Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

FARMAKOGNOSI ANALITIK
SIMPLISIA BIJI (SEMEN)

OLEH
KELOMPOK VI
KELAS F
KIKI DWI ANANDA

510 15 011 094

MARVITA SARI

510 15 011 235

RATIH YUNIARTY A.

511 15 011 097

RISKI FADLIYANTI

510 15 011 094

WAHYUNI MILIANSARI

510 15 011 138

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
2. Persyaratan Simplisia
Persyaratan simplisia di dalam Materia Medika Indonesia, semua
paparan yang tertera dalam persyaratan simplisia, kecuali tentang isi dan
penggunaan merupakan syarat baku bagi simplisia yang bersangkutan.
Suatu simplisia tidak dapat dinyatakan bermutu Materia Medika Indonesia
jika tidak memenuhi syarat baku tersebut. Syarat baku yang tertera dalam
Materia Medika Indonesia berlaku untuk simplisia yang dipergunakan
untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang
dipergunakan untuk keperluan lain yang dijual dengan nama yang sama.
Syarat baku simplisia meliputi kadar abu, kadar abu yang tidak larut dalam
asam, kadar abu yang larut dalam air, kadar sari uang larut dalam etanol,
kadar sari yang larut dalam air dan bahan organik asing.
3. Pembuatan Simplisia
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati, merupakan
salah satu factor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia.
Sebagai sumber simplisia, tanamanobat dapat berupa tumbuhan liar atau
berupa tanaman budidaya. Tumbuhan umumnya kurang baik untuk
dijadikan sumber simplisia jika dibandingkan dengan tanaman budidaya,

karena simplisia yang dihasilkan mutunya tidak tetap. Hal ini terutama
disebabkan :
a. Umur tumbuhan yang dipanen berbeda-beda. Umur tumbuhan yang
dipanen berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu
simplisia yang dihasilkan tidak sama, karena umur pada saat panen
tidak sama.
b. Jenis (spesies) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan,
sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama.
c. Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda, sering mengakibatkan
perbedaan kadar senyawa aktif.
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan,
pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan.
a. Pengumpulan Bahan
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa
aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang
tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif
dalam jumlah yang tersebar.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari
akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya
harus dibuang.
c. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya


melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih.
Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air,
pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
d. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang
tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama satu hari.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dapat dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak akan berlangsung
bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10 %. Dengan demikian
proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam
sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10%.
Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara
alamiah dan buatan. Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung
dalam bagian tanaman yang dikeringkan, maka pengeringan alamiah
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan panas matahari
langsung. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang relatif keras seperti kayu, biji dan sebagainya yang mengandung
senyawa aktif yang relatif stabil. Kedua diangin-anginkan dan tidak
dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama

digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti


bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah
menguap.
Pengeringan secara buatan menggunakan suatu alat atau mesin
pengering yang suhu, kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat
diatur. Dengan menggunakan cara pengeringan buatan dapat diperoleh
simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan
merata dan waktu pengeringan lebih cepat tanpa dipengaruhi keadaan
cuaca.
f. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda
asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diingikan dan
pengotor-pengotor lain yang masih tertinggal pada simplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus dan kemudian
disimpan. Seperti halnya sortasi awal, sortasi di sini dapat dilakukan
dengan cara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang.
Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi, dan benda-benda
tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
g. Pengepakan dan penyimpanan
Pengepakan dapat dilakukan dengan berat atau jumlah tertentu untuk
memudahkan penentuan jumlahnya. Wadah yang dipakai untuk
pengepakan harus bersifat tidakberacun dan tidak bereaksi dengan
isinya

sehingga

tidak

menyebabkan

terjadinya

reaksi

serta

penyimpanan warna, bau, rasa dan sebagainya pada simplisia. Selain

itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran


dan serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah
menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas
lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang
tidak tahan terhadap sinar diperlukan wadah yang dapat melindungi
simplisia dari cahaya.
4. Biji
Biji merupakan struktur yang efisien untuk perkembangbiakan dan
perbanyakan.Perbanyakan yang dimaksud adalah untuk memperbanyak
keturunan atau spesies dalam mempertahankan kelangsungan hidup
generasinya.Biji berasal dari bakal biji yang berkembang setelah
mengalami pembuahan.
Biji (bahasa Latin: semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan
berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah,
pada

Angiospermae

atau

Magnoliophyta)

atau

tidak

(pada

Gymnospermae).Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau


tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama
pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Biji hanya terdapat pada tumbuhan berbiji atau Spermatophyta
(Yunani, sperma=biji, phyton=tumbuhan) merupakan kelompok tumbuhan
yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang berupa biji. Biji
merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya

mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi


setelah terjadi penyerbukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan.

PEMBAHASAN
SIMPLISIA BIJI (SEMEN)

1. Biji pinang ( Araceae Semen)


Tanaman
: Areca catechu L.
Family
:Arecaceae / palmae
Makroskopik :
biji berbentuk kerucut sampai bulat, tidak berbau dan rasa tidak
enak. Bagian bawah rata dan bagian luar berupa jaringan berwarna
coklat
Gambar

Mikroskopik :
Endosperma berupa dinding tebal yang bernoktah dan berisi

aleuron.
Perisperma berdinding kuning sampai coklat.
Sel batu dari endocarp berbentuk bulat dan panjang
Terdapat skelereid dari testa dan rafe.
Terdapat serabut, aleuron, dan berkas pembuluh.
Fragmen pengenal adalah endosperma yang bernoktah

Khasiat penggunaan : Memperkecil pupil mata, obat cacing (antelmintik)


Literatur

: Material Medika Indonesia Jilid IV Tahun 1980. Depkes RI.


Jakarta

2. Biji kopi (Coffea semen)


Tanaman
: Coffea Arabica
Coffea robusta
Coffea liberica
Family
: rubiaceae
Makroskopik : biji keras berwarna kuning coklat yang memiliki satu sisi
rata dan sisi lain bulat. Kulit biji telah di hilangkan tidak
berbau, dan berasa pahit
Gambar

Mikroskopik :
Sel batu tidak begitu banyak

Endosperma berdinding tebal, berombak, dan mengkilat


Sel endosperma yang terletak dekat perisperma berbentuk

segiempat bernoktah
Terdapat sklerenkim dan fragmen tipis dari parenkim
Fragmen pengenal adalah sel batu makrosklereid

Khasiat penggunaan : menghambat pertumbuhan bakteri


Literatur

: Material Medika Indonesia Jilid IV Tahun 1980. Depkes RI.


Jakarta

3. Biji pala (Myristicae semen)


Tanaman
: Myristica fragrans
Family
: Myristicaceae
Makroskopik :
Simplisia berupa inti biji berbentuk bulat telur, rasa pedas/ panas
dan sedikit pahit, serta berbau harum bagian luar berkerut dan
berwarna coklat muda. Karena di gosok dengan kapur, sering
terdapat bagian yang berwarna putih.
Gambar

Mikroskopik :

Serbuk berwarna coklat muda


Perisperma menunjukan sel sel perenkim berdinding tipis dan sel
sel berisi pigmen berwarna cokelat kehitaman

Endosperma yang berbentuk polygonal berisi aleuron dan tetes

minyak
Fragmen pengenal adalah perisperma berisi sel minyak.

Khasiat kegunaan : Bahan baku aromaterapi


Literatur

: Material Medika Indonesia Jilid IV Tahun 1980. Depkes RI.


Jakarta

4. Biji Klabet (Foenigraeci Semen)


Tanaman
: Trigonella feonum-graecum L
Family
: Papilionaceae (leguminoseae
Makroskopik :
Biji keras berbentuk belah ketupat, panjang 3-5 mm, lebar 2-3 mm,

dan tebal kurang lebih 2 mm


Permukaan luar berwarna kuning kecoklatan sampai coklat

kekuningan
Bagian dalam berwarna kekuningan sampai cokelat kekuningan

dan jernih
Pada salah satu bidang datar, terdapat alur dalam yang terentang
hamper menyudut dan membagi biji menjadi dua bagian yang tidak
sama besar. Bagian yang besar mengandung keeping biji, pada
bagian yang kecil, terdapat akar.

Gambar

Mikroskopik :

Epidermis dan hypodermis testa


Kutikula, epidermis, dan hypodermis dari testa.
Epidermis dan sel parenkim dari kotiledon.
Bagian biji memperlihatkan epidermis, hypodermis, dan lapisan

parenkim dari testa.


Lapisan parenkim testa.
Epidermis dan palisade dari kotiledon.
Parenkim kotiledon dan parenkim testa satu lapis.
Fragmen pengenal adalah epidermis testa dan hypodermis testa.

Khasiat Penggunaan : sebagai kaminatif, tonikum.


Literatur

: Material Medika Indonesia Jilid IV Tahun 1980. Depkes RI.


Jakarta

5. Biji Kola (Colae semen)


Tanaman
: Cola acuminate
Cola nitida
Family
: Leguminocae
Makroskopik :
Keping biji tidak setangkup, bentuk tidak beraturan, umumnya
berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Keping biji kadang

kadang berbentuk ginjal, memanjang, dan tidak beraturan.


Permukaan luar umumnya cembung, kadang-kadang

berombak, atau datar.


Warna coklat, coklat kemerahan, atau coklat kehitaman.

Gambar

agak

Mikroskopik :

Epidermis luar terdiri atas satu lapis sel berbentuk polygonal tidak
beraturan, umumnya tersusun radial, dan dinding tebal tidak
berlignin. Sambung didalam sel, terdapat mata berbutir berwarna

kuning kecoklatan, kutikula tebal, dan licin.


Parenkim terdiri atas sel-sel berbentuk polygonal, dinding agak
tebal, jernih (Cola acuminata) atau kuning (Cola nitida). Makin
kearah dalam, sel parenkim semakin besar. Sel penuh berisi butir
pati dan zat berwarna kuning kecoklatan sampai coklat

kekuningan.
Butir pati berbentuk bulat, bulat telur, atau berbentuk ginjal dan

memiliki hilus konsentris besar berbentuk garis.


Fragmen pengenal adalah butir pati yang memiliki hilus berupa
garis ditengah an fragmen parenkim.

Khasiat penggunaan : sebagai stimulant


Literatur

: Material Medika Indonesia Jilid IV Tahun 1980. Depkes RI.


Jakarta

6. Biji Jinten Hitam Manis (Nigellae Damascenae Semen)


Tanaman
: Nigella Damascena L.
Family
: Ranunculaceae

Makroskopik

: Biji agak keras, bentuk limas terbalik, agak pipih,


pangkal runcing dan mikropila terdapat di bagian ini.
Ujung membulat, bersudut 3 sampai 4. Pada tiap sudut
alar membujur. Panjang biji 2 mm sampai 3 mm, lebar 1
mm sampai 1,5 mm. tebal lebih kurang 1 mm. permukaan
luar kasar berbintik-bintik. Warna hitam legam agak
mengkilat.

Gambar

Mikroskopik : episermis luar terdiri dari selapis sel yang berbentuk


papil pendek dan panjang. Pangkal agak lebar. Ujung
runcing membulat. Dinding sel tebal tidak berlignin.
Warna coklat sampai coklat kehitaman. Pada pandangan
tangensial sel epidermis berbentuk polygonal. Kuitkula
jelas dan bergaris.
Khasiat penggunaan : karminatif
Literatur
: Material Medika Indonesia Jilid IV Tahun 1980. Depkes RI.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai