Anda di halaman 1dari 2

Contoh Pidato Calon Kepala Desa

Diposkan oleh Tri Ajeng di 11:33 AM


Contoh Pidato Calon Kepala Desa | Calon kepala desa adalah orang yang mengajukan diri
untuk menjadi pejabat pemerintahan, namun ketika seseorang tersebut mencalon bukan berarti
mereka secara otomatis akan menjadi kepala desa, karena terlebih mereka harus bersaing dengn
calon-calon yang lain. Ketika persaingan itu terjadi disitulah terjadi kampanye dan pastinya ada
sebuah sambutan pidato, nah pada artikel ini saya akan memberikan sebuah contoh pidato calon
kepala desa
Assalamualaikum...
Semoga Allah swt senantiasa selalu meridhoi semua cita cita kita menuju perbaikan nasib,
karena kita sendirila yang mesti merubah nasib diri kita sendiri. Sholawat serta salam kita
sanjungkan kepada roh Rasul Allah Muhammad SAW, yang telah memberi kita teladan tentang
kegigihan untuk merubah nasib dirinya sendiri serta merubah nasib seluruh umatnya dari dunia
yang penuh jahiliyah menjadi umat islam seperti saat ini yang cemerlang.
Melalui media dan kesempatan ini, saya ingin menyampaikan atas inti alasan mengapa saya
maju untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa. Semoga apa-apa yang saya sampaikan bisa
dipahami oleh masyarakat semua.
Saya terus melihat kedalam diri saya pribadi sendiri. Setiap setelah selesai shalat, atau
menjelang akan tidur, saya selalu mengingat akan siapa saya sebenarnya. Dan setiap jawaban
yang saya temukan selalunya sama, yaitu Saya Ternyata Bukan siapa-siapa. Dilirik ke atas, Saya
bukanlan anak keturunan siapa-siapa. Saya hanyalah mahluk ciptaaNya yang lahir dari sepasang
petani sederhana, Kedua-duanya itu adalah orang tua yang begitu tangguh, pekerja keras.
Mereka hanyalah pahlawan bagi diri saya dan saudara saudara saya.
Darinya kedua orang tua, saya mewarisi sifat kerjakerasnya. saya tidak mewarisi atas
ketokohannya, saya juga tidak mewarisi kekayaannya. Saya hanya seorang anak muda basa.
Anak muda yang secara kebetulan sudah pernah mewakili nasib para pemuda serta masyarakat
( . . . ) pada umumnya.
Bertahun-tahun sudah saya mengadu untung, mencari rezki di Kota ini. Hampir sama persis
dengan apa yang dilakukan oleh ratusan anak muda dan masyarakat lainnya. Saya jadi sangat
memahami tentang bagaimana kawan kawan para perantau menjalani kehidupan di kota.
Saya sudah biasa dengan yang namanya berkubang lumpur, glopot, blusukan. Hal tersebut
adalah hal yang sama seperti yang dilakukan petani di daerah ini. Saya bisa merasakan betapa
sulitnya untuk hidup menjadi seorang petani kecil. Harga pupuk yang begitu mahal, akan tetapi
harga gabah begitu murah. Kini, sebagai seorang pedagang gabah dan juga beras, saya makin
memahami akan betapa sulitnya menjadi seorang petani.
Hingga saat sekarang ini, saya masih tetap harus ngarit. Saya tidak memiliki rekening bank.
Kebun saya inilah yang menjadi tabungan saya. Saya tahu betapa sulitnya para petani di desa ini
pada musim-musim tertentu.
Alhamdulillah puji sykur kepada Allah.., saya dikarunia kemudahan dalam bergaul. Selama ini
saya bergaul dengan anak-anak muda, sehingga saya bisa menyelami sifat, kemauan dan
semangatnya anak-anak muda di Desa ini. Biarpun saya memiliki postur tubuh yang tidak
gagah, namun demikian saya tetap sanggup bermain bola dengan baik. Heheh... Dengan
pengalaman tersebut, saya mengetahui kemana anak-anak muda harus dibawa.

Saya juga dapat bersilaturahim dengan para kalangan orang tua, para tetua di masyarakat ini.
sehingga saya bisa memahami bagaimana semsetinya Desa ini ditata dan dibangun baik secara
fisik saja, ataupun tata aturan sosial dan peraturan-peraturan desa.
Dengan segala identitas, latar belakang dan juga pengalaman yang telah melekat pada saya
tersebut, insya Allah saya akan bisa memahami apa kebutuhan masyarakat Desa ini baik itu yang
menjadi petani ataupun yang menjadi peternak, yang pergi merantau di kota-kota, ataupun yang
bekerja di luar negeri. Latar belakang ibu saya yang sebagai pedagang kecil menjadikan saya
memahami apa yang dibutuhkan oleh warga masyarakat ini yang berprofesi sebagai pedagang.
Dari pengalaman kehidupan tersebut semua, muncullah dari diri saya niat tulus dari kesadaran
kesamaan hak agar dapat berperan lebih strategis didalam membantu semua masyarakat desa ini
agar di masa mendatang akan menjadi lebih baik. Bagi saya, menjadi seorang kepala desa
bukanlah untuk mengejar posisi yang terhormat dan mulia. Karena kemuliaan hanya milik Allah
SWT semata. Bagi saya, menjadi seorang kepala desa adalah cara dari saya untuk bisa
membantu masyarakat agar bisa keluar dari kesulitan. Menjadi kepala desa adalah sebuah cara
saya agar bisa lebih mudah dalam membantu masyarakat desa ini, meneruskan apa-apa yang
selama ini saya telah lakukan dengan tulus. Saya sama sekali tidak terpesona akan seragam
kepala desa yang megah, namun saya terpesona akan panggilan hati nurani saya sendiri,
panggilan atas rasa empati saya agar bisa membantu warga desa ini.
Saya, melalui hati yang tulus, Memoohon doa restu, mohon izin agar proses pemilihan kades
bisa berjalan dengan lancar, dan bisa melahirkan seorang Pemimpin desa yang bisa merasakan
penderitaan rakyat, pemimpin desa yang rela untuk turun langsung membantu warga desa ini.
Akhir kata.., Mohon untuk tidak lupa membaca Bismilahiroh, seraya sambil berserah diri kepada
Allah SWT, sebelum akan melakukan pencoblosan di ruang tobong. Hanya Allah dan kita
sendirilah yang mengetahui siapa pilihan kita. Semoga Bapak/ibu dan saudara-saudara semua
berketetapan hati dan dapat memberikan suaranya kepada saya. Aminn
Wabilahitaufikwalhidaya. Wassalam wr wb...

Anda mungkin juga menyukai