Anda di halaman 1dari 4

Definisi cedera kepala

1. Komosio cerebri (gager otak) adalah cedera kepala yang disebabkan karena disfungsi
neuron otak sementara dan tidak menunjukan kelainan makroskopis jaringan otak
Tanda dan gejala adalah cedera kepala ringan, disfungsi neurologis dalam waktu
sementara, dapat pulih kembali, hilang kesadaran sementara dalam waktu kurang dari
10-20 menit, tidak terdapat kerusakan otak yang permanen, mengalami nyeri kepala,
pusing, mual, disorientasi sementara.
2. Kuntusio cerebri (memar otak) yaitu cedera kepala yang dapat menyebabkan lesi
pendarahan intersinial pada jaringan otak, tidak terganggu kontinuitas jaringan otak
dan mengakibatkan gangguan neurologis yang tetap. Kontusio ini dapat terjadi di
daerah frontal, lobus temporal, batang otak dan cerebellum. Memar otak ini dapat
terjadi beberapa jam atau hari yang dapat berubah menjadi pendarahan intracerebral.
Tanda terjadi kontusio cerebral adalah terdapat memar di otak, pendarahan kecil lokal
dmengakibatkan gangguan lokal dan terjdi pendarahan, gamgguam keadaran dalam
waktu yang lama, kelainan neurologis positif, refleks patologis positif, refleks
patologis positif, lumpuh, konvulsi, gejala TIK meningkat dan amnesia retrograd
Siahaan, Frida M,R. (2011). Karakteristik Penderita Rauma Kapitis Yang Dilakukan Dengan
Tindakan Craniotomy Di RSU Materna Medan Tahun 2008-2009. Diakses Tanggal 25
April 2016 Dari Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/27457/4/Chapter
%20II.Pdf
Ilyas, Kamal Kharazzi. (2011). Gambaran Glasgow Coma Scale Pada Pasien Trauma Kapitis
Di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009. Diakses Tanggal 25 April 2016
Dari Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/21501/4/Chapter%20II.Pdf
Muntaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta:Salemba Medika

PATOFISIOLOGI
Cidera kepala diakibatkan karena benturan keras. Benturan tersebut mengakibatkan cidera
primer dan menimbulkan lesi permanen baik luka memar maupun robekaan. Cidera primer
dapat menimbulkan cidera sekunder dan mengakibatkan kerusakan se otak serta. Kerusakan
otak menyebabkan gangguan autoregulasi, peningkatan rangsangan simpatis, dan menganggu
psiokologi seseorang yaitu stress. Gangguan autoregulasi menyebabkan aliran darah ke otak
mengalami penurunan dan kejang. Aliran darah otak yang kurang menimbulkan oksigen ke
otak berkurang sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme. Metabolisme yang
terganggu menyebabkan asam laktat meningkat dan terjadi edema otak. Edema otak
mengakibatkan herniasi cerebral, gangguan perfusi jaringan otak dan peningkatan tekanan
intrakarnial. Peningkatan tekanan intrakarnial menimbulkan trauma cerebral. Trauma tersebut
mengakibatkan penurunan kesadaran yang menimbulkan resiko jatuh dan immobilitas.
Immobilitas dapat terjadi karena gangguan motorik diotak sehingga terjadi gangguan kontrol
volunter. Gangguan ini menyebabkan gangguan tonus otot dan mobilitas fisik. Dimana
mobilitas fisik mengakibatkan resiko gangguan intergitas kulit dan kurangnya klien dapat
merawat diri. Kejang dapat menyebabkan gangguan nafas dan gangguan neurologis.
Gangguan nafas menyebabkan ketidakefetifan jalan nafas dan gangguan neurologis
menyebabkan penurunan fungsi neurologis sehingga klien mengalami gangguan persepsi
sensori. Peningkatan rangsangan simpatis mengakibatkan peningakatan tahanan vaskuler
sistemik, sehingga terjadi penurunan tekanan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan
hidrostatik. Peningkatan hidrostatik mengakibatkan kebocoran cairan dan edema paru. Edema
paru menimbulkaan penurunan curah jantung serta menurunkan difusi oksigen sehingga
mengalami gangguan pola nafas. Gangguan psikologi juga dialami oleh klien. Stress
menimbulkan peningkatan katekolamin dan terjadilah peningkatan asam lambung sehingga
klien mengalami keseimbangan nurtrisi tubuh kurang.

KOMPLIKASI
1. Kejang
Kejang terjadi dalam waktu minggu pertama setelah trauma yang disebut dengan
aselerasi dan terjadi setelah satu minggu yaitu delerasi. Yang dapat menyebabkan
fraktur impresi, hematoma intrakarnial dan kuntosio (luka memar) pada daerah
korteks.
2. Infeksi
Infeksi ini dapat menimbulkan fraktur tulan terbuka, meningitis, faktur basis krania
dan luka luar
3. Edema pulmonal
Gangguan neurologis akibat disress pernafasan. Edema paru terjadi akibat tekanan
perfusi yang konstan. Dimana saat tekanan intrakarnial menigkat aliran darah sistemik
meningkat sehingga aliran darah keotak berkurang. Bila tekanan intrakranial terus
menerus terjadi dapat mengakibatkan denyut nadi menurun sehingga mengakibatkan
brakikardi serta penurunan tekanan darah yang menyebabkan vasokontriksi sehingga
banyak aliran darah yang masuk ke dalam paru dan terjadi gangguan permeabilitas
pembuluh darah. Gangguan ini mengakibatkan gangguan difusi oksigen sehingga
tekanan intrakarnial meningkat.
4. Peningkatan intrakarnial
Peningkatan intrakarnia menyebabkan tekanan darah yang mengalir ke otak
meningkat dan mengakibatkan herniasi. Herniasi dapat menimbulkan gagal nafas
maupun kematian.
5. Kebocoran cairan cerbral spinalis
Terjadi karena adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal dan
menyebaban fraktur tengkorak sehingga dapat merobek meninges.

Etiologi
Rosjidi (2007), penyebab terjadinya cedera kepala antara lain:
1. Kecelakaan karena jatuh ataupun kecelakaan akibat
sepeda atau mobil
2. Kecelakaan saat melakukan olahraga
3. Cedera karena prilaku kecelakaan

berkendaraan bermotor,

4. Benda tumpul yang dapat merusak area otak


5. Kekuatan benturan yang berat sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang
menyebar
6. Cedera karena benda tajam yang dapat merobek area otak

Putri, Rahmi Ria. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Cedera Kepala Di Rsup Fatmawati. Diakses
Pada Tanggal 21 April 2016 Dari
Aritonang, Sahat. (2007). Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Outcome Cedera
Kepala Tertutup Derajat SedangBerat Dengan Gambaran Brain Ct Scan Dalam
Batas

Normal.

Diakses

Tanggal

21

April

2016

Dari:

Http://Eprints.Undip.Ac.Id/29403/3/Bab_2.Pdf
Soertidewi, Lyna. (2012). Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranioserebral. Jurnal
CDK-193, Vol. 39(5), 327-331
Kari, Eka Purnama. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Nn. A Dengan Cidera Kepala
Berat Di Ruang ICU Rs Roemani Semarang. Diakses Tanggal 21 April 2016 Dari:
Http://Digilib.Unimus.Ac.Id/Files/Disk1/108/Jtptunimus-Gdl-Ekapurnama-53912-Babii.Pdf

Anda mungkin juga menyukai