Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai
Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang
sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan
kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas
masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan perlu dilakukan dengan serius diantaranya
melalui peningkatan status gizi penduduk, peningkatan akses pada pelayanan kesehatan
dasar, subsidi di biaya pelayanan kesehatan, serta perbaikan keadaan lingkungan (Dinkes,
2008).
Bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat dilihat dari segi kesehatan masyarakat. Masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin di
atasi karena kotoran manusia adalah sumber penyakit yang multi komplek
(Soekidjo,N,1997). Dampak dari perilaku buang air besar ke sungai, kebun, sawah,
kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Perilaku seperti tersebut jelas sangat
merugikan konsidi kesehatan masyarakat, karena timja di kenal sebagai media tempat

hidupnya bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare muntaber,
dan berbagai macam penyakit kulit lainnya.
Tinja adalah sumber pengembangan penyakit yang multi kompleks. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada tinja dapat melalui berbagai cara, tinja dapat
mengkontaminasi makanan, minuman dan sayuran. Baik melalui tangan manusia sendiri
atau vektor. Tinja yang bisa mencemari air tanah yang menyebabkan penularan bibit
penyakit. Penyakit-penyakit seperti typus abdominalis, kolera, desentri, hepatitis dan
berbagai jenis cacing, dapat disebarkan oleh tinja ( Daryanto, 2004 )
Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan
berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing). Apabila
tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, misal kebun, kolam, sungai, dan lain-lain,
maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan
masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko menimbulakan penyakit pada seseorang dan
bahkan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas sehingga,
jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masayarakat (
Daryanto, 2004 ).
Pembuangan tinja yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan macam
penyakit, hal ini mulai dari tinja yang terinfeksi mencemari tanah atau air permukaan
yang terkontaminasi bibit penyakit yang berasal dari tinja diminum manusia, bisa juga
tinja yang terinfeksi dihinggapi kecoa atau lalat kemudian hinggap pada makanan atau
tempat meletakkan makanan (piring, sendok dan gelas) dan masih banyak orang yang
mengambil air dikali untuk keperluan rumah tangga, padahal sejumlah penyakit
menyebar melalui tinja seperti typus abdominalis, cholera, hepatitis , dan penyakit-

penyakit karena cacing (Depkes, 2006). Maka dari itu tempat pembuangan kotoran
manusia (tinja) yang sehat sangat penting, dengan adanya ketentuan tiap rumah wajib
memiliki jamban.
Berdasarkan hasil wawancara dari keluarga menunjukan masalah kesahatan yaitu
kebiasaan buang air besar tidak di jamban. Perilaku seperti tersebut jelas sangat
merugikan kondisi kesehatan masyarakat. Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat
untuk buang air besar sembarangan, antara lain anggapan bahwa membangun jamban itu
mahal, lebih enak buang air besar di sungai, tinja dapat untuk pakan ikan, dan lain-lain
yang akhirnya dibungkus sebagai alasan karena kebiasaan sejak dulu, sejak anak-anak,
sejak nenek moyang, dan sampai saat ini tidak mengalami gangguan kesehatan.
Alasan dan kebiasaan tersebut harus diluruskan dan dirubah karena akibat
kebiasaan yang tidak mendukung pola hidup bersih dan sehat jelas-jelas akan
memperbesar masalah kesehatan. Di pihak lain bilamana masyarakat berperilaku
higienis, dengan membuang air besar pada tempat yang benar, sesuai dengan kaidah
kesehatan, hal tersebut akan dapat mencegah dan menurunkan kasus-kasus penyakit
menular.
Sebenarnya, masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai jamban
sendiri di rumah. Alasan utama yang selalu diungkapkan masyarakat mengapa sampai
saat ini belum memiliki jamban keluarga adalah tidak atau belum mempunyai uang.
Melihat kenyataan tersebut, sebenarnya tidak adanya jamban di setiap rumah tangga
bukan semata faktor keadaan ekonomi. Tetapi lebih kepada belum adanya kesadaran
masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) ( Depkes, 2006 ).

Hasil data survey awal penelitian di Desa Bleboh Kec. Jiken, Kab Blora dengan
jumlah 250 Kepala Keluarga didapatkan dalam keluarga sekitar 154 keluarga yang masih
buang air besar di empang atau di sungai.
Menurut L. W Green, pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
orang lain, didapat dari buku, atau media massa dan elektronik. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain.
Pengetahaun dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun
kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan optimal (Notoatmodjo, 2003 ).
Keluarga harus dilibatkan dalam progam pendidikan dan penyuluhan agar mereka
mampu mendukung usaha keluarga yang masih buang air besar di sembarang tempat.
Bimbingan/penyuluhan dan dorongan secara terus menerus biasanya diperlukan agar
keluarga yang buang air besar sembarangan tersebut mampu melaksanakan rencana yang
dapat diterima dan mematuhi peraturan. Keluarga selalu dilibatkan dalam progam
pendidikan sehingga mereka dapat memperingati bahwa buang air besar sembarangan
dapat berdampak penyakit-penyakit (Brunner dan Suddart 2001).
Proses pendidikan menentukan pembentukan pengetahuan dan kemampuan
bersikap, mulai dari keluarga hingga lingkungan yang lebih luas. Selain itu proses
belajar menentukan bentuk perilaku. Mereka yang berpendidikan tinggi akan berperilaku
jauh berbeda denagn berpendidikan rendah. Tingkat kecerdasan sangat menentukan

dalam menghadapi tantangan atau pemecahan masalah. Masyarakat yang cerdas lebih
mudah memecah masalah karena memiliki pengetahuan yang luas dan daya nalar yang
tinggi
( Tilaar, 2004).
Fenomena ini menyebabkan penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
faktor-faktor yan berhungan dengan perilaku buang air besar pada keluarga di desa
Bleboh Jiken Blora

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan berikut
Mengetahu Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek buang air besar pada
keluarga di Desa Bleboh Jiken, Blora .

C. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek
buang air besar pada keluarga di Desa Bleboh Jiken Blora.

2.

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui :
a. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan dengan praktek BAB pada keluarga di
Desa Bleboh Jiken Blora

b. Mendiskripsikan tingkat pendidikan dengan praktek BAB pada keluarga di Desa


Bleboh Jiken Blora
c. Mendiskripsikan sarana dengan praktek BAB pada keluarga di Desa Bleboh
Jiken Blora
d. Mendiskripsikan dukungan keluarga dengan praktek BAB pada keluarga di
Desa Bleboh Jiken Blora
e. Gambaran praktek BAB pada keluarga di Desa Bleboh Jiken Blora
f. Menganalisis hubungan antara penetahuan dengan praktek BAB pada keluarga di
Desa Bleboh Jiken Blora
g. Menganalisis hubungan antara pendidikan dengan praktek BAB pada keluarga di
Desa Bleboh Jiken Blora
h. Menganalisis hubungan antara sarana dengan praktek BAB pada keluarga di
Desa Bleboh Jiken Blora
i. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan praktek BAB pada
keluarga di Desa Bleboh Jiken Blora

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Di harapkan hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan evaluasi dan
masukan bagi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat.
2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang pentingnya berperilaku untuk hidup bersih dan sehat
terhadap buang air besar
3. Bagi Peneliti

Sebagai bentuk pengalaman nyata dalam menerapkan konsep teori dengan riset di
lapangan dan sebagai bahan informasi dalam memperluas atau memperkaya wawasan
bagi peneliti maupun pembaca/pemerhati kesehatan masyarakat khususnya tentang
berperilaku hidup bersih dan sehat terhadap kebiasaan buang air besar.
4.

Bagi Ilmu Pengetahuan


Memberikan tambahan referensi ilmu keperawatan pada keluarga dan komunitas

E. Bidang Ilmu
Penelitian ini mencangkup bidang ilmu
keperawatan keluarga dan komunitas.

keperawatan, khususnya ilmu

Anda mungkin juga menyukai