Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Pasien dengan mood yang meninggi (elevated), yaitu mania menunjukkan sikap
meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan
kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan
mood terdepresi, yaitu-depresi merasakan hilangnya energi-energi dan minat,
perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran
tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan mood
adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi
vegetative (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis
lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi
interpersonal, sosial, dan pekerjaan.
Mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal
mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama
luasnya; mereka merasa mengendalikan, kurang lebih, mood dan afeknya.
Latar Belakang
Gangguan depresif adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling
sering terjadi. Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3-8 %
dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. World Health
Organization menyatakan bahwa gangguan depresif berada pada urutan keempat
penyakit di dunia. Gangguan depresif mengenai sekitar 20% wanita dan 12% lakilaki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah
penderita gangguan depresif semakin meningkat dan akan menempati urutan
kedua penyakit di dunia.
Gambaran mengenai besarnya masalah kesehatan jiwa, baik anak-anak
maupun dewasa, dapat dilihat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1995 yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Depkes RI dengan
menggunakan rancangan sampel dari Susenas BPS (Badan Pusat Statistik)
Etiologi
Dasar umum untuk gangguan depresif berat tidak diketahui. Banyak usaha
untuk mengenali suatu penyebab biologis atau psikososial untuk gangguan mood
telah dihalangi heterogenitas populasi pasien yang ditentukan oleh sistem
diagnostik yang didasarkan secara klinis yang ada, termasuk DSM-IV. Faktor
penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetika, dan
faktor psikososial.
1. Faktor Biologis
Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam
metabolit
amin
biogenik-seperti
5-hydroxyindoleacetic
acid
(5-HIAA),
mood. Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan
mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.
2. Faktor Genetika
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di
dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan
genetika adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks; bukan saja tidak
mungkin
menyingkirkan
efek
psikososial,
tetapi
faktor
non
genetik
Episode mood
Episode depresif mayor
Episode manik
Episode campuran
Episode hipomanik
Gangguan depresif
Gangguan depresif mayor
Gangguan distimik
Gangguan depresif yang tak tergolongkan
Gangguan bipolar
Gangguan bipolar I
Gangguan bipolar II
Gangguan siklotimik
Gangguan bipolar yang tak tergolongkan
kemarahan
pasien
depresi
diarahkan
kepada
diri
sendiri
karena
Obat
kardiovaskul
ar
-Blocker
Klonidin
Metildopa
Prokainam
id
Reserpin
Obat sistem
saraf pusat
Obat
hormonal
Barbiturat
Benzodiaz
epin
Kloral
Hidrat
Etanol
Fenitoin
Steroid
anabolik
Korticoster
oid
Estrogen
Progestin
Tamoxifen
Lain-lain
Indometac
in
Interferon
Narkotika
Gambaran Klinis
Mood, afek, dan perasaan
Depresi merupakan gejala penentu, walaupun kira-kira setengah pasien
menyangkal perasaan depresif dan tidak tampak terdepresi secara khusus. Pasien
tersebut sering kali dibawa keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan
sosial dan penurunan aktivitas yang menyeluruh.
Bicara
Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara
yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal, dan
menunjukkan respon yang melambat terhadap pertanyaan. Secara sederhana
mungkin pemeriksa harus menunggu dua atau tiga menit untuk mendapatkan
suatu respon terhadap suatu pertanyaan.
Gangguan persepsi
Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita
episode depresi dengan ciri psikotik. Beberapa klinisi juga mengatakan istilah
depresi psikotik untuk pasien terdepresi yang jelas teregresi membisu, tidak
mandi, berpakaian kotor- bahkan tanpa adanya waham atau halusinasi. Pasien
tersebut kemungkinan lebih baik digambarkan sebagai memiliki ciri katatonik.
Waham dan halusinasi yang sesuai dengan mood terdepresi dikatakan sesuai
mood (mood congruent). Waham sesuai mood pada seorang pasien terdepresi
adalah waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar,
dan penyakit somatik terminal (sebagai contoh, kanker dan otak yang
membusuk). Isi waham atau halusinasi tidak sesuai mood (mood incongruent)
adalah tidak sesuai dengan mood terdepresi. Waham tidak sesuai pada pasien
terdepresi adalah tema kebesaran berupa tenaga, pengetahuan, dan harga diri yang
melambung. Halusinasi juga terjadi pada episode depresif berat dengan ciri
psikotik tetapi relatif jarang.
Pikiran
Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan
dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang
kehilangan, bersalah, bunuh diri, dan kematian. Kira-kira 10 persen dari semua
pasien depresi memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan
pikiran (thought blocking) dan kemiskinan isi pikiran yang melanda(1,3).
Pasien yang paling terdepresi berorientasi terhadap orang, tempat, dan
waktu, walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki cukup energi atau
minat untuk menjawab pertanyaan tentang hal tersebut selama suatu wawancara.
Kira-kira 50 sampai 70 persen dari semua pasien terdepresi memiliki suatu
gangguan kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif. Pasien
tersebut sering kali mengeluh gangguan konsentrasi dan mudah lupa. (1,3)
b) Perubahan Pikiran
Merasa bingung, lambat berpikir
Sulit membuat keputusan
Kurang percaya diri
Merasa bersalah dan tidak mau dikritik
Adanya pikiran untuk membunuh diri
c) Perubahan Perasaan
Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan
suami istri.
Merasa sedih
Sering menangis tanpa alasan yang jelas.
Irritabilitas, mudah marah dan terkadang agresif.
d) Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari
Menjauhkan diri dari lingkungan sosial
Penurunan aktivitas fisik dan latihan.
Menunda pekerjaan rumah.
Klasifikasi
Tipe gangguan depresif Bentuk gangguan ini ada dua (diluar gangguan
bipolar atau gangguan maniadepresif) yakni :
- bentuk akut dan biasanya berulang, dikenal sebagai gangguan episode depresif
- bentuk kronik dan biasanya lebih ringan gejalanya, dikenal sebagai distimia.
Gangguan bipolar juga dikenal sebagai gangguan mania-depresif, suatu
bentuk gangguan depresif dengan suasana hati yang berayun dari murung (saat
depresi) ke sangat gembira (saat mania) yang seringkali membawa perilaku risiko
tinggi dan merusak diri. Kebanyakan individu dengan gangguan bipolar
mempunyai masa episode gangguan depresif dan episode hipomania.
Pada episode depresif setidaknya ada dua gejala utama dari hal berikut :
suasana perasaan murung atau sedih, hilangnya minat atau anhedonia, hilangnya
energi yang secara umum tampak sebagai kelelahan. Gejala ini seringkali disertai
dengan gejala psikologik seperti perasaan bersalah, ide bunuh diri, upaya bunuh
diri dan gejala fisik seperti perlambatan gerak motorik atau sebaliknya agitasi
(mengamuk) dan gangguan makan serta tidur.
Pada gangguan depresif kronik, distimia, terdapat perasaan murung
selama sekurangnya dua tahun dengan masa remisi (perbaikan) tidak lebih lama
dari dua bulan. Suasana perasaan murung ini diikuti dengan gejala psikologik
seperti putus asa, tak berdaya, dan gejala fisik seperti gangguan tidur. Bentuk
gangguan depresif berkepanjangan seperti ini sulit untuk diterapi karena penderita
menganggap gejala mereka sebagai bentuk dari ciri sifat mereka.
Depresi ringan
Depresi ringan ini di identikkan dengan depresi minor yang merupakan perasaan
melankolis yang berlangsung sebentar dan disebabkan oleh sebuah kejadian yang
tragis atau mengandung ancaman, atau kehilangan sesuatu yang penting dalam
kehidupan si penderita (Meier, 2000: 20-21). Orang dengan depresi ringan ini
setidaknya memiliki 2 dari gejala lainnya dan 2-3 dari gejala utama. (Maslim,
2003, 64).
Depresi sedang
Depresi sedang ini di alami oleh penderita selama kurang 2 minggu, dan orang
dengan depresi sedang ini mengalami kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
social, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Orang dengan depresi sedang ini
setidaknya memiliki 2-3 dari gejala utama dan 3-4 dari gejala lainnya
(Maslim, 2003: 64)
Depresi mayor
Depresi mayor merupakan salah satu gangguan yang prevalensinya paling tinggi
di antara berbagai gangguan (Davidson, 2006: 374). Depresi mayor adalah
kemurungan yang dalam dan menyebar luas. Perasaan murung ini mampu
menyedot semangat dan energy serta menyelubungi kehidupan si penderita seperti
asap yang tebak dan menyesakkan dada. Depresi mayor ini dapat berlangsung
cukup lama mulai dari empat belas hari sampai beberapa tahun. Hal ini
menyebabkan penderita akan sangat sulit utnuk berfungsi dengan baik di
lingkungannya. Orang dengan depresi mayor ini juga terkadang disertai dengan
keinginan untuk bunuh diri atau bahkan keinginan untuk mati. Orang yang sangat
tertekan, mereka akan mengalami dampak hal-hal yang mengganggu kejiwaan
mereka seperti gila, paranoia atau halusinasi pendengaran (Meier, 2000: 25-26).
DAMPAK GANGGUAN DEPRESIF
Gangguan ini bukan hanya mengimbas orang yang mengalaminya tetapi
juga membuat dampak pada anggota keluarga dan lingkungan. Karena gangguan
depresif, seseorang menjadi kehilangan minat, termasuk minat pada pemeliharaan
diri sampai aktivitas pekerjaan. Dengan demikian akan membuat kerugian
ekonomi di tempat kerja karena seseorang tak lagi dapat bekerja, sementara itu
keluarga yang perlu merawatnya juga kehilangan waktu dan tenaga, serta
terganggu aktivitas kesehariannya. Gangguan depresif yang serius akan merusak
hubungan antar orang termasuk dalam keluarga.
Dampaknya
adalah
Mengganggu
kehidupan
sosial
ekonomi,
TERAPI
1. Perawatan di rumah Sakit
Indikasi jelas untuk perawatan di rumah sakit adalah perlunya prosedur
diagnostik, resiko bunuh diri atau membunuh, dan penurunan jelas kemampuan
pasien dalam mendapatkan makanan atau tempat berlindung. Riwayat gejala yang
berkembang dengan cepat dan hancurnya sistem pendukung pasien juga
merupakan indikasi untuk perawatan di rumah sakit.
Depresi ringan atau hipomanik dapat secara aman diobati di tempat
praktik jika dokter memeriksa pasien secara sering. Tanda klinis gangguan
pertimbangan, penurunan berat badan, atau insomnia harus minimal. Sistem
pendukung pasien harus kuat, tidak terlibat terlalu banyak maupun tidak menjauhi
pasien. Pasien dengan gangguan mood sering kali tidak bisa ke rumah sakit secara
sukarela, sedangkan pasien depresif berat sering kali tidak mampu mengambil
keputusan karena pikiran mereka yang melambat, pandangan kata yang negatif,
dan putus asa. Pasien manik sering kali tidak memiliki sama sekali tilikan secara
lengkap tentang gangguan mereka sehingga perawatan di rumah sakit tampaknya
sangat menggelikan bagi mereka.
2. Terapi psikososial
Secara spesifik, beberapa data menyatakan bahwa farmakoterapi maupun
psikoterapi saja tidak efektif, sekurangnya pada pasien dengan episode depresif
berat yang ringan, dan bahwa penggunaan teratur terapi kombinasi menambah
biaya terapi dan memaparkan pasien dengan efek samping yang tidak diperlukan.
Tiga jenis terapi psikososial jangka pendek terapi kognitif, terapi interpersonal,
dan terapi perilaku- telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan
gangguan depresif berat. Terapi kognitif bertujuan menghilangkan episode
depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan
uji kognitif negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, flekibel, dan positif;
melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.
hal
ini
sering
terjadi
pada
penderita
lansia,
250-300 mg sehari.
Kontra Indikasi : Infark miokard akut
Interaksi Obat : anti hipertensi, obat simpatomimetik, alkohol, obat
penekan SSP
Perhatian : kombinasi dengan MAO, gangguan kardiovaskular, hipotensi,
gangguan untuk mengemudi, ibu hamil dan menyusui.
Klomipramin
Dosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis
250 mg sehari.
Amitriptilin
Lithium karbonat
Dosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum tidur
malam.
Kontra Indikasi : kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung.
Interaksi Obat : diuretik, steroid, psikotropik, AINS, diazepam, metildopa,
Mekanisme kerja :
o SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini
menghambat resorpsi dari serotonin.
o NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat
ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin
dan noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini
lebih efektif daripada SSRI.
Efek samping :
o Efek seretogenik; berupa mual ,muntah, malaise umum, nyeri
kepala, gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang
sementara, disfungsi seksual dengan ejakulasi dan orgasme
terlambat.
o Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan
menggigil, konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan
koordinasi. Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obatobat generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau
triptofan, lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-3 minggu.
Gejala ini dilawan dengan antagonis serotonin (metisergida,
propanolol).
o Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang
atau sama sekali tidak ada.
Obat-obat yang termasuk antidepresan generasi ke-2 :
Fluoxetin
Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti
depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein
plasma.
Perhatian : penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati
dan ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin.
Sertralin
Citalopram
Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini.
Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin.
Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh
diri.
Fluvoxamine
Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari,
Mianserin
Mirtazapin
Venlafaxine
1x/hari.
Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak <
18 tahun.
Interaksi Obat : MAO, obat yang mengaktivasi SSP lain.
Perhatian : riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal atau
sirosis hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika
penderita mendapat dosis harian > 200 mg.
PROGNOSIS
Gangguan depresif berat bukan merupakan gangguan yang ringan.
Keadaan ini cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung
mengalami relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama
gangguan depresif berat memiliki kemungkinan 50 persen untuk pulih di dalam
tahun pertama. Persentasi pasien yang sembuh setelah perawatan di rumah sakit
menurun dengan berjalannya waktu, dan pada waktu lima tahun pasca perawatan
di rumah sakit, 10 sampai 15 persen pasien tidak pulih. Banyak pasien yang tidak
sembuh tetap menderita gangguan distimik. Rekurensi episode depresif berat juga
sering. Kira-kira 25 persen pasien mengalami suatu rekurensi dalam enam bulan
pertama setelah pulang dari rumah sakit, kira-kira 30 sampai 50 persen dalam dua
tahun pertama, dan kira-kira 50 sampai 75 persen dalam lima tahun. Insidensi
relaps adalah jauh lebih rendah daripada angka tersebut pada pasien yang
meneruskan terapi psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya
mengalami satu atau dua episode depresif. Pada umumnya, saat pasien mengalami
lebih banyak episode depresif, waktu antara episode memendek, dan keparahan
masing-masing episode meningkat.
Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, dan tinggal di rumah sakit
dalam waktu yang singkat adalah indikator prognostik baik. Indikator psikososial
perjalanan penyakit yang baik adalah riwayat persahabatan yang erat selama
remaja, fungsi keluarga yang stabil, dan fungsi sosial yang biasanya kokoh selama
lima tahun sebelum penyakit. Tanda prognostik baik tambahan adalah tidak
adanya gangguan psikiatrik komorbid, tidak adanya gangguan kepribadian, tidak
lebih dari satu kali perawatan di rumah sakit sebelumnya untuk gangguan depresif
berat, dan usia onset yang lanjut. Kemungkinana prognosis buruk meningkat oleh
adanya penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala
gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode depresif sebelumnya.
Laki-laki lebih mungkin mengalami perjalanan penyakit yang secara kronis
mengganggu dibandingkan wanita.
Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan;
sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan
antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala.
Saat perjalanan penyakit berkembang, pasien cenderung menderita episode
depresif yang lebih sering dan berlangsung lama.
Kira-kira 5 sampai 10 persen pasien dengan diagnosis awal gangguan
depresif berat menderita suatu episode manik 6 sampai 10 tahun setelah episode
depresif awal. Usia rata-rata untuk pergantian tersebut adalah 32 tahun, dan
keadaan ini sering terjadi setelah dua sampai empat episode depresif.
Daftar Pustaka
Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 4th edition. Washington
D.C; American Pschiatric Associated, 1994 : 662 665.
Davidson, Gerald C., 2006, Psikoloogi Abnormal, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Durand, V. Mark, 2006, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kaplan H.I, Sadock B.J. Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eight edition..
USA. 2005, 1559-1717.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi ke-7. Hal : 777-849. Bina rupa Aksara, Jakarta.
1997.
Maslim, Rusdi, 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya