Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Pendidikan Kewarganegaraan
Geopolitik Indonesia

Pengampu :
Murtyas Galuh Danawati, M.Pd.
Oleh:
DONY YULIANTO

201510370311002

IZZATUL KAMELIN

201510370311012

M. IQBAL

201510370311021

REVANGGA BRAHMA

201510370311026

IMAM HALIMI

201510370311035

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat merampungkan makalah Pendidikan Kewarganegaraan
tentang Geopolitik Indonesia.
Makalah Geopolitik Indonesia ini telah kami susun dengan maksimal dengan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi bahasa maupun susanan
kalimat. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan saran dari pembaca sekalian agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah pendidikan kewarganegaraan ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca. Serta harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi para pembaca.

Malang, 18 Mei 2016


Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
PENDAHULUAN...................................................................................................... 4
Latar Belakang...................................................................................................... 4
Rumusan Masalah.................................................................................................. 4
Tujuan................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN........................................................................................................ 6
1.

Pengertian Geopolitik Indonesia dan Wawasan Nusantara.......................................6

2.

Wilayah Sebagai Ruang Hidup........................................................................... 8

3.

Aspek Wilayah dan Aspek Sosial Geopolitik Indonesia..........................................10

4. Konsep Warga Negara dan Implementasi Warga Negara dalam Dinamika Geopolitik
Indonesia............................................................................................................ 10
Study Kasus........................................................................................................ 12
PENUTUP............................................................................................................. 14
Kesimpulan......................................................................................................... 14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat bangsa Indonesia yang memiliki berbagai suku bangsa yang beragam
diperlukan persamaan pandangan dan persamaan persepsi dalam melihat persoalan bangsa
serta bagaimana cara memecahkannya. Proklamasi yang dipeoleh denngan perjuangan yang
melelahkan harus dipertahankan hingga tetes darah penghabisan. Pancasila dan UUD 1945
sebagai instrumen merajut persatuan san kesatuan bangsa untuk menggapai masa depan yang
lebih baik, sejahtera, dan adil adalah sudah final dan harga mati. Berdasarkan tujuan untuk
memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa disegala bidang demi menjaga kelangsungan
hidup.
Kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bermartabat dengan mewujudkan citacita dan tujuan nasional. Pemahaman dan pelaksanaan wawasan nusantara yang lebih baik
dalam ranah kehidupan pribadi maupun kolektif serta dalam wilayah publik sangat
menentukan keelangsungan hidup bangsa dan negara. Dibutuhkan kesadaran warga negara
dan penyelanggara negara yang memadai didalam melaksanakan kewajiban dan tanggung
jawab. Di tengah tekanan berbagai masalah yang menghimpit bangsa. Hal ini merupakan
bagian integral yang menjamin eksitensi bangsa dan negara dalam mewujudkan cita-cita
nasional sekaligus manifestasi cita-cita leluhur kita, dengan tetap menghargai kebhinekaan itu
sebagai anugerah Tuhan dan aset bangsa.
Selanjutnya wawasan nusantara dalam konteks geo politik Indonesia yang bernilai
strategis dengan terus membangun sinegri kekuatan bangsa hendaknya mempertimbangkan
dinamika

perkembangan

global

yang

dapat

menggerus

rasa

nasionalisme

serta

mendangkalkan rasa cinta tanah air Indonesia. Untuk itu perlu memahami teori-teori geo
politik dan paham kekuasaan.

Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apakah pengertian dari Geopolitik dan Wawasan Nasional?


Apa dan bagaimana wilayah sebagai ruang hidup?
Apakah aspek wilayah dan aspek sosial politik Indonesia?
Bagaimana konsep negara dan implementasi warga negara dalam dinamika geopolitik
Indonesia?

Tujuan
1. Mengetahui pengertian geopolitik dan wawasan nusantara.

2. Mengetahui wilayah sebagai ruang hidup.


3. Mengetahui aspek wilayah dan aspek sosial politik Indonesia.
4. Mengetahui konsep negara dan implementasi warga negara dalam dinamika
geopolitik Indonesia.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Geopolitik Indonesia dan Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia
Geopolitik Indonesia
Geopolitik berasal dari dua kata yaitu geo dan politik. Geo artinya bumi/planet
bumi. Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang yaitu sistem dalam
hal menempati suatu ruang di permukaan bumi. Dengan demikian, geografi berkaitan
dengan interelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Politik berarti
kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan
alternatif kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional. Istilah Geopolitik
semula diartikan oleh Frederich Ratzel (1844 1904) sebagai ilmu bumi politik ( Political
Geography). Istilah ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh serjana ilmu politik
Swedia, Rudolf 1864 1922) dan Karl aushofer ( 1869 1964) dan Jerman menjadi
Geographical Politic dan disingkat Geopolitik. Perbedaan dari istilah di atas terletak pada
titik perhatian dan tekanannya, apakah pada bidang geografi ataukah politk. Ilmu bumi
politik (Political Geography) mempelajari fenomena geografi dan aspek politik, sedangkan
geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.Geopolitik memeparkan
dasar pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk
mewujudkan tujuan tertentu.
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturn-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletek pada pertimbangan geografik, wilayah atau
toritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan
berdampak langsung atau tidak langsung kapada sistem politik suatu negara. Sebaliknya
politik negara itu secara langsung akan berdampak langsung kepada geografi negara
bersangkutan.

Dalam hubungan dengan kehidupan manusia dalam suatu negara dalam hubungannya
dengan lingkungan alam, kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai
hamba Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah).Kedudukan
manusia tersebut mencakup tiga segi hubungan, yaitu: hubungan antara manusia dengan
Tuhan, hubungan antar manusia, dan hubungan antara manusia dengan makhluk
lainnya.Manusia dalam melaksanakan tugas dan kegiatan hidupnya bergerak dalam dua
bidang, universal filosofis dan sosial politis.Bidang universal filosofis bersifat transenden
dan idealistik.Sedangkan bidang sosial politis bersifat imanen dan realitis yang bersifat
lebih nyata dan dapat dirasakan.Di Indonesia yang termasuk dalam bidang sosial politik
adalah produk politik yang berupa UUD 1945 dan aturan perundangan lainnya yang
mengatur proses pembangunan nasional.
Sebagai negara kepulauan dan berineka Indonesia mempunyai kekuatan dan
kelemahan.Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya
sumberdaya alam.Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan
keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah
air,sebagaimana telah diperjuangkan oleh parapendiri negara ini.Dorongan kuat untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 dan berlanjut
pada proklamsi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.Dalam pelaksaannya Indonesia
tidak bebas dari pengaruh interaksi dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, baik
lingkungan, regional maupun internasional.Dalam hal ini Indonesia harus memiliki
pedoman.Salah satu pedoman Indonesia adalah wawasan nasional yang berpijak pada
wujud wilayah nusantara, sehingga disebut Wawasan Nusantara. Oleh karena itu wawasan
nusantara adalah geopolitik Indonesia.
Wawasan Nusantara
Setiap bangsa mempunyai Wawasan Nasional ( National outlook )yang merupakan
visi bangsa yang bersngkutan menuju ke masa depan. Kehidupan berbangsa dalam suatu
negara memerlukan suatu konsep cara pandangan atau wawasan nasional yang bertujuan
untuk menjamin kelangsungan hidup dan keutuhan bangsa dan wilayahnya serta jati diri
bangsa itu.Adapun wawasan nasional bangsa Indonesia dikenal dengan Wawasan
Nusantara.

Istilah wawasan berasal dari kata wawas yang berarti pandangan, tinjauan, atau
penglihatan inderawi.Akar kata ini membentuk kata mawas yang berarti memandang,
meninjau, atau melihat.Sedangkan wawasan berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara
melihat.Sedangkan istilah Nusantara berasal dari kata nusa yang berarti pulau, dan
antara yang berarti diapit di antara dua hal. Istilah Nusantara dipakai untuk kesatuan
wilayah dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara samudra Pasifik dan
samudra Indonesia serta di antara benua Asia dan benua Australia.
Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan
posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.
Sedangkan Wawasan Nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang
diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita
nasionalnya. Dengan demikian Wawasan Nusantara berperan untuk membimbing bangsa
Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu-rambu dalam
perjuangan kemerdekaannya.

2. Wilayah Sebagai Ruang Hidup


Menurut Ir. Soekarno di hadapan Sidang BPUPKI, orang dan tempat tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu, setelah membangsa orang menyatakan tempat tinggalnya sebagai
negara, selanjutnya pengertian negara tidak hanya wilayah tempat tinggal, namun diartikan
lebih luas. Karena orang dan tempat tinggal tidak dapat dipisahkan, perebutan ruang menjadi
hal yang menimbulkan konflik antar antar manusia hingga kini. Untuk dapat
mempertahankan ruang hidupnya bangsa harus mempunyai kesatuan cara pandang yang
dikenal sebagai wawasan nasional. Ilmuwan politik dan militer menyebutnya sebagai
geopolitik.
Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan erat dengan profil diri
bangsa (sejarah, pandangan hidup, ideologi, budaya) dan geografi. Kedua unsur pokok inilah
yang harus diperhatikan dalam pembuatan konsepsi geopolitik bangsa dan negara.

Konsep wawasan kebangsaan tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada akhir
abad XIX dan awal abad XX. Konsepsi ini dikenal sebagai geopolitik, yang pada mulanya
membahas geografi dari segi politik negara (state). Selanjutnya berkem-bang konsep politik
(dalam arti distribusi kekuatan) pada hamparan geografi negara, sehingga tidaklah berlebihan
bahwa geopolitik sebagai ilmu baru dicurigai sebagai upaya pembenaran pada kosepsi
ruang (Sunardi. 2004: 157). Oleh karena itu dalam membahas masalah wawasan nasional,
disamping membahas sejarah terjadinya konsep wawasan nasional perlu membahas pula teori
geopolitik serta implementasinya pada negara kita.
Berdasarkan bentuk geomorfologinya, yaitu pada konstalasi wilayah secara utuh (darat, laut
dan udara) dan perilaku manusia menghadapi tantangan berdasarkan bentuk geografinya.
Negara (dalam arti wilayah) dapat dibedakan: (1) Dikelilingi daratan (land lock country); (2)
Berbatasan dengan laut, yang dapat dibedakan: (a) negara pulau (oceanic archipelago), (b)
negara pantai (coastal archipelago), (c) Negara kepulauan (archipelago).
Menurut regim hukum laut lama, laut menjadi pemisah dari pulau-pulau. Akibat ketentuan
ini, negara Indonesia dan banyak negara nasional baru (pasca Perang Dunia II) menjadi tidak
utuh. Oleh karena itu sejak 1957 Pemerintah Republik Indonesia memperju-angkan agar asas
kepulauan diperbaharui dan baru berhasil tahun 1982. Perjuangan berkat dukungan negaranegara nasional baru yang memiliki wilayah gugusan pulau. Kini pengertian asas Negara
kepulauan, adalah (UNCLOS 1982, pasal 46):
a. Negara Kepulauan berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
b. kepulauan berarti suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan dianta-ranya
dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demikian eratnya
sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatu kesatuan
geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau secara historis dianggap sebagai
demikian.
Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, dengan alasan: (1) Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah negara kepulauan (Setneg RI, tt: 66); (2) Berada diantara dua
benua (Asia dan Australia) dan dua lautan (Lautan India dan Lautan Pasifik) sehingga
tepatlah bila dinamakan Nusantara (nusa diantara air); (3) Keunikan lainnya adalah bahwa
wilayah nusantara berada di Garis Khatulistiwa dan diliwati oleh Geo Stationary Satelite
Orbit (GSO).

Untuk melaksanakan konsepsi Wawasan Nusantara, disusun konsepsi geostrategi yang diberi
nama Ketahanan Nasional. Dalam konsepsi ini bangsa Indonesia menguta-makan
pembangunan kekuatan sosial sebagai prioritas utama dan pembangunan kekuatan fisik
prioritas selanjutnya (Lemhannas 1980: 227). Kekuatan sosial yang terbina dengan baik
secara persuasif akan mampu mengajak masyarakat untuk membangun kekuatan fisik untuk
kesejahteraan dan keamanan negara dan bangsa.

3. Aspek Wilayah dan Aspek Sosial Geopolitik Indonesia


Aspek Wilayah
Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang perlu diperhitungkan, karena Indonesia
kaya akan aneka Sumber Daya Alam (SDA) dan suku bangsa. Batas ruang lingkup wilayah
nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling
dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta
dihubungkan oleh perairan didalamnya.
Setelah bernegara dalam negara kesatuan Republik Indonesia, bangsa indonesia memiliki
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagi kegiatn kenegaraan dalam wujud
suprastruktur politik. Sementara itu, wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah lembaga
dalam wujud infrastruktur politik.
Letak geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra, yaitu Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia, dan antara dua benua, yaitu banua Asia dan benua Australia. Perwujudan
wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan poliyik, ekonomi, sosial-budaya, dan
pertahanan keamanan.
Aspek Sosial
Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat,
bahasa, agama, dan kepercayaan yang berbedabeda, sehingga tata kehidupan nasional yang
berhubungan dengan interaksi antar golongan mengandung potensi konflik yang besar.

4. Konsep Warga Negara dan Implementasi Warga Negara dalam Dinamika


Geopolitik Indonesia
Konsep Warga Negara
Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang
menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu biasa disebut kawula negara. Istilah warga negara
lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah
hamba atau kawula negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota atau
warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan
hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab. Dalam
geopolitik indonesia, warga negara juga ikut terlibat dalam ketahanan negara Indonesia.
Sejalan dengan definisi di atas, AS Hikam pun mendefinisikan bahwa warga negara yang
merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang
membentuk negara itu sendiri. Istilah ini menurutnya lebih baik ketimbang istilah kawula
negara, karena kawula negara betul-betul berarti objek yang dalam bahasa Inggris (object)
berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada pemiliknya.
Secara singkat, Koerniatmanto S., mendefinisikan warga negara dengan anggota negara.
Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus
terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal
balik terhadap negaranya.
Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal 26)
dimaksudkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang
sebagai warga negara. Dalam penjelasan UUD 1945 pasal 26 ini, dinyatakan bahwa
oarang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda, peranakan Cina, peranakan
Arab dan lain-lain yang bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai Tanah
Airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia dapat menjadi warga negara.
Selain itu, sesuai dengan pasal 1 UU No. 22/1958 dinyatakan bahwa warga negara
Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan / atau
perjanjian-perjanjian dan / atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17
Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.
Implementasi Warga Negara

Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, geopolitik Indonesia harus
dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntutan bagi setiap individu bangsa Indonesia
dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia. Karena itu implementasi atau penerapan bagi warga negara harus tercermin
pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan pribadi atau
kelompok sendiri. Dengan kata lain sebagai warga negara dalam geopolitik Indonesia
mencerminkan pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka
menghadapi, menyikapi atau menangani berbagai permasalahan menyangkut kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Study Kasus
1. Ambalat
Ambalat adalah sebuah gugus pulau di

sekitar 118.2558 Bujur Timur (BT)-

118.254167 BT dan 2.56861 Lintang Utara (LU)- 3.79722 LU yang terletak di


perairan Laut Sulawesi, sebelah timur Pulau Kalimantan Timur. Sengketa Ambalat
Indonesia-Malaysia menyeruak karena klaim kepemilikan. Pada 2005, krisis Ambalat
ditandai dengan show of force kedua angkatan bersenjata, penembakan kapal nelayan
kita oleh Malaysia, dan aneka aksi demonstrasi mengecam Malaysia. Ambalat
disebut sebagai wilayah Republik Indonesia (RI) sesuai Undang-undang No 4 Tahun
1960 tentang Perairan RI yang telah sesuai dengan konsep hukum Negara Kepulauan
(Archipelagic State). Undang-undang ini telah diakui dalam Konvensi PBB tentang
Hukum Laut (United

Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS)

ditetapkan dalam Konferensi III PBB di Montego Boy, Jamaika, 10 Desember 1982.
Konvensi ini kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-undang No 17
Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS. Malaysia mengklaim Ambalat sebagai
wilayah kedaulatannya sesuai dengan peta wilayah yang dibuat Malaysia pada 1979.
Peta itu didasarkan pada The Convention on The Territorial Sea and the Contiguous
zone 1958 dan The Continental Self Convention 1958. Peta Laut 1979 tersebut juga
telah memasukkan Pulau Sipadan dan Ligitan ke dalam wilayah Malaysia. Malaysia
memberi Ambalat (wilayah XYZ) kepada Shell atas dasar perjanjian bagi hasil
(Production Sharing Contract ) pada 16 Februari 2005.

2. Sengketa Sipadan dan Ligit


Sengketa Sipadan dan Ligit adalah persengketaan antara Indonsia dengan Malaysia
atas pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di selat Makasar yaitu

pulau

Sipadan.
Kasus Sipadan Ligitan merupakan kasus yang sangat terkenal bagi rakyat Indonesia.
Kasus ini merupakan kasus panjang yang akhirnya membuat Indonesia kehilangan
dua pulau yaitu Sipadan dan Ligitan. Kasus ini yang membuat kemudian muncul
kasus baru seperti kasus ambalat. Kasus ini memang sangat sensitif mengingat kasus
ini menyangkut wilayah kedaulatan yang sangat kaya akan sumber daya alam dan
memiliki daya tarik di bidang pariwisata.
Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan pulau kecil yang luasnya 23 hektar. Pulau
ligitan terdiri dari semak belukar dan pohon. Sementara itu Sipidan merupakan pucuk
gunung merapi dibawah permukaan laut dengan ketinggian sekitar 700meter. Sampaai
1980-an dua pulai ini tidak berpenghuni.
Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika
dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara
ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas
wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam
keadaan status status quo akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia
membangun resor parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena
Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai
persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini
berarti status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas
kepemilikan dua pulau ini selesai.
Sengketa kepemilikan pulau itu tak kunjung reda,meski gejolak bia teredam.
Sengketa Sipadan dan Lingitan kembali muncul ke permukaan pada 1969. Sayang,
tidak ada penyelesaian tuntas sehingga kasus ini kembali mengembang.

Sikap indonesia semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN
namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini melalui jalur hukum
Mahkamah Internasional (MI)
Pemerintah Indonesia-Malaysia akhirnya sepakat membawa kasus ini ke Mahkamah
Internasional (MI) pada tahun 1997. Dalam putusan Mahkamah Internasional tang
jatuh pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia dinyatakan kalah.

PENUTUP
Kesimpulan
Secara garis besar bahwa bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan negara kepulauan,
secara kenseptual Geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang
disebut wawasan nusantara dan politik luar negeri bebas aktif.

Anda mungkin juga menyukai