Anda di halaman 1dari 13

Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara Granulasi Kering.
Tablet yang dibuat sebanyak 300 tablet dengan bobot tablet 700 mg. Komposisi tablet yang
akan kami buat adalah sebagai berikut :
R/

Asam mefenamat

500 mg

Amprotab

10%

PVP

5%

Laktosa

qs

Mg Stearat

1%

Talkum

2%

Amprotab

5%

Granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan cara menekan massa serbuk
pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar, bongkahan kompak, ataulempengan yang
tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran
partikel yang diinginkan.
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul yang dihasilkan secara mekanis, tanpa
penambahan pelarut pengikat ke dalam massa serbuk, di mana ikatan partikel terbentuk melalui
gaya adhesi dan kohesi partikel padat. Metode granulasi kering diterapkan pada pembuatan

tablet dengan zat aktif yang memiliki dosis efektif terlalu tinggi untuk dikempa langsung, serta
memiliki sifat aliran yang sukar mengalir, kompresibilitas kurang, tidak tahan lembab dan panas.
Metode Granulasi Kering disebut juga slugging, merupakan salah satu metode pembuatan
tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering (partikel zat aktif dan eksipien) menjadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar (granul) dari serbuk semula.
Pada proses ini komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut
slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk
untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang
didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Keuntungan granulasi kering adalah:

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat
dan pengeringan yang memakan waktu

Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan granulasi kering adalah:

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi


silang
Pembuatan tablet metode granulasi kering adalah dalam proses pembuatan sama sekali

tidak memakai air. Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang eksipen fase dalam dan fase
luar. Yang termasuk fase dalam adalah acetosal, amprotab dan PVP. Dan yang termasuk fase luar
adalah Mg stearat, talcum dan amprotab. Bahan-bahan yang telah ditimbang kemudian di ayak
agar memperoleh partikel yang halus dan dilakukan untuk menghomogenkan ukuran serbuk dan
menghindari adanya bahan-bahan yang menggumpal yang menyebabkan tidak meratanya jumlah
bahan-bahan tersebut dalam setiap tablet yang dicetak nanti, sehingga menghasilkan tablet
dengan kualitas yang beragam dan hal ini merupakan hal yang tidak diinginkan.
Metode ini di pilih karena asam mefenamat yang akan dipakai sebagai bahan utama.
Asam mefenamat merupakan salah satu jenis obat anti inflamasi non-steroid. Obat ini berfungsi
meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah, serta mengurangi inflamasi atau
peradangan..
Pemilihan dengan metode granulasi kering dikaerenakan asma mefenamat adalah zat
aktif tidak tahan terhadap panas, lembap dan akan terhidrolisa jika ada air, dengan zat aktif dosis
besar / voluminous, tidak mengalami perubahan kristal dengan adanya tekanan tinggi. Tidak
tahannya terhadap pans lembab dan mudah terhidrolisis asam mefenamat menjadi kehilangan
efek teurapetik dan stabilitasnya. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas aspam mefenamat,
tidak hanya dari proses penyimpanannya saja yang perlu diperhatikan, tetapi juga dalam proses
formulasinya untuk diproduksi menjadi suatu bentuk sediaan farmasi.

Pada percobaan ini, asam mefenamat dibuat menjadi bentuk sediaan tablet dan dipilih
metode granulasi kering untuk menghindari proses yang dapat mengganggu stabilitasnya (panas
dan kelembapan). Selain itu, penggranulan dalam metode granulasi kering ini juga diharapkan
dapat meningkatkansifat aliran, kompresibilitas, dan kompaktibilitasnya pada saat proses
pengempaan.

Proses

pembentukan

granul

dapat

diperoleh

dengan

metode

slugging maupun penggunaan mesin roller compactor/chilsonator. Pada metode slugging,


komponen-komponen tablet yang tadi telah dicetak dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug. Setelah itu, slug diayak menggunakan ayakan dengan mesh no 14 untuk
mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang
didapat sifat alirannya belum memuaskan, maka proses diatas dapat diulang.

Roller

compactor/chilsonator merupakan mesin pembentuk granul yang prinsipnya menggunakan dua


penggiling/roda yang putarannya saling berlawanan antara yang satu dengan yang lainnya,
dengan bantuan teknik hidrolik pada salah satu penggiling mesin sehingga dihasilkan tekanan
tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
Bahan pengikat merupakan zat inert secara farmakologi yang ditambahkan dalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel- partikel serbuk dalam massa
tablet yang diperlukan untuk pembuatan granul dan membuat massa granul menjadi kompak
padat/tablet. Tujuan digunakannya granulasi kering adalah kompresibilitasnya yang baik.
Jumlah/konsentrasi pengikat yang digunakan dan metode penambahan pengikat harus
diperhatikan agar tablet tetap utuh saat ditelan dan saat disimpan, tetapi hancur saatmasuk dalam
saluran cerna.

Pada pembuatan tablet dengan granulasi kering ini zat pewarna tidak dipergunakan dalam
metode ini karena zat warna sukar homogen tanpa adanya bantuan air. Pembuatan metode ini
tidak memerlukan bahan pengikat, hanya membutuhkan bahan pelicin dan bahan penghancur
saja. Bahan pengikat berfungsi sebagai meningkatkan kekuatan ikatan antara bahan-bahan, dan
perlu adanya bantuan air untuk memperkuat ikatan tersebut. Namun pembuatan metode granulasi
kering untuk meningkatkan kekuatan ikatan tersebut dengan cara di kempa dengan tekanan yang
besar yang kemudian dihancurkan untuk mendapatkan granul yang cukup keras dan tidak rapuh.
Untuk mempermudah hancurnya granul menjadi partikel halus yang mudah larut, maka
digunakan penghancur/disintegran dalam di mana disintegran ini dicampur dengan bahan fasa
dalam lainnya saat granulasi. Oleh karena itu, digunakan amprotab (amilum protablet) sebagai
penghancur dalam pada formulasi tablet ini karena amprotab termasuk zat yang inert, kompatibel
dengan komponen tablet lainnya, dan merupakan serbuk yangalirannya baik. Sifat hidrofilik
yang dimiliki amprotab mampu menyerap air dan membentuk pori-pori dalam tablet. Hal ini
akan menyebabkan penghancuran tablet menjadi lebih baik.
PVP adalah zat tambahan fase dalam digunakan sebagai pengikat yang membantu
pengikatan fase luar dengan granul fase dalam. Bahan pengikat merupakan zat inert secara
farmakologi yang ditambahkan dalam formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara
partikel- partikel serbuk dalam massa tablet yang diperlukan untuk pembuatan granul dan
membuat massa granul menjadi kompak padat/tablet tetapi pada saat perlakuan tidak dapat
mengikat dengan baik, karena PVP akan dapat mengikat dengan baik dengan adanya larutan
sehingga lebih cocok digunakan pada granulasi basah. Sehingga kelompok kami mengganti PVP
dengan avicel yang konsentrasinya sama dengan PVP karena avicel lebih stabil dalam
pengikatan dengan molekul-molekul tanpa adanya larutan (granulasi kering).

Untuk menunjang karakteristik aliran dari granul atau meningkatkan aliran granul dari
hopper ke dalam die digunakan glidan. Glidan juga dapat meminimalisasi kecenderungan
granul untuk memisah/ segregasi selama tahap vibrasi yang berlebihan. Dalam formulasi tablet
ini digunakan talk sebagai lubrikan. Talk yang digunakan hanya 1%(hasil eksperimen) karena
jika digunakan terlalu banyak, menyebabkan tablet menjadi capping. Talk dapat mengabsorbsi
gas, sehingga meningkatkan sifat hidrofob bahan. Bahanyang hidrofob akan capping (terbelah)
ketika dicetak. Pada fasa dalam diperlukan glidan karena selama proses granulasi kering, partikel
digranulasi membentuk slug kemudian dialirkan pada mesin chilsonator. Untuk dapat
mengalirkan granul sebelum dikempa, diperlukan glidan yang dapat melapisi granul sehingga
dapat mengalir dengan baik. Lubrikan juga diperlukan pada fasa dalam untuk mengurangi friksi
yang terjadi antara partikel dengan alat ketika partikel di-slugging dan menjaga supaya mesin
tidak cepat rusak serta kehilangan massa yang banyak akibat gesekan.
Magnesium stearat berfungsi sebagai bahan pelicin untuk meningkatkan sifat alir granul
sehingga akan dihasilkan tablet dengan bobot yang seragam serta mencegah melekatnya tablet
pada cetakan. Untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan
dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet digunakan lubrikan. Penggunaan
lubrikan juga cenderung meratakan distribusi tekanan pada saat pengempaantablet dan juga
meningkatkan kepadatan partikel sebelum dikempa. Dalam formulasi tablet ini digunakan MgStearat sebagai lubrikan karena memiliki tidak mudah terhidrolisis, tahan panas dan lembab,
serta kompatibel terhadap zat aktif. Mg-stearat juga memiliki kestabilan yang baik dalam kondisi
tekanan yang tinggi. Untuk pencampurannya hanya tambahkan begitu saja. Kemudian setelah
dicampur dengan bahan yang lain di tumbling selama 5 menit supaya homogen.

Proses pembuatan granulasi kering terbilang cepat dibanding granulasi basah karena tidak
membutuhkan proses pemanasan untuk mengeringkan granul yang basah. Serta alat yang
digunakan tidak sebanyak granulasi basah.
Pada proses pengempaan pertama diperlukan tekanan yang besar pada waktu
pengempaan masa menjadi slug (tablet dengan diameter besar) atau menjadi lempenganlempengan hal ini bertujuan supaya granul yang dihasilkan cukup keras/tidak rapuh.
Setelah didapat cetakan tablet untuk mendapatkan granul dengan cara dihancurkan,
ketika proses penghancuran sebaiknya tidak terlalu kuat. Hal ini bertujuan supaya granul yang
dihasilkan tidak terlalu kecil bahkan menjadi serbuk kembali. Tapi jika pada proses pengempaan
tekanannya kuat akan membantu meminimalkan hasil granul yang rapuh bahkan sampai menjadi
serbuk. Kemudian di ayak menurut ukuran sesuai bentuk granul yang ingin dihasilkan.
Setelah terbentuk granul, garanul dievaluasi kompresibilitas dimana granul dimasukan
kedalam gelas ukur kemudian diketuk-ketukan dan setelah pengetukan selesai kami menghitung
kompresibilitasnya. Diperoleh kompresibilitasnya sebesar 10,506 % dengan memasukan data ke
persamaan kompresibilitas = ((kerapatan mampat - kerapatan longgar) / kerapatan mampat ) x
100%, kompresibilitas granul dengan nilai tersebut tergolong buruk karena standar
kompresibilitas granul yang baik adalah < 20%, Semakin tidak mampat serbuknya maka granul
yang dihasilkan akan semakin baik karena tidak terdapat ruang kosong pada granul tersebut.
Selanjutnya dilakukan penentuan BJ nyata dan BJ mampat hal ini dilakukan untuk mengetahui
kadar pemampatan dan persen kompresibilitasnya, di mana dari dua hal ini sifat aliran granul
juga dapat diketahui. Selain itu, perbandingan BJ mampat dan BJ nyata dapat menghasilkan
bilangan Haussner, di mana semakin besar bilangan Hausner yang diperoleh, makin besar daya
mengalirnya sehingga makin sedikit tekanan yang diperlukan untuk mengempa.

Selanjutnya dilakukan uji alir menentukan kecepatan alir dengan menggunakan metoda
corong `dan metoda istirahat. Dimana kecepatan alir dengan metoda corong dihitung dengan
membagi bobot granul dan waktu yang dibutuhkan granul untuk melewati corong. Dihasilkan
kecepatan alir rata-rata 10 g/detik. Hasil tersebut menunjukan aliran granul baik karena
kecepatan alir > 4 g/ detik. Sedangkan metoda istirahat yaitu dengan menentukan sudut antara
lereng dan dasar granul dan dihasilkan sudut = 36,869o yang menunjukkan bahwa aliran granul
tidak mudah mengalir karena tidak berada pada range persyaratanya itu antara 25-30.

Setelah melewati tahap-tahap pengujian granul, selanjutnya granul tersebut dicetak


dengan menggunakan mesin cetak tablet single punch. Granul yang terdiri dari fase luar dan fase
dalam dimasukkan ke dalam hopper. Kemudian alat dihubungkan ke arus listrik. Punch atas
diatur untuk mengatur kekerasan tablet dan punch bawah diatur untuk mengatur ukuran tablet.
dan kekerasan sekitar 70-80 N. Setelah itu, tekan tombol on pada alat tersebut dan tablet pun
tercetak dengan kecepatan yang diinginkan.
Tablet yang terbentuk berukuran kecil yang berat rata-ratanya adalah 498,5 mg, tablet
tersebut dievaluasi dengan beberapa parameter, yaitu : organoleptik, uji keseragaman bobot, uji
keseragaman ukuran, uji friabilitas, uji waktu hancur (disintegrasi), uji kekerasan, uji
keseragaman kandungan, uji disolusi dan kadar zat aktif.
Uji pertama dilakukan yaitu evaluasi organoleptik dilakukan pemeriksaan visual terhadap
kehomogenan, warna (sesuai dengan warna massa cetaknya), penampilan (berbintik atau tidak),
serta bentuk tablet (bulat atau sesuai dengan bentuk cetakannya). Evaluasi penampilan dilakukan
dengan melihat penampilan tablet secara kasat mata, dimana dapat diamati bahwa warna dari
sediaan tablet yang diperoleh adalah putih dengan bentuk dan permukaannya bundar dan licin.

Berdasarkan data diatas, maka diketahui bahwa tablet memiliki rupa permukaan tablet agak
kasar, tidak berbau, memiliki rasa pahit, dan berwarna putih.
Uji yang kedua dilakukan adalah uji keseragaman bobot tablet. Prosedur untuk pengujian
ini adalah tablet sebanyak 20 buah, ditimbang satu per satu diatas alat timbangan. Kemudian
hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya. Analisis keseragaman bobot tablet dengan
membandingkan bobot tablet dalam rentang penyimpangan bobot rata-rata tablet. Pada pengujian
ini tablet yang kita miliki telah memenuhi syarat karena tidak ada 2 tablet yang bobot rataratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan, yaitu 5 %
dan tidak satupun yang bobotnya yang menyimpang dari bobot rata-rata, yaitu 10%.
Evaluasi yang ketiga dilakukan uji Keseragaman ukuran. Uji ini merupakan
perbandingan antara diameter dan tebal tablet. Pertama-tama diambil secara acak 20 tablet, lalu
diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong. Digunakan jangka sorong karena alat
ini memiliki ketelitian yang cukup bagus dan sesuai dengan pengukuran panjang dan tebal tablet.
Ketelitian jangka sorong manual adalah 0,05 mm. Tablet tersebut kemudian dijepit di celah
jangka sorong tersebut. Untuk mengukur tebal, tablet diletakkan secara datar dan untuk
mengukur diameter, tablet diletakkan pada posisi tegak. Selanjutnya, dibaca skala kecil dan besar
yang ditunjukkan oleh pengukur jangka sorong. Catat diameter dan tebal dari kedua puluh tablet
tersebut. Menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3tebal
tablet. Dari hasil perhitungan didapat diameter rata-rata 1,3 . Sedangkan ketebalan meiliki nilai
rata-rata 5,45 cm. Ketebalan suatu tablet dipengaruhi oleh volum dari bahan yang diisikan ke
dalam cetakan, garis tengah cetakan, dan besarnya tekanan oleh punch. Oleh karena itu untuk
mendapatkan tablet yang tebalnya seragam selama produksi harus selalu dilakukan pengawasan.

Menurut Farmakope Indonesia, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1
1/3 tebal tablet.
Selanjutnya evaluasi yang ke empat adalah Uji Kekerasan tablet. Uji ini bertujuan untuk
menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses: pengemasan, penghantaran
(shipping). Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tabletdengan menggunakan beban
yang dinyatakan dalam kg. Tujuan dilakukan uji kekerasan tablet adalah untuk memperoleh
gambaran tetang ketahanan tablet melawan tekanan mekanik (goncangan) dan tekanan pada saat
pembungkuran, pengangkutan, dan penyimpanan. Selain ketebalan dan diameter, kekerasan
tablet juga perlu diperhatikan karena pada umumnya tablet harus cukup keras agar tidak pecah
saat pengemasan, pengapalan, dan saat penanganan normal, tetapi tablet ini juga harus cukup
lunak untuk melarut akan menghancur dengan sempurna begitu digunakan orang atau dapat
dipatahkan di antara jari-jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya. Kekerasan
tablet dipengaruhi oleh sifat granul dan besarnya tekanan yang diberikan punch. Kekerasan tablet
ini pun erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bentuk dan waktu hancur tablet. Untuk
menguji kekerasan tablet ini, pertama tama dipilih secara acak sebanyak 20 tablet. Setelah itu
masing masing tablet diukur kekerasannya dengan menggunakan alat uji kekerasan. Alat
tersebut dinyalakan, lalu tombol diputar sampai lampu menyala, dan pastikan angka
menunjukkan pada angka 0. Tablet diletakkan diatas tempat tablet dengan posisi vertical pada
jarum penekan, dudukan tablet dinaikkan dengan memutar sekrup yang ada dibawah dudukan
tablet hingga menyentuh jarum penekan dan lampu indikator menyala. Lampu indikator menyala
menandakan bahwa permukaan jarum penekan telah menyentuh tablet dan siap untuk ditekan.
Alat lalu dijalankan. Angka yang ditunjuk pada skala pada saat tablet hancur di catat. Angka

tersebut menunjukkan berapa berat beban yang dapat menghancurkan tablet. Tablet tersebut
memiliki kekerasan tertinggi 10 kg/cm2 dan terendah 8 kg/cm2.
Evaluasi yang kelima adalah uji friabilitas. Parameter untuk menguji ketahanan tablet bila
dijatuhkan pada suatu ketinggiantertentu. Friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tabletterhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Prinsip dari uji friabilitas adalah menentukan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat diputar
sebanyak 100 kali putaran. Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari debunya kemudian
ditimbang dengan seksama. Untuk tablet dengan bobot < 650 mg, timbang sejumlah tablet
hingga beratnya mendekati 6,5 g. Untuk tablet dengan bobot > 650 mg, timbang tablet sebanyak
10 buah. Masukan seluruh tablet yang telah ditimbang ke dalam friabilator lau dijalankan
sebanyak 100 kali putaran. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan
timbang dengan seksama. Hitung persentase bobot yang hilang selama pengujian. Untuk tablet
yang baik (dipersyaratkan di Industri), bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 %. Setelah itu
dihitung % friabilitas dengan rumus :
friabilitas=

massa sebelummassa sesudah


x 100
massa sebelum

Setelah dihitung dengan menggunakan rumus diatas, didapatkan bahwa persen friabilitas adalah
sebesar 0,349 %. Hasil ini menunjukkan hasil yang baik, karena lebih dari 1%. Sementara
apabila presentase kehilangan massa tablet kurang dari 1 %, maka tablet tersebut dinayatakan
tahan terhadap goresan ringan/ kerusakan dalam penanganan, pengemasan, pengapalan dan
pengiriman.

Uji yang ke enam adalah Uji waktu hancur atau uji disintegrasi. Uji ini dimaksudkan
untuk melihat atau menentuksan waktu hancur dari sediaan tablet dan menetapkan kesesuaian
batas waktu hancur yang terteradalam masing- masing monografi. Uji waktu hancur tidak
menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan
hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang
tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak
larut. Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet dalam media
yang sesuai, sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi : sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet & daya serap granul. Penambahan
tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan
tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam poripori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Bagi tablet, langkah penting pertama
sebelum melarut adalah pecahnya tablet menjadi partikel-partikel kecil atau granul agar
komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, langkah ini
disebut disintregrasi atau daya hancur. Dalam hal ini daya hancur tablet memungkinkan partikel
obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara likal dalam tubuh. Pada uji ini digunakan air pada
temperatur 370C. Dipilih suhu 37C karena suhu tersebut mirip dengan suhu tubuh normal
manusia. Sehingga hasil pengujian waktu hancur alat kemungkinan besar akan persis dengan
waktu hancur pada manusia dengan suhu normal. Kemudian, diambil 6 tablet dan masing
masing dimasukkan ke dalam sumur sumur yang ada pada alat tersebut. Lalu alat dirunning
hingga tablet hancur semua dan catat waktunya. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan
waktu hancur dari tablet tablet tersebut adalah kurang dari 1 menit sehingga dapat disimpulkan
terlalu cepat massa hancurnya. Waktu hancur ini dapat dikatakan baik apabila kurang dari 15

menit. Namun pada pengujian ini tidak dilakukan karena alat yang akan digunakan tidak
berfungsi dengan baik.
Selanjutnya yaitu evaluasi yang terakhir yaitu %. Hasil uji disolusi dan penetapan kadar
zat aktif juga membuktikan bahwa tablet yang dibuat memenuhi persyaratan. Dimana syarat dari
uji disolusi adalah zat yang terlarut pada menit ke 30 tidak boleh kurang dari 80%, dan hasil
yang didapat adalah 69,333 % dengan kandungan atau kadar zat aktif sebesar 104,624 %.

Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan tablet asam mefenamat dengan menggunakan metode
granulasi kering didapat suatu tablet yang dimana mempunyai hasil dari penggujian evaluasi
dari granul ataupun tablet, dari evaluasi granul untuk kecepatan alir telah memenuhi syarat,
sedangkan pada bobot jenis dan kerapatan tidak memenuhi syarat tetapi pada kompertabilitas
memiliki aliran yang sangat baik atau memenuhi syarat dan pada evaluasi tablet semua pengujian
telah memenuhi syarat dan sesuai ketentuan. Jadi tablet yang kita buat bisa dibilang
mendapatkan sediaan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai