KELOMPOK 2
TUTOR
dr. Wiwiek Fatchurohmah
ANGGOTA
Gilang Rara Amrullah
G1A011004
G1A011005
G1A011006
G1A011041
Fachrurozi Irsyad
G1A011042
G1A011043
Brahma Putra J.
G1A011077
G1A011078
G1A011079
Mulia Sari
G1A011112
G1A011113
A. Skenario Kasus
Ny. Melankolis usia 36 tahun dengan status G2P1A0 datang ke Rumah Sakit
untuk kontrol kehamilan dan ditemani oleh suaminya. Saat ini Diana, anak pertama
mereka berumur 3 tahun dan sejak umur 6 bulan didiagnosa mempunyai kelainan
darah, thalasemia mayor. Sejak setahun yang lalu, Diana sudah menjalani transfusi
darah bulanan dan mengkonsumsi obat untuk mengurangi efek negative
penyakitnya. Ny Melankolis sangat sedih pada awalnya, karena dia harus melihat
anaknya yang masih kecil mendapat transfusi darah setiap bulan. Beberapa waktu
sebelum mereka memutuskan mempunyai anak lagi, Ny Melancolis mendengar dari
sesama orang tua yang mempunyai anak dengan thalasemia, bahwa biasanya anak ke
dua tidak akan terkena thalasemia, sehingga ny. Melankolis dan suami memutuskan
untuk mempunyai anak
maka mereka dianjurkan oleh dokter untuk melakukan pemeriksaan agar anak yang
dikandung diketahui mempunyai kelainan darah yang sama atau tidak.
menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan genetika.
Dokter
ternyata
janin
yang
dikandung
ny,
Melankolis
mempunyai
kemungkinan besar lahir dengan thalasemia. Ibu Melankolis sangat gundah dan
menangis terus menerus,
B. Panduan Pertanyaan
1. Klarifikasikan istilah-istilah yang tidak anda pahami!
2. Menurut anda, dilemma etik apa yang terdapat pada artikel di atas!
3. Prinsip-prinsip dasar moral apakah yang mendasari setiap orang dalam
mengambil keputusan? Jelaskan!
4. Bagaimana dilemma etik dilihat dari dua sudut pandang (sebagai dokter dan
sebagai Ny. Melankolis)
5. Apa fungsi dan tujuan dari dilakukannya informed consent?
6. Dalam kondisi apa sajakah yang tidak memerlukan informed consent?
C. Jawaban Pertanyaan
1. Klarifikasikan istilah-istilah yang tidak anda pahami!
a. G2P1A0 (Gravida 2 Para 1 Abortus 0)
Pasien sedang menjalani kehamilan kedua, sudah pernah melahirkan
hidup satu kali, dan belum mengalami abortus (abortus nol).
G2P1A0
merupakan
suatu
pernyataan
kehamilan.
Untuk
keterangannya adalah :
1) G2 (Gravida), wanita hamil, G2 berarti selama kehamilan kedua atau
mengandung anak kedua.
2) P1 (Para) wanita yang pernah melahirkan satu keturunan atau lebih yang
mampu hidup tanpa memandang apakah seorang anak hidup saat lahir, P1
berarti sudah melahirkan satu anak.
3) A0 (Abortus) fetus yang mati atau non viable, A0 berarti tidak pernah
terjadi abortus (Dorland, 2011).
b. Thalassemia
Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan
kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel
darah normal (120 hari). Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami
gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar
tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang. Thalassemia terjadi akibat
dan
tidak
mampu
lagi
menjalankan
aktivitasnya
secara
c. Abortus
Aborsi adalah peniadaan janin yang masih hidup dari rahim ibu
melalui campur tangan manusia sebelum lahir dengan cara membunuhnya
(Chang, 2009).
Aborsi adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui
metode obat-obatan maupun bedah. Risiko kematian akibat aborsi dalam 12
minggu pertama antara 1:100.000 s.d. 1:400.000 (Morgan, 2003).
Aborsi adalah pengakhiran hidup janin sebelum diberi kesempatan
untuk bertumbuh. Abortus ialah berhentinya kehamilan sebelum janin berusia
22 minggu berat 500 gr (Hanafiah, 2009).
Ada dua jenis aborsi yaitu:
1) Aborsi Spontan merupakan suatu mekanisme alamiah untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang abnormal. Aborsi spontan terdiri dari berbagai macam
tahap yakni:
a) Abortus Imminens. Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan threaten
Abortion, terancam keguguran ( bukan keguguran ). Di sini keguguran
belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda yang menunjukan ancaman bakal
terjadi keguguran.
b) Abortus Incomplitus. Secara sederhana bisa disebut Aborsi tidak
lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran buah kehamilan tetapi
tidak komplit.
c) Abortus Complitus.
Disebut
sebagai
Aborsi
lengkap,
yakni
Populer
therapeuticus,
juga
karena
disebut
alasan
dengan
yang
abortus
sangat
provocatus
mendasar
untuk
4
keadaan
biologis
darah
atau
komponen
Ny.
Melankolis sangat gundah dan menangis terus menerus. Pilihan yang saat ini
dimiliki Ny. Melankolis adalah mempertahankan janinnya dan melahirkan anak
dengan thalasemia atau Ny. Melankolis menggugurkan kandungannya.
Adanya kelainan genetika pada anak yang dikandung sementara proses
kehamilanya normal. Adanya kemungkinan abortus dengan alasan anak yang
dikandung memiliki kelainan genetika yang berat (Hak autonomi pasien vs
prinsip Benficence, Nonmaleficence & Justice dari dokter).
Adanya kemungkinan besar untuk memiliki anak kedua yang mengidap
thalassemia. Hal ini sesuai dengan Deklarasi Oslo (1970) dimana dapat
dilakukan abortus pada risiko kehamilan dengan cacat bawaan (baik fisik,
genetik, maupun mental). Tetapi, masih ada kemungkinan untuk tidak mengidap
thalassemia. Selain itu, dalam hal ini thalassemia belum terkategorisasi sebagai
mayor atau minor (dengan pertimbangan risiko yang dimilikinya).
3.
dan
untuk
meyakinkan
kebenaran.
dengan
Informasi
bahwa
klien
kemampuan
harus
ada
agar
sangat
mengerti.
seseorang
untuk
menjadi
akurat,
akibat zina.
b. Nasrani = Kehidupan dimulai sejak sperma bertemu dengan sel telur
sehingga aborsi dikatakan sebagai pembunuhan dan dilarang.
c. Budha = Kehidupan dimulai sejak 49 hari, sehingga sebelum itu aborsi dapat
dilakukan.
d. Hindu = Dalam Hindu terdapat ajaran Ahimsa, yaitu ajaran dimana tidak
diperbolehkan untuk membunuh (A = tidak, Himsa = Membunuh).
4.
Bagaimana dilemma etik dilihat dari dua sudut pandang (sebagai dokter dan
sebagai Ny. Melankolis)
a. Sebagai dokter
Dilema dokter terjadi pada saat dokter menawarkan kepada Ny.
Melankolis untuk melakukan pemeriksaan genetik, karena pemeriksaan
genetik memiliki 2 kemungkinan yaitu potisif atau negatif thalasemia.
Pada saat mengutarakan kepada Nyonya Melankolis bahwa kehamilan
beliau normal akan tetapi hasil pemeriksaan genetika menunjukan bahwa
anak beliau kemungkinan besar lahir dengan thalasemia.
Selain itu, dokter tersebut juga akan memiliki kecenderungan untuk
menyalahi sumpah dokter, dimana harus menghargai kehidupan sejak
pembuahan hingga meninggal (kecuali dilakukan atas dasar indikasi medis
dan terapeutik bagi ibu). Lalu pertanyaan yang mungkin timbul adalah,
apakah adanya kemungkinan bagi anak kedua Ny. Melankolis menderita
thalassemia dapat dianggap sebagai sebuah indikasi medis untuk melakukan
abortus?
Dokter yang akan melakukan abortus disini sebenarnya telah aman
dari jerat hukum karena sudah memenuhi indikasi medik untuk
9
10
11
Pasal 346
12
Seorang
wanita
yang
sengaja
menggugurkan
atau
mematikan
13
5.
6.
di
dalam
dirinya
(sesuai
dengan
Permenkes
No.
290/Menkes/Per/III/2008)
Selain itu, informed consent tidak dilakukan atau tidak menjadi perioritas
utama jika pasien berada pada keadaan tertentu. Keadaan tertentu menurut
Sofwan Dahlan adalah keadaan dimana pasien belum dewasa, belum 21 tahun,
belum pernah nikah, atau tidak sehat akal. Dalam bahasa hukum, keadaan seperti
itu dianggap belum dapat melakukan tindakan hukum karena dinilai belum atau
tidak cakap.
Jika tidak dalam kondisi diatas, tindakan medis yang dilakukan tanpa
informed consent, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan
berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault )
14
DAFTAR REFERENSI
Achadiat CM. 2007. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan
Zaman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
15
Kesehatan
Republik
290/Menkes/Per/III/2008.
Indonesia.
Jakarta:
2008.
Departemen
Permenkes
Kesehatan
No.
Republik
Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Dewi, Ratna Sari. 2010. Sistem Manajemen Transfusi Berbasis Kompetensi. Jakarta :
Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.
Dorland. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta : EGC.
Hanafiah, M Jusuf dan Amri Amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hunt, Geoffry. 1994. Ethical issues in nursing. New York: Padstow, Press Ltd.
Guwandi J. 2008, Informed Consent. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Morgan, Geri dan Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi : Panduan
Praktik. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
16