Analisis Pusat Permukiman Di Kabupaten T
Analisis Pusat Permukiman Di Kabupaten T
DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
BAB I...................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang...................................................................................................1
1.2.
1.2.1.
Tujuan................................................................................................................ 1
1.2.2.
Sasaran.............................................................................................................1
1.3.
Ruang Lingkup...................................................................................................2
1.3.1.
1.3.2.
1.4.
Sistematika Penulisan.......................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................... 3
KAJIAN LITERATUR..............................................................................................................3
2.1.
Analisis Skalogram............................................................................................3
2.2.
BAB III.................................................................................................................................... 6
GAMBARAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG..............................................................6
3.1.
Kondisi Geografis..............................................................................................6
3.2.
Kependudukan...................................................................................................6
BAB IV.................................................................................................................................... 8
ANALISIS SKALOGRAM DAN ISM KABUPATEN TEMANGGUNG.......................................8
4.1.
Analisis Skalogram............................................................................................8
4.2.
BAB V................................................................................................................................... 16
PENUTUP............................................................................................................................ 16
5.1.
Kesimpulan......................................................................................................16
5.2.
Rekomendasi...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni oelh manusia yang meliputi
segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan masyarakat yang menjadi satu
kesatuan dengan tempat tinggal mereka. Secara umum,faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan permukiman adalah faktor fisik,sosial, budaya, ekonomi,
politik dan faktor-faktor lainnya. Dasar teori dari sitem pusat permukiman adalah central
place teori serta range of goods serta threshold. Analisis sistem pusat permukiman pada
dasarnya ada dua elemen, yaitu daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Pada daerah
perdesaan pola permuukimannya dipengaruhi oelh pertanian,permukiman yang rapat dan
cenderung berkembag pada daerah yang memiliki tanah yag subur. Sedangkan daerah
perkotaan
adalah
daerah
yang
bersifat
non
agraris,
bersifat
persaingan
dalam
Teknik
skalogram
digunakan
untuk
memberikan
gambaran
adanya
Selatan
: Kabupaten Magelang
Barat
: Kabupaten Wonosobo
Timur
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1.
Analisis Skalogram
Metode skalogram adalah metode paling sederhana yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis fungsi wilayah, karena hanya menunjukkan daftar dari komponenkomponen pendukungnya. Komponen-komponen yang dibutuhkan biasanya meliputi :
1.
2.
3.
ada dengan jumlah penduduk, baik dalam skala kabupaten maupun skala setiap
wilayah/kecamatan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).
Metode sklagoram ini sering juga disebut sebagai metode analisis skala Guttman.
Menurut Soenjoto yang dikutip dari (Dias, 1997), metode analisis skala Guttman merupakan
suatu teknik skala, yang memiliki sedikit perbedaan dengan teknik-teknik skala lainnya.
Perbedaan tersebut terletak pada persyaratan-persyaratan yang diajukan Guttman dalam
membentuk skalanya. Persyaratan-persyaratan tersebut merupakan sifat-sifatnya yaitu :
a. variabel-variabel (pernyataan-pernyataan) dalam suatu set pernyataan harus homogen
(undimensional) atau memiliki ketunggalan dimensi. Artinya skala sebaiknya hanya
mengukur satu dimensi saja dari variabel yang memiliki banyak dimensi. Misalnya,
walaupun variabel nilai anak mempunyai dimensi ekonomi, dimensi psikologi, dan
dimensi sosial, namun suatu skala nilai anak sebaiknya hanya mengukur salah satu
dimensi saja.
b. seperangkat
variabel-variabel
dalam
suatu
set
pernyataan
harus
bersifat
b.
c.
d.
e.
memiliki variabel 1 daripada 2, atau variabel 3 daripada 4. Hal ini disebabkan menurut logika
atau kebutuhan dan batas ambang penduduknya bahwa suatu pusat terlebih dahulu
memiliki penduduk daripada tenaga kerja di sektor perkotaan, atau akan terlebih dahulu
membutuhkan SLTP daripada akademi dan perguruan tinggi. Jadi dengan perangkat
variabel-variabel tersebut, diharapkan setiap pusat perkembangan dapat dinilai. Jika pusat
tersebut memiliki variabel
memiliki variabel 5, maka akan memiliki variabel 4 dan 3. Akan tetapi jika pusat
perkembangan memiliki variabel 1, maka tak akan selalu memiliki variabel 2, 3, 4, dan 5.
Lebih lanjut dalam perhitungan metode ini dikenal cara penyusunan tabel skala
Guttman dengan tahapan sebagai berikut : 1) menyiapkan matriks data dasar, yang
mengandung jumlah objek penelitian dengan jumlah variabel yang digunakan untuk
mengukur tingkat perekonomian, tingkat pelayanan masyarakat, dan tingkat sumberdaya
manusia; 2) perhitungan dengan menggunakan titik potong (cutting point). Titik potong
adalah suatu nilai tertentu (ditentukan) untuk menetapkan batas antara kelompok-kelompok
objek penelitian yang memperlihatkan tingkatan tiap objek penelitian terhadaap variabelvariabel yang ada. Jadi, tingkat tiap-tiap objek penelitian ditentukan oleh besarnya jumlah
tiap-tiap variabel yang dimiliki pada objek-objek penelitian tersebut. Dalam studi ini tingkatan
tiap-tiap objek penelitian terhadap variabel-variabelnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah.
(3)
(4)
frekuensi
2.2.
t
T
C=
C= Bobot dari atribut suatu fasilitas
t = Nilai sentralitas gabungan
T = Jumlah total atribut fasilitas
Setelah mengetahui nilai sentralitas, kita dapat menentukan indeks sentralitas
dengan mengalikanya dengan jumlah fasilitas yang ada. Berdasarkan range yang kemudian
dapat ditentukan hierarki (tingkatan) masing-masig kota.
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG
3.1.
Kondisi Geografis
Kabupaten Temanggung adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang
terletak di 110023-11004630 BT dan 7014-703235 LS. Kabupaten Temanggung yang
terdiri dari 20 kecamatan secara geoekonomis dilalui oleh tiga jalur pusat kegiatan ekonomi
yaitu Semarang (77 Km), Yogyakarta (64 Km), dan Purwokerto (134 Km).
Kabupaten Temanggung memiliki sifat iklim tropis dengan dua musim yaitu musim
kemarau antara BUlan April sampai dengan September dan musim penghujan antara BUlan
Oktober dan sampai dengan Maret dengan curah hujan tahunan pada umumnya tinggi.
Daerah Kabupate Temanggung pada umumnya berhawa dingin dengan udara pegungungan
berkisar antara 200C-300C. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah Kecamatan Tretep,
Kecamatan Bulu (lereng Gunung Sumbing), Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo
serta Kecamatan Candiroto.
Permukaan wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dataran tinggi. Pola topografi
silayah secara umum mirip sebuah cekungan atau depresi raksasa yang terbuka di bagian
tenggara, di bagian selatan dan Barta dibatasi oleh 2 guunung yaitu Gunung Sumbing
(3.260 mdpl) dan Gunung Sindoro (3.151 mdpl). Di bagian utara di batasi oleh sebuah
pegungungan yang membujur dari timur laut kea rat tenggara. Dengan topografi semacam
itu, Kabupaten Temangunggung memiliki permukaan yang sangat beragam ditinjau dari
ketinggian dan luas wilayah/kawasan. Sebagian wilayah kapupaten berada pada ketinggian
500 m-1.450 m (24,3%), luasan area ini merupakan daerah lereng Gunung Sindoro dan
Gungung Sumbing yang terhampar dari sisi selatan, barat sampai dengan utara wilayah.
3.2.
Kependudukan
Jumlah penduduk Kapbupaten Temanggung terus mengalami peningkatan. Pada
tahun 2013 telah mencapai 739.874 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk besarannya
di bawah 1 persen selama tiga tahun terakhir seperti tabel di bawah ini.
Tabel III.1 Kependudukan Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2013
Uraian
2011
Jumlah Penduduk
727.184
Pertumbuhan Penduduk (%)
0,76
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
835
Sex Rasio (%)
199,55
Jumlah Rumah Tangga
191.074
Rata-rata (jiwa/rumah tangga)
3,81
Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung,2014
2012
733.418
0,86
842
100,60
192.080
3,82
2013
739.873
0,88
850
100,57
193.096
3,83
Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Hal ini terlihat pada rasio perbandingan jenis kelamin yang angkanya selalu
lebih besar dari 100 persen dalam tiga tahun terakhir.
Dengan luas wilayah 870,65 km2 berarti setiap km2 rata-rata ditempati penduduk
sebanyak 850 jiwa pada tahun 2013. Untuk anggota rumah tangga dalam setiap rumah
tangga terlihat cenderung naik.
Komposisi
penduduk
Kabupaten
Temanggung
didominasi
oleh
penduduk
muda/dewasa. Dasar piramida yang melebar baik untuk penduduk laki-laki maupun
perempuan menunjukkan bahwa angka kelahiran di Kabupaten Temanggung masih cukup
tinggi. Dari komposisi penduduk, juga didapatkan rasio ketergantungan sebesar 46 persen,
yang artinya setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung 46 orang
tidak produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun)
BAB IV
ANALISIS SKALOGRAM DAN ISM KABUPATEN TEMANGGUNG
4.1.
Analisis Skalogram
Kabupaten Temanggung terdiri atas 20 Kecamatan dengan persebaran tiap jumlah
fasilitasnya berbeda-beda. Dalam anialisis ini, fasilitas yang digunakan ada 16 fasilitas
diantaranya
adalah
fasilitas
pendidikan
yang
terdiri
atas
PAUD,TK,SD/MI
Orde pusat permukiman dibuat 4 orde yaitu I,II,III, dan IV dengan pertimbangan
semua nilai masuk ke dalam kelas tersebut.
Interval kelas = range : orde
=6:4
= 1.5
Sehingga didapatkan kelas nya adalah sebagai berikut:
Tabel IV.1 Orde Hirarki Pusat Permukiman dengan Analisis Skalogram
ORDE 1
>14.5-16
ORDE 2
>13.14.5
ORDE 3
>11.5-13
ORDE 4
10-11.5
No
Kecamatan
Mushola
Masjid
SD/MI sederajat
TK
PAUD
PKD
SMP/MTS sederajat
SMA/SMK/MAN
sederajat
Puskesmas Pembantu
Pasar Desa
Puskesmas
Polindes
Balai Pengobatan
Pasar Daerah
RS umum
PT/Akademi
Fasilitas
Temanggung
79,630
13
Kedu
55,856
14
Ngadirejo
52,230
Jumlah
penduduk
Parakan
51,145
10
Pringsurat
48,510
12
Kandangan
48,089
Bulu
46,232
Kranggan
45,237
11
Kaloran
41,076
16
Gemawang
31,848
17
Candiroto
30,594
Tembarak
29,031
15
Jumo
28,392
Kledung
24,988
20
Wonoboyo
24,567
Bansari
22,323
Tlogomulyo
22,266
19
Tretep
19,807
18
Bejen
19,633
Selopampang
18,419
2
0
20
20
2
0
2
0
2
0
2
0
15
18
16
20
1
4
Jumlah
Hasil dari penentuan kelas tersebut kemudian digunakan untuk menentukan orde dari
masing-masing Kecamatan dengan hasil sebagai berikut:
Tabel IV.3 Jumlah Fasilitas dan Orde Tiap Kecamatan
Kecamatan
Temanggung
Kedu
Ngadirejo
Parakan
Pringsurat
Kandangan
Bulu
Kranggan
Kaloran
Gemawang
Candiroto
Tembarak
Jumo
Kledung
Wonoboyo
Bansari
Tlogomulyo
Tretep
Bejen
Selopampang
Sumber:Analisis Kelompok,2014
Jumlah
16
12
13
16
14
13
13
14
12
11
12
10
11
10
11
10
10
11
10
11
Orde
I
III
III
I
II
III
III
II
III
IV
III
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
Kemudian, setiap kecamatan yang mempunyai orde yang sama dikelompokan menjadi
seperti yang di bawah ini.
Tabel IV.4 Hierarki Kecamatan
Orde
I
II
III
IV
Kecamatan
Temanggung dan Parakan
Pringsurat dan Kranggan
Kedu, Ngadirejo, Kandangan, Bulu, Kaloran, Candiroto
Gemawang, Tembarak, Jumo, Kledung, Wonoboyo, Bansari, Tlogomulyo,
Tretep, Bejen dan Selopampang
Sumber:Analisis Kelompok,2014
Gambar IV.1 Peta Hierarki Pusat Permukiman kabupaten Temanggung dengan Metode
Skalogram
Sumber:Analisis Kelompok,2014
35
24
22
16
10
10
0
2.0
0
10
0
2.5
0
10
0
2.8
6
10
0
4.1
7
10
0
4.5
5
10
0
6.2
5
100
100
100
10.
00
25.
00
33.3
3
PT/Akademi
40
RS umum
50
Pasar Daerah
Balai Pengobatan
10
5
10
0
0.9
5
Polindes
15
8
10
0
0.6
3
Puskesmas
22
9
10
0
0.4
4
Pasar Desa
30
9
10
0
0.3
2
Puskesmas Pembantu
56
3
10
0
0.1
8
sederajatSMA/SMK/MAN
0.0
8
SMP/MTS sederajat
0.0
6
PKD
128
2
100
PAUD
154
9
100
TK
Masjid
SD/MI sederajat
Mushola
t
T
Dalam menentukan bobot masing-masing fasilitas menggunakan rumus C =
Fasilitas
4.2.
Sumber:Analisis Kelompok,2014
174.08-220.11
ORDE 2
128.06-174.08
ORDE 3
82.03-128.06
ORDE 4
36-82.03
Sumber:Analisis Kelompok,2014
Hasil dari penentuan kelas tersebut kemudian digunakan untuk menentukan orde dari
masing-masing Kecamatan dengan hasil sebagai berikut:
Tabel IV.7 Jumlah Bobot dan Orde Tiap Kecamatan
Kecamatan
Jumlah
Temanggung
220
Kedu
61
Ngadirejo
80
Parakan
148
Pringsurat
117
Kandangan
105
Bulu
66
Kranggan
92
Kaloran
86
Gemawang
56
Candiroto
75
Tembarak
49
Jumo
51
Kledung
41
Wonoboyo
51
Bansari
40
Tlogomulyo
36
Tretep
38
Bejen
44
Selopampang
43
Sumber:Analisis Kelompok,2014
Orde
I
IV
IV
II
III
III
IV
III
III
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
Orde
I
II
III
IV
Kecamatan
Temanggung
Parakan
Pringsurat, Kandangan, Kranggan, Kaloran
Gemawang, Ngadirejo, Bulu, Kedu, Candiroto, Tembarak, Jumo, Kledung,
Gambar IV.3 Peta Hierarki Pusat Permukiman Kabupaten Temanggung dengan Metode ISM
Sumber:Analisis Kelompok,2014
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil analisis dengan dua metode diatas, didapatkan hasil bahwa Kecamatan
yang menempati orde pertama dalam perhitungan menggunakan Saklogram dan ISM
berturut-turut adalah Kecamatan Temanggung. Hal ini dikarenakan karena Kecamatan
Temanggung merupakan Ibu Kota dari Kabupaten Temanggung dan merupakan daerah
pusat pelayanan yang melayani daerah-daerah lain dan juga daerahnya sendiri.
5.2.
Rekomendasi
Berdasarkan Perda No 5 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Temanggung pasal
33, bahwa:
perkotaan
terkait
dengan
pusat
kegiatan
sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari pusat kegiatan wilayah dan lokal,
meliputi:
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan kawasan dengan fungsi sebagai pusat
pertumbuhan
pertama
dengan
orientasi
kegiatan
berupa
pemerintahan,
perdagangan dan jasa, pelayanan masyarakat dan lain yang termasuk PKL ini
adalah seluruh wilayah Kecamatan Temanggung.
b. PKL I merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat perdagangan
dan jasa, permukiman, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan berupa
beberapa kecamatan yang termasuk kedalam PKL 1 adalah Kecamatan Parakan,
Ngadirejo, Kranggan, Pringsurat dan Kedu.
c. PKL II merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan menjadi kawasan
perkotaan dengan fungsi sebagai pusat produksi,pertanian dan perkebunan dengan
skala pelayanan beberapa kecamatan serta menunjang kota dengan PKL I.
Kecamatan yang masuk lingkup PKL II adalah kecamatan Kandangan, Kledung,
Bulu, Candiroto, dan Selopampang.
d. PKL III merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan menjadi kawasan
perkotaan yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi pertanian dengan skal lokal.
PKL III terdiri atas Kecamatan Bejen, Jumo, Tlogomulyo, Tembarak dan Kaloran.
e. PKL IV merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan menjadi kawasan
perkotaan yang memiliki fungdi sebagai pusat produksi pertanian dengan skala lokal.
Kecamatan yang termasuk kedalam PKL IV adalah Kecamatan Gemawang,
f.
diarahkan
pada
usaha
pemerataan
DAFTAR PUSTAKA
Dias, R. d. (1997). Studi Analisis Penentuan Lokasi Ibukota Kabupaten dati II Pekalongan.
Bandung: TA Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITB.
Daerah, P. (2008). Paten No. Perda No 5 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten
Temanggung
Riyadi dan Bratakusumah, D. S. (2005). Perencanaan Pembangunan Daerah: Starategi
Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sumaatmaja, N. (1988). Studi Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung:
Alumni.
Temanggung, B. K. (2014). Statistk Daerah Kabupaten Temangung 2014. Temanggung:
BPS Kabupaten Temanggung.
Kepadatan
Penduduk
Kabupaten
Temanggung.
Diunduh
dari