Laporan Pendahuluan ACC Ards
Laporan Pendahuluan ACC Ards
OLEH :
AHMAD SAPIQ
1514.9011.004
LAPORAN PENDAHULUAN
ARDS (ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME)
1. Anatomi Fisiologi
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,
laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung; Nares anterior adalah
saluran-saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara kedalam
bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga hidung). Rongga hidung
dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir sinus yang
mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa
berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang
laring (laring-faringeal). Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah
faring yang memisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen
dan membran. Trakhea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya
trachea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis
kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronchi). Trakhea
tersusun atas 16 20 lingkaran tak tetap yang berupa cincin tulang rawan
yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di
sebelah belakang trakhea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kirakira
vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan
ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar
daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus
lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan,
dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa
cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus. Yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi
bronchiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang
lebih 1 mm. bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Saluran-saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke
tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau kadang disebut
lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5-1,0 cm. terdapat sekitar 20 kali
percabangan mulai dari trachea sampai sakus alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi
oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura
terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas
tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi
dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
mempunyai
permukaan
yang
cukup
luas
untuk
tempat
permukaan/pertukaran gas.
Fisiologi
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan ekternal,
oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas, dan oksigen
masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dalam darah dalam
kapiler pulmonal. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus
membran, diambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh. Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida
terjadi ketika konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat
pernafasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernafasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih
banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandun oksigen dari
seluruh tubuh masuk kedalam jaringan mengambil karbon dioksida dibawa ke
paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna. Besarnya daya muat
udara dalam paru-paru 4500-5000 ml (4,5-5 liter).
Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 %,
kurang lebih 500ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang
dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan pernafasan
pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pernafasan secara normal, ekspirasi
akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada bayi ada kalanya
terbalik
inspirasi-istirahat-ekspirasi,
disebut
juga
penafasan
terbalik.
(Syaifuddin, 2009).
2. DEFINISI
ARDS adalah gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan
sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah
paru.
ARDS adalah cidera terhadap membrane pertukaran gas, baik dari sisi alveoli (
inhalasi uap atau asap beracun , aspirasi ) maupun sisi kapiler ( sepsis,
embolisme lemak ). (Cherniack, 1997)
3. ETIOLOGI
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa
trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung.
Peningkatan permeabilitas memungkinkan perembesan dari cairan kaya
protein ke dalam interstisium dan ruang alveolar. ARDS merupakan
manifestasi dari cidera organ multiple, terutama jika disebabkan oleh sepsis
atau trauma. (Cherniack, 1997)
Penyebab lain dari ARDS adalah :
3.1. Sindroma sepsis
3.2. Aspirasi isi lambung
3.3.
asidemik.
Demikian
pula
mengalami
gangguan
nyata
4. PATOFISIOLOGI
Masalah fisiologis utama yang ditimbulkan oleh ARDS adalah hipoksemia
arteri, gangguan pengeluaran CO2 dan gangguan kardiovaskuler. Kegagalan
pernafasan diduga sebagai suatu masalah pada satu atau lebih langkah yang
diperlukan untuk mempertahankan produksi pada tingkat mitokondria. Setiap
kategori mekanistik atama hipoksemia menyebabkan pada terjadinya
desaturasi arterial ARDS : hipoventilasi, gangguan difusi oksigen alveolar,
ketidaksesuaian ventilasi perfusi (V/Q), dan shuntdarah vena desaturasi yang
abnormal ke sirkuit arteri sistemik. Kkerusakan terhadap saluran pernafasan
kecil dan membrana kapiler alveoli mengganggu secara serius keseimbangan
ventilasi dengan perfusi dengan meningkatkan jarak antara ruang udara dan
darah. Banyak unit paru tertutup atau kolaps, karena itu menimbulkan shunt
yang sebenarnya. Asidosis asam laktat dan penurunan saturasi oksigen pada
campuran darah vena merupakan hal yang khas pada kegagalan transport
oksigen. Kegagalan ambilan O2 berarti ketidakmampuan jaringan untuk
mengekstraksi dan menggunakan oksigen untuk metabolisme.
Restriksi cairan, tekanan positif akhir ekspirasi, dan cidera parenkim
meningkatkan ketidaksesuian ventilasi-perfisidan pembentukan ruang mati
(dead space). Barotraumas berhubungan dengan ventilator memperbesar
rongga udara yang terventilasi dengan mengorbankan perfusi, yang membantu
terjadinya kegagalan untuk mengeliminasi CO2.
Karena mekanisme pengiriman oksigen tergantung erat pada keadekuatan
perfusi, tiap kerusakan fungsi kardiovaskuler yang ditampilkan dengan ARDS
memperbesar krisis oksigenasi jaringan.
Pathway
Timbul Serangan
Ciodera parenkim
Barotrauma
Ketidaksesuaian
vetilasi perfisi
Hipoventilasic
Eliominasi CO2
Kebocoran kapilaer
Perubahan
permiabilitas
Tekanan onkotik
Infeksi iatrogenik
Cairan interstisium
interstisium
Cairan
Kematian
Resiko tinggi
kekurangan
cairan
Edema paru
Cairan alveolus
Atelektasis kongestif
Pirau intrapulmonar
volume
Ansietas/ ketakutan
Lanjutan
Gangguan curah jantung
Tegangan O2 arteri
Hipoksemia arteri
Hipoksemia
Hipotensi
Disritmia
Hipoventilasi,
gangguan difusi
O2 aveolar
Compliance paru
Dispneu
Takipneu
Syock
Hipoxia cerebral
Pnumosit tipe II
Kerusakan
pertukaran gas
Kegagalan transport O2
Kapasitas residu
Kolaps alveolar
Retraksi intercosta
Pelebaran nasal
Kebutuhan O2
PaCO2 meningkat
Disfungsi jantung
Saturasi O2
Hipoperfusi
Ketidak efektifan
jalan nafas
Timbul serang
Trauma endotelium paru
Pneumocytes
Peningkatan permeabilitas
Edema pulmonal
Trauma type II
Penurunan surfactan
Penurunan pengembangan
Atelektasis
paru
Alveoli terendam
Hipoksemia
Abnormalitas
ventilasi-perfusi
Proses penyembuhan
Sembuh ?
Fibrosis
Kematian
10
5. MANIFESTASI KLINIS
5.1. Peningkatan jumlah pernapasan
5.2. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
5.3. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
5.4. Penurunan elastisitas paru paru
5.5. Penurunan volume paru paru
5.6. Hipoksemia yang refrakter terhadap suplemen oksigen
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6.1. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
Hipoksemia ( pe PaO2 )
Hipokapnia ( pe PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi
Hiperkapnia ( pe PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
6.2. Pemeriksaan Rontgent Dada :
Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
6.3. Tes Fungsi paru :
Pe komplain paru dan volume paru
Pirau kanan-kiri meningka
7. PENATA LAKSANAAN MEDIS
Tujuan Terapi :
1. Support pernapasan
2. Mengobati penyebab jika mungkin
3. Mencegah komplikasi.
TERAPI :
1. Intubasi untuk pemasangan ETT
2. Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk
mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
11
kegagalan
oksigenasi
seringkali
merupakan
penyakit
12
a.
Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan,
pekerjaan,
suku/bangsa,
alamat,
jenis
kelamin,
status
Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan ARDS meminta
pertolongan dari tim kesehatan
c.
d.
e.
: Menurunnya tenaga/kelelahan
Insomnia
SIRKULASI
Subyektif
:Riwayat
pembedahan
jantung/bypass
cardiopulmonary,
13
Obyektif
INTEGRITAS EGO
Subyektif
Obyektif
MAKANAN/CAIRAN
Subyektif
Obyektif
NEUROSENSORI
Suby./Oby.
Obyektif
14
SEKSUALITAS
Suby./Oby.
KEBUTUHAN BELAJAR
Subyektif
Discharge Plan
STUDY DIAGNOSTIK
a. Chest X-Ray
b. ABGs/Analisa gas darah
c. Pulmonary Function Test
d. Shunt Measurement (Qs/Qt)
e. Alveolar-Arterial Gradient (A-a gradient)
f. Lactic Acid Level
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Memperbaiki/mempertahankan fungsi respirasi optimal dan oksigenasi
2. Meminimalkan/mencegah komplikasi
3. Mempertahankan nutrisi adekuat untuk penyembuhan/membantu fungsi
pernafasan
15
16
Intervensi :
Independen
1. Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
R/ Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan
usaha dalam bernafas
2. Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
R/ Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan
adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
3. Catat karakteristik dari suara nafas
R/Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain
dari saluran nafas
4. Catat karakteristik dari batuk
R/ Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan
etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang
banyak, tebal dan purulent
17
sekret
mengganggu
ventilasi
dan
predisposisi
Intervensi :
Independen
18
obat-obat
jika
ada
indikasi
seperti
steroids,
antibiotik,
19
cairan
mengalami
deficit,
pemberian
cairan
IV dapat
20
Mampu
menanggulangi,
mampu
menggunakan
sumber-sumber
kecemasan/ketakutan
apa
yang
tidak
diketahuinya.
Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat
21
tehnik
pasien
yang
digunakan
sebelumnya
untuk
ditandai
dengan
mengajukan
pertanyaan
menyatakan
masalahnya.
Tujuan :
-
Intervensi :
Independen
1. Berikan pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi
dengan jelas dan dimengerti. Kaji potensial untuk kerjasama dengan cara
pengobatan di rumah. Meliputi hal yang dianjurkan.
R/ Penyembuhan dari gagal nafas mungkin memerlukan perhatian,
konsentrasi dan energi untuk menerima informasi baru. Ini meliputi tentang
proses penyakit yang akan menjadi berat atau yang sedang mengalami
penyembuhan.
2. Sediakan informasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami
22
pasien.
R/ ARDS adalah sebuah komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan
diagnosa primer. Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k
esehatan sistem respirasi sebelumnya.
3. Instruksikan tindakan pencegahan, jika dibutuhkan. Diskusikan cara
menghindari overexertion dan perlunya mempertahankan pola istirahat yang
periodik. Hindari lingkungan yang dingin dan orang-orang terinfeksi.
R/ Pencegahan perlu dilakukan selama tahap penyembuhan. Hindari faktor
yang disebabkan oleh lingkungan seperti merokok. Reaksi alergi atau infeksi
yang mungkin terjadi untuk mencegah komplikasi berikutnya.
4. Sediakan informasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan
misalnya: tujuan, efek samping, cara pemberian , dosis dan kapan diberikan
R/ Merupakan instruksi bagi pasien untuk keamanan pengobatan dan caracara pengobatan dapat diikutinya.
5. Kaji kembali konseling tentang nutrisi ; kebutuhan makanan tinggi kalori
R/ Pasien dengan masalah respirasi yang berat biasanya kehilangan beratbadan dan anoreksia sehingga kebutuhan nutrisi meningkat untuk
penyembuhan.
6. Bimbing dalam melakukan aktivitas.
R/ Pasien harus menghindari kelelahan dan menyelingi waktu istirahat
dengan aktivitas dengan tujuan meningkatkan stamina dan cegah hal yang
membutuhkan oksigen yang banyak
7. Demonstrasikan teknik adaptasi pernafasan dan cara untuk menghemat
energi selama aktivitas.
R/ Kondisi yang lemah mungkin membuat kesulitan untuk pasien mengatur
aktivitas yang sederhana.
8. Diskusikan follow-up care misalnya kunjungan dokter, test fungsi sistem
pernafasan dan tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi/intervensi.
R/ Alasan mengerti dan butuh untuk follow up care sebaik dengan apa yang
merupakan kebutuhan untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam hal
medis dan mungkin mempertinggi kerjasama dengan medis.
9. Kaji rencana untuk mengunjungi pasien seperti kunjungan perawat
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Cherniack. 1997. Terapi Mutakhir Penyakit Saluran Pernafasan. Dr. Lyndon Saputra
(Ed). Jakarata : EGC.
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. Jakarta :
EGC.
Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi. 2.
Jakarta : Salemba Medika
25