PEMBAHASAN
Psoriasis merupakan sebuah penyakit autoimun kronik residif yang muncul
pada kulit. Penyakit ini menimbulkan warna kemerahan, plak bersisik muncul di
kulit, disertai oleh fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz, dan Koebner. Umumnya
lesi psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah
siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia.1 Penegakan
diagnosis psoriasis vulgaris didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik kulit,
dan pemeriksaan histopatologi.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki-laki berusia
38 tahun. Keluhan utama pada pasien ini mengeluh timbul bercak-bercak
kemerahan di badan dan ekstremitas (tangan dan kaki) sejak 5 tahun yang lalu
disertai rasa gatal, namun keluhan yang dirasakan ini awalnya sudah dirasakan
sejak di bangku SMA, dan sudah berobat serta dikatakan berkurang. Saat ini
pasien mengaku rasa gatal yang dirasakan minimal. Bercak kemerahan yang
dialami pasien terjadi secara tiba-tiba dan semakin lama semakin meluas.
Berdasarkan kepustakaan, psoriasis vulgaris merupakan bentuk yang paling
umum dari psoriasis dan sering ditemukan (80%). Psoriasis merupakan penyakit
autoimun kronik residif yang tampak berupa plak yang berbentuk sirkumskrip,
dapat disertai dengan rasa gatal. Jumlah lesi pada psoriasis vulgaris dapat
bervariasi dari satu hingga beberapa. Lokasi psoriasis vulgaris yang paling sering
dijumpai adalah ekstensor siku, lutut, sakrum dan scalp. Namun dapat juga terjadi
di tempat lainnya. Hal ini menandakan sebaran lesi pada pasien sesuai predileksi
dan penyakit berjalan dalam kurun waktu yang tergolong kronis. Keluhan ini
dirasakan sejak SMA namun tidak sembuh sempurna,hal ini menandakan keluhan
bersifat residif.
Penyebab penyakit psoriasis belum diketahui meskipun telah dilakukan
penelitian dasar dan klinis secara intensif. Diduga merupakan interaksi antara
faktor genetik, sistem imunitas, dan lingkungan. 8 Berdasarkan anamnesis pasien
mengatakan tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan serupa dan penyakit yang
sama. Berdasarkan kepustakaan, bila orang tua tidak menderita psoriasis maka
risiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang tua
menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%.
1
Pada kembar monozigot resiko menderita psoriasis adalah sebesar 70% bila salah
seorang menderita psoriasis.
9,10
Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama
juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai
berupa pitting nail atau nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan
miliar.3,4 Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini
dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi.3,5 Antara 10-30
% pasien psoriasis berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang
menyebabkan radang pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular, tempat
predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30-50
tahun.3,5 Pada pasien ini tidak didapatkan kelainan pada kuku seperti pitting nail
dan kelainan pada sendi.
Gambaran klasik psoriasis biasanya mudah dibedakan dengan penyakit kulit
lainnya. Namun lesi yang atipikal atau bentuk lesi selain plak yang klasik dapat
menimbulkan tantangan bagi diagnosis psoriasis. Diagnosis banding pada pasien
ini meliputi tinea korporis dan dermatitis kontak.
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat
terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Pada dermatofitosis
skuama umumnya pada perifer lesi dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.3
Disingkirkan karena dari anamnesis, pasien mengeluh gatal yang tidak terlalu
jelas namun akan bertambah jika pasien berkeringat. Pada pemeriksaan,tidak
didapatkan adanya central healing dan pinggiran meninggi yang merupakan
gambaran khas dari tinea. Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang
tidak berambut (glabrous skin) kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat
paha. Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat
lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah
satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis.
Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif
dengan perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya
memberi gambaran yang polisiklik. Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif
yang ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel, sedangkan pada bagian
tengah lesi relatif lebih tenang. Tinea korporis yang menahun, tanda-tanda aktif
menjadi hilang dan selanjutnya hanya meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja.
3
Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang
terlihat erosi dan krusta akibat garukan.1
Plak psoriasis yang kronis seringkali menyerupai dermatitis kronis dengan
likenifikasi pada daerah ekstremitas. Tetapi biasanya pada dermatitis kronis
lesinya tidak berbatas tegas serta skuama yang terdapat pada permukaan lesi tidak
setebal pada psoriasis. Pada dermatitis kontak, biasanya terdapat paparan terhadap
bahan iritan maupun alergen sebelumnya munculnya lesi.1
Pada pasien ini tidak diusulkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang
karena gambaran klinis telah cukup jelas mengarah psoriasis vulgaris. Predileksi
lesi pada pasien ini adalah di lengan atas dan bawah serta siku kanan dan kiri,
tungkai atas dan bawah