4,1858
= 0,6959 Joule
W=
E
A0
0,6959
80
= 0,0086 J/mm2
2. 52 45,25 = 6,75
3. 52 46 = 6
45 6,5 = 38,5
45 6,75 = 38,25
45 6 = 39
1. = 38,50 ; = 450
E1 = P (D D cos )
= 25,68 (0,6490 0,6490 cos 45)
= 25,68 (0,6490 0,4589)
= 4,8818 kg.m
E2 = P (D D cos )
= 25,68 (0,6490 0,6490 cos 38,5)
= 25,68 (0,6490 0,7826)
= 3,5783 kg.m
E = E1 E2
= 4,8818 3,5783
= 1,3035 joule
Energi impact per satuan luas adalah :
W=
E
A0
1,3035
80
= 0,0157 J/mm2
2. = 38,250 ; = 450
E1 = P (D D cos )
= 25,68 (0,6490 0,6490 cos 45)
= 25,68 (0,6490 0,4589)
= 4,8818 kg.m
E2 = P (D D cos )
= 25,68 (0,6490 0,6490
cos 38,25)
= 25,68 (0,6490 0,7853)
= 3,5783 kg.m
E = E1 E2
= 4,8818 3,5783
= 1,3035 Joule
W=
E
A0
1,3035
80
= 0,0162 J/mm2
Untuk selanjutnya dihitung dengan rumus yang sama seperti rumus diatas
sehingga diperoleh nilai rata rata energi impact (E) dan nilai rata rata energi
impact per satuan luas (W). (lampiran).
Tabel 4.2 Nilai Rata Rata Energi Impact
Persentase
Berat (%)
E1
E2
(kg.m)
(kg.m)
(E1 E2)
(W/A0)
PP64FG00Al36
4,8818
PP54,4FG9,6Al36
4,8818
PP44,8FG19,2Al36
4,8818
PP35,2FG28,8Al36
4,8818
PP25,6FG38,4Al36
4,8818
4,1858
4
4
3,6233
3,5783
3,715
3,445
3,4383
3,5333
3,5333
3,4383
3,4383
3,4383
3,5333
3,6233
0,6959
0,8817
0,8817
1,2584
1,3034
1,1668
1,4368
1,4435
1,3485
1,3485
1,4435
1,4435
1,4435
1,3485
1,2584
0,0086
0,0110
0,0110
0,0157
0,0162
0,0145
0,0179
0,0180
0,0168
0,0168
0,0180
0,0180
0,0180
0,0168
0,0157
E rata rata
(Joule)
W rata rata
(J/mm2)
0,8197
0,0102
1,2428
0,0154
1,4096
0,0175
1,4118
0,0176
1,3501
0,0168
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai energi rata rata yang
diperlukan untuk mematahkan spesimen komposit dengan perbandingan 64 : 0 :
36 (%) sebesar : 0,8197 joule, pada fraksi 54,4 : 9,6 : 36 (%) sebesar : 1,2428
joule, pada fraksi 44,8 : 19,2 : 36 (%) sebesar : 1,4096 joule, pada fraksi 35,2 :
28,8 : 36 (%) sebesar : 1,4118 joule dan pada fraksi 25,6 : 38,4 : 36 (%) sebesar :
1,3501 joule.
Gambar 4.2 Grafik Harga Energi Impact per Satuan Luas (W)
Dari gambar 4.2 dapat juga dilihat harga impact (W) rata rata yang
diperlukan untuk mematahkan spesimen komposit dengan perbandingan fraksi 64
: 0 : 36 (%) sebesar : 0,0102 J/mm2, pada fraksi 54,4 : 9,6 : 36 (%) sebesar 0,0154
J/mm2, pada fraksi 44,8 : 19,2 : 36 (%) sebesar 0,0175 J/mm2, pada fraksi 35,2 :
28,8 : 36 (%) sebesar 0,0176 J/mm2, dan pada fraksi 25,6 : 38,4 : 36 (%) sebesar
0,0168 J/mm2.
Dari kedua grafik diatas dapat menjelaskan bahwa penambahan serat
kaca pada komposit berpengaruh terhadap nilai energi dan harga impact, dimana
terjadi peningkatan energi dan harga impact seiring dengan bertambahnya
perbandingan fraksi volume pada setiap komposit.
b = h (tebal) L
(mm)
(mm)
64 : 0 : 36
10
250
54,4 : 9,6 : 36
10
250
44,8 : 19,2 : 36
10
250
Pmax
(KgF)
3
3
2
5
2
2
10
5
5
1
(KgF/mm2)
1,161
1,161
0,774
1,875
0,75
0,75
3,75
1,875
1,875
rata rata
(KgF/mm2)
1,032
1,125
2,5
35,2 : 28,8 : 36
10
250
25,6 : 38,4 : 36
10
250
10
15
12
9
8
5
3,75
5,625
4,5
3,375
3
1,875
4,625
2,75
Keterengan :
b = Tebal Spesimen
L = Panjang Spesimen
= Tegangan Lengkung
Dari data tabel 4.3 diatas dapat dilihat persentase perbandingan matrik
pada tiap specimen, tebal dan panjang specimen, beban maximal (P) yang terjadi
pada saat pengujian, serta tegangan lengkung yang terjadi.
Tegangan Lengkung
1. = 2 2
3.3.250
= 2.10.10 2
= 1,161 KgF/mm2
3
2. = 2 2
3.3.250
= 2.10.10 2
= 1,161 KgF/mm2
3
3. = 2 2
3.2.250
= 2.10.10 2
= 0,75 KgF/mm2
Peningkatan kekuatan spesimen ini dipengaruhi oleh daya ikat antara serat
dengan matriks yang sempurna serta penambahan volume fraksi serat pada
komposit. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kekuatan komposit adalah
orientasi serat dalam komposit tersebut.
Penurunan
kekuatan
komposit
serat
ini
disebabkan
oleh
tidak
sempurnanya ikatan antara serat dan matriks seiring dengan penambahan volume
serat pada komposit sehingga menimbulkan banyaknya void. Selain itu orientasi
serat yang acak tidak mampu secara optimum menahan gaya yang diberikan pada
arah dimana gaya bekerja (Paryanto, 2012).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1.
2.
3.
Dari hasil penelitian ini, bahan bekas dapat dibuat menjadi produk baru jika
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
5.2
Saran
Penelitian ini hanya dilakukan pada fraksi volume dari 25,6 : 38,4 : 36
DAFTAR PUSTAKA
ASM Handbook International, The Materials Information Company,
Volume 4 of the ASM Handbook Heat Treating was launched in Detroit
(1991).
ASM International Handbook Committee, 2001, Composites, Volume 21.
Callister D.Williams, 2007, Material Science and Engineering,
Departement of Metallurgical Engineering, The University of Utah.
Capral Ltd. (2013) Caprals Little Green Book. Volume 4. Australia: Caprals
Ltd.
Carl Zweben, 1998, Composite Materials and Mechanical Design, Mechanical
Engineer's Handbook, 2nd ed., Myer Kutz, Ed., John Wiley & Sons, Inc.,
New York.
F.T. Wallenberger, 1999, Advanced Inorganic FibersProcesses, Structures,
Properties, Applications, Kluwer Academic Publishers, Dordrecht, the
Netherlands.
Muhammad Ridwan, 2013, Pembuatan Komposit dengan Matrik Limbah
Plastik diperkuat dengan Serat Kaca, Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Mesin Universitas Sriwijaya.
Mujiarto Imam, 2005, Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif,
Jurnal Traksi. Vol. 3. No.2.
Paryanto, Nasmi, D.G.Pertama Putra, 2012, Pengaruh Orientasi dan Fraksi,
Dinamika Teknik Mesin, volume 2 No.1.
Prasetyo Nawanji, 2013, Kajian Kekuatan Kejut Biokomposit Serat Serabut
Kelapa sebagai Bahan yang Ramah Lingkungan, Fakultas Teknologi
Industri Universitas Surakarta.
Ricky, 2012, Produksi Kapal Ikan Tradisional dengan Kulit Lambung dan
Geladak Kayu Laminasi serta Konstruksi Gading dan Geladak
AluminiumFakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Sahwan Firman L, Djoko Heru Martono, Sri Wahyono, Lies A
Wisoyodharmo, 2005, Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia, J.
Tek. Ling. P3TL-BPPT.6.(1) : 311-318.
Siagian Kiki A, 2009, Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai
Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, Fakultas MIPA
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Totten, G.E. and Mackenzie, D.S. (n.d). Handbook of Aluminum Volume 7
Physical Metallurgy and Processes. Volume 7. United States of America:
Marcel Dekker, Inc.