Anda di halaman 1dari 15

BAB I

Prinsip dan Tujuan Percobaan

1.1 Prinsip Percobaan


Pengukuran tegangan permukaan yang dilakukan berdasarkan metode kenaikan
kapiler.
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk menentukan tegangan permukaan pada tiap zat cair yang berbeda.
Untuk mengetahui tinggi kenaikan zat cair pada pipa kapiler.

BAB II
Teori Penunjang

2.1 Definisi Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan atau tegangan bidang batas adalah gaya yang terdapat
pada setiap bidang batas antara dua media berusaha memperkecil luas bidang itu,
oleh karena itu permukaan zat cair kenderung kemenahan usaha perluasan

permukaan dan karena itu tegangan permukaan dapat didefenisikan dengan gaya
yang terdapat pada setiap bidang bahan yang menahan perluasan permukaan.
Tegangan permukaan merupakan penjelmaan dari pada interaksi gaya
intermolekul yang timbul akibat molekul-molekul yang terdapat pada bidang batas
itu tidak dikelilingi secara sistematik oleh molekul yang lainnya. Tidak seperti
halnya dengan molekul-molekul yang terdapat ditengah-tengan fasa suatu materi.
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam
memperluas permukaan cairan dengan satu satuan luas. Satuan untuk tegangan
permukaan ( adalah j/m2atau dyne/cm atau N/m. Metode yang paling umum untuk
mengukur tegangan permukaan adalah kenaikan atau penurunan cairan dalam pipa
kapiler. (Dogra, 1990).
2.2 Penerapan Tegangan Permukaan Pada Suatu Cairan
Ada beberapa cara untuk menerapkan tegangan permukaan suatu cairan. Dua
cara diantaranya adalah :
a. Cara kenaikan kapiler
Bila cairan yang membasahi gelas diberi pipa kapiler dari gelas maka permukaan
cairan akan naik. Kenaikan cairan ini disebabkan oleh adanya tegangan permukaan
cairan. Metode ini hanya digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair dan
tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair
yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, maka
zat tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya gesek ke atas diseimbangkan oleh
gaya gravitasi ke bawah akibat berat zat cair.
b.
Cara cincin du nouy
Cara ini lebih cepat dari cara pertama, karena alat yang diperlukan lebih praktis. Alat
dari du nouy disebut tensiometer, terdiri atas cincin platina dan timbangan. Untuk
mentapkan tegangan permukaan, cincin platina dimasukkan dalam cairan yang
diselidiki (Soekardjo, 1990).

Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk
melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan antar muka. Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan
cincin dalam hal ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne. Maka
tegangan permukaan;

Dimana
F

= Gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin

= keliling cincin

= faktor koreksi

Faktor koreksi diperlukan karena ada variabel-variabel tertentu yang tidak dapat
diabaikan yaitu ;

Jari-jari cincin

Jari-jari kawat yang membentuk cincin

Volume zat cair yang naik dari permukaan

2.3 Penerapan Tegangan Permukaan


Sejumlah observasi umum menunjukkan bahwa permukaan zat cair
berperilaku seperti membran yang terenggang karena tegangan. Sebagai contoh,
setetes air di ujung kran yang menetes, atau tergantung pada dahan, membuat bentuk
yang hampir bulat seperti balon kecil yang berisi air (Giancoli, 2000).
Molekul-molekul cairan bagian dalam ditarik oleh molekul-molekul lain ke
segala arah, tetapi molekul-molekul pada permukaan cairan hanya ditarik ke arah
dalam. Akibat dari hal ini, cairan selalu ingin memiliki permukaan terkecil atau
cairan selalu ingin mengkerut. Misalnya tetesan cairan selalu berbentuk bulat.
Berhubung dengan hal ini, bila cairan diperluas, ada gaya menahan, seakan-akan
permukaan cairan mempunyai tegangan. Gaya tarik menarik antar molekul-molekul
yang sejenis disebut kohesi, sedangkan gaya tarik antara molekul yang tidak sejenis

disebut adhesi. Molekul-molekul air dan gelas mempunyai adhesi yang besar, hinnga
air dapat membasahi gelas. Sebaliknya, adhesi antara air raksa dengan gelas kecil
sekali, hingga air raksa tidak dapat membasahi gelas (Soekardjo, 1990).
Peristiwa terapungnya silet di atas air, walaupun besi rapatannya lebih
besar daripada air, disebabkan karena adanya tegangan permukaan. Terjadinya tetes
air di atas pemukaan lilin juga disebabkan adanya tegangan permukaan. Dalam hal
ini, gaya kohesi air lebih besar daripada gaya adhesi air lilin. Permukaan zat cair
berlaku seakan-akan mengalami tegangan dan tegangan ini bekerja sejajar dengan
permukaan, muncul dari gaya tarik antar molekul. Efek ini disebut tegangan
permukaan yang didefinisikan sebagai gaya F per satuan panjang L yang bekerja
melintasi semua garis pada permukaan, dengan kecenderungan menarik agar
tertutup. Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa
besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang nonadesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering digunakan untuk
mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah satu besaran yang
berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk
oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat
gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara
molekul zat yang berbeda (adesi). (Ansel, 1985)
Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul
cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian
atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu
dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang
berada di bagian dalam caian. Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan
di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada
permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya

total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung
memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang
menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis
yang tipis. (Anief, 1993)
Molekul-molekul zat cair memberikan gaya tarik satu sama lain. Gaya tarik
ini bekerja pada molekul kedua di permukaan. Molekul di dalam zat cair berada di
dalam kesetimbangan karena gaya-gaya molekul lain yang bekerja ke semua arah.
Molekul di permukaan normalnya juga dalam kesetimbangan (zat cair tersebut
diam). Hal ini benar walaupun gaya pada molekul di permukaan dapat diberikan
hanya oleh molekul-molekul di bawahnya (atau di sampingnya). Dengan demikian,
adanya gaya tarik total ke bawah, yang cenderung menekan lapisan permukaan
sedikit tapi hanya sampai batas di mana gaya ke bawah ini diimbangi oleh gaya tolak
ke atas yang disebabkan oleh kontak yang dekat atau tumbukan dengan molekulmolekul di bawahnya. Penekan permukaan ini berarti bahwa, intinya zat cair
meminimalkan garis permukaannya. Inilah sebab mengapa air cenderung
membentuk tetesan berbentuk bola, karena sebuah bola mempresentasikan luas
permukaan minimum untuk volume tertentu (Giancoli, 2000).
Semua fenomena menunjukkan bahwa permukaan zat cair dapat dianggap
sebagai dalam keadaan tegang, demikian pula sehingga ditinjau setiap garis di dalam
atau yang membatasi permukaannya, maka zat-zat di kedua sisi garis tersebut saling
tarik-menarik (Sears dan Zemansky, 1983).
2.3 Zat Yang Berfungsi Memperkecil Tegangan Permukaan
Sabun dan detergen mempunyai efek menurunkan tegangan permukaan
cairan. Hal ini dimaksudkan untuk mencuci dan membersihkan karena tegangan
permukaan air yang tinggi mencegahnya masuk dengan mudah di antara serat-serat
materi dan lekuk-lekuk yang terkecil. Zat-zat yang berfungsi memperkecil tegangan
permukaan cairan disebut surfactant (Giancoli, 2000).
Fungsi-fungsi surfactant antar lain :
a. Menurunkan tegangan permukaan

Adanya surfactant pada permukaan menyebabkan gaya adhesi antara zat cair dan
udara meningkat. Sehingga tegangan permukaannya menurun. Tetapi surfaktan
menurunkan tegangan permukaan sampai Konsentrasi Misel Kritik (KMK).
b.Meningkatkan kelarutan suatu zat
Dengan adanya surfaktan tegangan antar muka dua zat cair yang tidak bercampur
akan menurun. Akibatnya gaya adhesi antara dua zat cair meningkat dan
kelarutannya pun meningkat.
c. Sebagai pembasah (wetting agent)
Surfaktan dapat bertindak sebagai pembasah. Karena dapat menurunkan sudut
kontak antara permukaan padat dan cairan pembasah. Semakin kecil sudut kontak
artinya semakin mudah dibasahi.
d. Sebagai emulgator
Emulgator dapat menstabilkan suatu sediaan emulsi (campuran air dan minyak).
Surfaktan membuat jembatan antara air dan minyak sehingga air dan minyak dapat
terdispersi dalam fase pendispersinya.
e. Sebagai detergen
Surfaktan dapat berperan sebagai detergen yang berfungsi untuk menghilangkan
kotoran. Proses pembersihan oleh detergen diawali oleh proses pembasahan
kemudian pengemulsian atau pelarutan partikel larutan (Dogra, 1990).
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu, surfaktan
yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air. Surfaktan yang larut
dalam minyak yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorocarbon. Dan
senyawa silikon. Sedangkan surfaktan yang larut dalam air banyak digunakan
sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat
flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk golongan ini yaitu
surfaktan anion bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan anion
yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan
positif tergantung pada pH-nya. Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air
dengan mematahkan ikatan-ikatan hydrogen pada permukaan. Hal ini dilakukan
dengan menaruh kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor hidrofobiknya
terentang menjauhi permukaan air (Soekardjo, 1990).

BAB III
Prosedur Percobaan
3.1 Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.

(gambar jangka sorong)

2.

Mengukur diameter pipa kapiler

Aquadest

Parafin Cair

Spantuen

Pipa kapiler dicelupkan kedalam zat cair


Ditunggu sampai 30s hingga zat cair naik

3.
Tinggi zat cair yang naik diukur

4. Menggunakan pipa kapiler yang berdiameter berbeda, dan dilakukan


percobaan seperti yang dilakukan pada langkah 1-3.

3.2 Alat dan Bahan


Alat:
1. Pipa kapiler
2. Gelas kimia
3. Gelas ukur
4. Jangka sorong
5. Penggaris

Bahan:

1. Aquadest
2. Parafin cair
3. Spantween

BAB IV
Hasil Percobaan dan Pembahasan
4.1 Hasil Percobaan

Zat
Aquadest
Parafin Cair
Spantuen

Pipa Kapiler Besar


3.1 cm
2.4 cm
1.6 cm

Pipa Kapiler Kecil


4.9 cm
1.1 cm
1.8 cm

4.2 Pembahasan
Dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah metode kenaikan
pipa kapiler.Metode ini digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat
cair.Sampel

yang

digunakan

adalah

aquadest,parafin

cair

dan

spantween.Semua sampel memiliki kerapatan jenis yang berbeda-beda


sehingga data yang diperoleh pun berbeda.
Dari hasil percobaan diperoleh kenaikan tinggi pada air 1 cm dan tegangan
permukaannya adalah 2,8090 dyne/cm,
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui jika tegangan permukaan
dari fase minyak (span 80 + parafin) dan fase air (tween 80 + air) tidak
tergantung pada konsentrasi span maupun tween, karena nilai dari tegangan
permukaan tidak menentu naik atau turun

BAB V

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

PERHITUNGAN

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai