Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Menurut data dari Riskesdas tahun 2013 perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas
masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, bahkan cenderung meningkat dari 34,2
persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun 2013. Dari hasil data di SMA Negeri 1
Cikarang Timur pada tahun 2013 terdapat 31 siswa/i yang sering tidak masuk sekolah tanpa
alasan yang jelas (alfa), 15 orang telat masuk sekolah, 6 orang sering jajan di kantin pada
saat jam pelajaran, 5 orang merokok di lingkungan sekolah dan 3 orang mengundurkan diri.
Data pada tahun 2014 terdapat 43 orang yang tidak masuk sekolah tanpa alasan (alfa), 22
orang sering telat masuk ke sekolah, 11 orang sering jajan di kantin pada saat jam pelajaran,
dan 7 orang merokok di lingkungan sekolah. Data pada tahun 2015 terdapat 48 orang yang
sering tidak masuk sekolah tanpa alasan (alfa), 28 orang sering telat masuk ke sekolah, 16
orang sering jajan di kantin pada saat jam pelajaran, 6 orang melakukan bolos sekolah, 6
orang merokok di lingkungan sekolah dan 5 orang mengundurkan diri.
Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional.
Penelitian ini bertempat di SMAN 1 Cikarang Timur dan dilaksanakan pada bulan Mei tahun
2015. Populasi yang diambil adalah remaja kelas XI yang bersekolah di SMAN 1 Cikarang
Timur sebanyak 140 siswa. Sampel yang diambil untuk penelitian sebanyak 104 sampel dan
pengambilan sampling dilakukan dengan cara simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan instrument kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square.
Hasil penelitian analisis univariat ini diuji menggunakan nilai distribusi frekuensi. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku kenakalan remaja dengan
pola asuh dengan nilai p value = 0,000 (p<0,05) dan OR = 10,944, teman sebaya dengan nilai
p value = 0,001(p<0,05) dan OR =5,014, dan lingkungan sekitar remaja dengan nilai p value
= 0,000 (p<0,05) dan OR = 6,893.
Berdasarkan hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan adanya
hubungan antara terjadinya kenakalan remaja dengan pola asuh orang tua , teman sebaya dan
lingkungan sosial remaja. Penulis menyarankan agar remaja dapat menambah informasi dan
pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan cara pengembangan kepribadian
yang baik kemudian dalam mengasuh anak ada baiknya orang tua mencari informasi
mengenai pola asuh yang baik yang dapat mendukung perkembangan seorang anak serta
membantu mengarahkan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya agar dapat
menjadi individu yang lebih baik.
Kata Kunci
: Kenakalan remaja, Remaja, Pola Asuh Orang Tua, Teman Sebaya, dan
Lingkungan Sekitar Remaja
28
Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunan
dalam penelitian ini adalah analitik
kuantitatif yaitu jenis penelitian yang
dilakukan untuk menganalisa hubungan
antara dua variabel, dengan
dengan
pendekatan cross sectional. Cross
sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari faktor-faktor risiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi,
atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach). Artinya,
tiap subjek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel
subjek
pada
saat
pemeriksaan
(Notoatmodjo,2010).
Penelitian ini dilakukan di SMA
Negeri 1 Cikarang Timur Kabupaten
Bekasi, pada bulan Mei 2015.
Keseluruhan objek peneliti atau
objek yang diteliti disebut populasi
penelitian
atau
universe
(Notoatmojo,2010).
Populasi
dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi
kelas XI IPA dan IPS yang bersekolah di
SMA Negeri 1 Cikarang Timur Kabupaten
Bekasi. Siswa/i kelas XI IPA dan XI IPS
terdiri dari 4 kelas. Siswa kelas XI IPA 73
orang dan siswa kelas XI IPS terdiri dari
67 orang. Jumlah keseluruhan siswa kelas
XI IPA dan IPS SMA Negeri 1 Cikarang
Timur Kabupaten Bekasi adalah 140 orang
siswa/i.
Sample merupakan sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang akan
diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoadmojo,2010). Sempel
dalam penelitian ini adalah sebagian
siswa-siswi kelas XI IPA dan IPS yang
sekolah di SMA Negeri 1 Cikarang Timur
Kabupaten Bekasi pada bulan Mei 2015.
Dari hasil perhitungan didapatkan
bahwa jumlah responden minimal yang
harus diberikan kuesioner dan menjawab
31
(0 i E i ) 2
X hitung
Ei
i n
2
32
Keterangan :
b = Jumlah baris di dalam tubuh tabel
silang
k = Jumlah kolom di dalam tubuh tabel
silang
Confidence interval (CI) yang digunakan
adalah 95% maka a lpha yang didapatkan
adalah 5% (0,05). ini adalah tingkat
kepercayaan terhadap penelitian dibidang
kesehatan
khususnya
keperawatan.
Menurut Hastono (2007) menyatakan
bahwa untuk melihat kesimpulan dari nilai
P-value dengan nilai tingkat kepercayaan
terhadap penelitian ini adalah :
a. Jika P-Value lebihn kecil dari
(P<0,05) maka hipotesis nol ditolak,
artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara kedua variabel yang
diteliti.
b. Jika nilai P-Valuae lebih besar (P>)
maka hipotesis nol gagal ditolak
menunjukan bahwa hasil yang
didapatkan tidak bermakna, berarti
tidak ada hubungan antara kedua
variabel yang diteliti.
Hasil dari Chi square hanya dapat
menyimpulkan
ada
atau
tidaknya
perbedaan proporsi antar kelompok mana
yang memiliki resiko lebih besar terhadap
kelompok
lain.
Penelitian
yang
menggunakan desai Cross sectional,
adalah untuk mengetahui derajat hubungan
dua variabel digunakan Odds Ratio (OR).
Nilai ORR merupakan estimasi untuk
terjadinya Out Come sebagai pengaruh
adanya variabel independen. Perubahan
suatu unit variabel independen akan
menyebabkan perubahan sebesar nilai OR
Pembahasan
Hubungan antara pola asuh orang tua
dengan terjadinya perilaku kenakalan
remaja.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
di SMAN 1 Cikarang Timur didapatkan
bahwa ada hubungan antara pola asuh
orang tua dengan terjadinya perilaku
kenakalan remaja kelas XI Ipa dan Ips di
SMAN 1 Cikarang Timur Kabupaten
Bekasi Tahun 2015. Hasil uji statistik
dengan Chi-Square diperoleh nilai p =
0,000 (p<0,05).
Pola asuh merupakan sikap orang tua
dalam berinteraksi dengan anak-anaknya
yang meliputi cara orang tua memberikan
aturan-aturan, hadiah maupun hukuman,
cara orang tua menunjukkan otoritasnya,
dan cara orang tua memberikan
perhatiannya serta tanggapan terhadap
anaknya
(
Coopersmith
dalam
Shochih2008).
Pola asuh orang tua dapat diartikan
sebagai interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan.
Pangasuhan ini berarti orang tua mendidik,
membimbing dan mendisiplinkan serta
melindungi
anak
untuk
mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat (Coopersmith
dalam Shochih2008).
Keluarga
dalam
hubungannya
dengan anak diidentikkan sebagai tempat
atau lembaga pengasuhan yang paling
dapat memberi kasih sayang, kegiatan
menyusui, efektif dan ekonomis. Didalam
keluargalah kali pertama anak-anak
mendapatkan pengalaman dini langsung
yang akan digunakan sebagai bekal
hidupnya dikemudian hari melalui latihan
fisik, sosial, mental, emosional dan
spiritual. Pengaruh keluarga dalam
pembentukan
dan
perkembangan
kepribadian sangatlah besar artinya banyak
faktor dalam keluarga yang ikut
berpengaruh dalam proses perkembangan
anak. Salah satu faktor dalam keluarga
yang mempunyai peran penting dalam
34
37