Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENCEGAHAN DEKUBITUS
Disusun Oleh :
Ellya Shahnaz Fitriani
G2A014039
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat mengakibatkan
meningkatnya biaya, lama perawatan dirumah sakit karena memperlambat program
rehabilitasi bagi penderita (Potter, Perry, 1993). Selain itu dekubitus juga dapat
menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa tidak nyaman, tergangu dan frustasi
yang menghinggapi para pasien dan meningkatkan biaya dalam penaganan.
Dan angka kejadian Luka Dekubitus (ulkus) di Indonesia mencapai 33,3%.
Angka ini lebih tinggi dari Negara Asia lainnya. Langkah pertama dalam mencegah
terjadinya luka adalah mengidentifikasi faktor resiko luka dekubitus. Usia juga dapat
mempengaruhi terjadinya luka dekubitus. Usia lanjut atau lansia (>50th) mudah sekali
untuk terjadi luka dekubitus. Hal ini karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas
kulit dimana adanya penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi darah pada dermis,
Ketika pasien berbaring atau duduk maka berat badan berpindah pada penonjolan
tulang. Semakin lama tekanan diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit
(Suriadi, 2004)
B. TUJUAN
1. Mampu mengetahui pengertian dekubitus
2. Mampu memahami fakor resiko terjadinya dekubitus
3. Mampu mengetahui stadium pada dekubitus
4. Mampu mengerti cara pencegahan pada dekubitus
5. Mampu memahami tindakan keperawatan pada dekubitus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN DEKUBITUS
Dekubitus adalah suatu keadaan dimana timb
ul ulkus sebagai akibat penekanan yang lama yang mengenai suatu tempat
pada permukaan tubuh penderita (Bouwhuizen, 1986). Hal ini dapat terjadi karena
terjepitnya pembuluh darah antara tulang penderita dan papan tempat tidurnya. Akibat
terjepitnya pembuluh darah tersebut, maka jaringan yang terdapat pada daerah itu
tidak bisa memperoleh bahan makanan dan oksigen, akibatnya jaringan tersebut
mengalami kematian.
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat
dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh
dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang
berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan
malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta
mengalami gangguan tingkat kesadaran(Margolis 1995)
Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi
ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal
dalam jangka waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a,
1989b).
Dekubitus adalah gangguan pada kemampuan untuk melakukan garakan,
maka kemungkinan over-kompresi dengan akibat kerusakan jaringan akan terjadi
(Nancyroper, 1986)
B. FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA DEKUBITUS
Berikut faktor dan penyebab terjadinya dekubitus meunurut(Bouwhuizen, 1986):
1. Faktor Dekubitus
a. Tekanan
b. Gesekan dan pergeseran
c. Kelembaban dan kebersihan tempat tidur
2. Penyebab tambahan yang dapat mengakibatkan timbulnya dekubitus adalah:
a. Peredaran darah yang jelek
b. Keadaan gizi penderita yang buruk
c. Akibat pengaruh cairan, misalnya keringat, air kemih dan tinja pada kulit
d. Kerusakan yang terjadi pada kulit akibat lipatan, benda-benda kecil atau
karena kuku yang panjang
3. Tempat-tempat yang sering terancam bahaya dekubitus adalah:
dalam seperti otot, namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan
kulit.
5. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.
Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit.
Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien yang tidak berhati-hati.
6. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi
sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian
Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua
berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake
makanan yang tidak mencukupi.
7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena
kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan
kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori,
penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis.
Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit
menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang
merobek.
8. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan
sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan
jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan oleh Nancy Bergstrom (1992)
menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik yang rendah
berkontribusi pada perkembangan luka tekan.
9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga
merupakan faktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan.
10. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan memiliki
efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil penelitian Suriadi
(2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok dengan perkembangan
terhadap luka tekan.
11. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan
faktor yang signifikan dengan risiko terjadinya luka tekan.
D. STADIUM PADA DEKUBITUS
Hindari
menggosok
kulit
dengan
keras
karena
dapat
malignansi,
diabetes,
gagal
jantung,
gagal
ginjal,
pneumonia.
Medikasi seperti steroid, agen imunosupresif, atau obat anti kanker
juga akan mengganggu penyembuhan luka.
k. Mengevaluasi penyembuhan luka
Luka tekan stadium II seharusnya menunjukan penyembuhan luka
dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Pengecilan ukuran luka setelah 2
minggu juga dapat digunakan untuk memprediksi penyembuhan
14. Gunakan kasur busa, kasur kulit, atau kasur perubah tekanan. Jika pasien harus
menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan kasur khusus, yaitu
kasur yang diisi dengan air atau udara.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat
dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh
dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang
berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan
malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta
mengalami gangguan tingkat kesadaran(Margolis 1995)
Perlu diwaspadai terjadinya dekubitus jika ditemui tanda-tanda seperti kulit
tampak kemerahan yang tidak hilang setelah tekanan ditiadakan, pada keadaan yang
lebih lanjut kulit kemerahan di sertai adanya pengelupasan sedikit. Bila keadaan ini
dibiarkan setelah 1 minggu akan terjadi kerusakan kulit dengan batas yang tegas.
Biasanya kerusakan ini bisa mencapai tulang dan lapisan di bawah kulit. Luka tekan
yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan masa perawatan pasien
menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit.
Upaya pencegahan dekubitus meliputi mobilisasi, perawatan kulit, pemenuhan
kebutuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, penggunaan alat/ sarana dan penataan
lingkungan perawatan serta pendidikan kesehatan.
Perawat yang terlibat di dalam pendidikan kesehatan agar lebih menyadari
bahwa tindakannya dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klien
untuk mencegah terjadinya luka dekubitus akan sangat mempengaruhi sikap dan
perilaku klien tersebut dalam melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah
terjadinya luka dekubitus.
Oleh karena itu perawat perlu memahami secara komprehensif tentang luka
dekubitus agar dapat memberikan pencegahan dan intervensi keperawatan yang tepat
untuk klien yang berisiko terkena luka tekan serta meningkatkan peran aktif klien dan
keluarganya untuk dapat melakukan perawatan secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA