Anda di halaman 1dari 19

PENENTUAN KONSENTRASI CAMPURAN KMnO4

DENGAN K2Cr2O7 DENGAN SPEKTRONIK 20D+ DAN


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Yunita Sari (G4410070)[1], Eni Mardiana[2], Zulhan Arif S.Si., M.Si[3]
1

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680, Indonesia
2,3
Divisi Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga
Bogor 16680, Indonesia

ABSTRAK
Spektrofotometri 20D+ dan UV-VIS Shimadzu 1700 PC digunakan untuk
mengetahui kadar suatu sampel berdasarkan interaksinya dengan sumber cahaya yang
diberikan. Pengukuran larutan standar KMnO4 0,001 M dan K2Cr2O7 0,001 M menggunakan
spektrofotometri 20D+ dan larutan H2SO4 sebagai larutan blanko yang menghasilkan serapan
maksimum (absorbans) pada panjang gelombang 530 nm dan 380 nm dengan absorbans
masing-masing larutan 0,9666 dan 1,0757. Sementara itu, larutan standar KMnO4 dan
K2Cr2O7 dengan spektrofotometri UV-VIS dihasilkan panjang gelombang masksimumnya
525,5 nm dan 440 nm dengan absorbans masing-masing larutan 0,726 dan 0,394. Hasil
pengamatan terhadap keempat sampel yang ada baik menggunakan spektronik 20D+ maupun
spektrofotometri UV-VIS semuanya masuk deret standar yang dibuat dan tidak ada perbedaan
nyata antara kedua metode tersebut melalui uji t dan uji f.
Kata kunci: Spektronik 20D+, Spektrofotometri UV-VIS, KMnO4 dan K2Cr2O7.

PENDAHULUAN
Analisis kimia dengan metode spektrofotometri didasarkan pada interaksi radiasi
elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati monokromatik
dengan molekul dari suatu materi. Interaksi tersebut meliputi proses adsorpsi, emisi, refleksi
dan transmisi radiasi elektromagnetik oleh atom-atom atau molekul dalam suatu materi. Hal
ini didasarkan pada kenyataan bahwa molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik
jika frekuensi cahaya tersebut sama dengan fekuensi getaran dari molekul tersebut. Alat yang
digunakan dalam pengukurannya disebut spektrofotometer (Henry 2002). Spektrofotometri
merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan
komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi
antara materi dengan cahaya. Analisis secara kualitatif berdasarkan pada panjang gelombang
yang ditunjukkan oleh puncak spektrum (190 nm sampai 900 nm), sedangkan analisis secara

kuantitatif yang berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media
(Fatimah, Haryati , Jamaludin 2009).
Cahaya yang dapat digunakan meliputi cahaya tampak, UV, dan inframerah serta erat
kaitannya terhadap elektron valensi. Komponen utama spektrofotometri, yaitu sumber cahaya,
pengatur intensitas, monokromator, kuvet, detektor, dan penguat (amplifier) (Riwandi 2007).
Jenis-jenis spektrofotometri absorpsi diantaranya spektronik 20D+ dan UV-VIS. Prinsip dasar
dari metode analisis secara spektrofotometer adalah pengukuran radiasi cahaya yang diserap
oleh larutan berwarna. Zat yang menyerap warna atau panjang gelombang tertentu dari sinar
tampak akan meneruskan warna komplementernya. Warna komplementer inilah yang dapat
dilihat oleh mata kita sebagai warna. Sumber cahaya UV-VIS yang biasa digunakan adalah
lampu tungsen halogen (W). UV-VIS menggunkan kombinasi lampu tungsen dan lampu
deutorium (D2) (Khasanah 2005). Praktikum ini bertujuan mengetahui spektrum serapan
maksimum dari KMnO4 dan K2Cr2O7 menggunakan spektrofotometri 20D+ dan UV-VIS serta
menentukan konsentrasi campuran kedua senyawa tersebut dalam campuran.

Alat dan Bahan


Alat
Alat alat yang digunakan yaitu spectronik 20D+, spektrofotometer UV-Vis
Shimadzu 1700 PC, kuvet, gelas piala, labu takar 25 ml, pipet tetes, dan pipet volumetrik 10
ml.
Bahan
Bahan - bahan yang digunakan yaitu larutan KMnO4 0.001 M, larutan K2Cr2O7 0.01
M, larutan K2Cr2O7 0,001 M, H2SO4 0.5 M, aquades dan tisu.

Metode Percobaan
Pembuatan spektrum beberapa zat
Larutan KMnO4 0.001 M dan larutan K2Cr2O7 0.001 M dan asam sulfat sebagai
larutan blanko diukur absorbans dari panjang gelombang 400 nm sampai 600 nm untuk larutan
KMnO4 sedangkan larutan K2Cr2O7 dari panjang gelombang 380 nm sampai 530 nm dengan
pengukuran interval 5 nm menggunakan spektronik 20D+. Setiap pergantian panjang
gelombang transmitan dinolkan dengan asam sulfat. Setelah itu, panjang gelombang
maksimum ditentukan.
Larutan KMnO4 0.001 M dan larutan K2Cr2O7 0.001 M dan asam sulfat diukur
absorbans dari panjang gelombang 380 nm sampai 530 nm dengan spektrofotometri UV-VIS
Shimadzu 1700 PC. Setelah itu, spektrum yang dibuat dengan menggunakan parameter yang
ada.

Penentuan kurva kalibrasi


Larutan standar sebanyak 1.00, 2.00, 3.00, 4.00, dan 5.00 ml KMnO4 dan K2Cr2O7
dipipet dan diencerkan dengan H2SO4 0.5 M di labu takar dan dihomogenkan hingga merata.
Larutan standar diukur absorbans pada spektrofotometri 20D+ dan UV-VIS dengan panjang
gelombang maksium kemudian dibuat kurva standar pada masing-masing panjang
gelombang.
Penentuan Konsentrasi campuran
Larutan standar sebanyak 1.00 ml untuk masing - masing labu takar 1, 2, 3 dan 4
KMnO4 dan K2Cr2O7 dipipet. Larutan pada labu takar 1,2 dan 3 tersebut diencerkan dengan
H2SO4 0.5 M dan dihomogenkan hingga merata. Larutan sampel diukur absorbans pada
spektronik 20D+ dan UV-VIS baik pada panjang gelombang yang digunakan dalam
pengukuran KMnO4 maupun K2Cr2O7. Pengerjaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
Konsentrasi masing-masing zat dihitung dengan harga k dari kurva kalibrasi beserta standar
deviasi dan selang kepercayaan 95%.
Pembahasan
Penentuan konsentrasi KMnO4 dan K2Cr2O7 dilakukan dengan menggunakan
spektronik 20D+ dan spektrofotometri UV-Vis. Pertama-tama dibuat larutan standar KMnO4
dan K2Cr2O7 untuk membuat kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga akan diperoleh
panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Panjang gelombang maksimum
dipilih karena di sekitar panjang gelombang maksimum mempunyai bentuk kurva serapan
yang datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik. Larutan KMnO4 dan
larutan K2Cr2O7 menghasilkan warna komplementer yang dapat menyerap cahaya. Warnawarna ini ditimbulkan oleh adanya panjang gelombang yang dimiliki larutan tersebut. Setiap
warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda dengan interval tertentu. Penyerapan
sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain
yang ada bersama dalam satu larutan. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas
penampang (tebal kuvet) yang sama. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar
pendafluor. Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan
cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan. Konsentrasi
analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu kelinearan grafik absorbansi
terhadap konsntrasinya.
Penentuan panjang gelombang menggunakan spektronik 20D+ yang diperoleh dari
nilai absorbans yang tinggi dan ditandai dengan adanya puncak serapan (Gambar 1 dan
Gambar 2) pada percobaan ini yaitu 530 nm untuk KMnO4 dan 380 nm untuk K2Cr2O7.
Panjang gelombang ini didapatkan dari menentukan panjang gelombang menggunakan
larutan standar masing-masing. Proses penentuan ini dinamakan mencari maksimum.
Penetapan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui pada panjang
gelombang berapa menghasilkan nilai serapan paling maksimum pada sampel, sehingga hasil
pengukuran akurat dan memperkecil galat. maksimum yang didapatkan dapat digunakan
untuk mengukur larutan standar maupun larutan sampel. Larutan standar KMnO4 0,01 M dan
K2Cr2O7 0.01 M, dibuat secara terpisah dengan mengencerkan 1.00, 2.00, 3.00, 4.00, dan 5.00
ml larutan baku tersebut dengan larutan H2SO4 0.5M dalam labu takar 25 mL. Setelah

mendapatkan nilai panjang gelombang maksimum, selanjutnya larutan standar KMnO4,


K2Cr2O7 dan sampel diukur pada panjang gelombang tersebut. Dari pengukuran tiap larutan
standar pada kedua panjang gelombang akan diperoleh persamaan regresi linear yang akan
digunakan untuk menentukan konsentrasi KMnO4 dan K2Cr2O7 dalam larutan sampel. Kurva
yang terlihat dari spektrum UV-VIS pada larutan KMnO4 0,001 M terdapat tiga puncak yang
berbeda-beda nilai absorbansnya (Gambar 7). Penentuan maks diperoleh pada puncak kedua
dengan absorbans sebesar 0,726 dengan nilai sebesar 525,5 nm terlihat dalam Tabel 8.
Sementara itu, terlihat spektrum UV-VIS pada larutan K2Cr2O7 0,001 M menunjukkan ada
satu puncak yang terbentuk yang memiliki absorbans sebesar 0,394 pada panjang gelombang
440 nm sebagai maks (Gambar 8).
Pembuatan larutan yang akan diukur menggunakan maks baik larutan standar
KMnO4 dan K2Cr2O7 maupun sampel semuanya diencerkan dengan menambahkan H2SO4.
Masing-masing larutan dengan volume tertentu diencerkan hingga menjadi larutan standar
dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Pengenceran dengan mengguanakan H2SO4 untuk
memberikan suasana asam pada larutan tersebut sehingga tidak terbentuk zat pengganggu
seperti MnO2 pada larutan KMnO4 dan pada larutan K2Cr2O7 agar tidak terbentuk senyawa
Cr2O7. Dalam pengukuran sampel campurannya pengukuran dilakukan dalam kedua maks
yang didapatkan, sehingga didapatkan konsentrasi masing-masing dari campurannya. Nilai
absorbansi yang semakin tinggi akan memberikan kadar larutan yang dianalisis semakin
tinggi dalam hal konsentrasinya. Pengukuran terhadap kelima sampel dengan menggunakan
kedua metode yang digunakan, didapatkan kisaran konsentrasi dari keduanya yang cukup
mirip. Hasil dari kedua alat masih baik karena dilihat dari hasil uji f dan uji t masing-masing
menujukkan tidak berbeda nyata. Uji f digunakan untuk menentukan apakah variabel bebas
berpengaruh secara simultan signifikan terhadap variabel dependen. Tingkat kepercayaan
yang digunakan adalah 0,95. Jika nilai f-hitung lebih besar dari nilai f-tabel maka hipotesis
alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan signifikan
mempengaruhi variabel dependen. Pada percobaan Fexp (3,7232 10-5) < Ftabel (19,00)
maka galat sistematis antara analisis tidak ada perbedaan secara signifikan dari nilai yang
diketahui Uji t berfungsi untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel
bebasnya secara dependen terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan
mambandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masingmasing t-hitung (Harvey 2000). Pada percobaan texp (18,1685) > ttabel (4,303) maka ada
perbedaan secara signifikan dari nilai yang diketahui. Hal ini disebabakan oleh banyaknya
radiasi sesatan saat pengukuran karena sering dibuka dan ditutupnya kompartemen contoh.

SIMPULAN
Penentuan konsentrasi larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 dalam suatu campuran
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat menggunakan alat spektronik 20D+ dan
UV-VIS. Penentuan konsentrasi dengan kedua metode tersebut diperoleh dengan
menggunakan persamaan linear dalam pengukuran panjang gelombang
maksimumnya. Panjang gelombang maksimum untuk KMnO4 yaitu 525,5 nm dan
K2Cr2O7 yaitu 440 nm. Berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasi KMnO4
sebesar 6,7195 10-5 M dan K2Cr2O7 sebesar 0,00015 M.

DAFTAR PUSTAKA
Fatimah S, Haryati I, Jamaludin A. 2009. Pengaruh uranium terhadap analisis
Thorium menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Seminar Nasional V SDM
Teknologi Nuklir; Yogyakarta, 5 Nop 2009. Serpong (ID): BATAN.
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York (US): Mc Graw-Hill
Companies.
Henry, Arthur et al. 2002. Analisa Spektrofotometri Uv-Vis pada Obat Influenza
dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linear. Jakarta(ID) : Universitas
Indonesia.
Khasanah . 2005. Penentuan kandungan alumunium dalam air tangki reaktor nuklir
kartini dengan metode spektrofotometri UV-VIS [Skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Negeri Sebelasmaret.
Riwandi. 2007. Sifat kimia gambut dan derivat asam fenolat: komposisi unsur vs
spektra UV-VIS ekstrak gambut dengan natrium-irofosfat [Skripsi]. Bengkulu (ID):
Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

LAMPIRAN
Tabel 1 Pembuatan Spektrum Mn dari KMnO4
(nm)
400
405
410
415
420
425
430
435
440
445
450
455
460
465
470
475
480
485
490
495
500
505
510
515
520
525
530
535
540
545
550
555
560
565
570
575
580
585
590

%T
89,6
91
92,8
94,2
94,2
93,4
91,6
88,6
88
83,6
79,2
76,6
69
61,4
54,4
47,4
42
35,6
29,4
24,2
20,8
17,2
14
12,8
12
10,8
10,8
11,2
11,8
12,8
15
17,4
21
22,4
31,4
42
50,2
59,4
66,8

A
0,0477
0,0410
0,0325
0,0259
0,0259
0,0297
0,0381
0,0526
0,0555
0,0778
0,1013
0,1158
0,1612
0,2118
0,2644
0,3242
0,3768
0,4486
0,5317
0,6162
0,6819
0,7645
0,8539
0,8928
0,9208
0,9666
0,9666
0,9508
0,9281
0,8928
0,8239
0,7595
0,6778
0,6498
0,5031
0,3768
0,2993
0,2262
0,1752

71,6
75,2

595
600

0,1451
0,1238

Panjang Gelombang Maksimum KMnO4


1,2000

max

Absorbansi

1,0000
0,8000
0,6000
0,4000
0,2000
0,0000

390

490
(nm)

Gambar 1 Spektrum panjang gelombang Mn dari KMnO4


Tabel 2 Pembuatan Spektrum Cr dari K2Cr2O7
(nm)
380
385
390
395
400
405
410
415
420
425
430
435
440
445
450
455
460
465
470
475

%T
8,4
12,6
17,4
22,8
27,6
31,6
35
36,6
38
37,8
37,6
37,2
36,8
36,8
37,2
39
40,4
40,8
42,8
49,8

A
1,0757
0,8996
0,7595
0,6421
0,5591
0,5003
0,4559
0,4365
0,4202
0,4225
0,4248
0,4295
0,4342
0,4342
0,4295
0,4089
0,3936
0,3893
0,3686
0,3028

590

54,2
59
63,4
68
72,2
77
77,4
84,8
88,4
90,6
93,4

480
485
490
495
500
505
510
515
520
525
530

0,2660
0,2291
0,1979
0,1675
0,1415
0,1135
0,1113
0,0716
0,0535
0,0429
0,0297

Contoh perhitungan :
%

= log 100

8,4

= log 100
= 1,0757

Panjang Gelombang Maksimum K2Cr2O7 0,01 M


1,2

max

1
0,8

Absorbansi

0,6
0,4
0,2
0
380 390 400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520 530
(nm)
Gambar 2 Spektrum panjang gelombang Cr dari K2Cr2O7
Tabel 3 Deret Standar KMnO4 0,001 M
Vstandar
(mL)
1
2
3

[KMnO4]
M
0,00004
0,00008
0,00012

%T
380 nm 530 nm
114,2
95,8
110,4
81,4
107,2
74

A
380 nm
-0,0577
-0,0430
-0,0302

530 nm
0,0186
0,0894
0,1308

0,00016
0,00020

4
5

105,6
105

66,4
65,2

-0,0237
-0,0212

0,1778
0,1858

Contoh perhitungan :
(1 1 ) = (2 2 )KMnO4
25 0,001 = 1 2
2 = 0,00004

Deret Standar KMnO4 0,001 M


0,0000
-0,0100

0,00005

0,0001

0,00015

0,0002

y = 230,65x - 0,0628
R = 0,9257

-0,0200

Absorbans

0,00025

-0,0300
-0,0400
-0,0500
-0,0600
-0,0700

[KMnO4] M

Gambar 3 Kurva deret standar KMnO4 0,001 M pada panjang gelombang 380 nm

Deret standar KMnO4 0,001 M


0,2500
y = 1056,7x - 0,0063
R = 0,9406

Absorbans

0,2000
0,1500
0,1000
0,0500
0,0000
0

0,00005

0,0001
0,00015
[KMnO4]M

0,0002

0,00025

Gambar 4 Kurva deret standar KMnO4 0,001 M pada panjang gelombang 530 nm

Tabel 4 Deret Standar K2Cr2O7 0,01 M


Vstanda
r (mL)
1
2
3
4
5

[K2Cr2O2]
M
0,0004
0,0008
0,0012
0,0016
0,0020

%T
380 nm 530 nm
35,4
97,2
12,4
93,4
5,2
90,2
2,4
87,2
1,2
84,8

A
380 nm
0,4510
0,9066
1,2840
1,6198
1,9208

530 nm
0,0123
0,0297
0,0448
0,0595
0,0716

Contoh perhitungan :
(1 1 ) = (2 2 )KMnO4
25 0,01 = 1 2
2 = 0,0004 M

Deret standar K2Cr2O7 0,01 M


2,5000
y = 913,21x + 0,1406
R = 0,9933

Absorbans

2,0000
1,5000
1,0000
0,5000
0,0000
0

0,0005

0,001

0,0015

0,002

0,0025

[K2Cr2O7] M

Gambar 5 Kurva deret standar K2Cr2O7 0,01 M pada panjang gelombang 380 nm

Deret standar K2Cr2O7 0,01 M


0,0800
y = 37,093x - 0,0009
R = 0,9961

0,0700

Absorbans

0,0600
0,0500
0,0400
0,0300
0,0200
0,0100
0,0000
0

0,0005

0,001
0,0015
[K2Cr2O7] M

0,002

0,0025

Gambar 6 Kurva deret standar K2Cr2O7 0,01 M pada panjang gelombang 530 nm
Tabel 5 Penentuan Konsentrasi Sampel Campuran
Sampel Ulangan
FP
%T
380 nm 530 nm
1
25
75,8
94,4
1
2
25
76
94,2
3
25
75,8
94,2
1
25
76,2
93,8
2
2
25
76,4
92,8
3
25
76,2
93,4
1
25
82,2
92,8
3
2
25
82,2
92,4
3
25
82,2
92,6
1
0
11,8
76,6
4
2
0
11,8
77
3
0
11,6
77,2

A
380 nm
0,1203
0,1192
0,1203
0,1180
0,1169
0,1180
0,0851
0,0851
0,0851
0,9281
0,9281
0,9355

530 nm
0,0250
0,0259
0,0259
0,0278
0,0325
0,0297
0,0325
0,0343
0,0334
0,1158
0,1135
0,1124

Tabel 6 Perhitungan Konsentrasi Mn pada Beberapa Sampel


Sampel Ulangan
[Mn] M
Rerata
SD
-5
-5
1
1,9230 10
1,9831 10
5,2104 10-7
1
-5
2
2,0154 10
3
2,0110 10-5
1
2,1963 10-5 2,4050 10-5 2,260810-6
2
2
2,6452 10-5
3
2,3735 10-5

%Ketelitian
97,3726

90,5994

1
2
3
1
2
3

2,7684 10-5
2,9475 10-5
2,8579 10-5
7,4544 10-5
7,2385 10-5
7,1021 10-5

Contoh perhitungan :
1 = +
2 = +

Ket:

2,8579 10-5

8,956110-7

96,8662

7,2650 10-5

1,776610-6

97,5546

a = konstanta pada 380 nm KMnO4


b = konstanta pada 530 nm KMnO4
c = konstanta pada 380 nm K2Cr2O7
d = konstanta pada 530 nm K2Cr2O7
Cx = konsentrasi Mn
Cy = konsentrasi Cr

0,1203 = 230,65Cx + 913,21Cy 37,093


0,0250 = 1056,7Cx + 37,093Cy 913,21
4,46 = 8555,5Cx + 33873,699Cy
22,83 = 964989Cx + 33873,699Cy -18,37 = -956433,5Cx
18,37
=
956433,5
Cx
= 1,92 10-5 M
Tabel 7 Perhitungan Konsentrasi Cr pada Beberapa Sampel
Sampel Ulangan
[Cr] M
Rerata
SD
-4
1
1,27

10
0,00012634
8,01829E-07
1
2
1,25 10-4
3
1,27 10-4
1
1,24 10-4 0,000122774
1,265E-06
2
-4
2
1,21 10
3
1,23 10-4
1
8,62 10-5 8,60004E-05 2,26205E-07
3
2
8,58 10-5
3
8,6 10-5
1
9,97 10-4 0,001000685 5,05729E-06
4
2
9,98 10-4
3
10,07 10-3
Contoh perhitungan :
1 = +
0,1203 = 230,65Cx + 913,21Cy
0,1203 = 230,65 (1,92 10-5) + 913,21Cy
Cy = 1,27 10-4

%Ketelitian
99,3653

98,9697

99,7370

99,4946

Tabel 8 Pembuatan Spektrum Mn dengan Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu


No.
(nm)
A
545,5
0,699
1.
525,5
0,726
2.
507
0,547
3.

Gambar 7 Spektrum panjang gelombang Mn dari KMnO4 spektrometer UV-Vis


Tabel 9 Pembuatan Spektrum Cr dengan Spektrfotometer UV-Vis Shimadzu
No.
1.

(nm)
440

A
0,394

Gambar 8 Spektrum panjang gelombang Cr dari K2Cr2O7 spektrometer UV-Vis

Tabel 10 Hasil Pengukuran Standar KMnO4 0,001 M dengan Spektrofotometer UVVis Shimadzu
Standar

[Mn] M
0,00004
0,00008
0,00012
0,00016
0,00020

Std 1
Std 2
Std 3
Std 4
Std 5

A
440 nm
0
0,003
0,004
0,008
0,01

525 nm
0,022
0,077
0,12
0,163
0,165

Deret standar KMnO4 0,001 M Shimadzu


0,012
y = 62,5x - 0,0025
R = 0,9766

0,01

Absorbansi

0,008
0,006
0,004
0,002
0
0
-0,002

0,00005

0,0001

0,00015

0,0002

0,00025

[KMnO4] M

Gambar 9 Kurva deret standar KMnO4 0,001 M pada panjang gelombang 440 nm
dengan spektrofotometer UV-Vis Shimadzu

Absorbansi

Deret Standar KMnO4 0,001 M


0,2
0,18
0,16
0,14
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0

y = 930x - 0,0022
R = 0,9372

0,00005

0,0001
0,00015
[KMnO4] M

0,0002

0,00025

Gambar 10 Kurva deret standar KMnO4 0,001 M pada panjang gelombang 525 nm
dengan spektrofotometer UV-Vis Shimadzu
Tabel 11 Hasil Pengukuran Standar K2Cr2O7 0,01 M dengan Spektrometer UV-Vis
Shimadzu
Standar
[Cr] M
A
440 nm 525 nm
0,0004
0,158
0,018
Std 1
0,0008
0,326
0,029
Std 2
0,0012
0,478
0,047
Std 3
0,0016
0,647
0,058
Std 4
0,0020
0,813
0,068
Std 5

Deret Standar K2Cr2O7 0,01 M Shimadzu

Absorbansi

0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0

y = 407,75x - 0,0049
R = 0,9997

0,0005

0,001
0,0015
[K2Cr2O7] M

0,002

0,0025

Gambar 11 Kurva deret standar K2Cr2O7 0,01 M pada panjang gelombang 440 nm
dengan spektrofotometer UV-Vis Shimadzu

Aborbansi

Deret Standar K2Cr2O7 0,01 M Shimadzu


0,08
0,07
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0

y = 32,25x + 0,0053
R = 0,9894

0,0005

0,001

0,0015

0,002

0,0025

[K2Cr2O7] M
Gambar 11 Kurva deret standar K2Cr2O7 0,01 M pada panjang gelombang 525 nm
dengan spektrofotometer UV-Vis Shimadzu
Tabel

12

Sampel

Hasil Pengukuran Konsentrasi Mn


Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu

pada

Ulangan

[Mn] M

1
2
3
1

FP

25
25
25
25

A
440
nm
0,061
0,065
0,063
0,073

525
nm
0,005
0,008
0,009
0,011

Sampel

1,8956 10-7
3,0906 10-6
4,3426 10-6
5,6496 10-6

dengan

2
3
1
2
3
1
2
3

Contoh perhitungan :
1 = +
2 = +

0,061
0,005
1,97
2,04

25
25
25
25
25
0
0
0

0,072
0,07
0,051
0,052
0,054
0,363
0,352
0,352

Ket:

0,007
0,011
0,011
0,016
0,013
0,09
0,09
0,09

1,4111 10-6
5,9062 10-6
7,5307 10-6
1,2850 10-5
9,4362 10-6
6,6255 10-5
6,7195 10-5
6,7195 10-5

a = konstanta pada 440 nm KMnO4


b = konstanta pada 525 nm KMnO4
c = konstanta pada 440 nm K2Cr2O7
d = konstanta pada 525 nm K2Cr2O7
Cx = konsentrasi Mn
Cy = konsentrasi Cr

= 62,5Cx + 407,75Cy 32,25


= 930Cx + 32,25Cy 407,75
= 2015,63Cx + 13149,94Cy
= 379207,5Cx + 13149,94Cy -

-0,07 = -377191,87Cx
0,07
=
377191,87
Cx
= 1,8956 10-7 M

Tabel 13 Hasil Pengukuran Konsentrasi Cr pada Sampel dengan Spektrofotometer


UV-Vis Shimadzu
Sampel Ulangan
FP
A
[Cr] M
440 nm 525 nm
1
25
0,061
0,005
0,00015
Sampel
1
2
25
0,065
0,008
0,000159
3
25
0,063
0,009
0,000154
1
25
0,073
0,011
0,000178
Sampel
2
2
25
0,072
0,007
0,000176
3
25
0,07
0,011
0,000171
1
25
0,051
0,011
0,000124
Sampel
3
2
25
0,052
0,016
0,000126
3
25
0,054
0,013
0,000131
1
0
0,363
0,09
0,00088
Sampel
4
2
0
0,352
0,09
0,000853
3
0
0,352
0,09
0,000853

Contoh perhitungan :
1 = +
0,061 = 62,5Cx + 407,75Cy
0,061 = 62,5(1,8956 10-7 ) + 407,75Cy
Cy
= 0,00015 M
Tabel 14 Uji F dan Uji T Beberapa Sampel

Sampel

Ulangan
1

2
3
Rerata
SD
Varian

[Mn] M
Spectronic Uv-Vis
20 D+
Shimadzu
1,9230 1,8956
10-5
10-7
2,0154 3,0906
10-5
10-6
2,0110 4,3426
10-5
10-6
1,9831 2,5409
10-5
10-6
5,2123 2,1304
10-7
10-6
2,7169 4,5386
10-13
10-12

|d|

1,9040
10-5
1,7063
10-5
1,5767
10-5
1,7290
10-5
1,6483
10-6
2,7169
10-12

1,9420
10-5
2,3245
10-5
2,4453
10-5
2,2373
10-5
2,6275
10-5
6,9038
10-10

Contoh perhitungan :
Uji t
Hipotesis uji t : Ho = d = 0
HA = d 0
uji t Pair
||
=

(1,7290 105 ) 3
=
1,6483 106
= 18,1685

Syarat : Ho diterima apabila t uji < t tabel (95% , = 0,05, 2 = 4,303)


Simpulan
texp (18,1685) > ttabel (4,303)
maka ada perbedaan secara signifikan dari nilai yang diketahui
Uji F
Hipotesis uji F : Ho = St2 = Sd2
HA = St2 Sd2

Uji F 0ne- tailed


F = St2
Sd2
F = 6,9038 10-10 = 3,7232 10-5
1,8543 10-5
Syarat : Ho diterima apabila F uji < F tabel (95% , = 0,05; 2,2 =
19,00 )
Simpulan
Fexp (3,7232 10-5) < Ftabel (19,00)
maka galat sistematis antara analisis tidak ada perbedaan secara
signifikan dari nilai yang diketahui

Anda mungkin juga menyukai