Anda di halaman 1dari 31

RINGKASAN MATERI

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI


Materi I:
KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Pengertian Kurikulum dan Unsur-Unsurnya
1) Etimologi
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula
digunakan dalam bidang olahraga, yaitu currere yang berarti jarak
tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari
mulai dari start hingga finish.Pengertian ini kemudian diterapkan
dalam bidang pendidikan.1
2) Terminologi
Hilda taba dalam bukunya Curriculum Develoment menuliskan
curriculum is after all, a way of preparing young to participate as
productive members of our culturer artinya : Kurikulum adalah cara
mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota yang
produktif dar suatu budaya.
Kurikulum sebagai program pendidikan mencakup :
Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan
Pengalaman belajar atau kegiatan belajar
Program belajar (plan of learning) bagi siswa
Hasil belajar yang diharapkan.2
3) Unsur-Unsur Kurikulum
a) Goal (Cita-Cita/Tujuan) : Tujuan pendidikan nasional dan Tujuan
lembaga pendidikan.
b) Matter (Bahan Pelajaran) : Sesuai dengan tujuan, silabus
pelajaran, dan pengetahuan ilmiah.
c) Organizing (Strategi Pelaksanaan Kurikulum)
d) Evaluating (Evaluasi Kurikulum ) : Penilaian terhadap Input
pelajaran(semua SDA sebelum menempuh program berupa dana,
sarana prasarana dan siswa.), Proses pembelajaran, Out put
pembelajaran(Penilaian terhadap lulusan pendidikan ) dan Out

1 Prof.Dr.H.Muhaimin,M.A, Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama

Islam (di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi),(PT.Raja Grafindo


Persada, Jakarta : 2012),h.1
2 Drs.H.M.Arsyad Meru,M.Ag, Pengembangan Kurikulum (STAI

Asadiyah,Sengkang:2008)h.3

come pembelajaran (Kemampuan lulusan dalam menjalankan


tugas dan tanggung jawab).3
B. Perbedaan PAI dengan Pendidikan Islam
Tafsir (2004) membedakan antara Pendidikan Agama Islam
(PAI) dan Pendidikan Islam (PI).PAI dibakukan sebagai nama kegiatan
mendidikkan Agama Islam.Kata Pendidikan ini ada pada dan
mengikuti setiap mata pelajaran, dalam hal ini PAI sejajar atau
sekatagori dengan Pendidikan Matematika, Pendidikan Olahraga,
Pendidikan Biologi dan seterusnya.4 Jadi PAI dipandang sebagai
Mata Pelajaran yang isinya berupa kegiatan mendidikkan Agama
Islam, diantaranya : Al-Quran Hadist, Fiqih, Akidah Ahlaq dan
Sejarah Kebudayaan Islam.
Sedangkan PI adalah nama sistem , yaitu sistem pendidikan
yang islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara
keseluruhan mendukung terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan,
teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Quran dan Hadis.[5]
C.

Pengembangan Kurikulum PAI


Pengembangan Kurikulum PAI ialah Kegiatan menghasilkan
Kurikulum PAI dengan mengaitkan satu komponen dengan
komponen lainnya berupa kegiatan penyusunan (Desain),
pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum PAI untuk
menghasilkan Kurikulum PAI yang lebih baik.[6]

D.
1.

Fungsi Kurikulum PAI


Bagi Madrasah yang bersangkutan

Alat untuk mencapai tujuan PAI yang diinginkan


Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan PAI
Menghindari keterulangan yang memboroskan waktu
Menjaga kesinambungan
2.

Bagi Masyarakat

Masyarakat sebagai pengguna lulusan (User), Oleh karena itu


Madrasah / Sekolah harus meengetahui kebutuhan masyarakat
dalam konteks pengembangan PAI

Kerjasama yang harmonis dalam pengembangan kurikulum PAI


dengan Sekolah/Madrasah

E.

Proses Pengembangan Kurikulum

3 Lihat,S.Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, (Bumi Aksara,

Jakarta : 2008),h.6
4

Lihat Prof.Dr.H.Muhaimin,M.A,.Op.Cit.,h.6

1.

Perencanaan => Ide (Asal dari : (1) Visi (pernyataan tentang


harapan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam
jangka
panjang)
(2)
Kebutuhan
pengguna
(pelajar,
masyarakat,pengguna lulusan) dan studi lanjut (3) Hasil evaluasi
kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan iptek juga
zaman. (4) Pandangan para Ahli pendidikan (5) Era globalisasi. => 5
ide diatas akan dievaluasi untuk di kembangkan menjadi Program
berupa Dokumen/Berkas yang berisi : Informasi dan jenis dokumen,
Format silabus dan komponen kurikulum yang harus dikembangkan.

2.

Implementasi => Melakukan sosialisasi dan pengembangan


Program berupa pengembangan kurikulum dalam bentuk RPP atau
SAP (Satuan Acara Pembelajaran), proses pembelajaran di dalam
dan diluar kelas, serta evaluasi pembelajaran untuk mengetahui
tingkat efektivitas dan efisiensi Program tersebut.

3.

Evaluasi => dari evaluasi ini akan di peroleh feedback (umpan


balik) yang akan digunakan dalam penyempurnaan kurikulum
berikutnya.[7]

II.
A.

Pengembangan PAI di Sekolah dan Perguruan Tinggi


PAI dalam Sorotan
Tingginya kasus korupsi dan Krisis akhlak yang terjadi di Indonesia
seperti yang kita ketahui, secara langsung atau tidak berhubungan
dengan persoalan pendidikan. Hal ini pun menimbulkan opini
mengenai kegagalan PAI sebagai faktor utama krisis ini, mengingat
PAI yang seharusnya menciptakan akhlakulkarimah bagi para
peserta didiknya.
Namun, Opini ini tidak boleh kita telan mentah-mentah begitu saja
karena Krisis moral yang terjadi bukan karena kegagalan PAI saja
namun begitu juga dengan pendidikan yang lainnya, dan sangat
tidak adil jika mengkambinghitamkan PAI yang hanya beberapa jam
di sekolah untuk menghadapi arus globalisasi yang menyeret pada
dekadensi moral tersebut, sekiranya lingkungan masyarakat dan
keluarga memiliki peran yang lebih besar dalam peningkatan akhlak
para peserta didik dan masyarakat.

B.

Berbagai Kritik terhadap PAI


Selama ini pelaksanaan pendidikan agama yang ada disekolah
masih banyak kelemahan. Mochtar Buchori (1922) menilai
pendidikan agama masih gagal.kegagalan ini disebabkan karena
praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata
dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama) , dan mengabaikan
pembinaan aspek afektif dan konatif volitif, yakni kemauan dan
tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.akibatnya terjadi
kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan .(Harun
Nasution,1995)

Dalam konteks sistempembelajaran, agaknya titik lemah


pendidikan
agama
lebih
terletak
pada
komponen
metodologinya.titik kelemahan tersebut dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :
1.

Kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif


menjadi makna dan nilai atau kurang mendorong penjiwaan
terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam
diri peserta didik

2.

Kurang dapat berjalan bersama dan bekerjasama dengan


program-program pendidikan non-agama

3.

Kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang


terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya,
dan atau bersifat statis skontekstual dan lepas dari sejarah,
sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai
nilai hidup dalam keseharian.
Dan pemunduran peran PAI dalam meningkatkan nilai dan moral
juga di karenakan budaya rasionalisme yang semakin besar
pengaruhnya dalam era globalisasi dan merasuk kedalam
pemikiran-pemikiran para masyarakat Modern , Zaman ini.Jadi jika
kita tidak ingin terbebani dan terbawa arus globalisasi dan budayabudaya buruk kita harus memfilter diri dengan pengalaman agama
yang baik.

C.

Paradigma Pengembangan PAI di Sekolah/ Perguruan Tinggi


Ada 3 paradigma pengembangan pendidikan agama islam[8] :

1.

Paradigma Dikotomis
Didalam paradigma ini , semua aspek kehidupan dipandang dengan
2 sisi yang berbeda dan berlawanan, seperti laki-laki dan
perempuan. Dan PAI hanya dipandang sebagai pendidikan yang
berkonsentrasi pada bidang agama, ritual dan spritual saja ,
Implikasi dari paradigma ini peserta didik diarahkan untuk menjadi
pelaku (aktor) dan loyal (setia) , memiliki sifat komitmen , dan
dedikasi yang tinggi terhadap agama yang dipelajari. Sementara
kajian-kajian keilmuan yang bersifat empiris , rasional, analitis-kritis,
dianggap dapat menggoyahkan iman, sehingga perlu ditindih oleh
pendekatan keagamaan yang normatif dan doktriner tersebut.

2.

Paradigma Mekanisme
Didalam KBBI berarti : hal kerja mesin, cara kerja suatu organisasi,
atau hal saling bekerja seperti mesin , yang mssing-masing
bergerak sesuai dengan fungsinya. Implikasi dari paradigma ini para
guru /dosen agama harus menguasai ilmu agama dan memahami
substansi ilmu-ilmu umum, sebaliknya dosen / guru umum dituntut
untuk mengeuasai ilmu yang di ampuhnya dan ilmu agama,
guru/dosen dituntut untuk mampu menyusun buku-buku teks
keagamaan yang dapat menjelaskan hubungan antar keduanya.

3.

Paradigma Organism
Dalam konteks pendidikan islam paradigma organism bertolak dari
pandangan bahwa aktivitas kependidikan merupakan suatu sistem
yang terdiri atas komponen-komponen yang hidup bersama dan
bekerja sama secara terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu
terwujudnya hidup yang religius atau dijiwai oleh ajaran dan nilainilai agama.
Paradigma tersebut tampaknya mulai dirintis dan dikembangkan
dalam sistem pendidikan di madrasah, yang dideklarasikan sebagai
sekolah umum yang berciri khas agama Islam.Dalam hal ini
madrasah membuat kebijakan yang terdiri atas 3 kepentingan
utama :

Sebagai wahana membina ruh dan praktik hidup keislaman

Mempertegas keberadaan madrasah sederajat dengan sistem


sekolah,
sebagai
wahana
pembinaan
masyarakat
yang
berkepribadian , berpengetahuan , cerdas dan bermoral

Mampu merespon tuntutan masa depan, dan menghadapi Era


globalisasi.

III.
A.

PAI di Sekolah /Madrasah dan Perguruan Tinggi


Peranan Guru PAI
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Guru Dan
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif , menyebutkan peranan guru
agama Islam adalah seperti diuraikan di bawah ini.
a. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai
yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu
harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua
nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar
belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan
sosio-kultural masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai
kehidupannya.
b. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang
baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah
masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk
bagaimana cara belajar yang baik.
c. Informator
Guru harus bisa memberikan informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk

setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.


Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan
bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan
yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah
guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk
anak didik.
d. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang
diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan
pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah,
menyusun
kalender
akademik,
dan
sebagainya.
Semua
diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi
dalam belajar pada diri anak didik.
e. Motivator
Sebagai motivator guru hendaklah dapat mendorong anak
didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan
motivasi,
guru
dapat
menganalisis motiv-motiv yang
melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya
di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator,
karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada diantara anak
didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila
dilakukan
dengan
memperhatikan
kebutuhan
anak
didik.
Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan
sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk
lebih bergairah dalam belajar.
f. Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi
pencetus
ide-ide
kemajuan
dalam
pendidikan
dan
pengajaran.Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan
penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui
sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini.
g. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak
didik.
h. Pembimbing
Kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak
didik
menjadi
manusia
dewasa
susila
yang
cakap.Kekurangmampuan anak didik menyebabkan lebih banyak
tergantung pada bantuan guru. Semakin dewasa, ketergantungan
anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan
dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu
berdiri sendiri (mandiri).

i.

Pengelola Kelas
Tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal.
Berdasarkan kondisi demikian sangat diperlukan motivasi dari guru.
Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi
edukatif.
j. Evaluator
Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil
pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari
kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback)
tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.
B.

Model- Model Evaluasi Pembelajaran PAI

1.

Penilaian Acuan Kelompok

a.

Asumsi

Mengakui perbedaan individual

Normalitas distribusi populasi

b.

Isomorphisme : adanya kesejajaran antara matematika dan alam


semesta, maksudnya hasil belajar dapat berubah seperti perubahan
yang terjadi pada alam semesta.
Implikasinya terhadap :

Tujuan pembelajaran : kemampuan berkembang peserta didik


lebih diutamakan dari pada penguasaan materi.

Proses Belajar Mengajar : CBSA, mengembangkan kompetisi


sehat antar siswa

Kriteria : Berkembang sesuai kelompoknya

2.

Penilaian acuan patokan

a.

Harapan

Beda sebelum dan sesudah belajar

Mereduksi keragaman

Mempunyai kemampuan sesuai dengan yang dipelajari

b.

Implikasinya tetrhadap :

Tujuan pembelajaran : kemampuan penguasaan materi dan


kemampuan menjalankan tugas tertentu lebih diutamakan.

Proses Belajar Mengajar : belajar tuntas, modulasi, paket belajar,


belajar mandiri

Kriteria : sesuai dengan tujuan pembelajaran

3.

Penilaian acuan etik

a.

Asumsi :

Manusia asalnya fitrah / baik

Pendidikan berusaha mengembangkan fitrah

Satunya iman , ilmu dan amal

b.

Implikasinya terhadap :
Tujuan pembelajaran : menjadikan manusia baik , bermoral,
neriman dan bertaqwa.

Proses Belajar Mengajar : sistem mengajar berwawasan nilai,

Kriteria : kriteria benar/baik bersifat mutlak.

C.

Penciptaan Suasana Religius di Sekolah /Madrasah dan Perguruan


Tinggi
Dalam menciptakan suasana religius di sekolah PAI
merupakan icon yang sangat besar perannya dalam hal ini ,
berbagai persfektif tentang PAI yang berkembang tentunya telah
membuka paradigma baru tentang penciptaan suasana religius di
sekolah/madrasah dan perguruan tinggi, terutama karena disiplin
ilmu yang di olah didalamnya adalah bersifat spiritual yang
mengatur segala muamalah dan sistem sosial masyarakat secara
teratur dan sistematis.Guru PAI dalam hal ini memiliki peran yang
sangat
besar
demi
terwujudnya
suasana
religius
di
sekolah/madrasah dan perguruan tinggi.

IV.
A.

Asas-Asas Pengembangan Kurikulum


Filsafat Pendidikan
Seorang pengembang kurikulum dalam mengambil keputusan
menganai kurikulum harus memperhatikan falsafah , baik falsafah
bangsa, falsafah lembaga pendidikan dan falsafah pendidik.Secara
etimologis filsafat berasal dari 2 kata yaitu Philare yang berarti cinta
dan Shopia yang berarti kebijaksanaan.Filsafat adalah cinta
kebijaksanaan.

B.

Konsepsi Tentang Fungsi Sekolah


Pandangan filsafat sangat erat dibutuhkan dalam
pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan
pendidikan. Pandangan yang dianut oleh suatu bangsa / kelompok
masyarakat tertentu atau perseorangan akan sangat memengaruhi
tujuan pendidikan yang ingin dicapai , sedangkan pendidikan sendiri
pada dasarnya merupakan rumusan yang kompherehensif
mengenai apa yang seharusnya dicapai. Tujuan pendidikan memuat
pertanyaan-pertanyaan mengenai berbagai kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki peserta didik selaras dengan sistem nilai

dan falsafah yang dianutnya . Dengan demikian suatu komunitas


akan memiliki keterkaitan sangat erat dengan rumusan tujuan
pendidikan yang dihasilkannya.
C.

Analisa Masyarakat
Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai
acuan atau landasan berfikir . Kajian kajian filosofis tentang
kurikulum akan berupaya menjawab permasalahan permaslahan
berkisar :

1.

Bagaimana seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan

2.

Isi atau materi pendidikan yang bagaimana seharusnya disajikan


kepada siswa .

3.

Metode pendidikan apa yang seharusnya dilakukan pendidik dan


peserta didik . Menurut Redja Mudyaharjo (1989) , terdapat 3 sistem
pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran
pendidikan pada umumnya dan pendidikan di indonesia pada
khususnya , yaitu Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.

D.

Anak Didik
Perkembangan anak fisik, emosional, sosial, dan
mentalintelektual

faktor
yang
sangat
penting
untuk
diperhitungkan dalam pengembangan kurikulum. Berdasarkan
berbagai penelitian itu, maka diperoleh sejumlah kesimpulan, antara
lain :

Anak berkembang melalui tahap tahap . Antara terhadap tahap


tahap itu sebenarnya tidak ada batas tertentu yang tegas, karena
perkembangan itu berjalan secara berangsur angsur .
Kecepatan perkembangan itu tidak merata. Ada saat saat cepat
atau akselerasi, ada masa tenang seakan akan tidak ada
perubahan yang disebut plateau atau dataran, ada pula saat
yang lambat perkembangannya atau retardasi.
Ada perbedaan pola perkembangan antara anak anak. Memaksa
anak mempelajari sesuatu sebelum saat kematangan hanya
menimbulkan frustasi yang menyulitkan hidup anak serta
menimbulkan rasa benci terhadap sekolah selain memberi konsep
diri rendah pada anak.

E.
1.

Adanya pola umum dalam perkembangan anak memungkinkan


pengembangan kurikulum untuk memperkirakan bahan apa yang
akan sesuai kepada kelompok umur tertentu.
Teori dan Prinsip Belajar
Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Keseluruhan lebih dari jumlah jumlah bagian. Bagian
bagian hanya mengandung arti dalam hubungannya dengan
keseluruhan.
Mengubah
bagian
akan
mengubah
juga

keseluruhannya. Sebuah kalimat lebih berarti daripada jumlah kata


kata atau hurufnya.
Demikian pula pendidik pendidik modern berpendapat
bahwa mata pelajaran mata pelajaran yang lepas lepas kurang
manfaatnya sebab tidak berdasarkan atas keseluruhan ini. Itu
sebabnya maka orang berusaha untuk mengadakan hubungan
antara pelbagai mata pelajaran yang disebut korelasi antara mata
pelajaran, malahan dapat juga meniadakan segala batas batas
antara mata pelajaran mata pelajaran dengan meng
integrasikannya.
2.

Anak yang belajar merupakan keseluruhan


Anak itu tidak hanya dipandang sebagai murid sekolah saja;
pribadi anak tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya di luar
sekolah, di rumah, dan di lingkungkungan sekitarnya. Suasana di
sekolah sedapat-dapatnya diselaraskan dengan suasana rumah.
Sekolah hendaknya dijadikan bukan hanya tempat anak
mempelajari berbagai-bagai ilmu, akan tetapi juga tempat mereka
hidup dan belajar hidup. Kurikulum di sekolah disesuaikan dengan
apa yang diperlukan anak bagi kehidupannya sehari-hari. Dengan
demikian dicegah adanya jurang yang sering terdapat antara
sekolah dengan kehidupan di luar sekolah untuk mencapai integrasi
pribadi murid.

3.

Belajar berkat insight


Teori asosiasi mementingkan ulangan dan pembiasaan dalam
proses belajar. Belajar serupa ini bersifat mekanis. Bagi pembinaan
kurikulum, prinsip, insight ini berarti bahwa anak anak harus
dihadapkan kepada masalah masalah, dalam bentuk proyek atau
unik yang mengandung problema problema yang harus
dipecahkan dengan kemampuan alamiah yang disebut insight.

4.

Belajar berdasarkan pengalaman


Belajar memberi hasil yang sebaiknya baiknya bila
didasarkan pada pengalaman.
Dianjurkan oleh penganut penganut prinsip prinsip belajar
yang telah tersebut di atas betapa perlunya diusahakan, agar
kurikulum itu berupa problema problema yang dihadapkan kepada
anak anak untuk dipecahkannya agar ia belajar.

5.

Belajar ialah suatu proses perkembangan


Manusia ialah suatu organisme yang tumbuh dan berkembang
menurut cara cara tertentu. Kesiapan anak untuk mempelajari
sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematanagan atau taraf
pertumbuhan batiniah, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan,
yakni oleh pengalaman pengalaman yang talah diperoleh anak itu.

6.

Belajar ialah proses yang kontinu

Kontinuitas juga diusahakan dengan meniadakan tinggal


kelas. Anak yang tinggal kelas tidak kontinu pelajarannya oleh
sebab ia harus mengulangi bahan yang sama selama satu tahun.
Kurikulum hendaknya disusun sedemikian, sehingga tiap anak terus
maju sesuai dengan kecepatannya masing masing.
7.

Belajar lebih berhasil bila dihubungka dengan minat keinginan


dan tujuan anak
Hal ini tetcapai apabila pelajran itu langsung berhubungan
dengan apa yang diperlukanmurid murid dalam kehidupannya
sehari hari atau apabila mereka tahu dan menerima tujuannya.

V.

A.

Kurikulum Pendidikan Islam dan Prinsip-Prinsip


Pengembangannya
Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

1.

Menonjolkan tujuan agama dan akhlaq pada berbagai tujuan,


kandungan, metode, alat dan teknik bercorak agama.

2.

Meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungankandungannya.

3.

Ciri-ciri keseimbangan yang relative diantara kandungan


kurikulum dari ilmu dan seni atau kemesti-mestian, pengalaman dan
kegiatan pengajaran yang bermacam.

B.

Prinsip Umum dan Khusus Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Islam

1.

Berasaskan Islam

2.

Mengarah pada tujuan

3.

Prinsip integritas antar mata pelajaran

4.

Relevansi pendidikan dengan kehidupan dan tuntutan masa


depan

5.

Fleksibilitas dalam peimlihan program maupun pengembangan


pengajaran

6.

Integritas kurikulum dengan strutur kehidupan akhirat

7.

Efisiensi/ daya guna

8.

Kontuniutas

9.

Individualitas dalam memerhatikan objek kurikulum

10. Demokratis
11. Dinamis dengan era
C.

Kategori Kurikulum PAI

Kategori disebut juga dengan komponen Ahmad Tafsir (2006)


menjelaskan:
1.

Tujuan yang ingin dicapai

2.

Isi Kurikulum

3.

Media (sarana dan prasarana)

4.

Strategi

5.

Proses pembelajaran

6.

Evaluasi

VI.

A.

Filsafat Pendidikan Islam dan Implikasinya terhadap


Pengembangan Kurikulum PAI
Hakikat Filsafat Pendidikan Islam
Dikalangan para ahli filsafat pendidikan pada umumnya,
seperti Broody (1961) menyatakan bahwa filsafat pendidikan
dipandang sebagai pembahasan yang sistimatis tentang masalahmasalah pendidikan pada tingkatan filosofis yaitu menyelidiki suatu
persoalan
pendidikan
hingga
direduksi
kedalam
pokok
persoalanmetafisika, epistemologi, etika, logika, estetika maupun
dari kombinasi dari semuanya itu[9] .

1.

Ontologi
Ontologi adalah teori tentang ada, yaitu tentang apa yang
dipikirkan, yang menjadi obyek filsafat [10] . . Seluruh aktivitas
hidup dan kehidupan manusia adalah transformasi pendidikan [11].

2.

Epistemologi
Epistemologi adalah teori pengetahuan , yaitu membahas
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari obyek yang ingin
diketahui/difikirkan [12] . Apa yang tercantum dalam al-Quran dan
al-Hadits merupakan dasar dari filsafat pendidikan Islam[13] .

3.

Aksiologi
Axiologi adalah teori tentang nilai, yang membahas
tentang nilai , manfaat atau fungsi sesuatu yang diketahui tersebut
dalam hubungannya dengan keseluruhan apa yang telah diketahui
tersebut[14]. Karena itu, perumusan tujuan pendidikan Islam .
Filsafat pendidikan Islam adalah sejumlah prinsip , kepercayaan
dan premis yang diambil dari ajaran Islam atau sesuai dengan
semangatnya dan mempunyai kepentingan terapan dan bimbingan
dalam bidang pendidikan [15].

B.

Urgensi Filsafat Pendidikan Islam


Secara praktis (dalam prakteknya), filsafat pendidikan Islam
banyak berperan dalam memberikan alternatif-alternatif pemecahan

berbagai macam problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam, dan


memberikan pengarahan terhadap perkembangan pendidikan
Islam[16] .
C.

Tipologi Filsafat Pendidikan Islam Persfektif Pemahaman Islam

1. Tipologi Perenial-Esensialis Salafi


Tipologi Perenial-Esensial Salafi merupakan tipologi pemikiran
pendidikan yang menonjolkan wawasan kependidikan era salaf (era
kenabian dan sahabat).
2. Tipologi Perenial-Esensialis Madzhabi
Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang
tradisional dan memiliki kecenderuangan untuk mengikuti aliran,
pemahaman atau doktrin serta pemahaman pemikiran-pemikiran
masa lampau yang dianggap sudah mapan.
3. Tipologi Modernis
Tipologi Modernis adalah tipologi filsafat pendidikan yang
menonjolkan wawasan kependidikan yang bebas modifikatif,
progresif, dan dinamis dalam menghadapi tuntutan serta kebutuhan
dari lingkungannya.
4. Tipologi Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
Tipologi Rekonstruksi Sosial merupakan tipologi dalam filsafat
pendidikan Islam yang lebih mengedepankan sikap proaktif dan
antisipatifnya dalam pengembangan pendidikan.
5. Tipologi Perenial- Esensialis Kontekstual-Falsifikatif
Aliran ini mengambil jalan tengah antara kebali ke masa lalu
dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji falsifikasi dan
mengembangkan wawasan kependidikan Islam masa kini selaras
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan sosial.
D.

Implikasinya terhadap Pengembangan Kurikulum PAI

1. Tipologi Perenial-Esensialis Salafi


Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan era salaf (era
kenabian dan sahabat). Pendidikan diorientasikan kepada
penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu yang dilakukan
oleh anak didik, menjelaskan dan menyebarkan warisan salaf
melalui inti pengetahuan yang terakumulasi dan telah berlaku
sepanjang masa dan penting untuk diketahui semua orang. Materi
pendidikan agama Islam yang lebih diutamakan adalah doktrindoktrin agama, kitab-kitab besar, kembali kepada hal-hal yang
mendasar dan esensial, serta mata pelajaran kognitif sebagaimana
yang ada pada era salaf. Metode pembelajran yang digunakan
adalah metode ceramah, dialog, diskusi, debat, dan pemberian
tugas. Manajemen kelas diarahkan pada pembentukan karakter,
keteraturan, keseragaman, bersifat kaku dan terstruktur tepat serta

sesuai tatanan, dan teratur dalam menjalankan tugas. Evaluasi


menggunakan ujian-ujian objektif terstandarisasi berupa essay test,
tes diagnostik, tes hasil belajar, dan tes kompetensi barbasis
amaliah. Guru memliki otoritas tinggi, paham dan meyakini
kebijakan serta kebenaran masa lalu, dan orang/sarjana yang ahli
dalam bidangnya.
2. Tipologi Perenial-Esensialis Madzhabi
Materi pendidikan agama Islam diarahkan pada doktrin-doktrin
dan nilai-nilai agama sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab karya
ulama terdahulu yang berisi hal-hal mendasar dan esensial, serta
mata pelajaran kognitif yang ada pada masa pasca salaf. Bidang
akidah dan ibadah khusus (shalat, puasa, zakat, haji, nikah, dan
lain-lain), dan membaca al-Quran dimaksudkan untuk melestarikan
dan mempertahankan, serta menyebarkan pemikiran akidah dan
amaliah ubudiyah hasil karya imam-iamam madzhab terdahulu dan
mengamalkannya sesuai dengan pandangan mereka tanpa adanya
kritik dan perubahan kecuali hanya memberikan syarh dan hasiyyah
terhadap pemikiran mereka. Pelanggaran terhadap ajaran dan nilainilai yang sesuai dengan pandangan atau pemikiran para pendahulu
dianggap penyelewengan pada bidang-bidang tersebut. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, dialog,
diskusi, debat, dan pemberian tugas. Manajemen kelas diarahkan
pada pembentukan karakter, keteraturan, keseragaman, bersifat
kaku dan terstruktur, tepat serta sesuai tatanan, dan teratur dalam
menjalankan tugas. Evaluasi menggunakan ujian-ujian objektif
terstandarisasi berupa essay test, tes diagnostik, tes hasil belajar,
dan tes kompetensi barbasis amaliah. Guru memliki otoritas tinggi,
paham dan meyakini kebijakan serta kebenaran masa lalu, dan
orang/sarjana yang ahli dalam bidangnya.
3. Tipologi Modernis
Materi pendidikan agama Islam diarahkan pada penggalian
problematika yang berkembang di lingkungan atau yang dihadapi
oleh peserta didik, untuk selanjutnya dilatih dan diajarkan kepada
peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut dalam
perspektif ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Metode yang
digunakan adalah cooverative learning, metode proyek, dan metode
ilmiah,
yaitu
dengan
mengidentifikasi
masalah-masalah,
merumuskan hipotesis, dan melaksanakan penelitian di lapangan.
Manajemen kelas lebih diarahkan pada pemberian kesempatan
kepada peserta didik untuk berpartisipasi dan aktif dalam
pembelajaran, serta mencptakan suasana belajar yang demokratis.
Guru berperan sebagai sebagai fasilitator dan pengatur
pembelajaran. Evaluasi lebih banyak menggunakan evaluasi
formatif dengan asumsi bahwa masing-masing peserta didik
memiliki kelebihan tertentu yang berbeda-beda antara yang satu

dengan lainnya, di mana kelebihan-kelebiahn atau kemampuankemampuan tersebut perlu dikembangkan. Diperlukan penggunaan
on going feedback atau usaha mencari dan menemukan umpan
balik secara terus menerus.
4. Tipologi Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif
Materi pendidikan agama Islam diarahkan pada doktrin-doktrin
bidang akidah dan ibadah khusus (shalat, puasa, zakat, haji, nikah,
dan lain-lain) atau nilai-nilai esensial dalam Islam yang telah teruji
oleh sejarah seperti akhlaq al-kariimah, keutamaan jihad fii sabiili
Allah, menjauhi akhlaq al-mazhmuumah.Metode pembelajaran yang
digunakan dalam hal-hal yang bersifat doktriner adalah metode
ceramah, dialog, debat, diskusi, dan pemberian tugas. Manajemen
kelas diarahkan pada pembentukan karakter, keteraturan,
keseragaman, bersifat kaku dan terstruktur tepat serta sesuai
tatanan, dan teratur dalam menjalankan tugas. Guru berperan
sebagai figur yang memiliki otoritas tinggi serta ahli dalam
bidangnya. Sedangkan dalam hal-hal yang bersifat aktual metode
yang digunakan adalah cooverative learning, metode proyek, dan
metode ilmiah. Manajemen kelas lebih diarahkan pada pemberian
kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dan aktif
dalam pembelajaran, serta menciptakan suasana belajar yang
demokratis. Guru berperan sebagai sebagai fasilitator dan pengatur
pembelajaran ketika menghadapi hal-hal yang bersifat aktual.
Evaluasi untuk hal-hal yang bersifat doktrin adalah tes objektif dan
terstandarisasi, atau tes essay, tes diagnostik, dan tes kompetensi
berbasis amaliah. Adapun untk hal-hal aktual, evaluasi lebih banyak
menggunakan evaluasi formatif dengan asumsi bahwa masingmasing peserta didik memiliki kelebihan tertentu yang berbedabeda antara yang satu dengan lainnya, di mana kelebihan-kelebiahn
atau kemampuan-kemampuan tersebut perlu dikembangkan.
Diperlukan penggunaan on going feedback atau usaha mencari dan
menemukan umpan balik secara terus menerus.
5. Tipologi Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
Materi pendidikan agama Islam diarahkan pada masalahmasalah sosial dan budaya yang dihadapi masyarakat, dan
diharapkan peserta didik dapat menyelesaikan masalah tersebut
melalui konsep dan pengetahuan yang telah dimiliki. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode simulasi, bermain
peran, menerjunkan peserta didik ke masyarakat yang menjadi
sasaran proyek (internship), dan belajar bekerja di masyarakat
(work study). Manajemen dalam pembelajaran ini tidak terlalu
terikat pada kelas, tetapi lebih banyak di luar kelas, tidak
membedakan jenis kelamin dan ras, serta membangun masyarakat.
Interaksi guru dan murid lebih bersifat dinamis, kritis, progresif,
terbuka, bahkan bersikap proaktif, dan antisipatif, tetapi juga

mengembangkan nilai-nilai kooperatif dan kolaboratif, toleran, serta


komitmen pada hak dan kewajiban asasi manusia. Evaluasi
pembelajaran mengedepankan evaluasi formatif dengan asumsi
bahwa masing-masing peserta didik memiliki kemampuan untuk
tumbuh dan berkembang lebih maju dan meningkat secara
berkelanjutan serta memiliki kemampuan untuk membangun
masyarakat yang lebih baik dengan menerapkan ilmu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, sehingga
diperlukan upaya peningkatan kemampuan, minat, bakat, dan
prestasi belajar secara terus menerus melalui umpan balik.
Filsafat Pendidikan Islam tidak hanya semata-mata membahas
tentang bagaimana umat islam dalam beragama namun secara
umum juga membahas permasalahan yang lebih luas tentang
kepentingan pendidikan yang menciptakan sukses bagi umat islam
di dunia hingga akhirat. Perbedaan esensial antara filsafat
pendidikan Islam dengan filsafat pendidikan pada umumnya adalah
bahwa di dalam filsafat pendidikan Islam, semua masalah
kependidikan selalu didasarkan pada ajaran Islam yang
bersumberkan al-Qur'an dan al-Hadits.
Mencermati implikasi kelima tipologi filsafat pendidikan Islam
terhadap
pengembangan
komponen-komponen
kurikulum
pendidikan agama Islam tersebut, agaknya tipologi perenialesensialis kontekstual-falsifikatif merupakan tipologi yang dapat
mengakomodir
kelompok
tradisional
maupun
kelompok
kontemporer. Selain itu tipologi ini sangat relevan untuk diterapkan
pada generasi masa kini yang sedang menghadapi tantangan
kemerosotan nilai-nilai moral dan sekaligus menghadapi tantangan
globalisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

VII.

Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAI


Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat
pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu : pendekatan subjek akademis; pendekatan
humanistis ; pendekatan teknologis ; pendekatan rekonstruksi
sosial[17]

A.

Pendekatan Subjek Akademis


Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplim ilmu
masung-masing.Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi
tertentu yang saling berbeda.pengembangan kurikulum dilakukan
dengan menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa
yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan
pengembangan disiplin ilmu.Misalnya, untuk aspek keimanan atau
mata pelajaran akidah menggunakan sistematisasi ilmu tauhid,
aspek/mata pelajaran Al-Quran menggunakan sistematisasi ilmu Al-

Quran atau Tafsir, Akhlaq menggunakan sistematisasi ilmu Akhlaq,


Ibadah
/Muamalah
menggunakan
sistematisasi
Ilmu
Fiqih,Tarikh/Sejarah menggunakan sistematisasi Ilmu Sejarah
Kebudayaan Islam. Namun demikian, dalam pembinaannya harus
memperhatikan kaitan antara aspek /mata pelajaran yang satu
dengan lainnya.
B.

Pendekatan Humanistis
Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulim bertolak
dari ide memanusiakan manusia .Penciptaan konteks yang akan
memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori,
dasar
evaluasi
dan
dasar
pengembangan
program
pendidikan.Dalam
kaitannya
dengan
penentuan
strategi
pembelajaran PAI, maka pendekatan humanistis lebih menekankan
kepada pembelajaran aktif dimana dalam proses pembelajaran
peserta didik di posisikan sebagai orang yang berpengetahuan dan
berpengalaman dan guru sebagai fasilitator yang membimbing dan
mengarahkan pembelajaran ; memposisikan pelajar sebagai orang
yang belajar , mengaktualisasi dan membangun segala potensipotensi peserta didik.

C.

Pendekatan Teknologis
KBK termasuk dalam kategori pendekatan teknologis karena
materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi
belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas tersebut.Dalam
pengembangan kurkikulum PAI , pendekatan tersebut dapat
digunakan untuk pembelajaran PAI yang menekankan pada cara
menjalankan tugas-tugas tertentu . misalnya cara menjalankan
shalat, haji, puasa, zakat, mengkafani mayit, shalat jenazah, dan
seterusnya.

D.

Pendekatan Rekonstruksi Sosial


Dalam menyusun kurikulum pendekatan ini bertolak pada masalahmasalah yang dihadapi masyarakat .Proses pendidikan atau
pengalaman peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar
kelompok yang mengutamakan kerjasama , antar peserta didik ,
dan peserta didik dengan guru .Karena itu dalam menyusun
kurikulum PAI bertolak dari problem masyarakat sebagai isi PAI
,sedangkan pengalaman peserta didik adalah dengan cara
memerankan ilmu-ilmu dan teknologi , serta bekerja sama secara
berkelompok untuk memecahkan masalah menuju pembentukan
masyarakat yang lebih baik.Guru melakukan kegiatan penilaian
sepanjang kegiatan belajar.

VIII.
A.

Model Pengembangan Kurikulum di Madrasah


Madrasah & Semangat Desentralisasi Pendidikan

Dilihat dari sejarahnya setidak-tidaknya ada dua faktor


penting yang melatarbelakangi kemunculan madrasah, yaitu:
pertama, adanya pandangan yang mengatakan bahwa sistem
pendidikan islam tradisional dirasakan kurang bisa memenuhi
kebutuhan pragmatis masyarakat; kedua, adanya kekhawatiran atas
cepatnya perkembangan persekolahan belanda yang akan
menimbulkan
pemikiran
sekular
di
masyarakat.
Untuk
menyeimbangkan perkembangan sekularisme, maka masyarakat
muslim terutama para reformis berusaha melakukan reformasi
melalui upaya pengembangan pendidikan dan pemberdayaan
madrasah.
Di antara yang menjadi faktor-faktor latar
desentralisasi pendidikan menurut Isbandi antara lain :

belakang

a. Mutu pendidikan Upaya peningkatan mutu pendidikan


dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi
pendidikan, yaitu melalui consensus nasional antara pemerintah
dengan seluruh lapisan masyarakat.
b. Efesiensi Peningkatan efesiensi pengelolaan pendidikan
mengarah pada pengelolaan pendidikan berbasis sekolah, dengan
memberi kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia bagi tercapainya
tujuan pendidikan yang diharapkan;
c. Relevansi pendidikan Peningkatan relevansi pendidikan
mengarah pada pendidikan berbasis masyarakat. Peningkatan peran
serta orang tua dan masyarakat pada level kebijakan (pengambil
keputusan) dan level operasional melalui komite (dewan) sekolah.
Komite ini terdiri atas kepala sekolah, guru senior, wakil orang tua,
tokoh masyarakat, dan perwakilan siswa. Peran komite sekolah
meliputi perencanaan, implementasi, monitoring, serta evaluasi
program kerja sekolah;
d. Pemerataan dan Keseimbangan. Para digma baru lainnya
yang dituangkan dalam UU sisdiknas yang baru adalah konsep
kesetaraan, antara satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
UU Sisdiknas telah menempatkan pendidikan sebagai satu
kesatuan yang sistemik (pasal 4 ayat 2) Selain itu UU Sisdiknas yang
dijabarkan dari UUD 1945, telah memberikan keseimbangan antara
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tergambar dalam fungsi
dan tujuan pendidikan nasional, yaitu bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
dan
bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3).


Hal itu selain tercermin dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
juga
dalam
penyusunan
kurikulum
(pasal
36
ayat
3)
dimana peningkatan iman dan takwa, akhlak mulia, kecerdasan,
ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sebagainya dipadukan
menjadi satu. Partisipasi Masyarakat Kondisi sumber daya yang
dimiliki setiap daerah tidak merata untuk seluruh Indonesia. Untuk
itu pemerintah daerah dapat melibatkan tokoh-tokoh masyarakat,
ilmuwan, pakar kampus maupun pakar yang dimiliki pemerintah
daerah, lembaga pendidikan juga harus membuka diri, lebih
banyak mendengar opini publik, kinerjanya dan tentang tanggung
jawabnya dalam turutserta memecahkan masalah yang dihadapi
masyarakat.
B.
Perlunya Madrasah Merespon Tantangan
Pendidikan Nasional
Secara umum pendidikan nasional sedang menghadapi dua
tantangan yang berat,yaitu tantangan internal dan eksternal.
Secara internal, kita telah dihadapkan pada hasil-hasil studi
internasioal yang selalu menempatkan kita dalam posisi jurukunci
untuk pendidikan dan ranking atas untuk korupsi.Menghadapi kedua
tantangan tersebut, maka perubahan, inovasi dan pembaruan .
Pendidikan keterampilan, ketika ada siswa yang tidak dapat
melanjutkan sekolahnya ketingkat yang lebih tinggi seperti
universitas misalnya, maka siswa dengan bekal keterampilan yang
sudah pernah didapatnya ketika di madrasah tidak akan kesulitan
lagi dalam upaya mencari pekerjaan.Jadi, kiranya penting bagi
madrasah untuk mengembangkan pendidikan keterampilan
tersebut.
C.
Madrasah

Menyoroti Keberadaan Kurikulum

Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pada periode H.A.


Mukti Ali ( mantan menteri Agama RI), ia menawarkan konsep
alternatif pengembangan madrasah melalui kebijakan SKB 3
menteri, yang berusaha menyejajarkan kualitas madrasah dengan
non-madrasah, derngan porsi kurikulum 70% umum dan 30 %
agama. Konsep madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas
agama Islam.Untuk kedang kalan pengetahuan agama lulusan
madrasah, Menteri Agama Munawir Sadzali mencoba menawarkan
MAPK ( Madrasah Aliyah Program Khusus). Hal ini dimaksudkan
untuk menjawab problem kelangkaan ulama dan/atau kelangkaan
umat yang menguasai kitab-kitab berbahasa Arab serta ilmu-ilmu
keislaman. Sedangkan menteri Agama Tarmizi Taher Mencoba
menawarkan kebijakan dengan jargon madrasah sebagi sekolah
umum yang berciri khas agama Islam,yang muatan kurikulumnya
sama dengan sekolah non-madrasah. Kebijakan ini ditindak lanjuti
oleh Menteri Agama berikutnya.

D.
Gambaran Umum Pengembangan Kurikulum
Madrasah (Sebuah Model Alternatif)
1) Model Rasional atau Tujuan
Model ini menekankan pada urutan elemen kurikulum, yang
dimulai dengan tujuan, kemudian materi, metode dan diakhiri
dengan evaluasi. Ada 2 model.
1.
Model Ralph Tyler. Menurut Tyler kurikulum harus disusun
secara logis dan sistematis. Untuk menyusun kurikulum.
2.
Model Hilda Taba. Model ini merupakan modifikasi dari
model Tyler menjadi model pengembangan kurikulum yang sesuai di
sekolah/madrasah. Agar kurikulum bermanfaat bagi siswa, menurut
Taba, kebutuhan-kebutuhan siswa harus di diagnosis terlebih
dahulu. Ada tujuh langkah pengembangan kurikulum menurut Taba,
(1) mendiagnosis kebutuhan, (2) merumuskan tujuan,( 3) memilih
isi, (4) mengorganisasi isi, (5) memilih pengalaman belajar; (6)
mengorganisasi pengalaman belajar dan (7) menentukan alat
evaluasi.
2) Model siklus
(1) pemilihan tujuan (2) pemilihan pengalaman belajar, (3)
pemilihan
isi,
(4)
pengorganisasian
dan
pengintegrasian
pengalaman belajar dengan isi, dan (5) evaluasi masing-masing
tahap dan pencapaian tujuan.
3) Model Dinamik atau Interaktif
Model dinamik ini berangkat dari pendekatan deskriptif
terhadap kurikulum dimana para peneliti telah mengadakan
observasi tingkah laku guru dan pengembang kurikulum karena
pada dasarnya merekalah yang menyusun kurikulum
Tahap pertama statemen platform diakui oleh para
pengembang kurikulum. Statemen ini terdiri atas sejumlah gagasan,
pandangan, pilihan, kepercayaan, dannilai. Hal-hal tersebut akan
mempengaruhi pembentukan dasar platform. Tahap kedua adalah
tahap pertimbangan yang mendalam. Pada tahanpan ini setiap
pengembang
kurikulum
mempertahankan
platformnya
dan
memusyawarahkannya untuk mencapai kesepakatan.Tahap terakhir
adalah mendesain kurikulum. Pada tahapini, setelah mendiskusikan
secara panjang lebar, mereka membuat keputusan beberapa
komponen proses. Keputusan tersebut dicatat dan menjadi landasan
dokumen kurikulum.
4) Model Eclectic Murry Print
Model pengembangan kurikulum eklektik ini dirancang untuk
menawarkan pendekatan pengembangan kurikulum yang dapat
dipahami secara mudah.Pendekatan ini diadopsi dari pendekatan
sistematis-logis dan dinamik. Pendekatan sistematis
(1)Organisasi.

Terdapat tiga pertanyaan mendasar yang harus diajukan pada


tahap ini yaitu
a) siapa yang terlibat dalam pengembangan kurikulum,
b) konsep kurikulum apa yang mereka bawa dan
c) kekuatan-kekuatan apa yang mempengaruhi cara berpikir
mereka.
(2) Pengembangan.
Pada tahap ini semua orang yang terlibat dalam penyusunan
kurikulum berkumpul untuk menyusun kurikulum yang dapat
dilaksanakan. Untuk mencapai tahap ini pengembang mengikuti
prosedur siklus yang dimulai dari analisis situasi, tujuan, isi,
kegiatan belajar, dan evaluasi kemudian kembali ke analisis situasi
lagi.
(3) Aplikasi.
Pada tahap ini terdapat tigakegiatan yang tergabung yaitu :
1) implementasi kurikulum,
b) monitoring dan umpan baik pada kurikulum, dan
c) penentuan data umpan balik pada kelompok
IX.
A.

Model Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi


Agama Islam (PTAI) Berbasis Kompetensi
Gambaran Umum tentang KBK di PTAI
Kompetensi ialah seperangkat tindakan intelegen dan penuh
tanggung jawab yang harus dimiliki seorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang
pekerjaan tertentu . sifat intelegen ini di tunjukkan dalam bentuk
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak . Sifat penuh
tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan ,
baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun
etika. Kelemahan kurikulum PTAI , yaitu :
1. Kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat ; banyak
program studi yang tidak diminati masyarakat tetap di
pertahankan
2. Kurang efektif , yakni tidak menjamin dihasilkannya lulusan
yang sesuai harapan
3. Kurang efisien, yakni banyaknya mata kuliah dan sks tidak
menjamin dihasilkannya lulusan yang sesuai harapan
4. Kurang fleksibel , yakni PTAI kurang berani secara kreatif dan
bertanggungjawab mengubah kurikulum guna menyesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat (setempat, nasional, atau
global)

5. Readibility rendah , tidak komunikatif ( bisa menimbulkan


banyak tafsir )
6. Hanya berupa deretan mata kuliah
7. Berbasis pada mata kuliah penyampaian materi, bukan pada
tujuan kurikuler /hasil belajar /mata lulusan; dan
8. Hubungan fungsional antar mata kuliah yang mengacu pada
tujuan kurikuler yang kurang jelas.
Untuk mengatasi permasalahan ini maka Direktur Pertais
mengambil kebijakan tentang pengembangan kurikulum yang lebih
menekankan pada :
1. Kurikulum perlu dikembangkan dengan lebih menitik beratkan
pada pencapaian kompetensi dari pada penguasaan materi
2. Lebih mengakomodasikan keragaman
sumberdaya pendidikan yang tersedia

kebutuhan

dan

3. Memberikan kebebasan yang lebih bebas kepada pelaksana


pendidikan di PTAI untk mengembangkan dan melaksanakan
program pendidikan sesuai dengan kebutuhan
4. Pengembangan kurikulum memuat sekelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian (MPB) pada semua program
studi , serta the four pillars of education.
B.

Landasan Pengembangan KBK


1. Hitoris

Aspirasi umat islam pada umumnya dalam


pengembangan perguruan tinggi agama islam (PTAI) dengan tujuan
melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu ilmu agam
islam pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan
terarah.
2. Psikologis

Setiap peserta didik memiliki potensi dasar yang


perlu
diaktualisasikan
dan
ditumbuhkembangkan
secara
berkelanjutan untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagai hamba
Allah dan khalifahnya di bumi. Setiap peserta didik memiliki minat ,
bakat dan kemampuan yang berbeda.
3. Landasan hukum

UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa salah


satu
strategi
pembangunan
pendidikan
nasional
adalah
mengembangkan
dan
melaksanakan
kurikulum
berbasis
kompetensi.

C.

Macam-macam Kompetensi Lulusan PTAI


Kompetensi lulusan PTAI Menurut KEMENDIKNAS 045/U/2002 :
1. Kompetensi Utama, yaitu kompetensi inti yang diharapkan di
kuasai oleh lulusan dari bidang studi tersebut
2. Kompetensi pendukung
kompetensi inti

kompetensi

yang

menunjang

3. Kompetensi lain, kompetensi yang dianggap perlu untuk


melengkapi kedua kompetensi diatas.
Kompetensi lulusan PTAI menurut keputusan Menteri Agama
No.353 tahun 2004 tentang pedoman penyusunan kurikulum
Pendidikan Tinggi Agama Islam pasal 9 ada 4:
1. Kompetensi dasar , yaitu kompetensi yang dimiliki mahasiswa
sebagai dasar bagi kompetensi utama, pendukung dan lainnya
2. Kompetensi utama
mahasiswa setalah
tertentu

, yaitu kompetensi yang dicapai


menyelesaikan pendidikan di studi

3. Kmpetensi pendukung , yaitu kompetensi yang mendukung


kompetensi utama
4. Kompetensi lain yaitu kompetensi yang dianggap perlu
dikuasai mahasiswa sebagai bekal mengabdi di masyarakat
baik yang terkait secara langsung maupun tidak terkait.
D.

Kerangka Pikir Pengembang SKL


Sebagaimana uraian diatas , dalam menyusun KBK tentunya
lebih dahulu dilakukan analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
bisa melaksanakan tugas tertentu . hasil analissi ini menghasilkan
SKL.
SKL yaitu seperangkat kompetensi lulusan yang di bakukan
dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik. SKL dijadikan
acuan oleh dosen sebagai dasar penilaian dan pemantauan proses
kemajuan dan hasil belajar peserta didik.

E.

Langkah-langkah pengembang SKL


Landasan pengembangan Kurikulum => Fungsi dan tugas
lulusan PTAI di sahkan oleh akademisi, praktisi , pengambil
kebijakan dan pengguna => SKL , Uraian Kompetensi, Indikator =>
Standar Kompetensi Bahan Kajian => Standar Kompetensi Mata
Kuliah => Silabus Mata Kuliah => RPP dan implementasinya.

X.

Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum


Pendidikan Islam

A.

Pengembangan dan Kriteria Penetapan Materi Pendidikan


Islam
Ruang lingkup pendidikan agama islam dalam pengembangnanya
meliputi keserasian, keselaransan dan keseimbangan antara lain :

Hubungan Manusia dengan Allah SWT


Hubungan manusia dengan sesama manusia
Hubungan manusia dengan diri sendiri
Hubungan manusia dengan mahluk lain dan lingkungannya
Adapun ruang lingkup materi pendidikan agama islam meliputi :
B.

Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Islam


Dalam pelaksanaan pendidikan agama islam pada sekolah
emnengah umum tidak lepas dari bagaimana penggunaan strategi
pendekatan antara lain :

Pendekatan pengalaman, : memberikan pengalaman keagamaan


kepada siswa.
Pendekatan pembiasaan : kesempatan pada siswa untuk
melaksanakan ajaran agama secara kontinue
Pendekatan emosional : menggugah perasaan siswa dalam myakini
kebenaran agama
Pendekatan fungsional untuk menekankan segi kemanfaatannya
bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan tingkat
perkembangannya.
Adapun metode yang sering digunakan adalah metode teladan
dimana guru berfungsi sebagai model yang memberi contoh pada
peserta didik , sedangkan Zakiyah Drajat menekankan bahwa
pendidikan akhlak adalah yang paling baik dan pemberian contoh
juga terbaik menurutnya.[18]
C.

Ciri-Ciri Khusus Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum PAI harus menonjol pada mata pelajaran agama (ibadah,


muamalah, syariah)
Kurikulum PAI memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek
pribadi siswa yakni jasmani, akal, dan rohani.
Kurikulkum PAI memperhatikan keseimbangan antara peribadi dan
msyarakat dunia dan akhirat jasmani dan rohani serta akal manusia
Kurikulkum PAI memperhatikan seni dan budaya yang terdapat
ditengah masyarakat[19]

XI.
A.

Guru dan Pengembangan Kurikulum


Guru sebagai Pendidik Profesional
Guru pendidikan Agama Islam merupakan sosok pejabat
fungsional yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat
berat , yaitu sebagaiujung tombak yang melaksanakan pembinaann
terhadap siswa melalui kwgiatan mengajar, mendidik , dan melatih
siswa agar kelah mereka menjadi manusia Indonesia yang memiliki
kualitas keimanan dan ketaqwaan yang tinggi serta memiliki
akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahluk
individu maupun sosial.[20]

B.

Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum


Ada 2 peranan guru dalam pengembangan kurikulum yaitu
1.Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat
Sentralisasi ,Di sini guru tidak mempunyai peranan rancangan dan
evaluasi yang bersifat makro mereka berperan dalam kurikulum
mikro. 2.Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang
Bersifat Desentralisasi ,dimana guru turut berpartisipasi di dalam
menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Di sini
guru juga berperan sebagai perencana ,pemikir ,penyusun
,pengembang
dan
juga
pelaksanaan
kurikulum
(Nurhayati,S.Pd.I,2008),Hambatan
Pengembangan
kurikulum
pertama ada pada guru[21].

C.

Pendidikan Guru
Kualifikasi akademik seorang guru tertuang dalam peraturan
pemerintah RI nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Suryosubroto,2010). Kualifikasi akademik adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik
dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku .

XII.
A.

Kurikulum 2013
Organisasi Kompetensi
Mata pelajaran adalah unit organisasi Kompetensi Dasar yang
terkecil.Secara umum ada empat elemen perubahan yang akan
dikembangkan dalam kurikulum 2013 tersebut yaitu:
(1) Standar Kompetensi lulusan, dalam hal ini yang diharapkan
pada peserta didik yaitu adanya peningkatan dan keseimbangan
soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi dan
pengetahuan

(2) Standar isi, Kompetensi yang semula diturunkan dari


matapelajaran berubah menjadi matapelajaran dikembangkan dari
kompetensi.
Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran (pada tingkat SD)
Mata pelajaran (pada tingkat SMP dan SMA)
Vokasinal (pada tingkat SMK) [22]
(3) Standar proses pembelajaran
a.
Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi,
Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya,
Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
b.
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di
lingkungan sekolah dan masyarakat.
c.

Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

d.
Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan
teladan
(4) Standar penilaian
a.

Penilaian berbasis kompetensi.

b. Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi


pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik
(mengukur
semua
kompetensi
sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
c.
Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian
hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya
terhadap skor ideal (maksimal).
d.
Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi
inti dan SKL.
e.
Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai
instrumen utama penilaian.
B.

Tujuan Satuan Pendidikan


Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan
Pendidikan
bertujuan
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang: .beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;berilmu,
cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;.sehat, mandiri, dan percaya diri;
dan.toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.[23]

C.

Struktur Kurikulum dan Beban Belajar


1.

Struktur kurikulum

Struktur kurikulum adalah merupakan aplikasi konsep


pengorganisasian
konten
dalam
sistem
belajar
dan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Dalam
struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi
belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan
seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah
kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan
berbagai pilihan.
2.

Beban belajar[24]

Lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40


menit dan Beban belajar di SD/MI kelas I, II,dan III masing-masing
30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36
jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit.Dengan
adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah
Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif
belajar.
Proses
pembelajaran
yang
dikembangkan
guru
menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik
karena mereka belum terbiasa.Selain itu, bertambahnya jam belajar
memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
D.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


SKL
SIKAP DAN PERILAKU: Menerima + Menjalankan +
Menghargai + Menghayati + Mengamalkan

1.

Beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung


jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu, estetika,
percaya diri, motivasi internal

2.

Toleransi,
musyawarah

3.

Pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan


cinta perdamaian

gotong

royong,

kerjasama,

dan

KETERAMPILAN: Mengamati + Menanya + Mencoba +


Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta
1.

Membaca,
mengarang

menulis,

menghitung,

menggambar,

2.

Menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,


membuat, mencipta
PENGETAHUAN:
Mengetahui
+
Memahami
Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi

1.

Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

2.

Manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia

Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
2. Mengembangkan
perilaku
(jujur,
disiplin,
tanggungjawab,
peduli,
santun,
ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
konkret dan ranah
abstrak
terkait
pengembangan dari yang dipelajarinya di
secara mandiri, dan mampu menggunakan
sesuai kaidah keilmuan.

ranah
dengan
sekolah
metoda

Perbedaan Esensial Kurikulum 2013[25]


KTSP 2006

Kurikulum 2013

K
et

Mata pelajaran
tertentu mendukung
kompetensi tertentu

Tiap mata pelajaran mendukung


semua kompetensi [sikap,
keterampilan, pengetahuan]

Se
m
ua
Je
nj
an
g

Mata pelajaran
dirancang berdiri
sendiri dan memiliki
kompetensi dasar
sendiri

Mata pelajaran dirancang terkait


satu dengan yang lain dan
memiliki kompetensi dasar yang
diikat oleh kompetensi inti tiap
kelas

Se
m
ua
Je
nj
an
g

Bahasa Indonesia
sejajar dengan mapel
lain

Bahasa Indonesia sebagai


penghela mapel lain [sikap dan
keterampilan berbahasa}

S
D

Tiap mata pelajaran


diajarkan dengan
pendekatan berbeda

Semua mata pelajaran diajarkan


dengan pendekatan yang sama
[saintifik] melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar,....

Se
m
ua
Je
nj
an
g

Tiap jenis konten


pembelajaran
diajarkan terpisah
[separated curriculum]

Bermacam jenis konten


pembelajaran diajarkan terkait
dan terpadu satu sama lain
[cross curriculum atau
integrated curriculum]

S
D

Konten ilmu pengetahuan


diintegrasikan dan dijadikan
penggerak konten pembelajaran
lainnya

S
D

Tematik untuk
kelas I III [belum
integratif]

Tematik Integratif
untuk Kelas I VI

SD

TIK adalah mata


pelajaran sendiri

TIK merupakan sarana


pembelajaran, dipergunakan sebagai
media pembelajaran mata pelajaran
lain

S
M
P

Bahasa Indonesia
sebagai
pengetahuan

Bahasa Indonesia sebagai alat


komunikasi dan carrier of knowledge

S
M
P/
S
M
A/
S
M
K

Untuk SMA, ada


penjurusan sejak
kelas XI

Tidak ada penjurusan di SMA. Ada


mata pelajaran wajib, peminatan,
antar minat, dan pendalaman minat

S
M
A/
S
M
K

SMA dan SMK


tanpa kesamaan
kompetensi

SMA dan SMK memiliki mata


pelajaran wajib yang sama terkait
dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.

S
M
A/
S
M
K

Penjurusan di
SMK sangat detil

Penjurusan di SMK tidak


terlalu detil [sampai bidang studi],

S
M

[sampai
keahlian]

didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan
pendalaman

KEPUSTAKAAN
Rujukan Umum
Muhaimin Prof.Dr.H.,M.A2012.Pengambangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam (di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi).Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada.
Rujukan Tambahan
Arifin ,Muzayyin Prof.H.,M.Ed, 2003. Filsafat Pendidikan Islam Edisi Revisi .
Jakarta : PT.Bumi Aksara.
Daulay, Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: PT. Rineka Putra.
Drajat ,Zakiyah et.al.1993.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara .
Meru,M.Arsyad Drs.H.M.Ag. 2008.Pengembangan Kurikulum.Sengkang:
STAI Asadiyah.
Muhaimin, dkk,. 2002 . Paradigma Pendidikan Islam , Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Nasution,S. 2008. Asas-Asas Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Bumi
Aksara.

A/
S
M
K

Idi, Abdullah Drs.,M,Ed.1999.Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.


Jakarta :Penerbit Gaya Media Pratama
Paraba,Hadirja Drs. 2000. Wawasan Tugas Tenaga Guru Dan Pembina
Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.
Sabiq ,Sayyid. 1981. Unsur-Unsur Dinamika dalam Islam .Jakarta :
Intermasa
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktik, .Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Syari,Ahmad. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Pirdaus .
Zuhairini,Dra. Dkk.2012. Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta : Bumi Aksara .
Sumber Lainnya
Peran Guru Pada Implementasi Kurikulum 2013. Power Point
Draft kurikulum 2013,hasil rapat 22 nov. Power Point. Sheet 8
http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id
http://santribisa.blogspot.com/2011/11/makalah-ahad-20-nov2012.html

Anda mungkin juga menyukai